Anda di halaman 1dari 3

Nama : Amayla Yuan Anggara

NIM : 200332618089
OFF : C3
Dosen : Ibnu Samsul Huda

A. SOAL DAN LATIHAN


1. Apa yang Anda fahami mengenai fikih, Syariah, dan hukum Islam ?
2. Mengapa umat Islam harus mendasarkan kesehariannya dengan hukum Islam?
3. Bagaimana Anda memandang perbedaan pendapat di kalangan umat Islam?
4. Sikap yang bagaimanakah yang sebaiknya kita miliki di tengah-tengah perbedaan dalam
beragama?
5. Bagaimana menyandingkan budaya bangsa Indonesia dengan ajaran Islam?

B. TUGAS KONTEKSTUAL
1. Amati kondisi keberagamaan masyarakat di sekitar tempat tinggal Anda!
2. Diskusikan dengan tokoh agama di sekitar Anda bagaimana bersikap yang baik!
3. Perhatikan warisan budaya dalam masyarakat Anda yang memiliki tautan dengan ajaran
agama Islam!

JAWABAN
A. SOAL DAN LATIHAN
1. Pengertian fikih, Syariah, hukum islam :
a. FIQIH
Berupa pemikiran para ulama sebagai hasil penafsiran dan penjabaran atas Syariah.
Pemikiran tersebut tersusun dengan instrumental, terinci, relatif, dan selalu berubah
sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. Ruang lingkupnya hanya mencakup
peribadatan kepada Allah dan muamalah kepada manusia. Bentuknya beragam sejalan
dengan banyaknya ‘ulama ahli fiqih yang merumuskannya seperti Imam Hanafi, Imam
Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambal, dll.
b. SYARIAH
Berupa nash-nash yang terhimpun dalam al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah. Bersifat
fundamental, global, absolut, dan tidak berubah. Ruang lingkupnya mencakup semua
persoalan agama baik yang berhubungan dengan keyakinan, akhlak, atau hal-hal praktis
seputar tata cara ibadah kepada Allah. Bentuk syariat terangkum dalam al-Quran dan
Hadits.
c. HUKUM ISLAM
Seperangkat aturan-aturan untuk membimbing dan menuntun kehidupan manusia agar
dapt berjalan dengan baik sehingga pada gilirannya dapat melahirkan kedamaian,
kesejahteraan, dan kebahagiaan dunia-akhirat. Sumber hukum islam adalah al-Quran,
Hadits, dan ijtihad para ‘ulama.

2. Karena hukum islam memuat aturan-aturan yang membawa manusia kepada kebaikan,
kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.
3. Cara memandang perbedaan pendapat di kalangan umat muslim :
a. Memahami ikhtilaf (perbedaan) dengan benar, mengakui dan menerimanya sebagai
bagian dari rahmat Allah bagi umat. Sikap ini merupakan salah satu bagian dari ittibaa’us-
salaf (mengikuti ulama salaf), yang kemudian diikuti dan dilanjutkan oleh para ulama
ahlus-sunnah wal-jama’ah sepanjang sejarah.
b. Mengikuti pendapat ulama dengan mengetahui dalilnya, atau memilih pendapat yang
rajih (kuat) setelah mengkaji dan membandingkan berdasarkan metodologi (manhaj)
ilmiah yang diakui. Tentu saja ini bagi yang mampu, baik dari kalangan para ulama
maupun para penuntut ilmu syar’i. Sedangkan untuk kaum muslimin yang awam, maka
batas kemampuan mereka hanyalah ber-taqlid (mengikuti tanpa tahu dalil) saja pada
para imam yang terpercaya atau ulama yang diakui kredibilitas dan kapabilitasnya. Hal
yang penting dalam ber-taqlid pada siapa saja yang dipilih adalah dilakukan dengan tulus
dan ikhlas, serta tidak berdasarkan hawa nafsu.

4. Sikap menghadapi perbedaan pendapat :


a. Menyikapi orang lain, kelompok lain atau penganut madzhab lain sesuai kaidah berikut
ini: Perlakukan dan sikapilah orang lain, kelompok lain dan penganut madzhab lain
sebagaimana engkau, kelompok dan madzhabmu ingin diperlakukan dan disikapi! Serta
janganlah memperlakukan dan menyikapi orang lain, kelompok lain dan pengikut
madzhab lain dengan perlakuan dan penyikapan yang tidak engkau inginkan dan tidak
engkau sukai untuk dirimu, kelompokmu atau madzhabmu!
b. Meneladani etika dan sikap para ulama salaf dalam ber-ikhtilaf. Sehingga dengan begitu
kita bisa memiliki sikap yang tawazun (proporsional). Sebab, akhir-akhir ini sikap
mayoritas kaum muslimin dalam masalah-masalah khilafiyah seringkali berlebihan dan
cenderung menimbulkan konflik diantara sesama. Mereka hanya mewarisi materi-
materi khilafiyah para imam terdahulu, tetapi tidak mewarisi bagaimana cara, adab dan
etika mereka dalam ber-ikhtilaf, serta dalam menyikapi para mukhalif (kelompok lain
yang berbeda madzhab atau pendapat).
c. Membekali diri dan mendasari sikap sebaik-baiknya dengan ilmu, iman, amal dan akhlaq
secara proporsional. Karena tanpa pemaduan itu semua, akan sangat sulit bagi
seseorang untuk bisa menyikapi setiap masalah dengan benar, tepat dan proporsional.

5. Penyandingan hukum islam dengan tradisi di Indonesia dapat kita lihat dari perjuangan Wali
Songo yang mendakwahkan islam di tengah-tengah kentalnya tradisi Hindu-Budha di
Indonesia. Mereka mendakwahkan islam di pulau Jawa dengan cara yang begitu akomodatif
dengan budaya Jawa. Mereka mampu memadukan antara ajaran Islam dengan budaya dan
tradisi masyarakat Jawa yang sebelumnya sangat kental dengan pengaruh Hindu dan Budha.
Peninggalan-peninggalan mereka dalam bentuk karya seni, arsitektur tempat ibadah, atau
upacara sosial keagamaan adalah bukti perpaduan tersebut. Karena itulah Islam di Jawa,
khususnya, dan Indonesia pada umumnya, dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Prinsip yang selalu dipegang oleh Wali Songo dan penyebar agama Islam lainnya bahwa
agama Islam tidak anti terhadap budaya lokal apabila budaya tersebut tidak bertentangan
dengan tuntunan al-Quran dan hadits.
B. TUGAS KONTEKSTUAL
1. Keberagaman yang ada di sekitar lingkungan saya terlihat dari perbedaan agama. Dalam satu
lingkup RT di lingkungan saya terdapat beberapa rumah keluarga non-muslim. Perbedaan
tersebut tidak menghalangi para warga untuk bersosialisasi. Mereka sangat menghargai satu
sama lain sehingga tidak terjadi intoleransi antar warga. Ketika kegiatan agama masing-
masing, mereka akan saling menghormati dan tidak mengganggu satu sama lain.
2. Bersikap yang baik adalah bersikap kepada tuntunan yang telah di tetapkan oleh Allah dan
yang telah di risalahkan oleh Rasulullah. Tuntunan yang membawa kita kepada kebaikan
sepanjang hidup baik kepada sesama manusia maupun kepada Allah.
3. Warisan budaya masyarakat sekitar rumah saya yang bertautan dengan islam adalah budaya
saling menjenguk ketika ada tetangga yang jatuh sakit, dan budaya saling memberi kepada
yang kurang mampu.

Anda mungkin juga menyukai