Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP TAKABUR DALAM ISLAM


( ‫) التكبر‬
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tazkiyatun nafs
Dosen pengampuh :

DR. SUKMA ERNI M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. NAZHIFAH
2. HUSNUL KHATIMAH

AKADEMI DAKWAH INDONESIA RIAU


FEBRUARI 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam diri manusia terdapat berbagai macam Sifat, ada yang baik
dan ada juga yang buruk. Dan sifat-sifat itu muncul disebabkan oleh
lingkungan serta pengalaman di masa lalu. Salah satu sifat buruk yang
sering ditemui pada diri manusia adalah sombong atau dalam istilah
keagamaan dikenal dengan takabur. Kesombongan atau takabur dapat
dibagi menjadi dua yaitu secara batin maupun lahir (zhahir).
Kesombongan batin adalah suatu sikap yang ada dalam jiwa sesorang,
sedangkan kesombongan lahir (zhahir) adalah perilaku yang lahir dari
anggota badan. Perangai sombong menuntut perbuatan, oleh sebab itu
apabila Nampak pada anggota badan maka disebut sombong (takabur),
tetapi apabila tidak tampak maka disebut kesombongan (kibr). Tetapi
orang tidak bisa takabur tanpa adanya orang lain dimana ia melihat dirinya
diatas orang lain, pada saat itu ia menjadi orang yang takabur sehingga
timbul didalam hatinya kepuasan, kesenangan terhadap apa yang
diyakininya dan terasa berwibawa didalam dirinya karna kepuasannya
telah tercapai Dengan inilah kesombongan berbeda dari ujub, karena ujub
tidak menuntut adanya orang yang di ujubi, bahkan seandainya manusia
tidak di ciptakan kecuali satu orang bisa saja orang itu menjadi ujub.
Tetapi orang tidak bisa takabur kecuali dengan adanya orang lain di mana
ia memandang dirinya di atas orang lain tersebut menyangkut berbagai
sifat kesempurnaan.
Pada saat itu ia menjadi orang yang takabur, sehingga dalam
hatinya timbul anggapan, kepuasan, kesenangan terhadap apa yang di
yakininya dan terasa berwibawa di dalam dirinya dengan sebab tersebut.
Kewibawaan, kesenangan dan kecenderungan kepada kekayanan (di dalam
jiwa) tersebut adalah perangai kesombongan. Kesombongan adalah sebuah
sifat yang disebut “izzah dan ta’azhzhum” oleh karena itu ibnu abbas
berkata dalam firman Allah “tidak ada dalam diri mereka melainkan
hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali kali
tiadayang akan mencapainya” (al-mukmin : 56) yaitu kebesaran yang
tidak dapat mereka capai. Ibnu abbas mengatakan kesombongan sama juga
dengan kebesaran.
Kesombongan menjadi penghalang masuk surga karna ia
menghalangi seorang hamba dari semua akhlak yang seharusnya disanding
oleh seorang mukmin.Akhlak-akhlak itu merupakan pintu-pintu surga
sedangkan kesombongan merupakan penutup pintu-pintu nya. Apabila
Orang yang di dalam hatinya ada perangai tersebut walaupun seberat
dzarrah maka ia tidak akan masuk surga. Akhlak yang tercela itu saling
berkaitan, sebagiannya pasti mengajak kepada sebagian lain.kesombongan
yang paling buruk ialah kesombongan yang menghalangi diri dari
mendapatkan manfaat ilmu, mengikuti kebenaran, menerima kebenaran,
dan Kewibawaan kesenangan dan kecenderungan kepada kekayaan
( didalam jiwa ) tersebut adalah perangai kesombongan. Kesombongan itu
menjadi penghalang bagi seseorang untuk masuk syurga karna ia
menghalangi seseorang hamba dari semua akhlak yang seharusnya
dimiliki oleh orang mukmin.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Takabur
Takabur berasal dari bahasa Arab takabbara-yatakabbaru yang
artinya sombong atau membanggakan diri. Secara istilah takabur adalah
sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya dirinya yang
paling hebat dan benar dibandingkan orang lain. Takabur memiliki makna
