KHAUF
Di susun oleh :
MA BILINGUAL BATU
ARENG-ARENG DADAPREJO
Tahun Pelajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR
Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia tujuannya
tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah
swt, sebagaimana telah dijelaskan dalam
firman-Nya; “ Dan tidak Aku (Allah) ciptakan jin
dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-
Ku (Allah)” . Maka dari itu wajib bagi kita untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt yaitu
dengan beribadah kepada-Nya. Adapun tata
cara beribadah telah dicotohkan oleh rasul-Nya
Muhammad saw. Adapun hakikat beribadah
adalah wushul (sampai) kepada Allah swt.
Terdapat tujuh tahapan untuk bisa
mencapainya yaitu; tahapan ilmu, tobat,
rintangan, godaan, pendorong, penoda dan
perusak ibadah, dan tahapan puji dan syukur.
Dalam kesempatan kali ini kami akan
mencoba menguraikan tentang tahapan yang
kelima yaitu tahapan pendorong yang di
dalamnya berisi tentang berharap kepada Allah
SWT. yaitu takut kepada-Nya (al-khauf).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian al-khauf?
2. Apa saja dasar Al Quran tentang al-khauf?
3. Apa hakikat al-khauf?
4. Apa manfaat dari al-khauf?
C. Tujuan Penulisan
1. Pembaca dapat mengetahui pengertian al-
khauf
2. Pembaca dapat mengetahui dasar Al Quran
tentang al-khauf
3. Pembaca dapat memahami hakikat al-khauf
4. Pembaca dapat mengetahui dasar dari al-
khauf
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
III. PEMBAHASAN
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
‘Ujub artinya merasa bangga pada diri sendiri, merasa heran
terhadap diri sendiri dengan sebab adanya satu dan lain hal. Ada
delapan perkara yang dapat menimbulkan sikap ‘ujub, yaitu :
‘Ujub dengan badan,‘Ujub dengan ketangguhan dan kekuatan,
‘Ujub dengan kepandaian dan kecerdasan, ‘Ujub atas garis
keturunan (nasab) yang mulia, ‘Ujub dengan nasab pembesar
negara atau pejabat-pejabat sebawahnya, bukan dengan nasab
ahli ilmu agama, ‘Ujub dengan banyaknya anak, pelayan,
pengikut, keluarga, dan kerabat, ‘Ujub dengan harta, ‘Ujub
dengan pendapatnya yang salah.
Bahaya ‘ujub itu banyak sekali, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Sesungguhnya ‘ujub itu mendorong kepada kesombongan
2. Adapun menyangkut hubungan dengan Allah, ‘ujub itu
menyebabkan seseorang melupakan dan mengabaikan dosa-
dosanya dimasa lalu.
3. Sedangkan yang menyangkut amal saleh, maka ia
menganggapnya sebagai suatu amalan yang besar.
4. Sifat ‘ujub ini akan menyesatkannya lebih jauh hingga ia tak
segan-segan memuji diri sendiri, menyanjung dan
menganggapnya suci.
5. Orang yang selalu membanggakan diri tidak mau berdiskusi
atau bermusyawarah dalam suatu masalah
6. Seseorang yang’ujub itu akan mengutamakan dirinya sendiri,
tidak perlu lagi memikirkan kepentingan orang lain.
Jika kamu ingin mengetahui bahwa memuji diri sendiri itu
tidak menaikkan derajat dalam pandangan orang lain, maka
cobalah kamu renungkan bagaimana pandanganmu ketika
temanmu memuji-muji kebaikannya sendiri, membanggakan
kedudukannya dan memamerkan kekayaannya. Jika kamu tidak
senang mendengar orang lain memuji dirinya sendiri, maka orang
lain pun merasa benci ketika mendengar pujianmu terhadap
dirimu sendiri.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah pembuatan dan penyampaian makalah
tentang ‘Ujub. Tentunya dalam makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangtelitian. Olehkarena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami butuhkan demi
perbaikan makalah ini dan selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi semua
mahasiswa pada umumnya. Amiiin.
DAFTAR PUSTAKA
.
V. Membiasakan Ridha Dalam Kehidupan Sehari-hari
Konsekuensi ridha kepada Allah harus mengikuti semua yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW (ittiba’ ar-Rasul). Apabila seorang
ridha kepada Allah, tentu dia akan selalu berusaha melakukan
segala sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan segala
sesuatu yang dibenci-Nya. Untuk itu seseorang agar dapat
membiasakan ridha maka perlu melakukan berbagai upaya,
yang diantaranya sebagai berikut :
1. Menyadari pentingnya ridlo didalam kehidupannya, baik
sebagai makhluk pribadi, sosial maupun sebagai hamba Allah
SWT
2. Memahami apa yang di takdirkan Allah SWT adalah pilihan
terbaik dari-Nya
3. Suka husnudzon terhadap takdir Allah SWT baik itu yang
baik maupun yang buruk
4. Optimis terhadap prestasi yang kurang baik dan
menjadikannya sebagai bahan untuk memperbaiki diri sendiri
5. Tidak membenci kemalangan atau musibah maupun
kegagalan yang telah dicapainya.
Kesimpulan
Ridha adalah salah satu akhlak terpuji yang memiliki pengertian
menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah
swt. Ridha menurut baitul hikmah dikelompokkan menjadi 3
yaitu ridha kepada Allah, ridha apa yang datang dari Allah, dan
ridha pada qada’ dan qadar Allah. Bentuk perilaku ridah salah
satunya yaitu rela menerima setiap takdir yang sudah
ditenteukan Allah dan berkeyakinan bahwa dibalik takdir baik
maupun buruk tersimpan rahasia dan hikmah yang berharga.
Selain itu perilaku ridha juga terdapat nilai positifnya, seperti
menghilangkan kebencian, menciptakan suasana batin yang
puas, lega dan bahagia. Kita juga perlu untuk membiasakan
ridha dalam kehidupan sehari-hari kita, namun tidak semudah
membalikkan telapak tangan karena semua itu memerlukan
proses yang bertahap.