Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

(Tentang Malu)
SMK SEMEN GRESIK

Kelas XI TEKNIK PERMESINAN

Nama Anggota :
1. Alif Evendi (05)
2. Daffa Alfian Falih Abni (06)
3. Fariza Husani Maja (07)
4. M Rizki (08)
5. M. Miftakhul Khilmi (14)
BAB 1
PENDAHULUAN

A.           Latar belakang
Jika makna malu adalah mencegah dari melakukan sesuatu yang tercela, maka seruan
untuk memiliki malu pada dasarnya adalah seruan untuk mencegah segala maksiat dan
kejahatan. Di samping itu rasa malu adalah ciri khas dari kebaikan, yang senantiasa diinginkan
oleh setiap manusia. Mereka melihat bahwa tidak memiliki rasa malu adalah kekurangan dan
suatu aib.
Pada dasarnya, islam dalam keseluruhan hukum dan ajarannya, adalah ajakan yang
bertumpu pada kebaikan dan kebenaran. Juga merupakan seruan untuk meninggalkan setiap hal
yang tercela dan memalukan[1].
Manusia sekarang sudah jarang yang memiliki rasa malu contohnya dalam kehidupan
sehari- hari kita kita sering menyaksikan manusia yang sudah tidak lagi memiliki rasa malu bila
melanggar hati nurani dan aturan hidup. Cobalah anda lihat dan baca melalui media masa. Tidak
sedikit manusia yang dengan bebasnya melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hati nurani
dan norma masyarakat yang berlaku. Dari mulai  mereka berpakaian, bersikap dan bertingkah
laku.
Jadi sebagai Orang tua dan para pendidik juga ikut berkewajiban untuk menanamkan rasa
malu secara sungguh-sungguh. Untuk itu, hendaknya mereka menggunakan berbagai metode
pendidikan yang baik, seperti mengawasi perilaku anak-anak dan segera meluruskan jika melihat
perbuatan yang bertentangan dengan rasa malu, memilihkan teman bermain yang baik,
memilihkan buku-buku yang bermanfaat, menjauhkan dari berbagai tontonan yang merusak, dan
menjauhkan dari omongan yang tidak baik.

B.            Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, akan timbul beberapa pertanyaan di antaranya:
1.           Apa pengertian dan maksud malu?
2.           Apa macam-macam malu?
3.           Bagaimana menumbuhkan rasa malu?
4.           Apa keutamaan dari sifat malu?
BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian dan Maksud Malu


Menurut bahasa kata malu berasal dari bahasa Arab yaitu  ‫ﺤﻴﺎﺀ‬ (malu) merupakan leburan
dari kata ‫ﺤﻴﺎۃ‬  ( hidup).  Malu dibangun di atas dasar hidupnya hati, hati semakin hidup maka rasa
malu akan semakin bertambah, bila keimanan mati di dalam hati maka rasa malu akan hilang,
barang siapa yang telah hilang rasa malunya maka dia adalah orang mati di dunia dan
kecelakaan  di akhirat.
Menurut Ibnu Hajar di dalam kitab Fathul Bari berkata : berkata Ar Raghib : malu adalah
menahan jiwa dari segala keburukan, ia adalah kekhususan manusia untuk  menahan dari segala
bentuk keinginan agar  tidak seperti binatang.
Malu menurut para ulama’ adalah selalu berontak kepada sifat-sifat tercela, pantang
menolak kebenaran. Ia selalu cenderung mengikuti seruan petunjuk nabi yang dipahami dari
hadist-hadistnya, selalu melakukan kebaikan dan menghargai pelaku kebaikan. Ia menuntun
kepada sikap dan tindakan yang berguna di dalam masyarakatnya.[2]

ُ‫ار َوه َُو يَ ِعظُ َأخَاه‬ َ ‫ َم َّر َعلَى َرج ٍُل ِمنَ اَأل ْن‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ُول هَّللا‬
Jِ ‫ص‬ َ ‫ع َْن َسالِ ِم ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ ع َْن َأبِي ِه َأ َّن َرس‬
‫ َد ْعهُ فَِإ َّن ْال َحيَا َء ِمنَ اِإل ي َمان‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬، ‫فِى ْال َحيَا ِء‬

“Dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, ia berkata, "Rasulullah SAW lewat di hadapan
seorang Ansar yang sedang mencela saudaranya karena saudaranya pemalu. Maka Rasulullah
SAW bersabda, 'Biarkan dia! Sesungguhnya malu itu sebagian dari iman.'" (Diriwayatkan al
Bukhari). [3]
Rasa malu yang dapat menjadikan seseorang menghindari perbuatan keji adalah akhlak
yang terpuji, karena akan menambah sempurnanya iman dan tidak mendatangkan satu perbuatan
kecuali kebaikan. Namun rasa malu yang berlebih-lebihan hingga membuat pemiliknya
senantiasa dalam kekacauan dan kebingungan serta menahan diri untuk berbuat sesuatu yang
sepatutnya tidak perlu malu, maka ini adalah akhlak tercela, karena ia merasa malu bukan pada
tempatnya.[4]
Lawan dari malu adalah rasa tidak tahu malu. Ini adalah sifat yang tercela, karena
mendorong pemiliknya untuk melakukan kejahatan, tidak peduli dengan segala cercaaan, hingga
ia melakukan kejahatannya secara terang-terangan. Rasulullah Saw bersabda, “Semua hambaku
akan dimaafkan, kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan”.

