Anda di halaman 1dari 3

Name : Lailatul Fitjriyah

/dI”gri:
NIM : D95219068

Class : Filsafat Pendidikan

Teori bagaimana penciptaan manusia telah disebutkan pada beberapa ayat di dalam Al-
Qur’an. Di antara beberapa ayat yang menyebutkan bagaimana penciptaan manusia secara global
dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia dari air yang terpancar dari
lubang sulbi laki-laki yang kemudian Allah menjadikannya segumpal darah hingga menjadi
insan yang sempurna dari air yang terpancar dari tulang dada ibunya. Kemudian Allah
mengajarkannya al-Bayan dan menjadikan manusia itu dari yang awalnya tidak tahu menjadi
tahu. Dengan pengetahuan itu, manusia diharapkan menjadi semakin beriman, beramal sholeh
dan tidak dzalim. Derajat manusia diangkat atau bahkan merosot bergantung pada amal-amal
yang dilakukannya, namun tinggi atau tidak derajat seorang manusia hanya Allah Ta’ala yang
tahu.

Manusia dituntut untuk meyadari posisinya sehingga memiliki sikap yang tepat yang
mana sikap yang tepat itu akan berkaitan dengan nasib yang ia peroleh nanti. Terdapat 3 posisi
penting yang manusia hendak sadari: sebagai manifestasi Tuhan, sebagai Khalifah fir ardl, dan
sebagai hamba Allah.

A. Manusia sebagai manifestasi Tuhan.


Penjelasan manusia sebagai manifestasi Tuhan telah dijelaskan oleh para filosof muslim
maupun para sufi, seperti al-Farabi dan Ibn Sina yang mana dalam teori emanasinya al-Farabi
menjelaskan bahwa manifestasi Tuhan yang ditemukan dari jumlahnya banyak digambarkan oleh
sebuah hirarki. Sedangkan Ibn Sina dalam bukunya menjelaskan bahwa Tuhan Yang Baik dan
Yang Benar.
Manusia yang eksistensinya bergantung pada eksistensi Tuhan mempunyai kemampuan
untuk memahami hal lainnya, dan juga mampu mencapai atau mengerti arti kebaikan dan
kebenaran yang sesungguhnya.
B. Manusia sebagai Khalifah fi al-‘Ardl
Allah menjadikan manusia sebagai khalifah fi al-ardl karena manusia memiliki watak
yang begitu mulia dalam menerima amanah. Selain itu, manusia juga dikaruniai keunggulan
diantara makhluk ciptaan Allah lainnya, yakni kemampuan untuk berpikir. Dengan kelebihan ini,
manusia akan dapat menghargai dirinya sendiri jika mereka mampu merasakan kemuliaan dan
martabat, serta mau melepaskan diri mereka dari kerendahan budi, penghambaan, dan hawa
nafsu.
Posisi manusia sebagai khalifah fi al-ardl memiliki konsekuensi yaitu menjadikan
manusia memiliki tanggung jawab akan alam semesta, keharmonisan kehidupan manusia, dan
menentukan masa depan.
Sebagai khalifah fi al-ardl, manusia memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan alam
semesta. Manusia memiliki kebaikan yang membuatnya memiliki kecenderungan untuk
menciptakan sesuatu yang baik pula. Dengan bekal 3 jenis ilmu pengetahuan seperti yang
diterangkan Fazlur Rahman dalam bukunya yang diantaranya ilmu pengetahuan tentang alam,
ilmu pengetahuan tentang sejarah dan geografi, serta ilmu pengetahuan tentang manusia itu
sendiri, maka manusia juga memiliki kemampuan untuk menciptakan kebaikan dan
kesejahteraan di alam semesta.
Seperti yang dipaparkan Fazlur Rahman dalam bukunya, melakukan kooperasi dalam
kehidupan manusia merupakan hal yang sangat penting bagi manusia itu sendiri. Ini akan
berimplikasi untuk mereka kemudian melakukan kecenderungan membangun masyarakat yang
harmonis dalam semua bidang. Salah satunya dibidang agama, maka mereka akan cenderung
menciptakan lingkungan sosial yang harmonis berdasarkan taqwa yang mana ini sesuai dengan
tujuan utama al-Qur’an.
Manusia merupakan makhluk bernyawa yang senantiasa melakukan pertumbuhan dan
perkembangan. Manusia memiliki kemampuan untuk menyusun pedoman bagi dirinya. Dengan
pengetahuan dan keyakinannya, manusia akan dapat menentukan jalan mana yang akan mereka
tempuh untuk mencapai masa depan yang mereka kehendaki. Sedangkan iman akan
membimbing manusia bagaimana seharusnya mereka membangun diri dan masa depan mereka
sehingga mereka dapat memelihara diri dan masyarakatnya.
C. Manusia sebagai Hamba Allah
Manusia diciptakan dengan tujuan untuk menyembah Allah. Mereka memiliki keyakinan
dan selalu ingat kepada Tuhan, fitrah ini merupakan salah satu kepribadian manusia yang dapat
menjadikan manusia sebagai insan yang beragama. Menyembah Allah bukan hanya secara ritual
seperti sholat, puasa, haji, dan lain-lain. Namun, juga meresapi sifat-sifat Allah dalam Asma’ul
Husna dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Allah memiliki sifat
Penyayang dan Pengasih, maka kita dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
menyayangi dan mengasihi kucing, menyayangi anak kecil, orang tua, dsb. Kemudian Allah juga
memiliki sifat memberi hidup, maka kita juga dapat mengamalkannya dalam bentuk merawat
tumbuh-tumbuhan seperti menyiraminya secara rutin, memberi makan kucing, dll.

Anda mungkin juga menyukai