Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UJUB (BANGGA DIRI)

OLEH :
NAMA : Asiah Darin Salabila
Azzahra Nurfazira A. A
KELAS : X MIPA 6

MAN 1 BOGOR

2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi atas curahan
nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tetap
terlimpahkan pada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarganya
(ahli bait), Aamiin.
Makalah ini ditulis sebagai salah media sumber belajar bagi
siswa Madrasah Aliyah dan Sekolah Menengah Atas yang bercirikan
islam dan sumber penulisannya mengacu pada KI dan KD pada
kurikulum yang telah diterbitkan Kementrian Agama RI sesuai KMA
183.
Adapun isi makalah ini tentang UJUB yang merupakan akhlak
tercela. Diambil dari modul Aqidah Akhlak kelas X Madrasah Aliyah
dan Sekolah Menengah Atas. Adapun modul tersebut bersumber dari
buku-buku yang diterbitkan oleh Kementrian Agama RI dan buku
agama untuk Madrasah Aliyah yang beredar di pasar serta diperkarya
dengan materi dari buku lain yang dianggap penting.
Kita menyadari segala kekurangan dari makalah ini. Untuk itu
kritik dan saran dari guru agama merupakan suatu hal yang
diharapkan semoga segala ikhtiarnya di Ridhoi Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I
A. Pendahuluan
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
Bab II
Pembahasan
 Pengertian ujub
 Penyebab ujub
 Bahaya ujub
 Cara menghindari sikap ujub
 Ayat yang menjelakan tentang ujub
Bab III
A. Kesimpulan
B. Kritik dan saran

BAB I
A. Pendahuluan
Secara naluri, manusia memiliki kecenderungan menonjolkan
kelebihannya di hadapan orang lain. Kecenderungan ini lahir dari
watak bangga diri. Dalam hal ini, ada unsur kesamaan antar manusia
dengan beberapa jenis binatang. Burung merak misalnya, di kerap
memamerkan kelebihan bulu-bulunya untuk menarik simpati lawan
jenisnya. Setiap manusia diberikan berbagai karunia dan kelebihan
yang bisa menjadi potensi untuk melahirkan sifat ujub. Ada kelebihan
yang sifatnya alami dimana manusia tidak memiliki peran sama sekali
dalam memperolehnya semisal kecantikan dan ketampanan. Ada
kelebihan yang merupakan pengembangan potensi manusia. Apapun
kelebihan itu, harus dikembalikan kepada Allah dan mensyukurinya.
Tak layak manusia membanggakan diri.
Sifat bangga diri (ujub) adalah sifat-sifat mazmumah yang perlu
kita jauhi. Tanpa kita sadari bahwa apabila sifat ini telah bertapak
dalam hati kita akan menyebabkan hati kita berpenyakit dan akan
merusak amalan kita kepada Allah SWT. Sifat kekaguman dan
membangga-banggakan diri dapat menimbulkan kesombongan dan
keangkuhan terhadap orang lain. Sifat ini adalah salah satu penyakit
hati yang sangat mencelakakan dan sulit dihindari. Dalam Al-Qur’an
sudah tertera larangan dan ancaman serta bahaya yang akan
ditimbulkan dari sifat takabur ini. Jika seseorang sudah melekat pada
sifat ini, maka segeralah mungkin untuk mengobatinya dan
menghindarinya, karena sifat ini sangat merugikan diri sendiri
maupun orang lain serta merugikan di dunia dan di akhirat.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian ujub?
2. Apa penyebab ujub?
3. Apa bahaya dari sikap ujub?
4. Bagaimana cara menghindari sikap ujub?
5. Apa ayat yang menjelaskan tentang ujub?
C. Tujuan penelitian
Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini berdasarkan
permasalahan diatas adalah untuk menjelaskan tentang ujub yang
merupakan akhlak tercela yang harus kita hindari.
D. Manfaat penelitian
 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan tentang ujub
 Memberikan gambaran yang harus dihindari dari sifat
tersebut
 Diharapkan untuk merubah sifat diri sendiri agar tidak
merugikan bagi dirinya dan orang lain