yang sama dengan ta`azum, yakni menampakan keagungan dan
kebesaranya. Dalam ajaran islam sifat sombong/takkabur merupakan sifat
yang sangat dilarang karena sifat takkabur telah banyak mencelahkan
mahluk ciptaan Allah SWT. sebenarnya islam telah mengajarkan bahwa
keadaan manusia itu sama dimata Allah, dan yang membedakan hanya
tingkat keimanan dan ketakwaannya. Dari mahluk lainnya, Manusia
diciptakan oleh Allah sebagai mahluk yang paling sempurna daripada
mahluk yang lain, manusia diciptakan dengan kesempurnaan akal dan
pikiran. Akan tetapi apabila dilihat dibandingkan antar sesama manusia,
banyak sekali manusia yang terlahir dengan mempunyai banyak
kelebihan, baik itu berupa keterampilan ataupun yang lain. Meskipun
demikian tidak sedikit pula manusia yang dilahirkan dengan banyak
membawa kekurangan, misalkan kecacatan, kebodohan, dll. oleh karena
itu berangkat dari adanya kekurangan dan kelebihan dalam manusia itulah
sehingga menyebabkan adanya sifat sombong/takkabur diantar manusia
itu sendiri.
Takkabur atau sombong adalah suatu sikap menolak kebenaran dan
melecehkan atau merendahkan orang lain, dan memandang dirinya
sempurna segala-galanya. Sombong adalah keadaan dimana seorang
bangga dengan dirinya sendiri. Imam Al-ghazali dalam kitab Ihya
ulumudin membagi setidaknya ada 7 perkara yang menyebabkan
timbulnya sifat takabur didalam diri, yaitu karna ilmu pengetahuan, amal
ibadah dan amal shaleh yang dikerjakan, keturunan atau nasabnya, harta
kekayaan yang dimiliki, keelokan wajah atau fisik yang dimiliki, karena
kekuasaannya, karna kaum atau golongannya lebih banyak.
Secara disadari atau tidak terkadang seseorang menunjukkan sikap
angkuh dan takaburnya. Apabila sikap takabur telah masuk kedalam hati
seseorang maka telah dikuasailah hawa nafsunya dan akan selalu berbuat
cenderung kepada yang tidak baik. Hal ini adalah lumrah terjadi karena
sejatinya manusia memiliki iman yang tidak tetap, kadang berada diatas
dan kadang berada dibawah dan susah untuk memprediksinya.
Sebagai seorang muslim sudah menjadi keharusan bagi kita untuk
menghindari diri dari sifat dan perilaku sombong tersebut, sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw Beliau adalah sosok manusia
yang bergelimang kemuliaan dan kelebihan, namun beliau tidak pernah
sedikitpun terlintas di benaknya untuk bersikap sombong. Bahkan para
pengikut beliau pun dipanggilnya dengan sebutan “sahabat”. Bukan
karena terbiasa melainkan Sebutan sahabat ini mempuyai makna tersirat
yakni kesetaraan. Jadi, Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang
mempunyai derajat tinggi, tetapi tidak menganggap dirinya lebih tinggi
dari para pengikutnya yang disebutnya dengan panggilan sahabat tersebut.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin jilid III membagi
takabbur menjadi dua: takabbur dalam urusan agama dan takabbur dalam
urusan dunia. Takabbur dalam urusan agama dibagi lagi menjadi dua:
takabbur karena ilmu dan takabbur karena amal. Menurut Imam Al-
Ghazali, yang paling banyak melakukan takabbur karena ilmu adalah para
ilmuwan, para filsuf dan para ulama. Salah satu ciri-cirinya, ia tidak mau
mendengarkan nasihat dari orang lain, karena orang lain dianggap lebih
bodoh dari dirinya. Ia mudah menyalahkan orang lain; mudah
menghakimi orang lain; dan bahkan tidak segan-segan mengkafirkan
sesama muslim. Seakan-akan, keimanan hanya diukur berdasarkan
ilmunya saja.
Kedua, takabbur karena amal muncul ketika seseorang merasa
sudah banyak amalnya, sehingga merendahkan orang lain. Ia merasa
sangat berjasa kepada agama, sehingga ia mudah merendahkan orang lain.
Ia merasa menjadi orang yang paling taat beragama dan menganggap
rendah orang lain yang jarang ikut pengajian. Amal saleh dilakukan tidak
