Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................iii
Bab I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................2
Bab II PEMBAHASAN .....................................................................................3
A. Hakikat Manusia........................................................................................3
B. Persamaan dan Perbedaan dengan Makhluk Lain.....................................5
C. Eksistensi dan Martabat Manusia (Tujuan dan Fungsi di ciptakan) .........6
D. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah dan Khalifah Allah .....7
Bab III PENUTUP ..............................................................................................9
A. Simpulan.....................................................................................................9
B. Saran ..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Makalah ini kami tujukan untuk masyarakat umum khususnya kalangan remaja,
pelajar serta generasi muda sebagai generasi penerus bangsa agar memahami hakikat
manusia menurut islam, persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain,
eksistensi dan martabat manusia, dan memahami tanggung jawab manusia menjadi
hamba dan khalifah Allah SWT di muka bumi. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia
manusia diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Berdasarkan pengertian ini manusia adalah makhluk tuhan yang diberi potensi,
akal, budi, nalar, serta moral untuk bisa menguasai makhluk lainnya.

Dalam konsepsi Islam, manusia merupakan satu hakikat yang memiliki dua dimensi,
yaitu dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan lainnya). Unsur
jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan akan bangkit di hari
kiamat. Bahkan manusia adalah satu-satunya mahluk yang mendapat perhatian besar dari Al-
Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat Al-Qur’an yang mengatakan tentang manusia
dalam berbagai aspek-nya termasuk juga dengan nama-nama yang diberikan Al-Qur’an untuk
menyebut manusia. Setidaknya terdapat beberapa kata yang sering digunakan Al-Qur’an
untuk merujuk pada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar
serta kata bani adam atau durriyat adam.

B. Rumusan masalah
1) Apa hakikat manusia dalam islam itu ?
2) Apa persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain ?
3) Apa eksistensi dan martabat manusia (tujuan dan fungsi diciptakan menurut islam) ?
4) Apa tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai hakikat manusia dalam pandangan Islam
2. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai persamaan dan perbedaan manusia dengan
makhluk lain dalam pandangan Islam
3. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai Eksistensi dan Martabat manusia dalam
pandangan Islam
4. Dapat Memberikan Pemahaman mengenai tanggung jawab manusia sebagai Hamba dan
Khalifah Allah di muka bumi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia

Ada beberapa hakikat manusia menurut pandangan islam, yaitu :

1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abdi Allah)


Sebagai Hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat kepada Allah SWT. selaku
Pencipta karena Allah wajib untuk disembah dan tidak disekutukan. Bentuk pengabdian
manusia sebagai Hamba Allah tidak hanya pada ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga
harus dengan keikhlasan hati, seperti yang diperintahkan dalam surat Al- Bayyinah:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).

Dalam surat Adz- Dzariyat Allah juga menjelaskan: “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia,
melainkan supaya mereka menyembah Aku.” (QS:51:56).

Dengan demikian manusia sebagai Hamba Allah akan menjadi manusia yang taat, patuh
dan mampu melakoni perannya sebagai Hamba yang hanya mengharapkan Ridha Allah.

2. Manusia sebagai Al- Nas


Di dalam Al- Qur’an disebut dengan Al- Nas. Konsep Al- Nas ini cenderung mengacu
pada status manusia dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia
membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan berpasang-pasangan seperti yang dijelaskan
dalam surat An- Nisa’ :

“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu saling meminta satu sama lain dan
peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS:4:1).

Selanjutnya dalam surat Al- Hujurat juga dijelaskan: “Hai manusia sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorng laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS:49:13).

Dari dalil di atas bisa dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan dalam
hidupnya membutuhkan manusia dan hal lain di luar dirinya untuk mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya agar bisa menjadi bagian dari lingkungan soisal dan masyarakatnya.

3
3. Manusia Sebagai Khalifah Allah
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat :

“Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau?”
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (QS:2:30)

Dan surat Shad ayat: “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa)
di muka bumi, maka berilah keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. …” (QS:38:26).

Dari kedua ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan Khalifah itu anugerah dari Allah
SWT. kepada manusia, dan selanjutnya manusia diberi amanah untuk menjalankan fungsi
Khalifah tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti.
Sebagai Khalifah di bumi manusia mempunyai wewenang untuk memanfaatkan alam (bumi)
untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam ini.
seperti dijelaskan dalam surat Al- Jumu’ah:

“Maka apabila telah selesai shalat, hendaklah kamu bertebaran di muka bumi ini dan
carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.”(QS:62:10)

Selanjutnya dalam surat Al- Baqarah disebutkan: “Makan dan minumlah kamu dari rezeki
yang telah diberikan Allah kepadamu, dan janganlah kamu berbuat bencana di atas bumi.”
(QS:2:60).

