Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah Swt menciptakan alam semesta dan menentukan fungsi-fungsi
dari setiap elemen alam ini. Matahari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara
punya fungsi, begitulah seterusnya, bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-
tumbuhan dan seterusnya hingga makhluk yang paling kecil masing-masing
memiliki fungsi dalam kehidupan.
Bagi seorang atheis, manusia tidak lebih dari fenomena alam seperti
makhluk yang lain. Oleh karena itu, manusia menurut mereka hadir di muka
bumi secara alamiah dan akan hilang secara alamiah. Apa yang dialami
manusia, seperti peperangan dan bencana alam yang menyebabkan banyak
orang mati, adalah tak lebih sebagai peristiwa alam yang tidak perlu diambil
pelajaran atau dihubungkan dengan kejahatan dan dosa, karena dibalik
kehidupan ini tidak ada apa-apa, tidak ada Tuhan yang mengatur, tidak ada
surga atau neraka, seluruh kehidupan adalah peristiwa alam. Bagi orang atheis
fungsi manusia tak berbeda dengan fungsi hewan atau tumbuh-tumbuhan, yaitu
sebagai bagian dari alam.
Bagi orang yang menganut faham sekuler, manusia adalah pemilik alam
yang boleh menggunakannya sesuai dengan keperluan. Manusia berhak
mengatur tata kehidupan di dunia ini sesuai dengan apa yang dipandang perlu,
dipandang baik dan masuk akal karena manusia memiliki akal yang bisa
mengatur diri sendiri dan memutuskan apa yang dipandang perlu. Mungkin
dunia dan manusia diciptakan oleh Tuhan, tetapi kehidupan dunia adalah
urusan manusia, yang tidak perlu dicampuri oleh agama. Agama adalah urusan
individu setiap orang yang tidak perlu dicampuri oleh orang lain apa lagi oleh
negara.
Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu
sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di
muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tidakk memiliki
kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan
berpasrah diri kepada-Nya. Akan tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi
fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-
Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.
Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam
semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang
diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi
otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran,
membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk

1
menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai
khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan
sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi
Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati,
syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia
untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga
sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding
binatang.

1.2 Rumusan Masalah


Pada makalah ini penulis menitikberatkan pembahasan mengenai ”Khalifah”
1.3 Tujuan Penulisan
a. Sebagai tugas untuk mengikuti mata kuliah Al-Qur’an dan Hadist.
b. Untuk melatih penulis agar memudahkan dalam memahami materi kuliah
dan membuat makalah.
c. Untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang Khalifah

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Khalifah
Menurut bahasa, Khalifah (‫ خليفة‬Khalīfah) merupakan mashdar dari
fi’il madhi khalafa , yang berarti : menggantikan atau menempati
tempatnya.

Sedangkan dalam pengertian syariah, Khailifah digunakan


untuk menyebut orang yang menggantikan Nabi Muhammad SAW
(setelah beliau wafat) dalam kepemimpinan Negara Islam.Khalifah juga
sering disebut sebagai Amīr al-Mu’minīn (‫ )أمير المؤمنين‬atau “pemimpin
orang yang beriman”
Hanya saja, para ulama mempunyai sudut pandang yang berbeda-
beda mengenai kedudukan Khalifah. Adanya perbedaan sudut pandang
inilah yang menyebabkan ada banyaknya definisi untuk khalifah (mereka
tidak meyepakati satu definisi tertentu untuk khalifah).

Beberapa definisi khalifah menurut para ulama:


1. menurut, Imam Al-Mawardi (w. 450 H/1058 M), Khalifah ditetapkan
bagi pengganti kenabian dalam penjagaan agama dan pengaturan
urusan dunia
2. menurut, Imam Al-Baidhawi (w. 685 H/1286 M), Khalifah adalah
pengganti bagi Rasulullah SAW oleh seseorang dari beberapa orang
dalam penegakan hukum-hukum syariah, pemeliharaan hak milik
umat, yang wajib diikuti oleh seluruh umat .
3. menurut, Imam Al-Juwayni (w. 478 H/1085 M), Khalifah adalah
kepemimpinan yang bersifat menyeluruh (riyasah taammah) sebagai
kepemimpinan yang berkaitan dengan urusan khusus dan urusan
umum dalam kepentingan-kepentingan agama dan dunia
Di dalam kepemerintahannya, Khalifah berperan sebagai kepala ummat
baik urusan Negara maupun urusan agama. Pengangkatan khalifah
dilakukan baik melalui penunjukkan ataupun melalui majelis Syura’
(majelis Ahlul Ilmi wal Aqdi ) yakni ahli ilmu keagamaan dan mengerti
permasalahan ummat.
Sedagkan Khilafah adalah nama sebuah sistem pemerintahan yang
menggunakan Islam sebagai ideologi serta undang-undang nya mengacu
pada Al-Quran dan Hadist.

