DISUSUN OLEH :
1. NAZHIFAH
2. HUSNUL KHATIMAH
A. Latar Belakang
Dalam diri manusia terdapat berbagai macam Sifat, ada yang baik
dan ada juga yang buruk. Dan sifat-sifat itu muncul disebabkan oleh
lingkungan serta pengalaman di masa lalu. Salah satu sifat buruk yang
sering ditemui pada diri manusia adalah sombong atau dalam istilah
keagamaan dikenal dengan takabur. Kesombongan atau takabur dapat
dibagi menjadi dua yaitu secara batin maupun lahir (zhahir).
Kesombongan batin adalah suatu sikap yang ada dalam jiwa sesorang,
sedangkan kesombongan lahir (zhahir) adalah perilaku yang lahir dari
anggota badan. Perangai sombong menuntut perbuatan, oleh sebab itu
apabila Nampak pada anggota badan maka disebut sombong (takabur),
tetapi apabila tidak tampak maka disebut kesombongan (kibr). Tetapi
orang tidak bisa takabur tanpa adanya orang lain dimana ia melihat dirinya
diatas orang lain, pada saat itu ia menjadi orang yang takabur sehingga
timbul didalam hatinya kepuasan, kesenangan terhadap apa yang
diyakininya dan terasa berwibawa didalam dirinya karna kepuasannya
telah tercapai Dengan inilah kesombongan berbeda dari ujub, karena ujub
tidak menuntut adanya orang yang di ujubi, bahkan seandainya manusia
tidak di ciptakan kecuali satu orang bisa saja orang itu menjadi ujub.
Tetapi orang tidak bisa takabur kecuali dengan adanya orang lain di mana
ia memandang dirinya di atas orang lain tersebut menyangkut berbagai
sifat kesempurnaan.
Pada saat itu ia menjadi orang yang takabur, sehingga dalam
hatinya timbul anggapan, kepuasan, kesenangan terhadap apa yang di
yakininya dan terasa berwibawa di dalam dirinya dengan sebab tersebut.
Kewibawaan, kesenangan dan kecenderungan kepada kekayanan (di dalam
jiwa) tersebut adalah perangai kesombongan. Kesombongan adalah sebuah
sifat yang disebut “izzah dan ta’azhzhum” oleh karena itu ibnu abbas
berkata dalam firman Allah “tidak ada dalam diri mereka melainkan
hanyalah (keinginan akan) kesombongan yang mereka sekali kali
tiadayang akan mencapainya” (al-mukmin : 56) yaitu kebesaran yang
tidak dapat mereka capai. Ibnu abbas mengatakan kesombongan sama juga
dengan kebesaran.
Kesombongan menjadi penghalang masuk surga karna ia
menghalangi seorang hamba dari semua akhlak yang seharusnya disanding
oleh seorang mukmin.Akhlak-akhlak itu merupakan pintu-pintu surga
sedangkan kesombongan merupakan penutup pintu-pintu nya. Apabila
Orang yang di dalam hatinya ada perangai tersebut walaupun seberat
dzarrah maka ia tidak akan masuk surga. Akhlak yang tercela itu saling
berkaitan, sebagiannya pasti mengajak kepada sebagian lain.kesombongan
yang paling buruk ialah kesombongan yang menghalangi diri dari
mendapatkan manfaat ilmu, mengikuti kebenaran, menerima kebenaran,
dan Kewibawaan kesenangan dan kecenderungan kepada kekayaan
( didalam jiwa ) tersebut adalah perangai kesombongan. Kesombongan itu
menjadi penghalang bagi seseorang untuk masuk syurga karna ia
menghalangi seseorang hamba dari semua akhlak yang seharusnya
dimiliki oleh orang mukmin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takabur
Takabur berasal dari bahasa Arab takabbara-yatakabbaru yang
artinya sombong atau membanggakan diri. Secara istilah takabur adalah
sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya dirinya yang
paling hebat dan benar dibandingkan orang lain. Takabur memiliki makna
yang sama dengan ta`azum, yakni menampakan keagungan dan
kebesaranya. Dalam ajaran islam sifat sombong/takkabur merupakan sifat
yang sangat dilarang karena sifat takkabur telah banyak mencelahkan
mahluk ciptaan Allah SWT. sebenarnya islam telah mengajarkan bahwa
keadaan manusia itu sama dimata Allah, dan yang membedakan hanya
tingkat keimanan dan ketakwaannya. Dari mahluk lainnya, Manusia
diciptakan oleh Allah sebagai mahluk yang paling sempurna daripada
mahluk yang lain, manusia diciptakan dengan kesempurnaan akal dan
pikiran. Akan tetapi apabila dilihat dibandingkan antar sesama manusia,
banyak sekali manusia yang terlahir dengan mempunyai banyak
kelebihan, baik itu berupa keterampilan ataupun yang lain. Meskipun
demikian tidak sedikit pula manusia yang dilahirkan dengan banyak
membawa kekurangan, misalkan kecacatan, kebodohan, dll. oleh karena
itu berangkat dari adanya kekurangan dan kelebihan dalam manusia itulah
sehingga menyebabkan adanya sifat sombong/takkabur diantar manusia
itu sendiri.