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian ujub
Secara kaidah kebahasaan, kata ‘ujub’ berasal dari
kata “ajaba” yang maknanya “kagum, terheran-heran,
takjub. Al I’jabu bin Nafsi berarti kagum pada diri sendiri.
Secara terminologi, ujub dapat didefinisikan sebagai
suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu
penghargaan yang terlalu berlebihan kepada kemampuan
diri. Sikap ini tercermin pada rasa tinggi diri (superiority
complex) dalam bidang keilmuan, amal perbuatan,
ataupun kesempurnaan bentuk fisik. Dan disaat ia
menampakkan kelebihannya pada orang lain dan
merendahkan orang lain, maka ia telah terjangkit penyakit
takabur. Oleh karena itu, sikap ujub dan takabur memiliki
keterkaitan satu sama lain. Dan sikap takabur adalah
sikapnya iblis. Allah SWT sangat melarang kaum
muslimin memiliki sikap ujub yang dapat menjerumuskan
kepada sikap sombong. Sikap ujub ini termasuk kedalam
perbuatan akhlak tercela.

2. Penyebab ujub
a) Kelebihan fisik, misalnya tampan, cantik, dan kuat.
Ia merasa bahwa fisiknya lebih hebat, lebih cantik
atau lebih tampan dan kuat daripada yang lain.
b) Intelektual, akal, dan keahliannya dalam memahami
ilmu-ilmu agama dan umum, orang yang demikian
itu merasa dan menganggap dirinya paling pintar.
Sehingga terjerumus dalam perilaku ujub.
c) Keturunan. Ia merasa dirinya turunan ningrat,
bangsawan, atau darah biru. Orang yang demikian itu
bisa dihinggapi perasaan bahwa menganggap
dirinyalah yang harus dihormati dan dimuliakan.
d) Banyak anak, banyak keponakan, dan anggota
lainnya yang sukses, banyak temannya yang
mempunyai kedudukan tinggi dan lain sebagainya.
Semua dibangga-banggakan secara berlebihan
sehingga menimbulkan sifat ujub.
e) Harta yang banyak. Ia menjadi ujub dengan hartanya
itu.

3. Bahaya ujub
1) Ujub menyebabkan timbulnya rasa sombong (takabbur),
sebab memang ‘ujub’ itulah yang menyebabkan salah satu
dari berbagai sebab kesombonga timbul. Dan Rasulullah
telah menjamin bahwa tidak ada tempat di surga bagi
orang yang di dalam hatinya terdapat sedikitpun
kesombongan.
2) Seseorang yang dalam hatinya terdapat penyakit ‘ujub’, ia
tertipu oleh perasaan, dan pendapatnya sendiri. Ia merasa
apa yang datang dari dirinyasendiri semua serba hebat dan
agung.
3) Sikap ‘ujub’ membuat seseorang kurang sadar terhadap
kedudukan dirinya, ia akan memuji-muji dirinya,
menyanjung dirinya sendiri dan menganggap suci dirinya
serta bersih dari kesalahan dan dosa.
4) Seorang yang ujub tidak mau belajar dari orang lain, sebab
ia sudah merasa amat pandai.
5) Membatalkan pahala. Seseorang yang merasa ujub dengan
kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya
akan sia-sia. Karena Allah tidak akan menerima amalan
kebajikan sedikit pun kecuali dengan ikhlas karena-Nya.
6) Akan dibenci dan dijauhi oleh orang lain.
7) Sikap ujub dapat memicu sifat arogansi dalam dirinya,
menghina dan melecehkan orang lain.
8) Sikap ujub dapat menghilangkan rasa saling hormat
menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya,
menanamkan kebencian.