karena Allah, melainkan ingin ditunjukkan kepada orang lain. Dan inilah
yang akan mengantarkannya kepada kemusyrikan kecil hingga nantinya
ke syirik besar.
Sayyidina ‘Ali karamallahu wajhah(kw). pernah memberikan kiat
agar tidak mudah terjebak pada kesombongan, “Kalau kamu berjumpa
dengan orang yang lebih muda, berpikirlah dalam hatimu, ‘Pasti dosanya
lebih sedikit dari dosaku.’ Kalau kamu berjumpa dengan orang yang lebih
tua, berpikirlah dalam hatimu, ‘Pastilah amal baiknya lebih banyak
daripada amal baikku.’” Setiap orang pasti punya kelebihan. Namun, hal
itu tidak menyebabkan seseorang menjadi lebih mulia, lebih alim, lebih
tinggi, daripada orang lain. Sedikit saja merasa bahwa diri kita lebih mulia
daripada orang lain dan merasa ingin diperlakukan sebagai orang yang
terhormat secara berbeda, maka (bisa jadi) kita sudah jatuh ke lubang
kesombongan diri .
B. Takkabur Dalam Kajian Psikologi
Dalam pandangan islam dikatakan bahwa sifat takkabur adalah
sifat dimana seseorang merasa bangga terhadap dirinya sendiri dan merasa
paling sempurna sehingga mempunyai kecenderunagan untuk menolak
dan melecehkan orang lain.
Sedangkan dalam konsep psikologi dengan adanya kecenderungan
seseorang untuk merasa bangga terhadap dirinya sendiri dan merasa paling
sempurna merupakan indikasi adanya gangguan dalam sistem kepribadian
orang tersebut, yang mana gangguan tersebut dalam psikologi
menyebutnya dengan istilah Narsisme. Narsisme adalah sebuah pola sifat
dan perilaku yang dipenuhi obsesi dan hasrat pada diri sendiri untuk
mengabaikan orang lain, egois, serta tidak memperdulikan orang lain
dalam memenuhi kepuasan, dominasi, dan ambisinya sendiri. Dalam
kajian Psikologi dikenal istilah Narcissistic Personality Disorder (NPD).
dijelaskan bahwa orang-orang yang tergolong narsistik ini antara lain
tipenya adalah: arogan, sombong, congkak, self-centered, manipulatif,
angkuh atau tinggi hati, mudah tersinggung, kurang empati, mengharapkan
perlakuan yg tak rasional, haus pujian.
Orang yang tergolong narsistik itu membayangkan dirinya sebagai
superior atau di atas dari orang lain dan sehingga mereka bersikukuh untuk
merefleksikan gaya hidup sukses secara berlebihan. Di samping itu,
mereka juga haus pujian dan perhatian untuk memperkuat harga-dirinya.
Akibatnya, orang narsistik model ini sangat sensitif terhadap berbagai
macam kritik. Bahkan kerapkali dianggapnya kritik itu sebagai upaya
untuk menjatuhkan atau menyerang.
Perasaan seperti itu harus dibedakan dengan rasa percaya diri. Orang yang
memiliki percaya diri mengetahui kualitas diri sendiri, tapi tidak
tergantung pada pujian orang lain untuk merasa nyaman, serta lebih
terbuka terhadap kritik dan saran. Narsis sebaliknya, mereka butuh
dukungan dan perhatian serta pengakuan dari orang lain untuk menjaga
self-esteem. Jadi jelas bahwa narsis sudah tergolong ke dalam gangguan
kepribadian yg perlu dijahui, sedangkan percaya diri adalah sikap yang
penting untuk dimiliki. seorang yang narsis biasanya akan sangat sulit
untuk beraktivitas. Bahkan, perkembangan sosialnya juga akan terganggu
karena dia tidak akan dapat bersosialisasi, sehingga, ia akan selalu
terhambat dengan dirinya sendiri.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan narsisme yang diungkapkan oleh
Mitchell JJ dalam bukunya The Natural Limitations of Youth, antara lain
ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu :
1. Adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus
2. Aurang bisa berempati sama orang lain
3. Memberikan kasih sayang
4. Belum punya kontrol moral yang kuat, dan
5. Kurang rasional
C. Dalil-Dalil Tentang Takabur
- QS..Al-Nahl [16]:23