3
2.2 Tujuan Khilafah
2.2.1 Secara Umum
Secara umum yaitu untuk mewujudkan kehidupan masyarakat
yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin serta memperoleh
ampunan dan ridho dari Allah SWT. Sebagai fiman Allah SWT dalam
surah Saba’ ayat 15:

Laqad kaana lisaba-in fii maskanihim aayatun jannataani


‘an yamiinin wasyimaalin kuluu min rizqi rabbikum waasykuruu
lahu baldatun thai-yibatun warabbun ghafuurun;

Artinya : Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan


Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan
dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari
rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang
Maha Pengampun.”(QS. Saba’/34:15)
2.2.2 Secara Khusus
a. Melanjutkan kepemimpinan islam setelah nabi Muhammad saw wafat. Hal
tersebut tidak berarti menggantikan kedudukannya sebagai nabi,
melainkan sebagai pemimpin dan pelanjut risalah yang telah diajarkan
oleh beliau.
b. Mengupayakan kesejahteraan lahir dan batin dalam rangka memperoleh
kebahagian di dunia dan di akhirat.
c. Mewujudkan dasar-dasar Khilafah yang adil dalam seluruh aspek
kehidupan umat islam.
d. Untuk membentuk suatu masyarakat yg hidupnya subur, makmur,
sejahtera dan berkeadilan serta mendapat ampunan dari Allah SWT.

2.3 Dasar-Dasar Khilafah


a. Dasar Tauhid
Pada masa rasulullah dan para sahabat, pemeintahan didirikan untuk
menegakkan dakwah Islam. Dasar yang ditegakkan pertama adalah akidah

4
(Tauhid), Yaitu mengesakan Allah SWT. Firman Allah yang mendasarkan
tauhid sebagai dasar pertama dalam khilafah islam adalah sebagai berikut.

(1) qul huwallāhu aḥad. (2) allāhuṣ-ṣamad (3) lam yalid wa lam yụlad
(4) wa lam yakul lahụ kufuwan aḥad

Artinya : (1) Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. (2) Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (3) Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan. (4) dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia."(QS. Al-Ikhlas/112:1-4)
Di Indonesia ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ditetapkan
sebagai sila pertama pancasila.
b. Dasar Persamaan derajat
Sesama hamba Allah yang dititahkan menjadi khilafah di muka bumi
ini memiliki persamaan derajat. Segala bentuk fisik, jenis kelamin, status, dan
kedudukan tidak boleh dijadikan pembeda antarsesama umat manusia. Pada
dasarnya, manusia itu derajatnya adalah sama, yang membedakan hanyalah
ketaqwaannya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah berikut ini.

yaa ayyuhaa alnnaasu innaa khalaqnaakum min dzakarin


wauntsaa waja'alnaakum syu'uuban waqabaa-ila lita'aarafuu inna akramakum
'inda allaahi atqaakum inna allaaha 'aliimun khabiirun

Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.(QS. Al-Hujurat/49:13)
Di Indonesia, persamaan derajat tersebut tertuang dalam sila kedua
pancasila.

5
c. Dasar Persatuan Islamiyah
Persatuan dan kesatuan merupakan kunci pokok dalam
memperjuangkan terwujudnya kesejahteraan umat islam. Khilafah menjadi
kokoh, tangguh, dan tidak mudah digoyahkan oleh berbagai ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan apabila pesatuan dan persaudaraan umat
islam dapat dibina dengan baik. hal tersebut dapat terwujud apabila umat
islam senantiasa berpegang teguh terhadap ajaran Islam sebagaiman
dinyatakan dalam firman Allah sebagai berikut.

wai'tashimuu bihabli allaahi jamii'an walaa tafarraquu waudzkuruu ni'mata allaahi


'alaykum idz kuntum a'daa-an fa-allafa bayna quluubikum fa-ashbahtum
bini'matihi ikhwaanan wakuntum 'alaa syafaa hufratin mina alnnaari fa-
anqadzakum minhaa kadzaalika yubayyinu allaahu lakum aayaatihi la'allakum
tahtaduuna
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.(QS.
Ali-Imran/3:103)
Di Indonesia konteks Ukhuwah islamiyah diartikan sebagai persatuan
indonesia yang tertuang dalam sila ketiga pancasila.

