Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amayla Yuan Anggara

NIM : 200332618089
OFF : C3
Dosen : Ibnu Samsul Huda
A. SOAL DAN LATIHAN
1. Kemukakan gambaran lengkap Anda tentang hakikat
manusia!
2. Manusia memiliki potensi yang dapat berkembang ke arah
yang positif dan negatif. Bagaimana hal tersebut terjadi?
3. Apa manfaat yang diperoleh manusia dengan mengetahui
bahwa di dalam dirinya terdapat potensi yang positif dan
negatif?
4. Jelaskan mengapa Allah memilih manusia sebagai khalifah fil
ardhi!
5. Kekusaan yang diberikan Allah kepada manusia sebagai
khalifah fil ardhi tidak bersifat mutlak. Jelaskan maksud
pernyataan tersebut!
6. Manusia memiliki dwifungsi yaitu sebagai khalifah dan
hamba Allah. Jelaskan hubungan kedua fungsi tersebut!

B. TUGAS KONTEKSTUAL
1. Sebutkan dampak yang akan terjadi apabila potensi manusia
yang negatif menguasai dirinya! Identifikasi dari kejadian di
lingkungan sekitarmu!
2. Buatlah studi kasus tentang seseorang di tempat tinggalmu
yang sukses dalam hidupnya. Identifikasilah hal-hal yang
menjadikan ia sukses.
3. Identifikasi orang di sekitarmu yang sholeh/sholehah, dan cari
tahu rahasia sikapnya yang baik tersebut!
JAWABAN
A. SOAL DAN LATIHAN
1. Hakikat sebenarnya dalam diri manusia adalah tentang tujuan
penciptannya oleh Allah, hal tersebut dijelaskan dengan
konkret dalam al-Quran dan juga Hadits sebagai
pelengkapnya. Allah menyebut manusia dengan berbagai
macam sebutan seperti al-Basyar, an-Nas, dan al-Insan,
dengan makna yang berbeda-beda. Penyebutan tersebut
menunjukkan berbagai aspek kehidupan manusia itu sendiri,
antara lain :
a. Al-Basyar, ditinjau secara aspek biologis, yang
mencerminkan sifat fisik-kimiawi-biologisnya. Kata al-
Basyar Allah sebutkan dalam al-Quran kurang lebih 35
kali, salah satunya dalam QS. Ar-Ruum:20 yang artinya :
“Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dai tanah, kemudian tiba-tiba kamu
menjadi manusia yang berkembang biak.”
Kata basyar pada mulanya berarti penampakan sesuatu
dengan baik dan indah, kemudian lahir kata basyarah yang
berarti kulit. Jadi, istilah basyar ini untuk menunjuk
bahwa kulit manusia tampak jelas dan berbeda dari kkulit
hewan (Shihab, 1996:279)
b. An-Nas, ditinjau dari aspek sosiologis yang menunjukkan
manusia cenderung untuk berkelompok dengan sesama
jenisnya. Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat:13 yang
artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.”.
Kecenderungan berkelompok tersebut menjadikan
manusia berusaha mengenal satu sama lain, lalu mereka
hidup berdampingan, dan saling membantu dalam
komunitasnya. Tidak hanya itu, mereka juga saling
menjalin persaudaraan baik dalam bentuk persaudaraan
senasab, ukhuwwah islamiyyah (persaudaraan
antarsesama muslim), atau ukhuwwah watahniyah
(persaudaraan antar warga bangsa)
c. Al-Insan, ditinjau dari aspek intelektual yakni makhluk
hidup terbaik yang diberi akal sehingga mampu menyerap
ilmu pengetahuan. Penyebutan kata insan di dalam al-
Quran kurang lebih 58 kali, salah satunya dalam QS. At-
Tiin:4 yang artinya : “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya.”
2. Manusia dapat berkembang ke arah yang positif maupun
negatif adalah karena keputusan Allah. Allah memberi
petunjuk tentang apa-apa yang seharusnya dilakukan manusia
di dunia, tetapi Allah juga memberi kebebasan untuk memilih
diantara keduanya. Allah berfirman dalam QS. Al-Kahfi:29
yang artinya : “Siapa yang hendak beriman, silakan beriman.
Siapa yang hendak kafir, silakan juga kafir.”
Penjelasan dalam al-Quran tentang potensi dan negative yang
ada pada diri manusia tidak berarti menunjukkan adanya
pertentangan satu dengan lainnya, akan tetapi untuk
menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang harus
dihindari. Disamping itu untuk menunjukkan pula bahwa
manusia memiliki potensi untuk menempati temat tertinggi
sehingga ia terpuji, atau berada di tempat rendah, sehingga ia
tercela.
3. Mengetahui kelemahan dirinya sebagai seorang manusia dan
sangat begantung kepada Allah pada tiap perbuatan yang
dilakukannya, karena setiap perbuatannya akan membawanya
kepada tempat yang tinggi atau tercela. Hal tersebut menjadi
pilihan manusia dengan tetapan yang Allah telah tentukan,
namun untuk berpotensi kepada yag positif tentu kita harus
melakukan apa yang sudah Allah tunjukkan.
4. Allah menyebutkan kata khalifah sebanyak 2 kali dalam surat
al-Baqarah:30 dan surat Shaad:26. Dalam ayat-ayat tersebut
dinyatakan bahwa Nabi Daud dijadikan seorang khalifah oleh
Allah, namun Nabi Daud bukanlah satu-satunya manusia yang
diangkat menjadi khalifah, namun semua manusia juga
dipersilakan oleh Allah menjadi khalifah.
Sedangkan tugas sebagai khalifah fil ardhi adalah menjadi
seorang penguasa di bumi. Artinya, manusia menjadi
penguasa untuk mengelola dan mengendalikan segala apa
yang ada di bumi (yang dalam al-Quran disebut dengan
takhsir) untuk kemakmuran dan ketenteraman hidupnya,
dalam bentuk pemanfaatan (al-Intifa’), pengambilan contoh
(al-I’tibar), dan pemeliharaan (al-Ihtifadz).
5. Artinya kekuasaan hanya sebatas di dunia saja, karena
khalifah fil ardhi artinya adalah penguasa di bumi, maka
apabila telah berakhir masa kehidupan dunia maka berakhir
pula tugas seorang khalifah.
6. Manusia bertugas sebagai seorang hamba juga sebagai
seorang khaifah atau penguasa di muka bumi, artinya dalam
menjalankan kekuasaan di bumi, manusia tetaplah seorang
hamba yang harus mengabdi kepada tuhannya, dengan
mengamalkan segala perintah tuhannya dalam setiap proses
menjalankan kekuasannya. Khalifah yang merupakan
pemimpin manusia di bumi, masih punya pemimpin lagi yakni
tuhannya.