َ‫اَل َج َر َم اَ َّن ہّٰللا َ یَ ۡعلَ ُم َما ی ُِسرُّ ۡونَ َو َما ی ُۡعلِنُ ۡونَ ؕ اِنَّ ٗہ اَل ی ُِحبُّ ۡال ُم ۡست َۡکبِ ِر ۡین‬
”Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong.” (QS..Al-Nahl
[16]:23).
-       QS.Mukmin [40]:60

َ‫ٰدخ ِِر ۡین‬ ‫َو َقا َل َر ُّبکُ ُم ۡادع ُۡون ِۡۤی اَ ۡس َت ِج ۡب لَکُمۡ ؕ اِنَّ الَّذ ِۡی َن َی ۡس َتک ِۡبر ُۡو َن َع ۡن عِ َبادَ ت ِۡی َس َی ۡد ُخلُ ۡو َن َج َہ َّن َم‬
"Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS.Mukmin
[40]:60)
QS.Al-isra’ [17]:37

َ َ‫ض َولَ ۡن ت َۡبلُ َغ ۡال ِجب‬


‫ال طُ ۡواًل‬ َ ‫ق ااۡل َ ۡر‬
َ ‫ك لَ ۡن ت َۡخ ِر‬
َ َّ‫ض َم َر ًحا‌ ۚ اِن‬ ‫اۡل‬
ِ ‫ش فِى ا َ ۡر‬
ِ ۡ‫َواَل تَم‬
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong,
karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung"(QS.Al-
Isra’([17]:37)

-      QS.Luqman ([31]:18


‫ہّٰللا‬
ِ ‫ش فِی ااۡل َ ۡر‬
ٍ ‫ض َم َرحً اؕ اِنَّ َ اَل ُیحِبُّ ُک َّل م ُۡخ َت‬
 ‫ال َف ُخ ْو ٍر‬ ِ ‫اس َو اَل َت ۡم‬
ِ ‫َّک لِل َّن‬ َ ‫َواَل ُت‬
َ ‫صع ِّۡر َخد‬
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. " (QS.Luqman ([31]:18)
-          Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan
dikumpulkan seperti semut kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan
meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah
penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api neraka yang
sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah
penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan).”

[HR. Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no 2492;


Ahmad, 2/179; dan Nu’aim bin Hammad di dalam Zawaid Az-Zuhd, no.
151]

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Tidak akan masuk


surga orang-orang yang di dalam hatinya ada kesombongan, walaupun
sekecil biji dzarah”. Kemudian berkata seorang laki-laki: ”Sesungguhnya
ada seseorang yang menyukai supaya bajunya bagus dan sandalnya
bagus.” (maksud lelaki ini mempertanyakan apakah yang demikian
termasuk sombong). Maka bersabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Indah dan mencintai keindahan. Yang
sombong itu adalah menentang kebenaran serta merendahkan manusia.”
(Dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim Rahimahullahu Ta’ala).