6
d. Musyawarah atau Kedaulatan Rakyat
Yaitu memutuskan sesuatu dengan cara musyawarah untuk mufakat.
Sesuai dengan firman Allah sebagai berikut.

waalladziina istajaabuu lirabbihim wa-aqaamuu alshshalaata wa-


amruhum syuuraa baynahum wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna
Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang
Kami berikan kepada mereka.(QS.Asy-Syura/42:38)
Di Indonesia, prinsip permusyawaratan tertuang dalam sila keempat
Pancasila

e. Keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh umat


Keadilan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan didirikannya
suatu khilafah. Pinsip tersebut sangat penting kaena mencerminkan sikap
kekeluargaan, dan gotong royong yang merupakan budaya leluhur, yakni
saling menolong dalam segala kepentingan yang bersifat kebaikan. Hal
tersebut sesuai firman Allah swt sebagai berikut.

inna allaaha ya/muru bial'adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa 'ani alfahsyaa-i
waalmunkari waalbaghyi ya'izhukum la'allakum tadzakkaruuna

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(QS.An-Nahl/16:90)
Di Indonesia, prinsip keadilan dan kesejahteraan masyarakat tertuang
dalam sila kelima pancasila.

7
Bila suatu khilafah (pemerintahan) dapat melakukan kelima dasar
tersebut dengan penuh tanggung jawab, maka akan terwujud baldatun
tayyibatunwarabbun gafur. Secara luas, khilafah itu berarti mampu
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, baik material maupun
spiritual.

2.4 Syarat-Syarat Khalifah


Khalifah adalah orang-orang yang menggantikan Nabi Muhammad
SAW dalam kedudukannya sebagai pemimpin agama dan kepala Negara
setelah Nabi wafat atau seorang pemimpin Khilafah. Khalifah yang pertama
dalam susunan pemerintahan islam adalah Abu Bakar Shiddiq, Khalifah yang
kedua yaitu Umar bin Khattab, Khalifah ketiga yaitu Usman bin Affan dan
Khalifah yang keempat yaitu Ali bin Ali bin Abi Tholib. Keempat Khalifah
tersebut dinamakan sebagai Khulafaur Rasyidin yang artinya Para Kepala
Negara yang bijaksana. Jabatan khalifah berikutnya dipangku oleh para
pemuka dari Bani Umayyah seperti Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan, Umar
bin Abdul Aziz, dll.. Sedangkan pada masa Bani Abbasiyah dipegang oleh
Harun Al-Rasyid, dll..
Untuk menjadi seorang Khalifah, umat islam harus dapat memenuhi
berbagai persyaratan sebagai berikut.
a. Muslim. Tidak sah jika ia kafir, munafik atau diragukan kebersihan
akidahnya.
b. Laki-Laki. Tidak sah jika ia perempuan karena Rasul Saw bersabda :
Tidak akan sukses suatu kaum jika mereka menjadikan wanita sebagai
pemimpin.
c. Merdeka. Tidak sah jika ia budak, karena ia harus memimpin dirinya dan
orang lain. Sedangkan budak tidak bebas memimpin dirinya, apalagi
memimpin orang lain.
d. Dewasa. Tidak sah jika anak-anak, kerena anak-anak itu belum mampu
memahami dan memenej permasalahan.
e. Sampai ke derajat Mujtahid. Kerena orang yang bodoh atau berilmu
karena ikut-ikutan (taklid), tidak sah kepemimpinannya seperti yang
dijelaskan Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Abdul Bar bahwa telah
ada ijmak (konsensus) ulama bahwa tidak sah kepemimpinan tertinggi
umat Islam jika tidak sampai ke derajat Mujtahid tentang Islam.
f. Menguasai Hukum (Syariah) Islam dan mengamalkannya. Hal ini sangat
penting karena khalifah adalah panutan umat yang akan menjalankan roda
pemerintahan.