B.            Macam-macam Malu
Dalam ajaran agama disebutkan “malu adalah sebagian dari iman“.  ini berarti bahwa malu
merupakan salah satu nilai budi pekerti yang harus di miliki oleh manusia. Dan juga Rasulullah
SAW bersabda, “Memiliki rasa malu itu merupakan manifestasi dari iman” (HR. Bukhari).
Pada hakikatnya rasa malu adalah suatu akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-
hal yang buruk dan kurang memperhatikan haknya orang yang memiliki hak. Dalam kajian
aqidah akhlak sifat malu terbagi menjadi tiga:
1.        Malu Terhadap Diri Sendiri
Orang yang mempunyai malu terhadap dirinya sendiri, saat melihat dirinya sangat sedikit
sekali amal ibadah dan ketaatannya kepada Allah SWT serta kebaikannya kepada masyarakat di
lingkungannya, maka rasa malunya akan mendorongnya untuk meningkatkan amal ibadah dan
ketaatan kepada Allah SWT. Orang yang mempunyai rasa malu terhadap dirinya sendiri, saat
melihat orang lain lebih berprestasi darinya, dia akan malu, dan dia akan mendorong dirinya
untuk menjadi orang yang berprestasi.
2.        Malu Terhadap Sesama  Manusia
Orang yang merasa malu terhadap manusia akan malu berbuat kejahatan dan maksiat. Dia
tidak akan menganiaya dan mengambil hak orang lain. Walaupun malu yang seperti ini bukan
didasari karena Allah SWT melainkan karena dorongan rasa malu terhadap orang lain, tapi insya
Allah orang tersebut mendapat ganjaran dari Allah SWT dari sisi yang lain. Tapi perlu dicatat,
orang yang merasa malu karena dorongan adanya orang lain yang memperhatikan, sementara
ketika sendiri dia tidak malu, maka sama artinya orang itu merendahkan dan tidak menghargai
dirinya.
Rasa malu dengan sesama akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan yang
buruk dan akhlak yang hina.  Orang yang memiliki rasa malu dengan sesama tentu akan
menjauhi segala sifat yang tercela dan berbagai tindak tanduk yang buruk. Karenanya orang
tersebut tidak akan suka mencela, mengadu domba, menggunjing, berkata-kata jorok dan tidak
akan terang-terangan melakukan tindakan maksiat dan keburukan.
3.        Malu kepada Allah
Rasa malu kepada Allah adalah termasuk tanda iman yang tertinggi bahkan merupakan
derajat ihsan yang paling puncak. Nabi bersabda, “Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-
akan memandang Allah. Jika tidak bisa seakan memandang-Nya maka dengan meyakini bahwa
Allah melihatnya.”(HR Bukhari).
Malu seperti ini akan menimbulkan kesan yang baik. Orang yang memiliki rasa malu
terhadap Allah SWT akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya, karena ia yakin bahwa Allah
SWT senantiasa melihatnya.
Bila kita kembali kepada hadis Rasulullah di atas yang mengatakan rasa malu adalah
manifestasi dari iman, maka hanya orang-orang yang imannya menancap kuat dan tumbuh yang
memiliki tingkat sensitivitas rasa malu yang sangat tinggi.
Rasa malu kepada Allah adalah di antara bentuk penghambaan dan rasa takut kepada
Allah. Rasa malu ini merupakan buah dari mengenal betul Allah, keagungan Allah. Serta
menyadari bahwa Allah itu dekat dengan hamba-hambaNya, mengawasi perilaku mereka dan
sangat paham dengan adanya mata-mata yang khianat serta isi hati nurani.