D. Penyebab Takabur

Tidak akan sombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar


dan tidak akan menganggap dirinya besar kecuali orang yang menyakini
memiliki sifat kesempurnaan. Pangkal hal tersebut adalah kesempurnaan
keagamaan dan keduniaan. Keagamaan adalah menyangkut ilmu dan
amal, sedangkan keduniaan menyangkut nasab, kecantikan, kekuatan,harta
kekayaan dan banyaknya pendukung. Imam Al-Ghazali dalam
kitab Ihya Ulumiddin, merinci setidaknya ada 7 perkara penyebab
timbulnya sifat takabur dalam diri :
1.    Ilmu pengetahuan
Seorang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu
pengetahuannya., merasakan kesempurnaan dan keindahan ilmu yang di
milikinya dan merendahkan orang lain. Ia menganggap paling mulia dari
pada orang lain, ia terlalu merasa lebih mulia untuk melakukan sesuatu
bagi orang lain, ini menyangkut urusan dunia. Sedangkan menyangkut
perkara akhirat, maka kesombongan adalah dengan memandang dirinya
lebih tinggi dan lebih utama di sisi Allah dari pada orang lain. Sehingga
mereka sering menghawatirkan orang lain dari pada menghawatirkan diri
mereka sendiri. Orang ini lebih tepat di sebut orang bodoh dari pada orang
berilmu, bahkan ilmu yang hakiki ialah ilmu yang mengenalkan manusia
dengan Tuhan.
Seseorang bertambah ilmu tetapi bertambah pula
kesombongannya, hal ini karena mereka menekuni ilmu tetapi bukan ilmu
yang hakiki. Serta mereka menggeluti ilmu dengan batin yang kotor, jiwa
yang buruk dan akhlak yang tidak baik. Tidak memperhatikan jiwanya
dan memperhatikan batinnya.
2.    Amal dan ibadah
Orang yang zuhud dan para ahli ibadah tidak lepas dari nistanya
kesombongan, kepongahan dan tindakan yang memikat hati manusia.
Kesombongan itu menyelinap di dalam diri mereka baik menyangkut
urusan dunia dan akhirat. Dalam urusan dunia, ia memandang orang lain
lebih patut untuk menziarahi dirinya dari pada ia menziarahi orang lain.
Sedangkan dalam urusan agama, ia memandang binasa orang lain dan
dirinya yang selamat. Padahal dengan pandangannya tersebut justru
memastikan dirinya lah yang binasa.
3.    Nasab keturunan
Orang yang mempunyai nasab keturunan yang mulia menganggap
hina orang yang yang tidak memiliki nasab tersebut, sekalipun lebih tinggi
ilmu da amalnya. Kadang kadang, sebagian dari mereka menyombongkan
diri dan menganggap orang lain sebagai pengikut. Sehingga
mengakibatkan ia enggan bergaul dan duduk bersama mereka. Akibatnya
dalam lisan ialah membanggakan nasab keturunannya.ini merupakan hal
yang sangat mengakar dalam jiwa, tidak dapat terlepas darinya orang yang
berketurunan mulia, sekalipun ia orang yang shalih atau berakal sehat.
Hanya saja hal itu tidak mengimbas kepadanya jika tetap dalam kondisi
yang baik. Jika emosi telah mendominasinya maka hal itu akan
memadamkan cahaya bashirah-nya dan mengimbas kepadanya.
Rasulullah saw bersabda :
“Hendaklah orang-orang meninggalkan kebanggaan terhadap
nenek moyang mereka yang telah menjadi batu bara di neraka jahanam
atau (jika tidak) mereka akan menjai lebih hina di sisi Allah dari kumbang
yang hidungnya mengeluarkan kotoran.”
4.    Kecantikan
Hal ini kebanyakan terjadi di kalangan kaum wanita dan
menimbulkan cacian, gunjingan dan menyebabkan aib aib orang.
Diantaranya, apa yang diriwayatkan dari Aisyah ra dalam sebuah hadist
“ada seorang wanita mau menemui nabi Muhammad saw, lalu aku berkata
dengan tanganku begini, yakni ia pendek, lalu ia nabi saw bersabda “kamu
sungguh telah menggunjingnya” pangkal timbulnuya hal ini adalah
terselubungnya kesombongan, karena seandainya aisyah juga pendek
niscaya ia tak kan menyebutnya pendek. Seolah-olah aisyah ujub dengan
postur tubuhnya dan menganggap pendek wanita itu dibandingkan dengan
dirinya, lalu ia mengatakan apa yang telah di katakannya.
5.    Harta kekayaan
Hal ini biasanya di kalangan raja yang membanggakan harta
simpanan mereka, para saudagar yang membanggakan barang
dagangannya, para tuan tanah yang membangga banggakan tanah mereka,
atau para pesolek yang membanggakan pakaian, kuda dan kendaraan
mereka. Sehingga orang yang kaya merendahkan orang yang miskin dan
menyombongkan diri.
Secara umum, segala nikmat yang bisa di yakini sebagai
kesempurnaan menimbulkan kesombongan. Demikian pula orang yang
fasiq, terkadang ia membanggakan dirinya dengan dengan hal hal buruk,
seperti minum khamer dan berbuat mesum dengan para wanita.
Menyombongkan diri dengan perbuatan perbuatan keji ini karena ia
mengira bahwa hal tersebut merupakan kesempurnaan, sekalipun salah.
Itulah hal hal yang secara umum di pakai para hamba untuk
menyombongkan diri atas orang orang yang tidak memilikinya atau atas
orang orang yang memiliki tapi menurut anggapannya masih di bawah
tingkatannya.