B. TUGAS KONTEKSTUAL
1. Manusia akan berada di tempat serendah-rendahnya di mata
Allah dan akan menjadi manusia hina. Seperti contohnya
manusia yang sering menyakiti hewan dengan alasan bahwa
mereka pantas di siksa karena mereka lemah. Padahal, mereka
juga makhluk Allah yang memiliki perasaan walaupun tidak
memiliki akal. Penyiksaan terhadap hewan merupakan
perbuataan zhalim manusia kepada sesama makhluk hidup,
hal tersebut merupakan potensi manusia ke arah yang negatif.
2. Seorang laki-laki dari keluarga menengah kebawah belajar
dengan giat hingga menjadi seorang tentara yang mana hal
tersebut adalah hal luar biasa dilingkungan sekitar tempat
tinggalnya. Ia tak pernah peduli omongan orang tentang
kemiskinannya ataupun tentang kesehariannya yang bekerja
sambilan menjual roti. Ia hanya berdoa, usaha, ikhtiar, dan
tawakkal pada apa yang ia lakukan untuk mengubah nasibnya.
3. Seorang wanita dari keluarga yang tidak paham dengan bena
ajaran agama, mendapat taufiq dan hidayah Allah untuk
menjadi seorang yang alim, seorang yang pandai dalam
agama. Hal tersebut di tentang dengan tegas oleh keluarga
seperti ketika menjalankan perintah-perintah Allah khususnya
untuk wanita dengan mengenakan pakaian yang menutup
aurat dengan sempurna. Namun, atas bantuan Allah, wanita
tersebut perlahan mampu meyakinkan keluarganya bahwa
yang ia lakukan adalah benar dan semata-mata hanya
menjalankan kewajiban dari Allah. Hal tersebut dapat ia
lakukan karena keyakinan dirinya atas ketetapan yang Allah
berikan untuknya adalah untuk kebaikan dan kebahagiaan
dirinya di dunia maupun di akhirat. Sebagai seorang hamba ia
merasa sudah sepantasnya untuk menjalankan perintah Allah
dan meninggalkan segala larangannya. Menjauhi nafsu al-
lawwamah dan terus beristiqomah.

Anda mungkin juga menyukai