4. Manusia Sebagai Bani Adam


Manusia sebagai Bani Adam merujuk kepada berbagai keterangan di Al-Qur’an yang
menjelaskan bahwa manusia merupakan keturunan Adam dan bukan dari hasil evolusi dari
makhluk lain seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep Bani Adam mengacu
pada penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini menjelaskan hubungan
persaudaraan sesama manusia dan menyatakan bahwa semua manusia berasal dari keturunan
yang sama. Dengan demikian manusia dengan latar belakang sosial kultural, agama, bangsa
dan bahasa yang berbeda tetaplah sama, dan harus diperlakukan sama. Dalam surat al- A’raf
dijelaskan:

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup
auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.
Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu
ingat. Hai anak Adam janganlah kamu ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS:7:26-27).

5. Manusia sebagai Al- Insan


Dalam Al-Qur’an manusia disebut Al-Insan mengacu pada potensi yang Allah berikan
kepadanya. Potensi adalah kemampuan berbicara (QS:55:4), menguasai ilmu pengetahuan
melalui proses tertentu (QS:6:4-5), dan lain sebagainya. Namun selain memiliki potensi
positif, manusia juga cenderung berprilaku negatif. Misalnya dijelaskan dalam surat Hud:

“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari
padanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS:11:9).

4
6. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (Al- Basyar)
Seperti yang dikatakan Hasan Langgulung sebagai makhluk biologis manusia terdiri dari
unsur materi, sehingga memiliki fisik berupa tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain manusia
adalah makhluk jasmaniah yang terikat pada kaidah umum makhluk biologis seperti
berkembang biak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, memerlukan makanan
untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami kematian. Dalam Al- Qur’an surat Al- Mu’minūn
dijelaskan:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati tanah. Lalu Kami
jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging, dan segumpal daging
itu kemudian Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk berbentuk lain, maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta yang paling baik.”(QS:23:12-14).

B. Perbedaan dan Persamaan dengan Makhluk Lain

Perbedaan manusia dengan makhluk lain manusia memiliki kemampuan untuk bergerak di
segala ruang (darat, laut, maupun udara). Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di
ruang terbatas, walaupun ada binatang yang bisa bergerak di darat dan di laut tetapi tetap
memiliki keterbatasan dan tidak bisa melebihi manusia. Ini semua atas karunia Allah.
Kelebihan manusia dijelaskan dalam surat Al- Isra’:

“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat
dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di
atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS:17:70)

Manusia juga diberikan akal dan hati nurani sehingga manusia bisa memahami ilmu yang
diturunkan oleh Allah, berupa Al-Qur’an. Dengan ilmu yang diturunkan oleh Allah manusia
mampu berbudaya dan karena ilmu itulah manusia dibedakan dengan makhluk lainnya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan terbaik. Manusia akan bermartabat mulia kalau manusia
itu hidup dengan ilmu dan ajaran Allah. Tapi jika manusia meninggalkan ajaran Allah (tidak
beriman dan beramal saleh manusia pun tidak bermartabat lagi. Seperti yang dijelaskan dalam
surat At- Tin:

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian
kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-
putusnya.” (QS:95:4-6)

Jika manusia tidak hidup dengan ilmu dan ajaran Allah dan melalaikan kewajibannya, maka
manusia itu tidak bermartabat lagi. Manusia tersebut disamakan dengan binatang, bahkan
lebih buruk dari binatang. Sudah dijelaskan dalam surat Al- A’raf:

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
5
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS:7:179)

C. Eksistensi dan Martabat Manusia

1. Tujuan Penciptaan Manusia


Tujuan diciptakan manusia adalah sebagai menyembah (ibadah) kepada Allah. Pengertian
menyembah kepada Allah tidak diartikan secara sempit, dengan memikirkan aspek yang
tercermin dalam shalat saja. Menyembah berarti ketundukan manusia pada ajaran Allah dalam
menjalankan kehidupan sehari hari, baik menyangkut vertikal (manusia dengan Allah),
maupun horizontal (manusia dengan manusia dan alam semesta). Ibadah harus dilakukan
dengan tulus dan murni karena Allah seperti yang dijelaskan dalam surat Al- Bayyinah :

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-
mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS:98:5)

Ibadah manusia kepada Allah mencerminkan kebutuhan manusia terhadap wujudnya


kehidupan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, ibadah harus dilakukan dengan tulus dan
sepenuh hati karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun dari manusia termasuk ritual-ritual
ibadahnya. Manusia lah yang membutuhkan rahmat dan karunia Allah.