8
g. Memiliki Akhlatul Karimah. Seorang khalifah harus berakhalak mulia
karena keberadaan dirinya selalu menjadi cermin dan teladan bagi
umatnya.
h. Adil. Tidak sah jika ia zalim dan fasik, karena Allah menjelaskan kepada
Nabi Ibrahim bahwa janji kepemimpinan umat itu tidak (sah) bagi orang-
orang yang zalim.
i. Tegas dan Bijaksana
j. Profesional (amanah dan kuat). Khilafah itu bukan tujuan, akan tetapi
sarana untuk mencapai tujuan-tujuan yang disyari’atkan seperti
menegakkan agama Allah di atas muka bumi, menegakkan keadilan,
menolong orang-orang yang yang dizalimi, memakmurkan bumi,
memerangi kaum kafir, khususnya yang memerangi umat Islam dan
berbagai tugas besar lainnya. Orang yang tidak mampu dan tidak kuat
mengemban amanah tersebut tidak boleh diangkat menjadi Khalifah.
k. Sehat penglihatan, pendengaran dan lidahnya dan tidak lemah fisiknya.
Orang yang cacat fisik atau lemah fisik tidak sah kepemimpinannya,
karena bagaimana mungkin orang seperti itu mampu menjalankan tugas
besar untu kemaslahatan agama dan umatnya? Untuk dirinya saja
memerlukan bantuan orang lain.
l. Pemberani. Orang-orang pengecut tidak sah jadi Khalifah. Bagaimana
mungkin orang pengecut itu memiliki rasa tanggung jawab terhadap
agama Allah dan urusan Islam dan umat Islam? Ini yang dijelaskan Umar
Ibnul Khattab saat beliau berhaji : Dulu aku adalah pengembala onta bagi
Khattab (ayahnya) di Dhajnan. Jika aku lambat, aku dipukuli, ia berkata :
Anda telah menelantarkan (onta-onta) itu. Jika aku tergesa-gesa, ia pukul
aku dan berkata : Anda tidak menjaganya dengan baik. Sekarang aku telah
bebas merdeka di pagi dan di sore hari. Tidak ada lagi seorangpun yang
aku takuti selain Allah.
m. Dipilih oleh Ahlul Halli wal Aqdi (Melalui Permusyawaratan.)

2.5 Cara Pengangkatan dan Baiat Khalifah

2.5.1 Cara Pengangkatan Khalifah


Pengangkatan Khalifah pada dasarnya dilakukan secara
Demokratis oleh seluruh umat Islam. Dalam perjalanan Sejarah Islam
ditemukan bahwa pengangkatan Khalifah dapat dilakukan dengan
berbagaicara seperti berikut :
 Pengangkatan khalifah melalui pemilihan para pemimpin umat Islam.
Contoh : Pengangkatan Abu Bakar As-Shiddiq sebagai khalifah yang
pertama.
 Pengangkatan khalifah melalui usulan darikhalifah terdahulu.

9
Contoh : Umar bin Khattab yang menggantikan Abu Bakar As-
Shiddiq sebagai khalifah.
 Pengangkatan Khalifah melalui Pemilihan umum yang langsung
dilakukan oleh rakyatnya.
Contoh : Pengangkatan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Bani
Umayyah.
 Pengangkatan khalifah melalui persetujuan rakyatnya karena
calonkhalifah dinilai sangat berjasa dalam mengembangkan Islam ke
suatu wilayah.
Contoh : Pengangkatan Sultan Salim di Mesir.
Dengan demikian, secara keseluruhan dapat diketahui bahwa cara
pemilihan dan pengangkatan khalifah lebih mementingkan aspirasi rakyat.
Oleh karena itu, Pemilihan Khalifah dalam islam dilakukan melalui cara
sebagai berikut :
a. Pemilihan Secara Langsung yang melibatkan seluruh rakyatnya
baik pria maupun wanita untuk menentukan pilihan kepada
seseorang yang dianggapmampu menjadi Khalifah.
b. Pemilihan Secara Tidak Langsung, yaitu prmilihan khalifah yang
dilakukan melalui Ahlul halli wal Aqdi atau wakil-wakil rakyat
yang berhak menentukan atau menetapkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan persoalan kehidupan umat islam.

