ANGGOTA
ISRA NURHIDAYAH
KHATAMARRASYID
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ujub
Dalam Islam, sifat ujub adalah sifat yang senang membanggakan diri sendiri. Sifat ini
membuat kita merasa seolah paling hebat dan kuat dalam hal apapun. Sifat ini termasuk sifat tercela
dan merupakan penyakit hati yang harus dihindari oleh umat Islam. Sebab, ujub dapat memunculkan
sifat riya dan sombong.
Ibnul Mubarok menyebutkan, ujub adalah perasaan ketika seseorang merasa dirinya
mempunyai suatu kelebihan yang orang lain tidak miliki. Sementara itu, Imam Al Ghozali
menyebutkan, ujub ialah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang merasa hanya dirinya yang
memiliki tersebut, serta melupakan bahwa karunia tersebut adalah pemberian Allah SWT. Perasaan
ujub adalah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang ada pada dirinya dan merasa memilikinya
sendiri, serta tidak menyadari bahwa karunia tersebut adalah pemberian Allah SWT.
Contoh sifat ujub yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
B. Penyebab Ujub
1) Faktor Lingkungan dan Keturunan
Yakni keluarga atau lingkungan dimana orang itu tumbuh. Seorang biasanya tumbuh
sesuai dengan didikan dari tangan kedua orangtuanya. Orang tersebut akan menyerap
kebiasaan-kebiasaan dari keduanya atau bisa juga salah satunya, baik itu yang positif
ataupun negatif.
Misalnya saja seperti sikap yang senang apabila dipuji, selalu menganggap diri yang
paling suci dan yang lainnya.
2) Sanjungan dan Pujian yang Berlebihan
Sanjungan yang berlebihan tanpa memperhatikan etika dalam agama dapat diidentikkan
sebagai suatu penyembelihan, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadits. Hal
ini sangat sering kita temui sebagian orang yang dalam memuji terlalu berlebihan,
sehingga seringkali membuat orang yang dipuji itu lupa diri.
Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang jahat, seperti halnya orang yang
berteman dengan penjual minyak wangi dan juga dengan pandai besi. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
4) Kufur Nikmat
Begitu banyak nikmat yang diterima oleh seorang hamba, namun dia lupa kepada Allah
SWT yang sudah memberikannya nikmat itu. Sehingga hal-hal seperti itu menggiringnya
kepada penyakit, yang disebut dengan ujub, ia sangat membanggakan dirinya yang
sebenarnya tak pantas untuk dibangga-banggakan.
Dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah dia
untuk menempati tempatnya di Neraka.” (HR. At-Tirmidzi)
Tetapi hadist ini bisa kita pelajari lebih lanjut lagi mengenai sebab-sebab munculnya
hadist tersebut.
E. Dalil
Dalam surat Lukman ayat 18 diterangkan bahwa manusia dilarang bersifat angkuh dan
sombong, serta memandang rendah orang lain. Bahkan, Allah SWT tidak menyukai hamba-
Nya yang membanggakan diri sendiri. Menurut tafsir Kemenag, ayat ini merupakan
kelanjutan dari wasiat Lukman kepada anaknya.
Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan
janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membanggakan diri." (QS. Lukman: 18)
1) Menyadari bahwa taufik datangnya dari Allah. Jika ia sudah menyadari ini, ia akan sibuk
memikirkan bagaimana bersyukur kepada-Nya dan tidak akan membanggakan diri.
2) Merenungkan berbagai anugerah dan nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Jika ia
merenungkan anugerah dan nikmat-Nya, ia akan sibuk bersyukur kepada-Nya. Ia
menganggap bahwa amalnya masih sedikit dan tidak akan bangga diri.
3) Merasa takut kalau-kalau amalannya tidak diterima. Jika ia sibuk dengan ketakutan
seperti ini, ia tidak akan bangga diri.
4) Memikirkan kembali dosa-dosa yang telah ia kerjakan sebelumnya. Jika ia takut kalau
keburukannya akan mengikis amal baiknya, ia tidak akan membanggakan diri
BAB III
PENUTUP
Dari sedikit uraian diatas, bahwa ujub adalah mengagumi diri sendiri, yaitu ketika kita merasa
bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain. Dalam bentuk kepribadian
ini, manusia dihadapkan pada dinamika dan persoalan agar mengendalikan diri dari sifat ujub yang
membawa kehinaan.