2. Fungsi Diciptakan Manusia


Dalam presfektif filsafat Pendidikan Islam tugas manusia dalam penciptaanya di muka
bumi ini adalah sebagai Khalifah. Sesuai surat Al- Baqarah, dijelaskan:

“ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."(QS:2:30)

6
Terkait kata Khalifah dalam ayat Al- Qur’an Ahmad Mustafa Al- Maraghi menafsirkan
makna Khalifah yang lain yaitu pengganti Allah SWT atau pemimpin bagi manusia yang lain.
Sedangkan Al-Imam Ibnu Kasir Ad- Dimasyqi mengatakan makna Khalifah adalah suatu
kaum yang sebagianya menggantikan sebagian yang lain silih berganti, abad demi abad, dan
dari generasi ke generasi. Dari pemaparan diatas dapat dipahami bahwa kata Khalifah diatas
mempunyai dua makna yaitu:
a. Pengganti Allah melaksanakan titahnya di muka bumi
b. Pemimpin yang di amanahkan untuk memakmurkan dan melestarikan alam semesta demi
kepentingan manusia itu sendiri.

D. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua tanggung jawab, yaitu sebagai
Hamba Allah (Abdi Allah) dan sebagai Wakil Allah (Khalifatullah) di muka bumi. Sebagai
Hamba Allah, manusia adalah kecil dan tidak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tanggung
jawabnya hanya menyembah kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai
Khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia
sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.

Sebagai Khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia.
Sebagai Khalifah manusia juga diberi otoritas ketuhanan seperti menyebarkan Rahmat Tuhan,
menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi
otoritas untuk menghukum mati manusia. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Allah dengan
kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang
semuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan
mulia, disamping itu manusia juga sangat mudah untuk terjerumus hingga pada posisi lebih
rendah dibanding binatang. Hal ini sejalan dengan surat Al- Hajj :

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS:22:41)

7
Dalam ayat ini di tafsirkan bahwa Allah menjanjikan akan menolong orang-orang yang
menolong agama-Nya, yaitu orang-orang yang apabila dimenangkan atas musuh-musuhnya
dan diteguhkan kedudukannya sebagai penguasa atau pemimpin, bertambah tekun dan rajin
melaksanakan perintahperintah Allah, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh
orang berbuat makruf dan melarang orang berbuat mungkar. Dan kepada Allah lah kembali
segala sesuatu dan dari pada-Nya lah akan diterima pembalasan atas segala amal dan
perbuatan. Mendirikan shalat merupakan gambaran dari hubungan yang baik dengan Allah,
sedangkan menunaikan zakat merupakan gambaran dari keharmonisan dengan sesama
manusia. Ma’ruf adalah suatu istiah yang berkaitan dengan segala sesuatu yang dianggap baik
oleh agama, akal dan budaya, dan sebaliknya dari mungkar. Selain itu juga ayat yang lain
tentang tugas khalifah dalam mencegah kemungkaran dalam surat An- Nahl:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS:16:125)

Secara umum, tanggung jawab Khalifah itu ialah :


1. Tamkin Dinillah (menegakkan agama Allah) yang telah diridhai-Nya dengan
menjadikannya sistem hidup dan perundangan-undangan dalam semua aspek kehidupan.
2. Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan agama Islam dari ancaman
orang-orang kafir, baik yang berada dalam negeri Islam maupun yang di luar negeri Islam.
3. Menegakkan sistem ibadah dan menjauhi sistem dan perbuatan syirik, sesuai firman Allah.
4. Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Qur‟an, termasuk Sunnah Rasul Saw.
dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri, keluarga dan orang-orang terdekat sekalipun.
5. Berjihad dijalan Allah.

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks. Di ciptakannya


manusia di bumi oleh Allah SWT. tidak hanya untuk diam saja, tetapi manusia dituntut untuk
selalu berperan aktif untuk berbuat kebaikan. Sebagai seorang manusia, kita juga harus
menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain.

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna, masih banyak kekurangan yang ada dalam
diri manusia. Salah satu contohnya adalah kurangnya pemahaman manusia tentang agama,
oleh karena itu manusia dianjurkan untuk saling menghormati dan mengasihi satu sama lain
karena kita diciptakan tanpa adanya perbedaan. Selain itu, sebagai seorang manusia kita harus
mematuhi aturan yang ada.

B. Saran

Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia kita
harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus saling tolong
menolong dalam kebaikan antar sesama.

Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama. Selain itu,
makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih dalam Hakikat
Manusia menurut Islam.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fuadi, A. (2016). Esensi Manusia Dalam Prespektif Filsafat Pendidikan Islam. Tarbiyah, 355-356.

Ilyas, R. (2016). Manusia Sebagai Khalifah Dalam Perspektif Islam. Mawa'izh, 181-188.

Khasinah, S. (2013). Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat. Didaktika, 302.

Wahyuddin, A. M. (2004). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grasindo.

10

Anda mungkin juga menyukai