Takkabur atau sombong adalah suatu sikap menolak kebenaran dan
melecehkan atau merendahkan orang lain, dan memandang dirinya
sempurna segala-galanya. Sombong adalah keadaan dimana seorang
bangga dengan dirinya sendiri. Imam Al-ghazali dalam kitab Ihya
ulumudin membagi setidaknya ada 7 perkara yang menyebabkan
timbulnya sifat takabur didalam diri, yaitu karna ilmu pengetahuan, amal
ibadah dan amal shaleh yang dikerjakan, keturunan atau nasabnya, harta
kekayaan yang dimiliki, keelokan wajah atau fisik yang dimiliki, karena
kekuasaannya, karna kaum atau golongannya lebih banyak.
Secara disadari atau tidak terkadang seseorang menunjukkan sikap
angkuh dan takaburnya. Apabila sikap takabur telah masuk kedalam hati
seseorang maka telah dikuasailah hawa nafsunya dan akan selalu berbuat
cenderung kepada yang tidak baik. Hal ini adalah lumrah terjadi karena
sejatinya manusia memiliki iman yang tidak tetap, kadang berada diatas
dan kadang berada dibawah dan susah untuk memprediksinya.
Sebagai seorang muslim sudah menjadi keharusan bagi kita untuk
menghindari diri dari sifat dan perilaku sombong tersebut, sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw Beliau adalah sosok manusia
yang bergelimang kemuliaan dan kelebihan, namun beliau tidak pernah
sedikitpun terlintas di benaknya untuk bersikap sombong. Bahkan para
pengikut beliau pun dipanggilnya dengan sebutan “sahabat”. Bukan
karena terbiasa melainkan Sebutan sahabat ini mempuyai makna tersirat
yakni kesetaraan. Jadi, Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang
mempunyai derajat tinggi, tetapi tidak menganggap dirinya lebih tinggi
dari para pengikutnya yang disebutnya dengan panggilan sahabat tersebut.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin jilid III membagi
takabbur menjadi dua: takabbur dalam urusan agama dan takabbur dalam
urusan dunia. Takabbur dalam urusan agama dibagi lagi menjadi dua:
takabbur karena ilmu dan takabbur karena amal. Menurut Imam Al-
Ghazali, yang paling banyak melakukan takabbur karena ilmu adalah para
ilmuwan, para filsuf dan para ulama. Salah satu ciri-cirinya, ia tidak mau
mendengarkan nasihat dari orang lain, karena orang lain dianggap lebih
bodoh dari dirinya. Ia mudah menyalahkan orang lain; mudah
menghakimi orang lain; dan bahkan tidak segan-segan mengkafirkan
sesama muslim. Seakan-akan, keimanan hanya diukur berdasarkan
ilmunya saja.
Kedua, takabbur karena amal muncul ketika seseorang merasa
sudah banyak amalnya, sehingga merendahkan orang lain. Ia merasa
sangat berjasa kepada agama, sehingga ia mudah merendahkan orang lain.
Ia merasa menjadi orang yang paling taat beragama dan menganggap
rendah orang lain yang jarang ikut pengajian. Amal saleh dilakukan tidak
karena Allah, melainkan ingin ditunjukkan kepada orang lain. Dan inilah
yang akan mengantarkannya kepada kemusyrikan kecil hingga nantinya
ke syirik besar.
Sayyidina ‘Ali karamallahu wajhah(kw). pernah memberikan kiat
agar tidak mudah terjebak pada kesombongan, “Kalau kamu berjumpa
dengan orang yang lebih muda, berpikirlah dalam hatimu, ‘Pasti dosanya
lebih sedikit dari dosaku.’ Kalau kamu berjumpa dengan orang yang lebih
tua, berpikirlah dalam hatimu, ‘Pastilah amal baiknya lebih banyak
daripada amal baikku.’” Setiap orang pasti punya kelebihan. Namun, hal
itu tidak menyebabkan seseorang menjadi lebih mulia, lebih alim, lebih
tinggi, daripada orang lain. Sedikit saja merasa bahwa diri kita lebih mulia
daripada orang lain dan merasa ingin diperlakukan sebagai orang yang
terhormat secara berbeda, maka (bisa jadi) kita sudah jatuh ke lubang
kesombongan diri .