E. Ciri-ciri takabur dan contohnya


Ciri-Ciri Takabur
Dalam hal kesombongan, banyak ulama yang menyebutkan bahwa
terdapat tiga ciri yang dibagi berdasarkan derajat takabulnya, yaitu :
1. Derajat pertama adalah kesombongan ditanamkan di hati salah satu dari
mereka, sehingga dia melihat dirinya lebih baik dari yang lain, tetapi dia
mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri dan bertindak dengan rendah
hati.
2. Derajat kedua adalah bahwa setiap orang yang sombong di antara
mereka menunjukkan kesombongan dan kesombongan di tempat umum
melalui tindakan seperti membuktikan bagaimana dia lebih unggul dari
rekan-rekannya dan merendahkan siapa pun yang tidak menunjukkan rasa
hormat kepadanya.
3. Derajat ketiga adalah dia menunjukkan kesombongan dan
kesombongan melalui kata-kata; misalnya, dia mungkin menunjukkan
betapa bangganya dia terhadap dirinya sendiri, prestasinya, garis
keturunannya, dll, dengan tujuan untuk menunjukkan betapa dia lebih baik
dan lebih penting daripada orang lain atau orang tertentu.
Contoh sifat takabur terdapat dalam sebuah kisah ulama yang
sombong. Dalam kitab Fathul Majid karya Syekh Nawawi al-Bantani,
dikisahkan ada seorang ulama yang memiliki ilmu luas tiada bandingnya
namun sombong, namanya adalah Dahriyah. Ulama tersebut hidup pada
masa Imam Abu Hanifah masih kecil sekitar usia 7 tahun. Pada masa itu,
ulama tersebut terkenal dengan luasnya pengetahuan, lebih khusus dalam
bidang tauhid. Ulama lainnya tentu tidak mampu menandingi pengetahuan
yang dimiliki olehnya. Dirinya merasa paling pintar yang menyebabkan
tumbuh sifat sombong, sehingga ia berani berkata bahwa Allah itu tidak
ada, dan sayangnya ulama lain tak ada yang mampu membantahnya dalam
sebuah perdebatan.
Dalam sebuah perkumpulan ulama, Dahriyah (Ulama Sombong)
itu pun tanpa ragu naik ke atas mimbar dan berkata: "Siapakah di antara
kalian para ulama yang sanggup menjawab pertanyaanku?". Mendengar
ucapan tersebut, majelis pun menjadi hening dan semuanya diam. Akan
tetapi, Abu Hanifah berdiri dan bertanya: "Pertanyaan apa? Maka
siapapun yang tahu, pasti akan menjawab pertanyaanmu". Melihat sikap
anak kecil (Abu Hanifah) itu, Dahriyah pun berkata: "Hei, siapa kamu
anak ingusan, beraninya kamu bicara denganku. Tidakkah kamu tahu,
banyak orang yang bersorban, berumur tua, para pejabat, dan sebagainya.
Mereka semua kalah dan diam dari pertanyaanku, kamu masih kecil dan
ingusan, berani-beraninya menantang ku"."Apakah kamu akan menjawab
pertanyaanku", tanya Dahriyah. "Ya, saya akan menjawab pertanyaanmu
dengan taufiq Allah", jawab Abu Hanifah. Dahriyah pun akhirnya
bertanya: "Apakah Allah itu ada?". "Iya, ada", jawab Abu Hanifah.
"Dimanakah dia?", tanya Dahriyah. "Dia, tiada tempat bagi Dia", jawab
Abu Hanifah.
Dahriyah bertanya: "Bagaimana mungkin disebut ada, sementara Dia tidak
bertempat?". "Dalilnya ada di badan kamu, yakni ruh. Kalau kamu
percaya ruh ada, terus di manakah ruh itu? Apakah berada di perut, kepala,
atau di mana?", tanya Abu Hanifah.
Mendengar jawaban tersebut, Dahriyah pun diam seribu bahasa dengan
muka malu. Kemudian Abu Hanifah meminta susu kepada gurunya, yakni
Syekh Himad. "Apakah kamu yakin di dalam susu ini ada manis?", lanjut
tanya Abu Hanifah kepada Dahriyah.
"Ya, saya yakin di susu itu ada manis", jawab Dahriyah. Abu Hanifah
lanjut bertanya: "Kalau kamu yakin ada manisnya, saya tanya apakah
manisnya ada di bawah, tengah, atau atas?". Mendengar pertanyaan itu,
lagi-lagi Dahriyah pun terdiam dan malu. Kemudian Abu Hanifah pun
menjelaskan, "Seperti ruh atau manis yang tidak memiliki tempat, maka
gambaran mudahnya seperti itu pula tidak akan ditemukan bagi Allah
tempat di alam ini, baik itu Arsy ataupun alam-alam lainnya.
Sedangkan contoh sifat takabur yang dapat kita jumpai pada hal-hal kecil
yang jarang kita sadari diantaranya adalah : 
- Dia suka bahwa orang harus berdiri untuknya, baik saat dia datang atau
saat dia duduk. 
- Dia tidak mengunjungi siapa pun karena dia merasa bahwa dia lebih baik
daripada orang
- Dia tidak suka ada orang yang duduk atau berjalan di sampingnya.
- Dia menolak untuk membawa bahkan barang-barangnya sendiri dalam
keadaan apa pun.
- Dia tidak membantu istrinya dalam urusan rumah apa pun, bertentangan
dengan apa yang biasa dilakukan Nabi.