2.5.2 Dasar Pengangkatan

1) Ijmak Sahabat
Sikap ijmak sahabat Rasulullah ini tampak pada saat beliau
wafat. Ada dua hal yang segera dilakukan saat itu, yakni memekamkan
jenazah Rasulullah dan mengangkat khalifah. Para sahabat
mendahulukan pengangkatan khalifah karena dinilai sangat menentukan
kehidupan umat islam selanjutnya.
2) Khalifah sebagai Pusat Pimpinan Umat Islam
Khalifah adalah pelindung akyat. Tanpa khalifah, khilafah akan
kehilangan induknya (pelindungnya).
3) Allah Menjanjikan Orang Beriman dan Beramal Saleh sebagai
Pemimpin

10
Pemilihan seorang khalifah yang benar-benar berasal dari orang
beriman dan beramal saleh merupakan suatu keharusan bagi umat
islam. Tanpa khalifah, dunia akan musnah.
2.5.3 Baiat Khalifah
Setelah khalifah dipilih kemudian umat Islam mengucapkan
sumpah setia untuk mentaati kepemimpinan khalifah tersebut sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan dengan menyatakan dan disertai
niat yang ikhlas bahwa Allah SWTsebagai saksi. Selain itu, Khalifah yang
terpilih juga harus mengucapkan sumpah. Sumpah setia ini disebut Baiat,
dan baiat ini dilakukan oleh kaum muslimin di dalam suatu Majelis. Pihak
yang berhak membaiat (mengangkat) seorang Khalifah adalah wakil rakyat
atau ahlul halli wal aqdi (MPR). Setelah khalifah mengucapkan sumpah
setia, ia menyampaikan pidato pengangkatan khalifah. Seperti yang
disampaikan oleh Abu Bakar As-Shiddiq sebagaikhalifah pertama yang
isinya : “saudara-saudara, saya telah diangkat untuk mengendalikan
urusanmu padahal saya bukanlah orang yang terbaik diantara kamu, maka
jika saya menjalankan tugas dengan baik, ikutilah saya, tetapi jika saya
berbuat salah, maka heendaklah saudara-saudara betulkan. Orang yang
saudara-saudara pandang kuat, saya pandang lemah hingga saya
mengambil hak darinya, sedangkan orang yang saudara pandang lemah,
saya pandang kuat, hingga kamu dapat memberikan hak kepadanya.
Hendaklah saudara-saudara taat kepada saya selama saya taat kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya, tetapi bilamana saya tidak mentaati Allah dan
Rasul-Nya, Saudara-saudara tidak perlu mentaati saya”.
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa membai’at seorang Imam
(Khalifah), lalu memberikan genggaman tangannya dan menyerahkan
buah hatinya, hendaklah ia menaatinya semaksimal mungkin. Dan jika
datang orang lain yang hendak mencabut kekuasaannya, penggallah leher
orang itu.” [HR. Muslim]. Setelah selesai pidato, maka mulailah khalifah
melaksanakan tugas-tugasnya. Bagi umat islam wajib tunduk dan patuh
terhadap perintah khalifah selama khalifah tetap mengikuti ajaran Allah
SWT dan rasulnya.
2.5.4 Hukum pengangkatan khalifah
Mengangkat khalifah hukumnya Fardhu Kifayah. Halini
didasarkan pada beberapa alasan yaitu :
a. Pada saat Rasulullah wafat para sahabat bersepakat untuk mendahulukan
permusyawaratan guna memilih khalifah dari pada semuanya mengurus
jenazah Rasulullah karena sebagian sahabat sudah ada yang mengurusi
jenazah beliau. Saat itu yang terpilih adalah Abu Bakar As-Shiddiq.