B. Takkabur Dalam Kajian Psikologi
Dalam pandangan islam dikatakan bahwa sifat takkabur adalah
sifat dimana seseorang merasa bangga terhadap dirinya sendiri dan merasa
paling sempurna sehingga mempunyai kecenderunagan untuk menolak
dan melecehkan orang lain.
Sedangkan dalam konsep psikologi dengan adanya kecenderungan
seseorang untuk merasa bangga terhadap dirinya sendiri dan merasa paling
sempurna merupakan indikasi adanya gangguan dalam sistem kepribadian
orang tersebut, yang mana gangguan tersebut dalam psikologi
menyebutnya dengan istilah Narsisme. Narsisme adalah sebuah pola sifat
dan perilaku yang dipenuhi obsesi dan hasrat pada diri sendiri untuk
mengabaikan orang lain, egois, serta tidak memperdulikan orang lain
dalam memenuhi kepuasan, dominasi, dan ambisinya sendiri. Dalam
kajian Psikologi dikenal istilah Narcissistic Personality Disorder (NPD).
dijelaskan bahwa orang-orang yang tergolong narsistik ini antara lain
tipenya adalah: arogan, sombong, congkak, self-centered, manipulatif,
angkuh atau tinggi hati, mudah tersinggung, kurang empati, mengharapkan
perlakuan yg tak rasional, haus pujian.
Orang yang tergolong narsistik itu membayangkan dirinya sebagai
superior atau di atas dari orang lain dan sehingga mereka bersikukuh untuk
merefleksikan gaya hidup sukses secara berlebihan. Di samping itu,
mereka juga haus pujian dan perhatian untuk memperkuat harga-dirinya.
Akibatnya, orang narsistik model ini sangat sensitif terhadap berbagai
macam kritik. Bahkan kerapkali dianggapnya kritik itu sebagai upaya
untuk menjatuhkan atau menyerang.
Perasaan seperti itu harus dibedakan dengan rasa percaya diri. Orang yang
memiliki percaya diri mengetahui kualitas diri sendiri, tapi tidak
tergantung pada pujian orang lain untuk merasa nyaman, serta lebih
terbuka terhadap kritik dan saran. Narsis sebaliknya, mereka butuh
dukungan dan perhatian serta pengakuan dari orang lain untuk menjaga
self-esteem. Jadi jelas bahwa narsis sudah tergolong ke dalam gangguan
kepribadian yg perlu dijahui, sedangkan percaya diri adalah sikap yang
penting untuk dimiliki. seorang yang narsis biasanya akan sangat sulit
untuk beraktivitas. Bahkan, perkembangan sosialnya juga akan terganggu
karena dia tidak akan dapat bersosialisasi, sehingga, ia akan selalu
terhambat dengan dirinya sendiri.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan narsisme yang diungkapkan oleh
Mitchell JJ dalam bukunya The Natural Limitations of Youth, antara lain
ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu :
1. Adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus
2. Aurang bisa berempati sama orang lain
3. Memberikan kasih sayang
4. Belum punya kontrol moral yang kuat, dan
5. Kurang rasional
C. Dalil-Dalil Tentang Takabur
- QS..Al-Nahl [16]:23
َاَل َج َر َم اَ َّن ہّٰللا َ یَ ۡعلَ ُم َما ی ُِسرُّ ۡونَ َو َما ی ُۡعلِنُ ۡونَ ؕ اِنَّ ٗہ اَل ی ُِحبُّ ۡال ُم ۡست َۡکبِ ِر ۡین
”Tidak diragukan lagi bahwa Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong.” (QS..Al-Nahl
[16]:23).
- QS.Mukmin [40]:60
َٰدخ ِِر ۡین َو َقا َل َر ُّبکُ ُم ۡادع ُۡون ِۡۤی اَ ۡس َت ِج ۡب لَکُمۡ ؕ اِنَّ الَّذ ِۡی َن َی ۡس َتک ِۡبر ُۡو َن َع ۡن عِ َبادَ ت ِۡی َس َی ۡد ُخلُ ۡو َن َج َہ َّن َم
"Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS.Mukmin
[40]:60)
QS.Al-isra’ [17]:37
D. Penyebab Takabur
F. Akibat Takabur
PENUTUP
A. KESIMPULAN