C.           Menumbuhkan Rasa Malu


Menumbuhkan rasa malu dalam kehidupan itu ada banyak cara di antaranya yaitu dengan
mulai dari yang kecil dari diri kita sendiri yaitu dengan membiasakan berkata jujur dan
berperilaku yang benar, pada saat kita bertingkah laku sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan
maka jika kita memang dari awalnya sudah biasa melakukan kebaikan maka sikap dan perilaku
kita akan baik tetapi jika  kita terbiasa berbuat salah maka perilaku kita juga akan selalu salah.
Karena dalam kehidupan manusia yang selalu berbuat salah jika mereka berbuat benar
malah mereka merasa malu karena mereka sudah terbiasa berbuat salah dan jika manusia itu
terbiasa berbuat benar maka jika mereka salah mereka juga akan malu berbuat salah karena
mereka terbiasa berbuat benar maka dari itu mulai dari sekarang kita harus membiasakan berkata
dan berperilaku yang benar karena itu adalah awal supaya kita sebagai makhluk yang berbudaya
dapat menumbuhkan lagi rasa malu dalam diri kita.
Dan cara lainnya menumbuhkan rasa malu yaitu dengan mempertegas hukuman bagi
pelanggar kejahatan karena tanpa adanya tindakan yang tegas bagi mereka yang melanggar maka
rasa malu pada masyarakat akan semakin kecil bahkan semakin tidak ada,sebaliknya jika
hukuman bagi pelanggar hukum di pertegas maka maka rasa malu pun akan tumbuh dan cara
lainnya yaitu dengan mempertebal penanaman moralitas agama karena moralitas agama adalah
jalur cukup kuat dalam menanamkan rasa malu seseorang.

D.           Keutamaan Malu
Beberapa keutamaan ilmu berikut ini, yaitu:
1.    Malu pada hakikatnya tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan. Malu mengajak
pemiliknya agar menghias diri dengan yang mulia dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang hina.
Rasulullah SAW bersabda,

َ ‫ ِإالَّ يَْأتِ ْي الَ اَ ْل‬.‫ْـر‬


‫ـحيَا ُء‬ ٍ ‫ِبخَ ي‬

“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” [5]


(Muttafaq ‘alaihi)
Karena rasa malu adalah kebaikan. Jadi semakin tebal rasa malu yang dimiliki, maka semakin
banyak kebaikannya dan semakin sedikit rasa malu yang dimiliki, maka semakin sedikit
kebaikannya.
2.    Malu adalah cabang keimanan.
3.    Allah Azza wa Jalla cinta kepada orang-orang yang malu.
Rasulullah SAW bersabda,
‫ ﻔﺈﺬ اغتسل احدكم فليستتر‬,‫ﺍﻦ ﺍﻟﻟﻪ ﻋﺯ ﻮﺠﻞ ﺤﻲ ﺴﺘﯦ ﺮﯦﺤﺐ ﺍﻟﺤﯦﺍﺀ ﻮﺍﻟﺴﺘﺮ‬

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu
dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.”
(HR.Abû Dawud)
4.     Malu adalah alah islam dan akhlak para Malaikat
5.    Malu senantiasa seiring dengan iman, bila salah satunya tercabut hilanglah yang lainnya.
6.    Malu akan mengantarkan seseorang ke Surga.
7.    Tidak perlu malu saat mengajarkan masalah-masalah agama dan saat mencari kebenaran. Di
dalam Al-Qur’an surat Al-Azhab: 53, Allah berfirman, “Dan Allah tidak malu (menerangkan)
yang benar.”
8.      Rasa malu akan membuahkan iffah (kesucian diri). Maka barang siapa yang memiliki rasa malu,
hingga dapat mengendalikan diri dari perbuatan buruk, berarti ia telah menjaga kesucian dirinya.
BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
1.             Kata malu adalah leburan dari kata ‫ﺤﻴﺎۃ‬   ( hidup).  Malu dibangun di atas dasar hidupnya hati,
hati semakin hidup maka rasa malu akan semakin bertambah, bila keimanan mati di dalam hati
maka rasa malu akan hilang, barang siapa yang telah hilang rasa malunya maka dia adalah orang
mati di dunia dan kecelakaan  di akhirat.
2.             Pada hakikatnya rasa malu adalah suatu akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-hal
yang buruk dan kurang memperhatikan haknya orang yang memiliki hak. Dalam kajian aqidah
akhlak sifat malu terbagi menjadi tiga : Malu kepada diri sendiri, malu kepada sesama manusia,
malu kepada Allah.
3.             Menumbuhkan rasa malu dalam kehidupan itu ada banyak cara di antaranya yaitu dengan mulai
dari yang kecil dari diri kita sendiri yaitu dengan membiasakan berkata jujur dan berperilaku
yang benar.
4.             Sifat malu mempunyai beberapa keutamaan, di antaranya : malu dapat mengantarkan seseorang
masuk surga, mencegah seseorang berbuat maksiat, malu adalah akhlak malaikat dan malu
adalah cabang dari iman.

5.             Saran dan Penutup


Telah menjadi sebuah kewajiban bagi kita sebagai umat islam yang berakhlakul karimah,
untuk memiliki sifat malu. Karena malu adalah sebagian dari iman, maka iman seseorang dapat
akan bertambah kuat apabila mempunyai sifat malu yang kuat dan begitu pun sebaliknya  Malu
dapat menjaga kesucian diri kita dan menjaga kehormatan diri kita.
Demikian makalah yang kami buat tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan,
penulis mengharap kritik dan saran yang mendukung demi terwujudnya makalah yang baik.
Meskipun jauh dari kesempurnaan, penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca dan penulis khususnya.

Anda mungkin juga menyukai