11
b. Tanpa adanya khalifah sulit bagi umat islam untuk dapat menyempurnakan
kewajiban agama seperti membela agama, Negara dan memelihara
keamanan dan ketertiban.
c. Allah SWT berfirman :

Artinya : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang


beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimukabumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelummereka berkuasa,
dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka, dan Dia benar-benar
akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi
aman sentausa. (QS.Al-Nur;55).
2.5.4 Tugas dan Tanggung Jawab Khilafah
Sesungguhnya tugas dan kewajiban khalifah itu sangat berat.
Wilayah kepemimpinannya bukan untuk sekelompok umat Islam tertentu,
akan tetapi mecakup seluruh umat Islam sedunia. Cakupan
kepemimpinannya bukan hanya pada urusan tertentu, seperti ibadah atau
mu’amalah saja, akan tetapi mencakup penegakan semua sistem agama
atau syari’ah dan managemen urusan duniawi umat. Tanggung jawabnya
bukan hanya terhadap urusan dunia, akan tetpi mencakup urusan akhirat.
Kewajibannya bukan hanya sebatas memakmurkan dan membangun bumi
negeri-negeri Islam, akan tetapi juga harus mampu meberikan rahmat bagi
negeri-negeri non Muslim (rahmatan lil ‘alamin). Secara umum, tugas
Khalifah itu ialah :
 Tamkin Dinillah (menegakkan agama Allah) yang telah diridhai-
Nya dengan menjadikannya sistem hidup dan perundangan-
undangan dalam semua aspek kehidupan.
 Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan
agama Islam dari ancaman orang-orang kafir, baik yang berada
dalam negeri Islam maupun yang di luar negeri Islam.
 Menegakkan sistem ibadah dan menjauhi sistem dan perbuatan
syirik (QS.Annur : 55).
 Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Qur’an, termasuk
Sunnah Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri,
keluarga dan orang-orang terdekat sekalipun. (QS. Annisa’ : 135,
Al-Maidah : 8 & 48, Shad : 22 & 26)
 Berjihad di jalan Allah.

12
2.6 Hak dan Kewajiban Rakyat
Khalifah atau kepala Negara beserta seluruh aparat pemerintah
berkewajiban untuk menciptakan suasana yang memungkinkan hak-hak
rakyat dapat dipenuhi dan dilindungi oleh Negara, dan sebaliknya
memungkinkan kewajiban rakyat terhadap Negara dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Sebagai makhluk tertinggi
yang diangkat untuk menjadi khalifah di bumi, manusia hanya tunduk
kepada tuhan, dan sekalian makhluk lain, termasuk para malaikat, harus
mengakui kekhalifaan manusia. Karena itu manusia adalah makhluk yang
bebas, yang dengan daya kreativitasnya sendiri bertanggung jawab
mengemban tugas kekhalifaannya membangun bumi tempat hidupnya
dengan sebaik-baiknya.
Untuk dapat melaksanakan tugas itu, manusia dilengkapi oleh
Allah dengan petunjuk dan hidayah-Nya. Petunjuk dan hidayah itu dimulai
dengan adanya fitrah dalam diri manusia, yaitu kejadian asalnya yang suci
dan baik. Maka dengan fitrahnya itu, manusia menjadi makhluk yang
hanif, yaitu manusia yang secara alami cenderung dan memihak kepada
yang benar,yang baik, danyang suci.
2.6.1 Hak Rakyat
seorang pemimpin juga harus memenuhi hak-hak rakyatnya, seperti
berikut ini :
a. Hak hidup dan jaminan keamanan
Hak hidup adalah salah satu hak asasi manusia yang paling mulia
yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk disyukuri dengan
cara memelihara kelangsungan hidup dan mempertahankan hak hidup itu
pada saat dipanggil kembali Allah SWT.
b. Hak Memperoleh Keadilan
Setiap manusia berhak memperoleh keadilan di dalam hokum
danpemerintahan, karena hakikat manusia dipandangan Allah SWT adalah
sama, jadi semuanya harus dilakukan secara adil.
c. Hak Mengemukakan Pendapat
Kemampuan berpikir dan berpendapat merupakan salah satu
anugerah Allah SWT kepada manusia yang sangat berharga. Hal ini
terbukti bahwa dalam penciptaan manusia, Allah SWT menciptakan akal
pikiran agar dapat digunakan untuk berpikir dan berpendapat. Karena itu,
kebebasan berpikir dan berpendapat merupakan salah satu Hak Asasi
Manusia yang harus dilindungi dan dihargai.
d. Hak Kebebasan Beragama
Dalam islam, memaksa seseorang untuk memeluk agama tertentu adalah
tidak dibenarkan. Setiap manusia berhak untuk menentukan pilihan

