Anda di halaman 1dari 11

Sifat Malu dan Keutamaannya

Muslimah.Or.Id June 21, 2016 No comments


 Share on Facebook
 Share on Twitter


Malu adalah sifat yang terpuji dan merupakan akhlak yang mulia, sifat
malu merupakan benteng dari melakukan perbuatan-perbuatan buruk,
jika rasa malu telah hilang pada seseorang maka berbagai keburukan
akan ia lakukan, seperti membunuh, zina, durhaka pada kedua orang
tua dan lain-lain. Sebagaimana pada zaman sekarang betapa banyak
manusia dengan tidak ada rasa malu melakukan kemaksiatan, seakan
perbuatan tersebut bukan dosa,bahkan menjadi sebuah kebiasaan
atau adat.

Saudari muslimah …berikut ini akan kami jelaskan sedikit tentang rasa
malu dan keutamaannya agar kita terdorong untuk berusaha
menanamkan sifat mulia tersebut, lebih-lebih kita sebagai wanita,
karena jika seorang wanita telah hilang rasa malunya maka akan
terjadi fitnah yang lebih besar lagi. Nas’alullaha salamah

Definisi Sifat Malu

Imam An Nawawi menjelaskan:

Ulama berkata : hakikat malu adalah perangai yang mendorong


seseorang meninggalkan perbuatan jelek dan mencegah seseorang
dari meninggalkan hak-hak orang lain.

Malu adalah akhlak yang utama dan merupakan perhiasan manusia.

Fudhail bin iyadh menasehatkan,

“Lima diantara tanda-tanda kecelakaan : kekerasan hati, mata yang


tidak menangis, sedikit sifat malu, cinta dunia dan panjang angan-
angan.”

Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam Madarijus Salikin :

“Kuatnya sifat malu tergantung kondisi hidup hatinya. Sedikit sifat malu
disebabkan oleh kematian hati dan ruh, sehingga semakin hidup hati
itu maka sifat malupun semakin sempurna. Beliau juga mengatakan,
Sifat malu darinya tergantung kepada pengenalannya terhadap
Rabbnya.”

Malu ada Dua Macam

Ibnu Rajab menjelaskan,

“Ketahuilah bahwa malu itu ada dua macam,

Pertama, malu yang menjadi karakter dan tabiat bawaan, dia tidak
diusahakan.
Ini merupakan salah satu akhlak mulia yang Allah anugerahkan kepada
seorang hamba-Nya.

Rasulullah Shallallaahu’alaihi wasallam bersabda,

‫الحياء ال يأتى اال بخير‬

“Sifat malu tidaklah mendatangkan kecuali kebaikan ”.(HR. Bukhari


6117).

Malu jenis ini akan menghalangi seorang dari melakukan perbuatan


buruk dan akhlak yang rendah, serta mendorongnya untuk melakukan
perbuatan yang mulia.

Kedua, malu yang diperoleh dari mengenal Allah dan mengenal


keagungan-Nya, kedekatan-Nya dengan para hamba-Nya dan karena
keyakinan mereka tentang Maha Tahu-nya Allah, mengetahui
pandangan khianat dan sesuatu yang terpendam dalam dada manusia.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ُور‬
ُ ‫صد‬ُّ ‫يَ ْعلَ ُم خَائِنَةَ ْاْل َ ْعي ُِن َو َما ت ُ ْخ ِفي ال‬

“Dia mngetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang di


sembunyikan oleh hati” (QS. Al Mukmin:19).

Malu jenis ini bagian dari buah iman yang dimiliki seorang hamba,
bahkan termasuk derajat ihsan yang paling tinggi.

Selagi seorang hamba mengetahui bahwa Allah melihat dirinya, maka


hal ini akan membuatnya malu terhadap Allah, lalu mendorongnya
untuk taat. Hal ini seprti seorang hamba yang bekerja di hadapan
tuanya,maka dia akan giat dalam bekerja, berbeda jika dia bekerja
tanpa di awasi oleh tuanya. Sedangkan Allah maha mengawasi
hamba-hambaNya.

