Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA

“AL-MAWANI’ FII MA’RIFATULLAH


(PENGHALANG MENGENAL ALLAH)”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah


Pendidikan Agama 3
Dosen Pengampu : Dr. Ir. H. M. Budi Djatmiko, M.Si.,

Disusun oleh :
Serlina Merliyani (10121107)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


UNIVERSITAS TEKNOLOGI DIGITAL
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim,

Allhamdulillah, puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang sudah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Salawat serta salam
senantiasa kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis
bisa menuntaskan makalah ini guna penuhi tugas pembuatan makalah dan presentasi
kelompok untuk mata kuliah Pendidikan Agama 3, dengan judul : “Al-Mawani’ Fii
Ma’rifatullah (Penghalang Mengenal Allah)”
Pada peluang ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. H.
M. Budi Djatmiko, M.Si., sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Pendidikan Agama 3
dan juga kepada Bapak Willy Herdian sebagai mentor di kelas C5 Manajemen yang
sudah membagikan tugas ini sehingga bisa menaikkan pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang yang kami tekuni.

Penyusun menyadari seluruhnya jika makalah ini masih jauh dari sempurna
disebabkan terbatasnya pengalaman serta pengetahuan yang penulis miliki. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan seluruh wujud anjuran dan masukan terlebih lagi kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bandung, 18 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN ...............................................................................................................2
2.1 Sifat yang berasal dari penyakit syahwat (Marodhu Asy-Syahwati) ..........3
a. Al-Fisqu yaitu Fasiq atau Pendosa ( Q.S. [2] : 26, 27, [59] : 19) ..................3
b. Takabur / Sombong (QS. [16]:22, [40]:35, 56, [7]:12) ...................................4
d. Dusta (QS. 2:10, 77:10-19) .............................................................................15
e. Banyak Dosa (QS. 83:14) ...............................................................................16
2.2 Sifat Yang Berasal Dari Penyakit Syubhat ..................................................17
a. Jahil (QS. 39:65) ..............................................................................................17
b. Ragu-Ragu (QS. 22:55)...................................................................................19
c. Menyimpang (QS. 5:13) .................................................................................20
d. Lalai (7:179).....................................................................................................22
2.3 Obat Penawar Penyakit Internal...................................................................25
2.4 Pengaruh Eksternal ........................................................................................29
2.5 Obat Penghancur Penghalang Eksternal .....................................................31
BAB III ...........................................................................................................................33
PENUTUP ......................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewajiban setiap individu sebagai seorang hamba sudah pasti ingin mengenal Tuhan
kita yaitu Allah dengan baik, hendaknya pula ia harus mengenal beberapa penghalang
mengenal Allah. Allah sebagai pemberi anugerah, rahmat dan magfiroh sangat
menyayangi semua makhluknya. Karena itu Allah selalu memberikan yang terbaik
kepada hamba-hambanya. Tetapi, Rahman dna Rahim nya Allah kepada makhluk
ciptaannya ini tidak disukai oleh makhluk yang terbuat dari api yang terpancar. Makhluk
inilah yang selalu berupaya menjadi penghalang atau yang menghalangi taqarubnya
makhluk kepasa sang Khaliq disamping hawa nafsu manusia itu sendiri yang ada di dalam
dirinya. Untuk lebih berma‟rifat kepada Allah dengan sebaik-baiknya hendaklah manusia
mengenali hal-hal yang akan menjadi penghalangnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
a. Mengetahui sifat-sifat pribadi manusia yang menjadi penghambat dari mengenal
Allah.
b. Mengetahui bahwa sifat-sifat itu dapat membawanya pada kekufuran karena itu dia
berupaya menjauhi sifat-sifat itu.
c. Bagaimana menumbuhkan motivasi untuk mewujudkan sifat yang memudahkan
mengenal Allah.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
a. Mengerti sifat-sifat pribadi manusia yang menjadi penghambat dari mengenal Allah.
b. Menyadari bahwa sifat-sifat itu dapat membawanya pada kekufuran karena itu dia
berupaya menjauhi sifat-sifat itu.
c. Menumbuhkan motivasi untuk mewujudkan sifat yang memudahkan mengenal
Allah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Kewajiban setiap individu sebagai seorang hamba sudah pasti ingin mengenal
Tuhan kita yaitu Allah dengan baik, hendaknya pula ia harus mengenal beberapa
penghalang mengenal Allah. Allah sebagai pemberi anugerah, rahmat dan magfiroh
sangat menyayangi semua makhluknya. Karena itu Allah selalu memberikan yang terbaik
kepada hamba-hambanya. Tetapi, Rahman dna Rahim nya Allah kepada makhluk
ciptaannya ini tidak disukai oleh makhluk yang terbuat dari api yang terpancar. Makhluk
inilah yang selalu berupaya menjadi penghalang atau yang menghalangi taqarubnya
makhluk kepasa sang Khaliq disamping hawa nafsu manusia itu sendiri yang ada di dalam
dirinya. Untuk lebih berma‟rifat kepada Allah dengan sebaik-baiknya hendaklah manusia
mengenali hal-hal yang akan menjadi penghalangnya.

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk mengenal Allah dengan baik,
dimana hedaknya ia mengenal beberapa penghalang dalam mengenal Allah. Ada dua hal
yang menjadi penghalang mengenal Allah yaitu : sebagaimana diketahui oleh kita bahwa
manusia itu terdiri dari 2 unsur yaitu jasmani dan rohani. Diantara 2 hal yang menjadi
penghalang itu ialah Sifat yang berasal dari penyakit syahwat dan Sifat yang berasal dari
penyakit subhat.

Sifat-sifat yang menyebabkan manusia terhalang dari ma'riffat kepada Allah itu
(al mawani'u min ma'rifatillah) sehingga tidak menyembah Allah, beribadah kepada Allah
SWT serta menolak kebenaran Allah SWT yaitu :

2
2.1 Sifat yang berasal dari penyakit syahwat (Marodhu Asy-Syahwati)
a. Al-Fisqu yaitu Fasiq atau Pendosa ( Q.S. [2] : 26, 27, [59] : 19)

Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk


atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa
itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah
dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-
Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak
ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik”. (QS. Al-
Baqarah : 26)

Fasik adalah orang yang senantiasa melanggar perintah dan larangan Allah,
bergelimang dengan kemaksiatan serta senantiasa berbuat kerusakan di bumi. Mereka
hanya memikirkan kehidupan dunia saja, tidak memikirkan kehidupan di akhirat
nanti. Mereka disibukkan oleh harta-harta dan anak cucu mereka serta segala yang
berhubungan dengan kesenangan duniawi.

Dalam kamus Al-Munawir edisi kedua Fasiq ialah “keluar dari jalan yang haq dan
kesalihan”. Orang Fasiq adalah orang yang mengetahui suatuu kebenaran dan esedihan
namun ia tidak melaksanakan apa yang diketahuinya bahkan meninggalkannya.
Dengan kata lain orang Fasiq adalah orang yang membuat kerusakan di muka bumi
Allah SWT. Mereka adalah yang meninggalkan petunjuk Allah SWT. Dan juga Rasul-
Nya. Mereka adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya. Dimana orang ini adalah
orang yang tidak akan dapat mendekati Allah dan ia tidak akan dapat melihat Allah
sekalipun Nampak dihadapannya. Ciri-ciri mereka adalah seperti firman Allah SWT.
Seperti berikut ini :

1) Melanggar Janji (QS. Al-Baqarah :26-27), (QS. Al-Baqarah :99), (QS. Al-An‟Am
: 49), (QS. Al-Baqarah :49), (QS. Al-Baqarah :59),

3
2) Orang yang berpaling dari perjanjian kepada Allah (QS. At-Taubah : 8), dan (QS.
Al-A‟raf:102)
3) Tidak mengagungkan perintah Allah (QS. Al-An‟am:121)
4) Lebih mencintai keluarga, harta, pangkat dan jabatan dari pada Allah (QS. At-
Taubah : 24)
5) Memiliki karakter munafik dan mengajak kepada yang munkar (QS. At-Taubah
:67)
6) Suka menudug orang yang soleh dengan keji (QS. An-Nuur :4)

Itulah beberapa ayat di dalam Al-Qur‟an yang berkaitan dengan ciri orang Fasiq
yang dapat menyebabkan kita terhalang berma‟rifat kepada Allah SQT. Adapun
hukuman bagi orang yang Fasiq adalah mendapatkan adzab serta diakhirat kelak
dimasukkan ke dalam neraka dan tidak diberi oleh petunjuk oleh Allah SWT. (QS.
Al-Maidah : 108) dan (QS. AL-Hujurat :6).

b. Takabur / Sombong (QS. [16]:22, [40]:35, 56, [7]:12)

Artinya : “Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak
beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan
mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong”. (QS. An-Nahl : 22) .
Kesombongan merupakan suatu sikap dimana hati seseorang ingkar dan
selalu membantah terhadap ayat-ayat Allah Ta‟ala,

“(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang


sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di
sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang
sombong dan sewenang-wenang.” (QS. Al-Mu‟min, 40: 35)

“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa


alasan yang sampai kepada mereka, tidak ada dalam dada mereka melainkan
hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan
4
mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha
mendengar lagi Maha melihat.” (Q.S. Al-Mu‟min: 56)

Pada ayat ini Allah SWT menyatakan: “Orang-orang yang mengingkari seruan
Rasul dan membantah ayat-ayat Allah adalah orang-orang yang dalam hatinya
penuh dengan keangkuhan dan takabur, mereka enggan menerima kebenaran
karena pengaruh hawa nafsu mereka. Mereka ingin berkuasa dan dijadikan
pemimpin dalam masyarakat, serta merasa diri mereka orang yang paling berkuasa.
Keinginan mereka inilah yang menyebabkan mereka mengingkari ayat-ayat Allah.
Menurut mereka bahwa keinginan mereka itu tidak akan tercapai jika mereka
mengikuti seruan Rasul, karena dengan mengikuti seruan Rasul berarti mereka
meninggalkan agama nenek moyang mereka dan kaum mereka yang menghormati
mereka selama ini”. (Al-Qur‟anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid VIII Hal. 558)

1) Definisi Takabur

Menurut Kamus Al-Bisri Takabur artinya sombong, congkak atau


membanggakan diri, memandang dirinya lebih besar. Orang yang takabbur selalu
emrasa dirinya lebih baikdan memandang remeh pada yang lainnya, dia lupa
bahwa kelebihan yang dimilikinya bukanlah dari yang diusahakannya, melainkan
pemberian dari Allah, sehingga lupa bahwa semua yang dimilikinya hanyalah
karena karunia Allah SWT. Semata. sedangkan menurut istilah takabur adalah
sikap merasa dirinya lebih baik, lebih mulia, lebih kuat, lebih hebat daripada orang
lain dan memandang rendah orang lain. Orang yang takabur enggan untuk
mengakui kehebatan orang lain, kekuatan orang lain dan kemuliaan serta
kelebihan orang lain. Jangankan kepada manusia, orang yang takabur itu bahkan
merasa lebih tinggi dari Allah dan mereka tidak mau taat, tunduk, dan patuh
kepada Allah SWT dan segala aturan-Nya. Penyebab sikap takabur ini dapat

berupa Harta, Pangkat, Jabatan, Kedudukan, ilmu dan keturunan yang


dimilikinya. Yang pertama memiliki sifat takabur dari makhluk Allah adalah
makhluk yang terbuat dari Apo (kelompok Jin) seperti yang digambarkan dalam
surat Al-Baqarah ayat 32 dan surat Al-Kahfi ayat 50. Ketika itu Allah
memerintahkan kepada para makhluk yang terbuat dari Nur dan Nar bersujud
kepada Adam tetapi mereka menolah (QS. AL-Baqarah : 34) yang menolak dari
kelompok Jin (QS. AL-Kahf : 50), kenapa menolak ? Berdasarkan (QS. AL-
5
Baqarah : 34) mereka menolak disebabkan sifat takabur mereka. Bahkan
dijelaskan dalam (QS. Al-A‟raf : 12), bahwa ketidak mauan mereka disebabkan
merasa lebih baik dari adam. Itulah penyakit pertama makhluk kepada khaliknya
yang menyebabkan seorang makhluk bila memiliki sifat yang demikian, maka
akan menyebabkan dia menjauh dari ridha Allah SWT. Sifat takabbur ini hamper
sama dengan sifat ujub. Dimana sifat ujub adalah menganggap kelebihan yang
ada pada dirinya adalah atas usahanya sendiri. Sedangkan sifat takabbur adaah
menganggap dirinya lebih mampu dan meremehkan orang lain. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam (QS. Luqman : 18-19).

2) Pembagian Takabur

Ada 2 macam perilaku dari seseorang yang takabur, yaitu :

- Takabur kepada Khaliq : yang dilakukan oleh perorangan atau banyak orang.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Raja Namrud (QS. Al-Baqarah : 258), Raja
Fur‟aun (QS. Yunus : 83) dan Abu Lahab (QS. Al-Lahab : 1-5). Mereka
mensejajarkan dirinya sekelas dengan Allah SWT. Mereka adalah orang yang
melampaui batas., tidak tahu diri, dan sangat dibenci oleh Allah SWT. Sedangkan
perilaku takabur yang ditujukan kepada Allah SWT. Yang dilakukan oleh banyak
orang adalah yang diceritakan dalma AL-Qur‟an tentang kaum „Ad (QS. Al-A‟raf
: 64-72), Kaum Tsamud (QS. AL-A‟raf : [73-79), kaum Nabi Luth (7:80-84),
Penduduk Madyan (7:85-93).
- Takabur kepada sesama makhluk : Takabur kepada utusan Allah atau kepada
pemimpin umat atau takabur kepada sesame manusia seperti, Takabur kepada
Rasulullah atau pemimpin umat Ketika Rasul membawa perintah atau larangan
dan anjuran dari Allah untuk disampaikan kepada umat, namun mereka tidak

mengerjakannya sehingga jauh dari kata taat kepada ajaran dan perilaku
Rasulullah. Hamper semua utusan Allah mendapatkan ujian yang berat dari
kaumnya. Serta tidak sedikit pula dari mereka yang mengalami cercaan, hinaan,
dan ejekan bahkan Tindakan fisik dengan menganiaya sampai pembunuhan yang
dilakukan oleh umatnya (QS. Al-Baqarah : 88).
Takabur kepada sesame makhluk contohnya merasa diri sendiri lebih tinggi
kedudukannya karena memiliki harta yang banyak, lebih ulia tingkatannya karena
derajat nasab atau karena keturunan bangsawan, lebih kuat keadananya karena

6
pangkat dan jabatan yang dimiliinya. Padahal perasaan yang demikian sama
halnya dengan memandang rendah dan merendahkan orang lain sebagaimana
Rasululllah bersabda : “ Kesombongan adalah menolak kebenaran dan
merendahkan manusia”. (HR. Muslim).
3) Tanda Perilaku Takabur
Perilaku takabbur seseorang dapat dilihat dari apa yang diucapkan oleh
mulutnya ataupun oleh tingkah lakunya seperti berikut: Seseorang dapat dikatakan
takabbur jika dia memiliki perilaku suka memuji diri sendiri dihadapan orang lain
tentang kelebihan dirinya tanpa menyadari bahwa kelebihan yang diberikan itu
bukanlah karena usaha diri sendiri melainkan ada peran dari orang lain, bahkan
sebenarnya kelebihan itu adalah pemberian dari Allah SWT, Sikap ini muncul
karena merasa dirinya memiliki pangkat dan jabatan yang tinggi, kelebihan harta,
ilmu pengetahuan, dan keturunan atau nasab. Oleh karena itu ia merasa lebih hebat
disbanding orang lain. Padahal sebenamya di atas langit masih ada langit dan
diatas langit paling tinggi disitulah Allah.
Seseorang dapat dikatakan takabur jika dia memiliki perilaku suka memandang
orang lain. dengan sinis, martabatnya direndahkan dan tidak mau memuliakan
orang lain sehingga senantiasa meremehkannya. Perilaku ini akan terlihat ketika
bertemu dengan seseorang dia tidak mau menjadi yang pertama memberi salam,
dia tidak mau duduk diantara jajaran yang lebih rendah derajatnya, inginnya selalu
paling tinggi atau diantara orang-orang yang dianggap tinggi. Dia selalu inginnya
dilayani bukan melayani. Merasa terhina apabila orang tidak menghormatinya.
Seseorang dapat dikatakan takabur, sombong atau congkak apabila senantiasa
menghina atau pamer kekayaan dan kekuasan sehingga mencela orang-orang yang

mempunyai keterbatasan fisik,ilmu atau harta. Apabila seseorang berbuat


kesalahan dia membesar besarkannya dengan senantiasa menceritakan kesalahan
orang itu kepada yang lain, sementara kalau dirinya salah dia diam saja dan tidak
mau orang lain menegurnya atau menasehatinya.
Perilaku Orang yang takabbur selalu mengira dan meyakini bahwa dirinyalah
yang paling benar dalam segala hal, paling baik dalam segala sikap, dan paling
mulia dalam segala tingkaatan, serta merasa mampu mengerjakan segala sesuatu
dan dianggapnya itu semua hasil usaha dan pikirannya. Sedangkan orang lain
dianggap tidak memiliki kemampuan, mereka rendah, mereka kecil,mereka hina
dan tak mampu berbuat sesuatu. Bahkan orang lain dimatanya selalu berbuat
7
salah. Seseorang dikatakan takabur apabila dia merasa bahwa sesuatu tidak akan
terjadi kecuali atas peran dirinya. Apabila seorang boss menganggap bahwa
pegawainya tidak akan punya pekerjaan atau uang kalau bukan karena pekerjaan
yang dia berikan.Apabila seorang guru mengatakan kepada muridnya bahwa
kamu tidak akan pernah tahu sesuatumkalau tidak diberitahu aku. Kalau seorang
yang kaya mengatkan kepada si miskin bahwa kamu tidak akan bisa makan kalau
tidak dibantu aku. Maka itu semua adalah ketakaburan.
4) Bahaya Sikap Takabur
• Tidak bisa taat kepada Allah (QS Al-Baqarah: 34)
• Menyebabkan terbuka neraka jahanam (QS Al-Baqarah: 207)
• Sikap tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT (QS An-Nisa: 36)
• Dibenci oleh orang lain karena keangkuhannya (QS Lukman: 18)
• Dapat mematikan hati manusia (QS Al Mukmin: 35)
• Tidak mensyukuri nikmat Allah SWT (QS Al-Isra: 83)
• Dibenci Allah (QS Al-Baqarah: 36)
• Akan dimasukan ke dalam neraka (QS An-Nahl: 29) Tertutupnya keimanan
kepada Allah (QS An-Nahl: 22)
5) Menghidari Takabur
Menyadari sepenuhnya bahwa pujian itu milik Allah, tidak layaklah
seorang manusia ingin dipuji oleh manusia yang lainnya, sadar-sesadar sadarnya
bahwa kesempurnaan milik Allah dan menghinakan diri dihadapan Allah akan
menyebabkan diangkatnya derajat oleh Allah SWT. Belajar untuk menerima

kelebihan orang lain dan menyadari kekurangan diri dan siap belajar dari orang
lain untuk memperbaiki diri. Dengan demikian kita akan sellau menghargai
kelebihan orang lain dan belajar menyempurnakan diri dengan melihat
kekurangan diri sendiri. Mengakui kepada diri sendiri bahwa apa yang dimilikinya
berkaitan dengan iman,ilmu dan amal bukanlah atas keberhasilan oleh dirinya
tetapi ada peran orang lain yang menyebabkan dirinya terangkat. Tidak serta merta
menyalahkan orang lain dari setiap kegagalan dan tidak mengakui keberhasilan
yang diperoleh karena atas usahanya sendiri.
Dia mengakui bahwa kegagalan yang didapat akibat kesalahan dirinya
sendiri dan keberhasilan akibat peran dari orang lain. Karenanya setiap dari
kesalahan senantiasa istigfar dan dari setiap keberhasilan senantiasa bersyukur

8
kepada Allah swt. Senantiasa mengevaluasi diri dengan tafakur, tadzakur, tadabur
dan tasyakur serta istigfar. Malam-malamnya diisi dengan mentafakuri setiap
yang telah dilakukannya. Jam-jamnya senantiasa diisi dengan dzikir kepada Allah,
menit-menitnya diisi dengan mentadaburi setiap kejadian yang terjadi
dihadapnnya dan meminta kepada Allah agar mampu mengambil hikmanya. Dan
detik-detiknya diisi dengan tasyakur kepada Allah dari setiap nikmat yang di
dapatnya sehingga seluruh kegiatan kehidupan dalam kesehariannya bermakna
ibadah. (QS Al-Mukmin: 60)
Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan
kepada saya supaya kalian bertawadluk hingga tidak ada seorang pun yang
menganiaya orang lain dan tidak ada seorangpun yang menyombongkan diri atas
orang lain". (HR. Muslim) Menurut Imam Al- Ghazali ada tujuh kenikmatan yang
menyebabkan seseorang memiliki sifat takabbur yaitu:
- Ilmu pengetahuan, orang yang berilmu tinggi atau berpendidikan tinggi
merasa dirinya orang yang paling pandai bila dibandingkan dengan orang
yang tidak berilmu atau berpendidikan. - Amal ibadah yang tidak jelas dapat
menyebabkan sifat takabbur apalagi bila mendapat perhatian dari orang lain.
Kebangsawanan, dapat menyebabkan takabbur karena menganggap dirinya
lebih tinggi derajadnya daripada kelompok atau kasta lain.
- Kecantikan dan ketampanan wajah, menjadikan orang merendahkan orang
lain dan berperilaku sombong.

- Harta dan kekayaan, dapat menjadikan orang meremehkan orang miskin.


- Kekuatan dan kekuasaan, dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimilikinya
ia dapat berbuat sewenang-wenang terhadap orang lain tanpa melihat
statusnya.
- Banyak pengikut, teman sejati, karib kerabat yang mempunyai kedudukan
dan pejabat-pejabat tinggi. Dan orang-orang yang sombong adalah para
penduduk neraka Jahannam, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam:
"Sesungguhnya penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi
keras, orang yang bergaya sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong,
orang yang banyak mengumpulkan harta, orang yang sangat bakhil. Adapun
penduduk sorga adalah orang-orang yang lemah dan terkalahkan". (Hadits Shahih.
Riwayat Ahmad, 2/114; Al-Hakim.2/499) Mereka akan merasakan berbagai
9
macam siksaan di dalam Jahannam, akan diliputi kehinaan dari berbagai tempat,
dan akan diminumi nanah penduduk neraka.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Pada hari kiamat orang-
orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut kecil, di dalam
bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai sisi. Mereka akan
digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya Bulas. Api
neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi nanah
penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan)". (Hadits Hasan.
Riwayat Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no. 2492;
Ahmad, 2/179; dan Nu'aim bin Hammad di dalam Zawaid.) Demikianlah takabur
sangat membahayakan bagi para pengidap penyakit ini. Siapa saja yang
mempunyai penyakit ini baik para tua, muda, lelaki, wanita, genguasa, hartawan,
ilmuwan, rohniawan, olahragawan, bangsawan, aristokrat, konglomerat maka
mereka akan mengalami hambatan untuk dapat bertaqorub pada Allah SWT
kecuali mereka bertobat dengan taubatan nasuha.

c. Dzalim (QS As-Shaff: 7) (QS As-Sajadah: 22)

Artinya : “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah padahal dia diajak kepada (agama) Islam? Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (QS. As-Saff : 7).

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?
Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang
berdosa.” (QS. As-Sajdah: 22)

Allah SWT menerangkan bahwa orang yang paling zalim di sisi Allah SWT
ialah orang yang telah sampai kepadanya peringatan Allah, telah sampai pula
kepadanya ayat-ayat Alquran dan petunjuk Rasul, kemudian mereka berpaling
dari ajaran dan petunjuk itu karena angkuh dan penyakit dengki yang ada di
dalam hatinya. Sikap dzalim seperti inilah yang menghalangi mereka dari
mengenal Allah Ta‟ala. (lihat: Al-Qur‟anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid VII hal.
10
597)
1) Pengertian Dzalim
Menurut kamus Al Bisri dan juga Al Munawwir kata dzolim bermakna gelap:
"Makna asalnya adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya." Kata zalim
berasal dari bahasa Arab, dengan huruf "dho la ma" ( (yang bermaksud gelap. Di
dalam al-Qur'an sering menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata
baghy, yang artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar hak orang lain. Akan
tetapi pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat
yang disandarkannya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia zalim diartikan bengis,
tidak menaruh belas kasihan,tidak adil atau kejam. Zalim (Arab: Dholim) menurut
para ulama adalah meletakkan sesuatu urusan,permasalahan,perkara bukan pada
tempatnya.
Contoh sekalipun harga sebuah peci lebih murah dibandingkan dengan harga
sepatu, namun pada penempatannya tetaplah peci dipakai dikepala dan sepatu di
kaki. Ketika peci dipasang di kaki karena punya anggapan lebih murah, dan sepatu
dipasang di kepala karena punya anggapan lebih mahal dibanding dengan sepatu,
maka itu adalah sebuah kedzoliman. Karena meletakkan sesuatu bukan pada
tempatnya. Lawan kata dari zalim adalah adil. Artinya menempatkan sesuatu pada
tempatnya. Sebagaimana karakter gelap, dia menutupi cahaya, menghalangi sinar
yang akan masuk ke dalam hati yang bersih. Disanalah suburnya keburukan.
Ditempat itulah bibit kejahatan ditanamkan.maka tidak heran kalau zalim adalah
salah satu hal yang dapat menghalangi taqarubnya seorang manusia kepada Allah,
menghalangi mendekatnya makhluk kepada khaliq.
Ada seorang tokoh kafir quraisy yang sangat dihormati para pembesar quraisy
lainnya. Namun sayang karena memiliki sifat zolim pada dirinya dia tidak mampu

menrima cahaya Allah orang itu adalah AL walid bin Mughiroh. Suatu saat dia
menemui Rasulallah dan meminta dibacakan kalam Allah. Setelah dibacakan
namapk raut mukanya menampakkan penghayatan yang mendalam. Belaiua adalah
seorang ahli syair tersohor di kaumnya.dia lah yang paling ahli.setelah mendengar
kalam Allah. Dia mengatkan kepada kaumnya dan memuji keindahan qur'an baik
dari segi bahasa, isi, suunan dan segalanya. Pujian ini mendapat kecaman dari
pembesar quraisy yang lain. Karena kalau al walid megatkan begitu pasti akan
banyak orang quraisy yang mengikutinya. Kemudin pembesar itu mendesak al walid
untuk tidak memuji-muji al qur'an. Karena Al Walidpun takut ditinggalkan para
11
pemesar kaumnya maka diapun berbalik bukan memuji tapi malah menghasut
bahakan mengatkan bahwa al qur'an adalah sihir yang dapat mebius manusia yang
mendengarnya seperti dikatakn dalam al mudastir Ayat 11-31.
2) Beberapa karakter zalim menurut Allah di dalam Al Quran :
- Kemusyrikan
Kemusrikan adalah dosa yang paling besar karenanya Allah SWT tidak akan
mengampuni dosa tersebut selama pelakunya tidak bertobat dengan tobatannasuha.
Kemusrikan adalah kesetiaan mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar. (QS Luqman: 13) Kemusrikan adalah dosa yang paling besar
karenanya Allah SWT tidak akan mengampuni dosa tersebut selama pelakunya tidak
bertobat dengan tobatannasuha. Kemusrikan adalah kesetiaan ganda dan
penyelewengan dari ketaatan dan kepatuhan. Dia adalah perselingkuhan aqidah
dalam ibadah. Mereka suka pada kehidupan yang gelap. Jangankan Allah, manusia
saja tidak mau dikhianati. Seorang suami atau seorang isteri akan murka ketika
mengetahui pasangannya melakukan perselingkuhan. Karena itu kemusrikan akan
menutup hati seseorang dan menutup hati yang lainnya yang pada akhirnya menutup
kepada kebenaran. Pelakunya tidak akan dapat mencapai kebenaran yang hakiki
sehingga dia akan hidup dalam kegelapan di tengah-tengah cahaya yang terang
benderang.
(QS Al-Baqarah: 35) Sifat lalai adalah perilaku iblis yang menjelam pada
manusia. Hakekatnya mereka adalah tidak suka pada yang baik dan benar. Sehingga
setiap mendengar yang baik dan benar hatinya berat untuk melakukan. Sifat lalai
adalah jalan lain iblis menggoda manusia untuk tidak patuh dan tidak taat kepada

Allah SWT. Jika iblis tidak mampu menggoda manusia untuk meninggalkan
kebaikan dan kebenaran. Iblis tidak akn berhenti menggoda, dia akan mencari jalan
lain yaitu dengan meniupkan ke dalam diri manusia dengan merasa berat melakukan
kebaikan dan kebenaran tersebut. Digantunginya mata manusia, ditindihnya badan
manusia. Ditariknya punggung manusia, ditahannya kaki dan tangan manusia
melakukan segala kebaikan dengan cara menghembus-hembuskan dan meniup-
niupkan malas.
Melalaikan untuk bersegera melakukannya dengan membisikan, nanti sajalah,
kamukan baru selesai dari pekerjaan yang berat, kamukan lelah istirahlah dulu,
tenanglah kan waktunya masih panjang, sabarlah dulu orang lain juga belum ada, dan
sederet alasan lain yang pada intinya manusia agar lalai. Lalai itu membahayakan
12
dan akan merusak diri seseorang. Lalai adalah tipuan iblis dan setan yang paling
ampuh. Tapi barang siapa terperangkap ke dalamnya, sebenarnya dia telah
menceburkan ke dalam neraka jahanam. Kaena itu lalai dapat menjauhkan dari
cahaya Allah masuk kedalam jiwa yang bersih.
Mengganti atau merubah perintah Allah (QS Al Baqarah: 59) Penyakit manusia
yang tertutup hatinya adalah kegemarannya merubah-rubah perintah Allah. Perlu
diketahui bahwa sebenarnya perbautan itu adalah perbuatan iblis sebagaimana
janjinya pada Allah dalam (QS An-Nisa: 116-119). (QS An-Nisa: 221).
Janganlah merubah-rubah ayat-ayat Allah, hukum-hukum Allah, syari'at-syari'at
Allah. Barang siapa melakukannya maka dia sungguh telah tertutup hatinya dan tidak
akn cahaya Allah. mampu menerima menyembunyikan perintah Allah. (QS Al-
Baqarah: 140).
Menyembunyikan sesuatu yang baik dan benar agar tidak diketahui oleh orang
lain adalah sebuah sikap buruk manusia dalam perilaku kehidupannya.perbuatan
seperti itu akan membuat orang lain yang tidak mengetahuinya menjadi salah dalam
melakukan sesuatu kebenaran dan kebaikan. Bahkan buakan orang lain dia sendiri
juga akan menjadi salah. Di beberapa ayat Allah justru menyebutkan bahwa
menyembunyikan sesuatu itu lebih zolim. Hidup dalam Kegelapan, seperti dalam
(QS Al Baqarah: 257).
Tempat yang gelap. Suasana yang gelap. Menggambarkan suasana yang
menyeramkan dan menakutkan. Keadaan seperti itu akan membawa seseorang

kepada situasi yang penuh dengan kegelisahan dan tekanan jiwa yang berat. Dan
disanalah hidup subur biang kerok kejahatan, embah kezoliman. Di dalam gua yang
gelap biasanya hidup binatang-binatang buas dan menakutkan. Harimau,ular,
kalajengking, kelelawar. Karena itu di dalam hati yang gelap akan tumbuh sifat-sifat
jahat dalam diri manusia. Sifat buas,taring yang rakus, cengkeraman kezoliman, bisa
lidah yang membahayakan. "Allah tidak menyukai Ucapan buruk, (yang diucapkan)
dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha mendengar
lagi Maha mengetahui." (QS An-Nisa: 148).
Lilitan dengki yang akan menjerat tubuh ke dalam neraka.sengatan fasik, munafik
yang akan menghitamkan wajah para pelakunya. Bergelantungannya sifat buruk;
mata melihat yang tidak hak, sifat buruk telinga suka mendengar gibah, sifat buruk
lidah berkata buruk dan bohong, sifat buruk tangan mengambil yang bukan hak, sifat
buruk ahti dengan su'udzonnya, sifat buruk kaki melangkah ke tempat maksiat. Jika
13
itu terjadi maka kita akan Diusahakan mengambil cahaya Allah.
- Kekafiran :
" Orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah : 254)
Penyakit lain yang akan dapat menghalangi orang untuk dapat berma'rifat kepada
Allah adalah kekafiran ( penolakan kepada kebenaran/ menutupi kebenaran). Orang-
orang yang lari dari kebenaran mereka adalah fir'aun-fir'aun yang bergentayangan di
muka bumi ini. Mengapa mereka disebut fir'aun? kalau kita katakan (dikira-kira tapi
nyata) fir'aun itu dua kata bahasa arab fir artinya lari aun artinya pertolongan. Jadi
fir'aun adalah orang orang yang lari dari pertolongan Allah SWT. Mereka tidak mau
diselamatkan Allah bahkan mereka adalah orang-orang yang menentang kebenaran
dari Allah. Setiap penolakan vang dilakukan oleh manusia kepada aturan-aturan
Allah adalah bentuk penolakan atau bentuk kekafiran. Sehingga mereka akan hidup
dalam kegelapan dan kehancuran.
- Kemaksiatan (QS Faathir: 32).
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan tentang"Orang yang menganuaya diri
sendiri. "Yaitu orang yang meremeh kan dari melakukan sebagian kewajiban dan
melakukan sebagian hal-hal yang diharamkan." (Tafsir Al Quran Al 'Azhim, 6/546).
Kemaksiatan adalah karya nyata manusia pendurhaka. Mereka adalah orang-orang
yang terobsesi dengan kesenangan dunia yang penuh dengan permainan tipuan. Siapa