F.  Akibat Takabur

Diantara sebab timbulnya rasa takabur adalah melupakan akan akibat


buruknya.
Akibat Buruk dari Takabbur :
1. Terhalang dari memperhatikan dan mengambil pelajaran
terhadap sesuatu
Hal ini disebabkan orang yang takabur merasa lebih tinggi
dari hamba-hamba Allah yang lain. Maka secara sadar atau tidak
sadar ia telah melampaui batas hingga menempati kedudukan Illahi. Orang
seperti ini sudah barang tentu akan terkena sangsi dan sangsi
atau hukuman yang pertama ialah terhalang dari memperhatikan dan
mengambil pelajaran terhadap sesuatu. Sebagaimana firman Allah yang
artinya:
"Dan betapa banyak tanda-tanda di langit dan dibumi yang
mereka lewati, tapimereka berpaling dari padanya." (Yusuf : 105)
2.    Kegoncangan Jiwa
Orang yang takabur dan merasa lebih tinggi dari pada
orang lain, berkeinginan agar orang lain menundukkan kepala
kepadanya. Tetapi harga diri manusia sudah barang tentu tidak mau
berbuat demikian dan memang pada dasarnya mereka tidak
disiapkan untuk hal itu. Karena keengganan orang lain untuk
menundukkan diri kepadanya, berarti ia gagal memasuki
keinginannya. Maka sebagai akibatnya timbullah kegoncangan
dalam jiwanya. Allah berfirman yang artinya :
"Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang   sempit." (Thaha : 124)
"Dan barang siapa berpaling dari peringatan Tuhannya, Tuhan akan
memberinya siksaan yang berat" (Al-Jin : 17)
3.      Selalu dalam keadaan aib dan kekurangan
Hal ini disebabkan orang yang sombong mengira dirinya telah
sempurna dalam segala hal, maka iatidak mau intropeksi diri sehingga ia
tidak mau menerima nasehat, pengarahan dan bimbingan dari orang
lain.Sebagaimana firman Allah yang artinya:
"(Bukan demikian), yang benar, barangsiapa berbuat dosa dan
ia telah meliputi oleh dosanya,mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya." (Al-Baqarah : 81 )
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Secara istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan


beranggaan bahwa hanya dirinya beranggapan yang paling hebat dan
benar dibandingkan orang lain. Takabur semakna dengan ta`azum, Dari
uraian diatas, telah di jelaskah mengenai sifat takkabur/sombong baik dari
konsep islam dan ilmu psikologi. Dimana dalam islam memandang sifat
takkabur adalah sifat yang tercela dan di benci oleh Allah SWT. Karena
sifat tersebut adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh iblis, iblis akan
memupuk sifat ini dalam hati seseorang jika orang terseut mempunyai
kelemahan hati. sifat ini adalah sifat yang sangat merugikan baik bagi
syang mempunyai sifat itu ataupin bagi yang lain karena dengan adanya
sifat tersebut dapat menyebabkan perpecahan, dengan adanya sifat ini baik
antara manusia yang satu dengan yang lain akan saling
merendahkan/meremehkan dan pada akhirnya akan berujung pada
perpecahan.
Sedangkan dalam konsep psikologi, penyakit hati yang berbentuk
takkabur ini dapat di katakan sebagai salah satu jenis gangguan
kepribadian yang biasa disebut dengan istilah Narsisme, Narsisme adalah
sebuah pola sifat dan perilaku yang dipenuhi obsesi dan hasrat pada diri
sendiri untuk mengabaikan orang lain, egois, serta tidak memperdulikan
orang lain dalam memenuhi kepuasan, dominasi, dan ambisinya sendiri.
Dalam kajian Psikologi dikenal istilah Narcissistic Personality Disorder
(NPD). dijelaskan bahwa orang-orang yang tergolong narsistik ini antara
lain tipenya adalah: arogan, sombong, congkak, self-centered, manipulatif,
angkuh atau tinggi hati, mudah tersinggung, kurang empati,
mengharapkan perlakuan yg tak rasional, haus pujian. Gangguan ini dapat
di sebabkan karena Adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan
khusus, kurang bisa berempati sama orang lain, Memberikan kasih
sayang, Belum punya kontrol moral yang kuat, dan Kurang rasional.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa baik dalam konsep
islam maupun psikologi dalam memandang sifat takkabur tidaklah
bertentangan. Karena dalam pandangan islam yang mengatakan bahwa
sifat takkabur merupakan sifat iblis yang dipupukkan dalam hati
seseorang, dalam kajian psikologi dapat di katakan bahwa yang dimaksud
dengan sifat iblis ini adalah energi-energi negatif yang berada dalam diri
seseorang, yang mana orang tersebut gagal dalam mengolah energi negatif
tersebut untuk menjadi energi yang positif, sehingga muncul beberapa
sifat yang dapat dikatakan kurang baik seperti : arogan, sombong,
congkak, self-centered, manipulatif, angkuh atau tinggi hati, mudah
tersinggung, kurang empati, mengharapkan perlakuan yg tak rasional,
haus pujian dll. Dan dalam psikologi sendiri mengatakan bahwa orang
yang mempunyai sifat-siat tersebut dia anggap mengalami gangguan
dalam kepribadiannya. Dan dalam istilah psikologi disebut dengan
gangguan NARSISME.yakni menampakan keagungan dan kebesaranya.
Takabur termasuk termasuk sifat yang tercela yang harus di hindari.
Dijelaskan dalam firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong”.
(QS..Al-Nahl [16]:23).
Tidak akan sombong kecuali orang yang menganggap dirinya besar
dan tidak akan menganggap dirinya besar kecuali orang yang menyakini
memiliki sifat kesempurnaan. Pangkal hal tersebut adalah kesempurnaan
keagamaan dan keduniaan. Keagamaan adalah menyangkut ilmu dan
amal, sedangkan keduniaan menyangkut nasab, kecantikan, kekuatan,harta
kekayaan dan banyaknya pendukung.
DAFTAR PUSTAKA
al-Bantani, S. N. (1298 H). Fathul Majid.
Al-Ghazali, I. ( 500-an H (1100-an M)). Ihya’ Ulumuddin. Yerussalem.
BUKHARI. (n.d.). al-Adabul Mufrad ‫أألدب المفرد‬.
Fitri, e.-p. R. (2009). Faktor penyebab narsistik.
harakah.id. (2020, agustus 24 ). 7 Perkara yang Jadi Penyebab Timbulnya
Sifat Takabur.

Anda mungkin juga menyukai