4. Cara menghindari sikap ujub


 Membiasakan sikap rendah hati, dengan cara melihat
orang-orang yang lebih baik dari kita, lebih pandai,
ataupun lebih hebat dari kita, sehingga akan membuat kita
sadar, masih banyak yang lebih ganteng atau cantik, lebih
sholeh, dan lain sebagainya.
 Mengingat kisah sejarah yang Allah abadikan dalam kitab
suci Al-Qur’an, mengenai orang yang ujub, takabbur
dengan kekuatannya, yang akhirnya Allah binasakan,
seperti Fir’aun dan Qorun.
 Menyadari bahwa ilmu yang kita miliki sangatlah sedikit
dibandingkan dengan ilmu Allah SWT.
 Kita harus senantiasa memahami bahwa yang menjadi
ukuran kemuliaan seseorang adalah ketakwaannya, bukan
bentuk fisik, bukan kekayaan, bukan ilmu yang ia miliki.
 Kita harus menyadari bahwa pada hakikatnya semua yang
ada pada diri kita adalah milik Allah.
 Tingginya jabatan, kedudukan dan leluhur yang
bangsawan tidak pantas untuk dijadikan alasan untuk
membangnggakan diri dan bertindak sewenang-wenang.
Semua adalah amanah dan anugerah dari Allah SWT.

5. Ayat yang menjelaskan tentang ujub


Sifat Allah SWT sebagai sang pemilik tercantum
dalam surah Ali Imran ayat 109 yang berbunyi sebagai
berikut.

‫ض َۗواِلَى هّٰللا ِ تُرْ َج ُع ااْل ُ ُم ْو ُر‬


ِ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬
‫هّٰلِل‬
ِ ‫َو ِ َما فِى السَّمٰ ٰو‬

Artinya : “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di


bumi, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.”
(QS. Ali Imran : 109)
Bahaya sifat ujub telah tercantum dalam surah Luqman ayat 18
yang berbunyi sebagai berikut.
Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman : 18)

BAB III
A. Kesimpulan
Ujub artinya merasa bangga pada diri sendiri, merasa heran
terhadap diri sendiri dengan sebab adanya satu dan lain hal. Ada
delapan perkara yang dapat menimbulkan sikap ujub, yaitu :
Ujub dengan badan, ujub dengan ketangguhan dan kekuatan, ujub
dengan kepandaian dan kecerdasan, ujub atas garis keturunan (nasab)
yang mulia, ujub dengan nasab pembesar negara atau pejabat-pejabat
sebawahnya, bukan dengan nasab ahli ilmu agama, ujub dengan
banyaknya anak, pelayan, pengikut, keluarga, dan kerabat, ujub
dengan harta, ujub dengan pendapatnya yang salah.
Bahaya ujub itu banyak sekali, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Sesungguhnya ujub itu mendorong kepada kesombongan.
2) Adapun menyangkut hubungan dengan Allah, ujub itu
menyebabkan seseorang melupakan dan mengabaikan dosa-
dosanya di masa lalu.
3) Sedangkan yang menyangkut amal saleh, maka ia
menganggapnya sebagai suatu amalan yang besar.
4) Sifat ujub ini akan menyesatkannya lebih jauh hingga ia tak
segan-segan memuji diri sendiri, menyanjung dan
menganggapnya suci.
5) Orang yang selalu membanggakan diri tidak mau berdiskusi
atau bermusyawarah dalam suatu masalah.
6) Seseorang yang ujub itu akan mengutamakan dirinya sendiri,
tidak perlu lagi memikirkan kepentingan orang lain.

Jika kamu ingin mengetahui bahwa memuji diri sendiri itu tidak
menaikkan derajat dalam pandangan orang lain, maka cobalah kamu
renungkan bagaimana pandanganmu ketika temanmu memuji-muji
kebaikannya sendiri, membanggakan kedudukannya dan
memamerkan kekayaannya. Jika kamu tidak senang mendengar orang
lain memuji dirinya sendiri, maka orang lain pun merasa benci ketika
mendengar pujianmu terhadap dirimu sendiri.
B. Kritik dan saran
Demikianlah pembuatan dan penyampaian makalah tentang
ujub. Tentunya dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurang telitian. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami butuhkan demi perbaikan makalah ini dan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
semua pembaca makalah ini. Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai