Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Thaharah

Dosen Pengampu : Drs. H. M. Rifai Abtes, M.Sy.

Disusun Oleh :
Nama : Sudarwati
: Herman
Mata Kuliah : Praktek Ibadah

SEKOLAH TINGGI LMU TARBIYAH


STIT YAPIMA MUARA BUNGO
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penyusunan

Makalah ini selesai pada waktunya. Makalah ini sendiri dibuat untuk memenuhi

Tugas Mata Kuliah Praktek Ibadah.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih

jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran

yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik

lagi.

Muara Bungo, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


A. Pengertian Thaharah ........................................................................ 3
B. Alat Thaharah .................................................................................. 4
C. Macam-Macam Tharahah ................................................................ 8
1. Bersuci dari dosa (bertaubat) ................................................... 8
2. Bersuci menghilangkan najis ................................................... 9
3. Bersuci dari hadats ................................................................... 10
4. Wudlu ....................................................................................... 11
5. Mandi ....................................................................................... 12
6. Tayammum .............................................................................. 12
7. Istinja’ ...................................................................................... 13
D. Hikmah Thaharah ........................................................................... 14
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 15
A. Kesimpulan ...................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iv

iii
DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. Ensiklopedi Muslim: PT Darul Falah, Jakarta 2008
Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam: Sinar Baru Algensindo, Bandung 2014
Bunyamin, Mahmudin, Fiqh Ibadah: IAIN Raden Intan Lampung, Lampung 2010
Muhammad, Fiqih Empat Mazdhab: Hasyimi, Bandung 2004
https://islam.nu.or.id/post/read/82243/empat-macam-air-dan-hukumnya-untuk-bersuci
Dr. Musthofa Al-Khin dkk, Al-Fiqh Al-Manhaji, Damaskus: Darul Qalam, 2013

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk memasuki
ibadah shalat. Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka. Karena fungsinya
sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim yang akan melakukan shalat
tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus mengetahui dan terampil
melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung sah menurut ajaran
ibadah syar’iah.
Dalam pembahasan berbagai macam kitab yang menjelaskan tentang fikih
selalu ada bab thaharah berada pada bab yang paling awal atau paling utama. Hal
itu terjadi dikarenakan thaharah adalah bagian yang peling penting dipelajari.
Melaksanakan shalat tanpa thaharah maka tentu saja shalat yang dikerjakan tidak
sah. Dalam artian jika ada seseorang yang mengerjakan shalat tanpa bersuci terlebih
dahulu maka shalat yang dilakukan sia-sia. Karena pada dasarnya islam memang
mewajibkan setiap orang ingin melaksanakan shalat itu harus bersuci.
Mungkin masih banyak dikalangan orang awam yang tidak tahu persis
tentang pentingnya thaharah. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa ada yang
mengetahui tentang thaharah namun mengabaikannya. maka dari pada itu kami
akan mencoba sedikit menjelaskan apa-apa yang kami ketahui tentang thaharah dari
berbagai sumber.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian thaharah ?
2. Tujuan thaharah ?
3. Pembagian thaharah ?
4. Alat-alat yang digunakan untuk berthaharah ?
5. Hikmah dalam berthaharah ?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Praktek Ibadah”
2. Menambah wawasan penulis dan pembacanya mengenai thaharah
3. Untuk memahami cara-cara bersuci yang dikehendaki oleh syari’at islam dan
mempraktekkannya dalam menjalani ibadah sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAHARAH

Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’


thaharah adalah bersih dari hadats dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan
mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum
dan menghilangkan najis. Atau thaharah juga dapat diartikan melaksanakan
pekerjaan dimana tidak sah melaksanakan shalat kecuali dengannya yaitu
menghilangkan atau mensucikan diri dari hadats dan najis dengan air.

Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat. Cara
menghilangkannya harus dicuci dengan airsuci dan mensucikan.

Thaharah secara syari’ menurut para ulama terbagi menjadi dua macam yaitu
thaharah dari hadats dan thaharah dari najis. Taharah terbagi kedalam dua bagian
yaitu taharah jasmani dan taharah rohani. Taharah Rohani adaalah membersihkan
jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat dengan bertaubat secara benar dari
semua dosa dan maksiat, dan membersihkan hati dari semua kotoran syirik, ragu-
ragu, dengki, iri, sombong, ujub, riya’, dan sum’ah dengan ikhlas, keyakinan, cinta
kebaikan, lemah lembut, tawadu’, dan menginginkan keridhaan Allah dengan
semua niat dana mal shalih. Sedangkan taharah jasmani adalah taharah dari najis
dan taharah dari hadats, (kotoran yang bisa dihilangkan dengan wudhu, mandi, atau,
tayammum.

Taharah adalah mengerjakan suatu yang mana ibadah shalat tidak akan sah tanpa
melaksanakan bersuci, yang mana bersuci ini terbagi kedalam dua bagian lagi.
Yang pertama yaitu bersuci dari hadats dan yang kedua bersuci dari kotoran atau
najis. Yang dimaksud bersuci dari hadats itu sendiri yaitu berwudhu, mandi besar,
dan juga tayamum sebagai pengganti wudhu. Sedangkan yang dimaksud bersuci

3
dari kotoran ataupun najis itu sendiri yaitu istinja, dan menghilangkan najis dari
badan dan tempat.

B. ALAT THAHARAH
1. Air mutlak atau air yang suci lagi menyucikan air inilah yang layak dipakai
untuk berwudhu dan mandi janabat, air tersebut adalah air asli yang didak
tercampuri oleh suatu apapun dari najis, seperti air sumur air mata air, air
lembah, air sungai, air salju, dan air laut, karena dalil berikut:

‫ِى أَرْ َ! َل ٱ ر ٰ َ َ ُ ْ ۢرً ا َ َْن َ دَىْ َر ْ َ ِ ِۦ ۚ َوأَ َز ْ َ َِن‬


ٓ ‫ذ‬$ ‫َوھ َُو ٱ‬
‫! َ ٓ ِء َ ٓ ًء َط&ُورً ا‬$ ‫ٱ‬
Artinya: “Dan Kami turunkan air dari langit yang amat suci.” (Al-Furqan:48).
2. Tanah yang suci di atas bumi, atau pasir, atau batu, atau tanah berair,

Firman Allah:

َ ‫ُوا‬۟ *َ ْ+ َ ,ٰ $ َ ‫ َر ٰى‬-َ ٰ !ُ ‫ َ* ٰو َة َوأَ ُ ْم‬0 ۟ ُ َ ‫ ِذ َن َءا‬$ ‫ َ& ٱ‬3 َ 4 َٓ ٰ


۟ ‫ َر‬1ْ َ 2َ ‫وا‬
$ ‫ُوا ٱ‬
‫ أَ ْو‬,ٓ ٰ 5َ ْ‫ر‬$ ‫ ُم‬-ُ ‫وا ۚ َوإِن‬ ۟ ُ* ِ! َ 7ْ َ ,ٰ $ َ ‫ ِرى َ! ِ ٍل‬9َ 2$ ِ‫ُ ُ ً إ‬: 2َ ‫ون َو‬
ِ َ ُ ‫و‬1ُ َ
۟ ‫ ُد‬:ِ َ ‫ ٓ<ِطِ أَ ْو ٰ َ َ !ْ ُ ُم ٱ َ! ٓ َء َ; َ* ْم‬7َ ْ ‫م َن ٱ‬-ُ ‫ ٓ َء أَ َ ٌد‬:َ ‫ َ! َ> ٍر أَ ْو‬,ٰ *َ 9َ
‫وا‬
َ $ $‫ ْم ۗ إِن‬-ُ ‫ ْم َوأَ ْ ِد‬-ُ ‫ُ و ِھ‬: ُ‫وا ِو‬
‫ َن‬-َ ?‫ٱ‬ ۟ ُ !َ ْ A;َ ً ‫ ًدا َط‬+ِ 0 ۟ $ َ َ ;َ ‫َ ٓ ًء‬
َ ‫ُوا‬
‫ ُ>ورً ا‬Bَ ‫ ُ> ًّوا‬9َ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali
sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang
dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu

4
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”(An-nisa:43).

Selain penjelasan diatas Di dalam madzhab Imam Syafi’i para ulama


membagi air menjadi 4 (empat) kategori masing-masing beserta hukum
penggunaannya dalam bersuci. Keempat kategori itu adalah air suci dan
menyucikan, air musyammas, air suci namun tidak menyucikan, dan air
mutanajis

a. Air mutlak (air yang suci lagi mensucikan)


Air suci dan menyucikan artinya dzat air tersebut suci dan bisa
digunakan untuk bersuci. Air ini oleh para ulama fiqih disebut dengan air mutlak.
Menurut Ibnu Qasim Al-Ghazi ada 7 (tujuh) macam air yang termasuk dalam
kategori ini, yaitu:
1) Air hujan
2) Air laut
3) Air sungai
4) Air sumur
5) Air yang bersumber (dari mata air)
6) Air es
7) Air embun.

Ketujuh macam air itu disebut sebagai air mutlak selama masih pada
sifat asli penciptaannya. Bila sifat asli penciptaannya berubah maka ia tak lagi
disebut air mutlak dan hukum penggunaannya pun berubah. Hanya saja perubahan
air bisa tidak menghilangkan kemutlakannya apabila perubahan itu terjadi karena
air tersebut diam pada waktu yang lama, karena tercampur sesuatu yang tidak bisa
dihindarkan seperti lempung, debu, dan lumut, atau karena pengaruh tempatnya
seperti air yang berada di daerah yang mengandung banyak belerang (Dr.
Musthofa Al-Khin dkk, Al-Fiqh Al-Manhaji, (Damaskus: Darul Qalam, 2013), jil.
1, hal. 34).

Secara ringkas air mutlak adalah air yang turun dari langit atau yang
bersumber dari bumi dengan sifat asli penciptaannya.

5
b. Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar
matahari dengan menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan
perak, seperti besi atau tembaga. Air ini hukumnya suci dan menyucikan, hanya
saja makruh bila dipakai untuk bersuci. Secara umum air ini juga makruh
digunakan bila pada anggota badan manusia atau hewan yang bisa terkena kusta
seperti kuda, namun tak mengapa bila dipakai untuk mencuci pakaian atau
lainnya. Meski demikian air ini tidak lagi makruh dipakai bersuci apabila telah
dingin kembali.
c. Air suci tidak mensucikan
Air ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk
bersuci dari hadats maupun dari najis. Ada dua macam air yang suci namun tidak
bisa digunakan untuk bersuci, yakni air musta’mal dan air mutaghayar.
1) Air musta’mal
air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan
hadats seperti wudlu dan mandi ataupun untuk menghilangkan najis bila air
tersebut tidak berubah dan tidak bertambah volumenya setelah terpisah dari air
yang terserap oleh barang yang dibasuh.
Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci apabila tidak
mencapai dua qullah. Sedangkan bila volume air tersebut mencapai dua qullah
maka tidak disebut sebagai air musta’mal dan bisa digunakan untuk bersuci.
Sebagai contoh kasus bila di sebuah masjid terdapat sebuah bak air
dengan ukuran 2 x 2 meter persegi umpamanya, dan bak itu penuh dengan air, lalu
setiap orang berwudlu dengan langsung memasukkan anggota badannya ke dalam
air di bak tersebut, bukan dengan menciduknya, maka air yang masih berada di
bak tersebut masih dihukumi suci dan menyucikan. Namun bila volume airnya
kurang dari dua qullah, meskipun ukuran bak airnya cukup besar, maka air
tersebut menjadi musta’mal dan tidak bisa dipakai untuk bersuci. Hanya saja dzat
air tersebut masih dihukumi suci sehingga masih bisa digunakan untuk keperluan
lain selain menghilangkan hadats dan najis. Juga perlu diketahui bahwa air yang
menjadi musta’mal adalah air yang dipakai untuk bersuci yang wajib hukumnya.

6
Sebagai contoh air yang dipakai untuk berwudlu bukan dalam rangka
menghilangkan hadats kecil, tapi hanya untuk memperbarui wudlu (tajdidul
wudlu) tidak menjadi musta’mal. Sebab orang yang memperbarui wudlu
sesungguhnya tidak wajib berwudlu ketika hendak shalat karena pada dasarnya ia
masih dalam keadaan suci tidak berhadats.

Sebagai contoh pula, air yang dipakai untuk basuhan pertama pada
anggota badan saat berwudlu menjadi musta’mal karena basuhan pertama
hukumnya wajib. Sedangkan air yang dipakai untuk basuhan kedua dan ketiga
tidak menjadi musta’mal karena basuhan kedua dan ketiga hukumnya sunah.
2) Air mutaghayar
air mutaghayar adalah air yang mengalami perubahan salah satu
sifatnya disebabkan tercampur dengan barang suci yang lain dengan perubahan
yang menghilangkan kemutlakan nama air tersebut.
Sebagai contoh air mata air yang masih asli ia disebut air mutlak dengan
nama air mata air. Ketika air ini dicampur dengan teh sehingga terjadi perubahan
pada sifat-sifatnya maka orang akan mengatakan air itu sebagai air teh. Perubahan
nama inilah yang menjadikan air mata air kehilangan kemutlakannya.
Contoh lainnya, air hujan yang dimasak tetap pada kemutlakannya
sebagai air hujan. Ketika ia dicampur dengan susu sehingga terjadi perubahan
pada sifat-sifatnya maka air hujan itu kehilangan kemutlakannya dengan berubah
nama menjadi air susu. Air yang demikian itu tetap suci dzatnya namun tidak bisa
dipakai untuk bersuci.
Lalu bagaimana dengan air mineral kemasan? Air mineral dalam
kemasan itu masih tetap pada kemutlakannya karena tidak ada pencampuran
barang suci yang menjadikannya mengalami perubahan pada sifat-sifatnya.
Adapun penamaannya dengan berbagai macam nama itu hanyalah nama merek
dagang yang tidak berpengaruh pada kemutlakan airnya
d. Air yang terkena najis (Air mutanajis)
Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang
dari dua qullah atau volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah

7
satu sifatnya warna, bau, atau rasa karena terkena najis tersebut. Air sedikit apabila
terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis meskipun tidak ada
sifatnya yang berubah. Sedangkan air banyak bila terkena najis tidak menjadi
mutanajis bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah. Adapun bila
karena terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang berubah maka air banyak
tersebut menjadi air mutanajis.

C. MACAM-MACAM THAHARAH
1. Bersuci dari dosa (bertaubat).

Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharah ruhaniah, juga


sebagai metode mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil
kepada Allah. Jika dosa yang dimaksudkan berhubungan dengan manusia,
sebelum bertaubat ia harus meminta maaf kepada semua orang yang disakitinya.
Sebab Allah akan menerima taubat hamba-Nya secara langsung jika berhubungan
dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an

, ًّ !3َ ‫ ٍل‬:َ َ‫ أ‬,ٓ ٰ َ ِ‫ َ َ! ً إ‬+ً َ ٰ $ ‫م‬-ُ ْ+ َ ُ ِ ْ َ ِ‫م ُو ُٓو ۟ا إ‬$ Dُ ‫ ْم‬-ُ $ ‫وا َر‬
۟ ‫ ِ> ُر‬7ْ َ ْ!‫َوأَ ِن ٱ‬

َ ‫ َذ‬9َ ‫ ْم‬-ُ ْ *َ 9َ ُ‫ ف‬Gَ َ‫ أ‬,ٓ ِH;َ ‫ ْو ۟ا‬$ ‫َ َو‬


‫اب‬ ‫ْ َ* ُۥ ۖ َوإِن‬5;َ ‫ْ ٍل‬5;َ ‫ل ذِى‬$ -ُ ‫ت‬ ِ ‫َو ُْؤ‬
‫ ِ ٍر‬-َ ‫َ ْو ٍم‬
Artinya :

“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertaubat


kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai
waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada
setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling maka sungguh Aku takut
kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat)”. (QS. Hud:3)

Yang dimaksud dengan taubat nashuha adalah taubat yang sesungguhnya. Ciri-
cirinya adalah:

a) Menyesal dengan perbuatan yang telah dilakukan.

8
b) Berjanji tidak akan mengulanginya.
c) Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d) Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak
perbuatan baik dengan mengharap keridhoan dari Allah SWT.

2. Bersuci menghilangkan najis.


Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda
maupun amal perbuatan. Sedangkan menurut fuqaha’ berarti kotoran (yang
berbentuk zat) yang mengakibatkan sholat tidak sah.
a) Benda-benda najis
1. Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)
2. Darah
3. Babi
4. Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
5. Anjing
6. Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
7. Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
8. Wadi dan madzi
9. Muntahan dari perut

b) Macam-macam najis

Najis dibagi menjadi 3 bagian:

1. Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum
berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.
Cara mensucikannya, cukup dengan memercikkan air ke bagian yang
terkena najis sampai bersih.
2. Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan
dubur manusia dan binatang, kecuali air mani.
Najis ini dibagi menjadi dua:
a. Najis ‘ainiyah, ialah najis yang berwujud atau tampak.
b. Najis hukmiyah, ialah najis yang tidak tampak seperti bekas
kencing atau arak yang sudah kering dan sebagainya.
Cara mensucikannya, dibilas dengan air sehingga hilang semua sifatnya
(bau, warna, rasa dan rupanya)
3. Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.

9
Cara mensucikannya, lebih dulu dihilangkan wujud benda najis itu,
kemudian dicuci dengan air bersih 7 kali dan salah satunya dicampur
dengan debu.

c) Najis yang dimaafkan


1. Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu,
dan sebagainya.
2. Najis yang sangat sedikit.
3. Darah bisul dan sebangsanya.
4. Kotoran binatang yang mengenai biji-bijian yang akan ditebar, kotoran
binatang ternak yang mengenai susu ketika diperah.
5. Kotoran ikan d dalam air.
6. Darah yang mengenai tukang jagal.
7. Darah yang masih ada pada daging.

3. Bersuci dari hadats

Hadats menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’


adalah perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga
menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya
tidak sah karenanya, karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Hadats dibagi
menjadi dua :

a) Hadats kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat


anggota tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu
menjadikan sholat dan semisalnya tidak sah. Hadats kecil ini hilang dengan
cara berwudlu.
b) Hadats besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh
lalu menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum
dengannya tidak sah. Hadats besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.

10
4. WUDLU
a) Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan.
Sedangkan menurut istilah syara’ bersuci dengan air dalam rangka
menghilangkan hadats kecil yang terdapat pada wajah, kedua tangan, kepala
dan kedua kaki disertai dengan niat.
b) Rukun Wudlu
Antara lain:
1. Niat
2. Membasuh muka
3. Membasuh dua tangan sampai siku
4. Mengusap sebagian kepala
5. Membasuh kaki sampai mata kaki
6. Tertib, artinya urut.

c) Sunnah Wudlu
1. Membaca basmallah
2. Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu
3. Berkumur-kumur
4. Membersihkan hidung
5. Menyela-nyela janggut yang tebal
6. Mendahulukan anggota yang kanan
7. Mengusap kepala
8. Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki
9. Megusap kedua telinga
10. Membasuh sampai tiga kali
11. Berturut-turut
12. Berdo’a sesudah wudlu

d) Hal-hal yang membatalkan wudlu


1. Keluarnya sesuatu dari dua jalan
2. Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap
3. Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)
4. Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
5. Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan
muhrim dan tidak beralas

11
5. MANDI
a) Pengertian Mandi
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir
pada apa saja. Menurut pengertian syara’ berarti meratakan air yang
suci pada seluruh tubuh disertai dengan niat. Pengertian lain ialah
mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang berupa kulit, rambut,
ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada yang
hukumnya wajib dan ada yang sunnah.
b) Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)
1. Hubungan suami istri
2. Mengeluarkan mani
3. Mati
4. Haid
5. Nifas
6. Wiladah (melahirkan)

c) Rukun mandi
1. Niat
2. Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya
3. Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit

d) Sunnah mandi
1. Membaca basmallah
2. Berwudlu sebelum mandi
3. Menggosok badan dengan tangan
4. Menyela-nyela pada rambut yang tebal
5. Membasuh sampai tiga kali
6. Berturut-turut
7. Mendahulukan anggota yang kanan
8. Memakai basahan