13
tentang agama yang diyakininya. Jadi, kebebasan beragama merupakan
Hak Asasi Manusia yang harus dilindungi dan dihargai.
2.6.2 Kewajiban Rakyat
Selain memperoleh hak-hak sebagai rakyat, pada saat yang
bersamaan rakyat juga berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugasnya
yaitu :
a. Tunduk dan patuh kepada khalifah yang sah
b. Umat islam wajib taat dan patuh kepada khalifah yang sah selama khalifah
itu tetap berpegang teguh kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Pemimpin
perlu ditaati selama selama berada dalam garis-garis kebenaran. Meskipun
secara legal, formal dan konstitusional ia telah diangkat untuk menjadi
pimpinan tetapi menyengsarakan rakyatnya, maka boleh tidak ditaati. Asas
legalitas tidak boleh dipakai sebagai alasan untuk mengesakan segala
sesuatu yang hakikatnya bertentangan dengan kemauan orang banyak
apalagi untuk menindas. Oleh karena itu, Asas legalitas harus disertai
dengan moralitas yang tinggi.
c. Cinta Tanah Air
Mencintai dan membela tanah air, serta mempertahankan nya dari
setiapgangguan dan ancaman musuh merupakan salah satu kewajiban
seluruh rakyat. Atau dalam bahasa lainnya disebut dengan “Nasionalisme”
atau Paham Kebangsaan. Demi tegaknya Nasionalisme, manusia
diperkenankan untuk memperjuangkannya demi tegaknya keadilan dan
kebenaran, disamping itu juga untuk mengembangkan sikap dan
kemanusiaan yang adil dan beradab. Karena manusia bukanlah makhluk
kebaikan saja seperti malaikat, atau juga bukan makhluk kejahatan saja,
seperti setan. Tetapi manusia berada diantara keduanya dan tarik menarik
antara keduanya, itulah yang membuat manusia menjadi makhluk yang
bermoral, artinya makhluk yang selalu dihadapkan kepada tantangan untuk
berbuat baik dan godaan untuk berbuat jahat.
d. Menciptakan dan memelihara Persatuan dan Kesatuan
Persatuan dan Kesatuanumat merupakan modal utama dalam
mewujudkan tujuan khalifah (pemerintahan). Tanpa persatuan dan
kesatuan umat, maka tujuan khilafah yang ditetapkan itu sulit dicapai.
Karena itu, seluruh rakyat wajib menciptakan dan memelihara persatuan
dan kesatuan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Khilafah dalam terminologi politik Islam ialah sistem pemerintahan
Islam yang meneruskan sistem pemerintahan Rasul Saw. Dengan segala
aspeknya yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Saw. Sedangkan
Khalifah ialah Pemimpin tertinggi umat Islam sedunia, atau disebut juga
dengan Imam A’zhom yang sekaligus menjadi pemimpin Negara Islam
sedunia atau lazim juga disebut dengan Khalifatul Muslimin. Secara umum
yaitu untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur,
sejahtera lahir dan batin serta memperoleh ampunan dan ridho dari Allah
SWT. Dasar-dasar khilafah adalah tauhid, persatuan, persamaan derajat,
kedudukan rakyat, keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum, tugas Khalifah itu ialah :
a. Tamkin Dinillah (menegakkan agama Allah) yang telah diridhai-Nya
dengan menjadikannya sistem hidup dan perundangan-undangan dalam
semua aspek kehidupan.
b. Menciptakan keamanan bagi umat Islam dalam menjalankan agama Islam
dari ancaman orang-orang kafir, baik yang berada dalam negeri Islam
maupun yang di luar negeri Islam.
c. Menegakkan sistem ibadah dan menjauhi sistem dan perbuatan syirik
(QS.Annur : 55).
d. Menerapkan undang-undang yang ada dalam Al-Qur’an, termasuk Sunnah
Rasul Saw. dengan Haq dan adil, kendati terhadap diri, keluarga dan
orang-orang terdekat sekalipun. (QS. Annisa’ : 135, Al-Maidah : 8 & 48,
Shad : 22 & 26)
e. Berjihad di jalan Allah.
3.2 Saran/Kritik
Kita harus mempelajari tentang masalah Khilafah, agar ilmu kita
akan bertambah. Jika ada salah dalam penulisan kami mohon maaf, saran
dan kritik sangat kami perlukan.

15

Anda mungkin juga menyukai