Keutamaan-keutamaan Sifat Malu


 Malu merupakan salah satu dari Sifat Allah Azza wa Jalla Yang
Mulia sebagaimana yang terdapat dalam hadits shohih,
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “sesungguhnya
Rabb kalian Tabaraka wa Ta’ala Maha Malu dan Maha
Dermawan, Dia malu terhadap hambaNya yang menadahkan
tangan kepadaNya lalu tangan itu kembali turun hampa (tidak
dikabulkan doanya). HR. Abu Dawud dinyatakan Shohih oleh Al
Albani. Kita menetapkannya (Sifat Malu) sebagaimana Sifat-sifat
Allah yang lain.

 Malu merupakan sunnah para Nabi dan Rasul.


Dalam Asshohihain dari Abu Sa’id Al Khudry-semoga Allah
meridhainya- bahwasanya Nabi Shallallaahu’alaihi wasallam lebih
tinggi sifat malunya daripada seorang gadis pingitan yang
bersembunyi dalam kamarnya.

 Malu merupakan bagian dari keimanan sebagaimana dalam


asshohihain dari hadits ibnu umar -semoga Allah meridhainya-
dia mengatakan “Rasulullah Shallallaahu‘Alaihi
wasallam melewati seorang anshor yg sedang menasehati
saudaranya tentang sifat malu sehingga seakan-akan dia berkata
“malu itu membahayakanmu” maka Rasulullah Shallallaahu‘alaihi
wasallam bersabda :

‫دعه فان الحياء من االيمان‬

“Biarkanlah dia sesungguhnya sifat malu itu bagian dari keimanan (HR.
Bukhari /24 )

 Malu adalah suatu perangai yang menghasilkan sikap terpuji dan


pengaruh yang baik, dalam sebuah hadits Nabi Shallallaahu’alaihi
wasallam pernah bersabda : “Malu tidaklah membawa kecuali
kebaikan “ (takhrij diatas)
 Sifat malu mengajak kepada ketaatan kepada Allah dan menjauhi
larangan-laranganNya.

Wahai saudari muslimah…malu memiliki kedudukan yang sangat


agung dalam syariat Islam terutama bagi kita sebagai seorang wanita.
Jika seorang wanita tidak lagi memiliki atau kurang rasa malunya maka
berbagai kerusakan akan terjadi dimuka bumi ini, dia tidak malu lagi
menampakan aurat, pacaran, ikhtilath dan maksiat lainnya.

Sungguh sifat malu benar-benar merupakan tameng bagi seseorang


dari perbuatan buruk, maka pupuklah rasa malu tersebut agar hati
selalu terjaga dan tidak terjerumus kedalam perbuatan yang
mendatangkan murka Allah Azza wa Jalla.

Ibnul Qoyyim menjelaskan dalam Madarijus Salikin, “Sebagian orang


arif berkata

‘Hidupkanlah rasa malu dengan berkumpul bersama orang-orang yang


memiliki rasa malu. Hidupkanlah hati dengan kemuliaan dan rasa malu.
Jika keduanya hilang dari hati,maka di dalamnya tidak ada kebaikan
yang tersisa.’”

Saudari muslimah….

Wajib bagi kita untuk mempelajari sebab-sebab yang dapat


menumbuhkan rasa malu agar kita menjadi wanita yang menghiasi diri
dengan sifat malu baik dalam ucapan dan perbuatan. Semoga Allah
memberikan Taufik-Nya dan menjadikan kita wanita yang sholihah dan
semoga Allah memasukan kita kedalam surgaNya yang tinggi dan
penuh dengan rahmat. Washallallahu ‘ala nabiyina muhammad wa ‘ala
alihi washahbihi ajma’in.

——-
Sumber :

1. Nasihati linnisa (versi terjemahan) karya Ummu Abdillah Al


wadi’iyyah. Cet Pustaka

Ar Rayyan

2. Madarijus salikin (versi terjemahan) cet. Pustaka Al Kautsar


3. Shohih Bukhari

Penulis: Ummu Khadijah Astuti

Murojaah : Ustadz Ammi Nur Baits

ARtikel muslimah.or.id

Anda mungkin juga menyukai