Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH BUDAYA BENDA Tentang UMA LENGGE

BIMA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 (DUA)

ANGGOTA : 1. ZULFATUN ANNISA

2. M.RIZKI AKBAR

3. MAULANA RAYYA FAHREZA

4. FITRIA AISAH

5. Khalifah Tul Muslimin

TAHUN PELAJARAN 2020 2021

GURU PEMBIMBING: SITI HAJAR KURNIATI S.pd


SMA NEGERI 1 BOLO
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah
ini. solawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi
besar MUHAMMAD SAW, nabi yang membawa kita dari zaman kegelapan ke
jaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Dorongan dari orang tua saya dan juga tidak lupa dukungan dari teman-
teman saya yang begitu besar sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Sehingga saya mengucapkan banyak terimakasih untuk
semuanya.

Saya sadar bahwa makalah Uma Lengge Bima ini, masih jauh dari
sempurna, maka saran dan kritik yang membangun dari pembaca amatlah saya
harapkan demi sempurnanya makalah Uma Lengge Bima ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan dipakai sebagai bahan referensi yang dapat memberikan
wawasan luas dalam kehidupan sehari hari

SILA,06 OKTOBER 2020

Penyusun                 

KELOMPOK DUA
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN BUDAYA BENDA

Kebudayaan Benda yaitu Kebudayaan yang berasal dari hasil karya dalam
bentuk materi konkrit / benda nyata.Contoh tradisionil: Rumah adat, pakaian
suku, kerajinan tangan suku, dan sebagainya. Sebuah Kebudayaan Benda yaitu
Kebudayaan yang berasal dari hasil karya dalam bentuk materi konkrit / benda
nyata.Contoh tradisionil: Rumah adat joglo( Jogja)rumah adat
honai(papaua/)ruamh adat nuwo sesat(Lampung) ,pakaian suku, kerajinan
tangan suku( Tapis:lmpung), dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN

B. SEJARAH UMA LENGGE

Lengge merupakan salah satu rumah adat tradisional Bima yang dibuat oleh
nenek moyang suku Bima(Mbojo) sejak zaman purba. Sejak dulu, bangunan ini
tersebar di wilayah Sambori, Wawo dan Donggo. Khusu di Donggo terutama di
Padende dan Mbawa terdapat rumah yang disebut Uma Leme. Dinamakan
demikian karena rumah tersebut sangat runcing dan lebih runcing dari Lengge.
Atapnya mencapai hingga ke dinding rumah. Namun saat ini jumlah Lengge  atau
Uma Lengge semakin sedikit. Di kecamatan Lambitu, Lengge dapat ditemukan di
desa Sambori yang berjarak sekitar 40 km sebelah tenggara kota Bima. Meskipun
ada juga di desa lain seperti di Kuta, Teta, Tarlawi dan Kaboro dalam wilayah
kecamatan Lambitu.
Di kecamatan Donggo juga terdapat Lengge. Meskipun memiliki sedikit
perbedaan dengan Lengge Sambori maupun Lengge yang ada di Wawo. Secara
umum, struktur Uma Lengge berbentuk kerucut setinggi 5- 7 cm, bertiang empat
dari bahan kayu, beratap alang-alang yang sekaligus menuturpi tiga perempat
bagian rumah sebagai dinding dan memiliki pintu masuk dibawah (Muslimin
Hamzah, Ensiklopedia Bima Hal 161).
Uma Lengge terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk
menerima tamu dan kegiatan upacara adat. Lantai kedua berfungsi sebagai tempat
tidur sekaligus dapur. Sedangkan lantai ketiga digunakan untuk menyimpan bahan
makanan seperti padi, palawija dan umbi-umbian. Pintu masuknya terdiri dari tiga
daun pintu yang berfungsi sebagai bahasa komunikasi dan sandi untuk para
tetangga dan tamu. Menurut Safiun (65 thn) warga Sambori, jika daun pintu lantai
pertama dan kedua ditutup, hal itu menunjukan bahwa yang punya rumah sedang
berpergian tapi tidak jauh dari rumah. Tapi jika ketiga pintu ditutup, berarti
pemilik rumah sedang berpergian jauh dalam tempo yang relatif lama. Hal ini
tentunya merupakan sebuah kearifan  yang ditunjukkan oleh leluhur orang-orang
Bima. Ini tentunya memberikan sebuah pelajaran bahwa meninggalkan rumah
meski meninggalkan pesan meskipun dengan kebiasaan dan bahasa yang diberikan
lewat tertutupnya daun pintu itu. Disamping itu, tamu atau tetangga tidak perlu
menunggu lama karena sudah ada isyarat dari daun pintu tadi.
Seiring perubahan zaman, Uma Lengge sudah banyak yang dipermark
disesuaikan dengan kebutuhan masa kini. Atapnya sudah banyak yang terbuat dari
seng. Fungsinya juga sudah banyak yang menjadi lumbung. Lengge-lengge yang
ada di wawo saat ini sudah banyak yang difungsikan sebagai lumbung padi.
Keberadaan lengge di kecamatan Wawo menjadi salah satu obyek wisata budaya di
kabupaten Bima. Banyak wisatawan manca negara yang berkunjung ke Lengge
Wawo untuk melihat dan meneliti tentang sejarah Uma Lengge.
Lengge Sambori juga merupakan salah satu aset dan obyek wisata desa adat yang
telah dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Bima. Sambori terletak di lembah
gunung Lambitu yang sejuk dan dingin tanpa polusi udara. Menurut penelian
sejarah orang orang Sambori atau yang dikenal dengan nama Dou Donggo Ele dan
orang-orang Donggo Ipa atau di kecamatan Donggo sekarang merupakan suku asli
Bima. Tapi apakah orang-orang sambori dan Donggo sekarang adalah suku asli
Bima? Saya tidak sependapat karena orang-orang Sambori dan Donggo yang ada
sekarang telah mengalami perkawinan campuran dengan suku mbojo lainnya
maupun suku-suku lain di Indonesia. Raut wajah mereka juga tidak seperti yang
digambarkan oleh sejarahwan M. Hilir Ismail dengan ciri keningnya agak lebar,
berewokan, mirip profil di Nusa Tenggara Timur. Sedangkan suku Mbojo sekarang
merupakan pembauran dengan suku pendatang dari Jawa dan Makassar.
Tapi asumsi yang bisa dikembangkan  adalah orang-orang yang pernah
mendiami wilayah pegunungan sekitar gunung La’mbitu( Donggo Ele) dan
gugusan pegunungan soromandi( Donggo Ipa) adalah penduduk asli Mbojo(Bima).
Mereka menyingkir karena terdesak oleh kaum pendatang, lari dari pemukiman
mereka yang semula di pinggir pantai kemudian menuju dataran tinggi. Dalam
bahasa Bima lama, Donggo itu berarti tinggi atau dataran tinggi. Sehingga mereka
disebut dengan Dou Donggo yaitu orang-orang dari dataran tinggi.
Lengge Sambori dan Lengge Wawo adalah aset budaya Bima yang harus
terus dirawat dan dijaga. Itu adalah warisan leluhur yang sangat berarti bagi
generasi. Dia adalah titipan keluguan peradaban yang akan terus bercerita sampai
anak cucu kita. Untuk kepentingan pariwisata dan PAD Daerah, sudah seharusnya
promosi dan penataan dilakukan sehingga akan menarik minat orang untuk
berkunjung baik dalam rangka berwisata budaya maupun peneliatian-penelitian
ilmiah.  Daftar Bacaan : Ensiklopedia Bima, Muslimin Hamzah,  Buletin Bima
akbar Pemkab. Bima, dan Buletin wisata Akbar).
C. STRUKTUR PERMUKIMAN DI DESA MARIA
Menurut Doxiadis (dalam Siti Fatimah Azzahra, 2013) permukiman terdiri
dari beberapaelemen, yaitu 1)nature yaitu bumi dan alam yang dibangun, 2)Man
yaitu manusia yangmenciptakan hidup mereka, 3)Society yaitu masyarakat yang
terbentuk secara sosial, 4)Network yaitu jaringan yang memungkinkan mereka
untuk bertahan hidup dan tumbuh dan 5)Shell yaitu bentukyangdibangun.Man,
Societydan Network
.Kecamatan Wawo merupakan permukiman di kawasan pegunungan yang
berbukitdengan suhu yang sangat dingin, serta kondisi lahan pertanian yang hanya
bisa ditanami sekalidalam setahun. Sebagian besar aktivitas masyarakat di Desa
Maria adalah bertani, ini dapatdilihat dengan luas lahan pertanian yang
mengelilingi Desa tersebut. Oleh kaena itu, biasanyamasyarakat ketika musim
panen sering melakukan kegiatan panen raya besama. Do‟a dan syukuran sering
dilakukan dalam upaya untuk mengucapkan rasa syukur mereka kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Salah satu bentuk rasa syukur biasanya dilakukan upacara adat
“Ampa Fare”diuma Lengge. Caranya yaitu dengan memasukan hasil panen
didalam uma Lenggedengancara melempar hasil panen di depan pintu uma Lengge
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

kesimpulan bahwa bangunan Uma Lenggedi Desa Maria memiliki karakteristik


sebagai berikut: bangunan Uma Lengge pada bagian atap berbentuk trapesium
sama kaki dan terdapat dua buah wanga yang berbentuk menyilang pada masing-
masing ujung bubungan atap yang terbuat dari bahan bambu; bagian pintu
bangunan ini arah hadapnya mengarah ke Mekah; bagian depan Bangunan Uma
Lengge tidak boleh berhadapan dengan bagian depan bangunan di sekitarnya,
tetapi harus bertolak belakang atau serong terhadap bangunan lainnya; bangunan
Uma Lengge memiliki bagian dan komponen yang khas dengan tiga bagian utama
seperti bagian pondasi, lantai satu dan lantai dua sekaligus atap. Bangunan Uma
Lengge memiliki keterkaitan dengan nilai sosial seperti; nilai gotong royong; nilai
silahturahmi; nilai musyawarah; nilai tolong menolong dan budaya seperti: upacara
Ampa Fare dan upacara mengantar mahar dalam kehidupan masyarakat.

 "Budayakan Membaca"

Anda mungkin juga menyukai