6. TAYAMMUM
a) Pengertian Tayammum
Tayammum adalah salah satu cara bersuci, sebagai ganti
berwudlu atau mandi apabila berhalangan memakai air. (Imam Zarkasyi,
1995:20)

12
b) Syarat tayammum
1. Islam
2. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
3. Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila
menggunakan air akan kambuh sakitnya
4. Telah masuk waktu shalat
5. Dengan debu yang suci
6. Bersih dari Haid dan Nifas
c) Rukun tayammum
1. Niat
2. Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan
atau diletakkan ke debu
3. Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan
yang baru dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali
memukul.
4. Tertib

d) Sunnah tayammum
1. Membaca basmallah
2. Mendahulukan anggota kanan
3. Menipiskan debu di telapak tangan
4. Berturut-turut

e) Hal-hal yang membatalkan tayammum


1. Semua yang membatalkan wudlu
2. Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air
3. Karena murtad

7. ISTINJA’
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua jalan, wajib istinja’ dengan air
atau dengan tiga buah batu, yang lebih baik mula-mula dengan batu atau
sebagainya kemudian diikuti dengan air. (Sulaiman Rasjid, 1981:37)
Adab buang air:
a) Sunnah mendahulukan kaki kiri ketika masuk ke dalam kamar mandi,
mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari kamar mandi.
b) Tidak berbicara selama ada di dalam kamar mandi.
c) Memakai alas kaki.

13
d) Hendaklah jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai
kepadanya.
e) Tidak buang air di air yang tenang.
f) Tidak buang air di lubang lubang tanah.
g) Tidak buang air di tempat perhentian.

D. HIKMAH THAHARAH
1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang Islam.
3. Memelihara kesehatan.
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadats dan najis juga berfungsi sebagai
penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian Thaharah adalah tindakan membersihkan atau menyucikan


diri dari hadast dan najis. Thaharah atau Bersuci beberapa macam-macamnya
adalah wudlu, mandi, dan tayamum.

Wudlu merupakan sebuah rangkaian ibadah bersuci untuk


menghilangkan hadas kecil. Wudlu merupakan syarat sah sholat, yang artinya
seseorang dinilai tidak sah shalatnya jika dia melakukan tanpa berwudlu. Yang
didalamnya ada ketentuan atau syarat-syarat serta rukun dan hal-hal yang merusak
wudlu.

Mandi adalah aktivitas mengalirkan air pada seluruh tubuh dengan niat
tertentu. Sedangkan tayamum adalah mengusapkan tanah ke muka dan kedua
tangan sampai siku dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudlu atau
mandi, sebagai rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air
karena beberapa halangan (uzur), yaitu Uzur karena sakit, karena dalam perjalanan
dan karena tidak ada air.

B. SARAN

1. Dalam kehidupan sehari-hari tentu umat muslim tidak terlepas dari thaharah
atau bersuci yang didalamnya terdapat macam-macamnya seperti wudlu,
mandi dan tayamum, untuk itu aplikasikan ilmu sesuai dengan syariat islam,
dan tentunya menyempurnakan ibadah kita terhadap Allah swt.
2. Dalam kehidupan tidaklah semuanya sefaham, dalam ilmu fiqh pun mengenal
beberapa mazhab yang terkenal seperti Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki,
Mazhab Syafi’I dan Mazhab Hanbali. Hal ini menyebabkan beberapa

15
perbedaan didalam mazhabnya termasuk perbedaan dalam fiqh ibadah,
namun semua itu kembali pada diri setiap individu umat muslim mana yang
dipilihnya, karena setiap mazhab sama-sama bersumber pada Al-Qur’an dan
Hadist, dan dibantu pula dengan Ijma’ dan Qiyas.

16

Anda mungkin juga menyukai