saja yang menceburkan diri di dalamnya pasti akan mengalami kerugian dunia dan
akhirat. Kemaksiatan adalah seni mendurhakai perintah Allah. Mereka adalah
manusia-manusia bodoh yang menjadi sok pemberani.padahal keberanian yang
dimiliknya akan menjadi penyebab dari segala kerugian yang akan dialaminya kelakj
di akhirat, bahkan mungkin juga kerugian di dunia.
- Kezaliman menurut Rasulallah
"Berkata kepada kami Abu Daud, berkata kepada kami Ar Rabi', dari Yazid, dari
Anas, katanya bersabda Rasulullah Kezaliman ada tiga:
1. Kezaliman yang tidak akan Allah biarkan
2. Kezaliman yang akan diampuni
3. Kezaliman yang tidak akan diampuni.
Adapun kezaliman yang tidak akan diampuni adalah kesyirikan, Allah tidak
akan mengampuninya. Lalu kezaliman yang diampuni adalah kezaliman seorang
hamba jika dia berbuat kesalahan antara dirinya dengan Rabbnya (baca:
maksiat).Sedangkan kezaliman yang tidak akan Allah biarkan adalah kezaliman
14
sesama manusia (maksudnya Allah Ta'ala akan memberikan balasan setimpal bagi
pelakunya, pen)." (HR. Ath Thayalisi No. 2109,2223).
Karena itu kita dilarang untuk melakukan kezaliman kepada siapapun termasuk
kezaliman kepada diri sendiri. Bahkan tidak dibenarkan berbuat zalim kepada
makhluk apapun sekalipun dia lebih kecil, lebih lemah, lebih buruk atau lebih segala-
galanya. Dalam hadits Qudsi disebutkan :
Dari Abu Dzar Radhiallahu 'Anhu, dari Nabi bersabda tentang apa yang Beliau
riwayatkan dari Allah bahwa Dia berfirman: Wahai hamba Ku Aku haramkan zalim
atas diri-Ku.Dan kujadikan ia larangan bagimu, maka janganlah saling menzalimi.
(HR. Imam Muslim No. 2577, Al Bukhari dalam Adabul MufradNo. 490). Karena
itu setiap perilaku kezaliman hendaknya dijauhi dan ditinggalkan jangan sampai
ketika ada yang berbuat zalim kita membiarkanny atau bahkan kita ikut-ikutan
berbuat zalim. Allah telah menyuruh kita agar menjauhi orang-orang yang suka
berbuat zalim sebagaimana firman-Nya: (QS Huud: 113) Bahkan seharusnya setiap
diri dari kita yang ingin menjadi seorang khalifah fil ardh yang tulen, ketika melihat
kezaliman harus berani mencegahnya sebagaimana sabda Rasulallah SAW:
Dari Jabir Radhiallahu Anhu, Rasulullah bersabda:
"Hendaknya seseorang menolong saudaranya yang zalim atau yang dizalimi. Jika dia
pelaku kezaliman maka hendaknya mencegahnya, maka itu adalah pertolongan
baginya. Jika dia yang dizalimi, maka tolonglah dia." (HR. Muslim No. 2584).

d. Dusta (QS. 2:10, 77:10-19)

Artinya : “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu dan
mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta”. (QS. Al-Baqarah : 10).

Mereka memperlihatkan iman, kasih sayang dan menyembunyikan permusuhan


dalam batin. Mereka menyebarkan permusuhan dan fitnah-fitnah untuk melemahkan
barisan kaum Muslimin. Namun usaha kaum munafik itu selalu gagal dan sia-sia.
Hati mereka bertambah susah, sedih dan dengki, sehingga pertimbangan-
pertimbangan yang benar dan jujur untuk menilai kebenaran semakin lenyap dari

15
mereka. Akal pikiran mereka bertambah lemah untuk menanggapi kebenaran agama
dan memahaminya (lihat: Al-Qur‟anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid I hal. 45)

Pangkal dari segala dosa adalah dusta. Dusta adalah perbuatan yang dilakukan
oleh seseorang yang bertentangan dengan yang sebenarnya. Mengaku melakukan
sesuatu padahal tidak melakukan sesuatu. Mengatakan sesuatu tidak sesuai dengan
yang sebenarnya. Mengakui perbuatan yang tidak pernah dikerjakan. Setiap
perbuatan dusta adalah dosa kecuali dusta dikarenakan untuk menyelamatkan aqidah
dan dusta untuk yang berbunyi: kemaslahatan yang lebih besar. Serta dusta dalam
peperangan. Firman Allah swt. dalam Al-Qur'an surat Az-Zumar ayat 60.

Dusta itu perbuatan menumpuk-numpuk dosa yang jika terus dikerjakan maka
akan menutupi hati yang bersih menjadi kelam. Jika hati sudah hitam kelam maka
sukar kebenaran akan masuk ke dalamnya. Dusta adalah perbuatan yang seakan-akan
bagi pelakunya menguntungkan padahal akan merugikan dan membinasakannya.
Mereka adalah penikmat hidangan-hidangan kecil yang berujung pada kekecewaan
dan meninggalkan hidangan-hidangan yang besar dan lengkap serta sempurna yang
akan berujung pada kebahagian dan memuaskan. Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam berkata:

"Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaia maka hendaknya dia
menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka." (HR. BUKHARI).

Hendaknya kita tidak dan jangan membiasakan dusta dalam keseharian kita hanya
ingin mengejer keuntungan yang kecil, ketenaran yang kecil, ingin disukai, ingin

16
dikenal dan lain sebagainya. Hendaknya kita sellau mecintai dan membiasakan
kebenaran dalam segala sisi kehidupan kita, Rasul bersabda:

"Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: "Rasûlullâh Shallallahu


'alaihi wa sallam bersabda, 'Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran
membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan
apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi
Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta
membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke
Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan
dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong)." (H.R Bukhari).

Sering orang ingin merasa terhormat dia rela melakukan dusta. Padahal kebohongan
itu tidak akan abadi. Cepat lambat kebohongan akan terungkap yang akhirnya
kehinaanlah yang didapat. Perbuatan dusta sangat dibenci oleh siapapun. Jangankan
orang beriman. Orang kafirpun tidak ingin di dustai sekalipun dia pelaku dusta yang
sebenarnya. Jadi jauhilah kebohongan dekatilah kebenaran maka akan sampai di
surga.

e. Banyak Dosa (QS. 83:14)

Artinya : “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati”. (QS. Al-Mutaffifin : 14) .

"Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang
yang melampaui batas lagi berdoa ." (QS. At-Thatif : 12).
Satu hal uang akan menutupi hati kita dari cahaya Allah dan bisa berma'rufat
kepada Allah dengan benar adalah perbuatan dosa. Kebenaran adalah cahaya Allah
dan siapapun yang menjadi pelakunya maka dia termasuk orang yang mendapat
karunia besar dari Allah. Sedangkan dosa adalah tirai pekat yang akan menutup hati,
siapapun pelakunya dia akan mendapat kehinaan dan azab yagn pedih dari Allah SWT.
Rasul bersabda tentang kebenaran dan dosa sebagaimana diriwayatkan dalam hadist
di bawah ini: Dari an-Nawwâs bin Sam'ân Radhiyallahu anhu, ia berkata: "Aku

17
bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebajikan dan dosa,
maka beliau menjawab, "Kebajikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa yang
membuat bimbang (ragu) hatimu dan engkau tidak suka dilihat (diketahui) oleh
manusia." (HR. Muslim).
Pelaku dosa adalah mereka yang gemar membuat istana di neraka yang lantainya
adalah suluh neraka dan hidangannya adalah darah dan nanah serta pelayannya adalah
malaikat-malaikat yang keras dan kasar. Tidak ada dosa besar kalau kita selalu
bertobat dengan tobat yang benar pasti Allah akan mengampuni.juga tidak ada dosa
kecil kalau seandainya kita gemar melakukan dosa dan tidak pernah mau bertobat,
maka pintu surga tertutup dan pintu neraka terbula lebar.
Penyakit-penyakit internal yang muncul di dalam diri ini hendaklah dibersihkan.
Selama penyakit ini hadir dalam diri kita, maka selama itu pulalah cahaya ma'rifat akan
sukar tembus ke dalam hati. Kekerasan dan kekotoran hati akibat unsur-unsur kotor
tersebut di atas harus dibersihkan sebagaimana diterangkan dalam buku mensucikan
jiwa karangan Said Hawa yang merupakan intisari dari buku karya Imam Al Ghazali
yaitu Ihya' Ulumuddin beliau menyebutkan bahwa penyalit tersebut harus dibersihkan
dengan cara muroqabah (memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah), muhasabah
(memperbanyak evaluasi diri), mujahadah (Bersunguh-sunguh dalam mendekatkan
diri dan mengevaluasi diri), mu'aqabah (menhukum diri bila tidak bersungguh-
sungguh dalam mendekatkan diri kepada Allah dan tidak bersungguh-sungguh dalam
evaluasi dirinya).

2.2 Sifat Yang Berasal Dari Penyakit Syubhat


a. Jahil (QS. 39:65)

Artinya : “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”. (QS. Az-Zumar : 65).

18
Kata jahil berasal dari bahasa arab Jahala. Yajhalu, Jahlan wa jahaalatan yang
artinya itu tidak tahu, pandir atau bodoh. Dalam beberapa ayat yang berkaitan dengan
jahil ini ada dalam surat (QS Al-Baqarah: 67, 273), (QS An-Nisa: 17), (QS Al-Maidah:
50), (QS An-An'am: 117, 138), (QS Yusuf: 89), (QS Al-Azhab: 72).

Kalau dilihat dari ayat-ayat di atas, maka sebutan jahil diatas bukanlah karena
mereka bodoh dalam artian tidak bisa menulis dan membaca tetapi bodoh karena tidak
bisa mau memahami ayat-ayat Allah SWT, mereka tidak bisa memahami kehendak
Allah SWT. Ketidak pahaman mereka disebabkan ketidakmauan memahamai dan
menjalankan kehendak Allah SWT. Sehingga mereka disebut bodoh disebabkan tidak
bisa melihat keuntungan yang besar yang ada dihadapannya. Yang Allah berikan itu
yang akan menguntungkan manusia bukan yang akan merugikan. Yang akan
menyelamatkan mereka dari siksa azab di dunia dan akhirat. sebagaimana firman
Allah: "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?" (QS As-Shaff: 10). Para
pembesar kaum terdahulu mereka bukanlah orang yang tidak menguasai hukum-
hukum yang berlaku diantara mereka, mereka sebenarnya adalah para bangsawan
diantara kaumnya. Mereka adalah orang-orang yang terdidik menurut kebiasaan
kaumnya. Namun ternyata ketinggian derajat ilmu dan harta yang dimilikinya itu tidak
mampu menerima cahaya Allah sehingga Allah menyebutnya mereka adalah kaum
jahiliyah. Karena kejahiliannya, mereka tidak mampu menerima cahaya Al-Qur'an.

Beda sekali dengan bilal yang menurut ukuran saat itu adalah budak yang tidak
sama kadarnya dengan para pembesar kaumnya. Namun karena kecerdasannya
mampu menerima cahaya qur'an. Jadi kejahilan tidak identik dengan rendahnya derajat
ilmu dan harta yuang berlaku diantara mereka. Bisa jadi tinggi derajat harta ilmu dan
amal diantara kaumnya tetapi rendah deratnya dihadapan Allah, jadi kejahilan yang
dimaksud diatas adalah kejahilan menurut qur'an. Siapa saja yang mereka tidak mau
menerima cahaya Allah, maka mereka adalah para jahiliyah.

kebodohan (‫)لهجال‬. Yakni tidak mau memikirkan ayat-ayat Allah Ta‟ala, baik
ayat-ayat qauliyah—yang tersurat dalam Al-Qur‟an—maupun ayat-ayat kauniyah—
yang tersirat di seluruh penjuru alam semesta. Inilah yang menyebabkan
terhalangnya manusia dalam mengenal Allah Ta‟ala.

Mereka tidak mau menggunakan potensi diri mereka untuk memikirkan ayat-
19
ayat Allah Ta‟ala, sehingga ia dicela dalam Al-Qur‟an dengan ungkapan, “…dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada
dalam gelap gulita.” (Q.S. Al-An‟am: Al-An‟am: 39).

Padahal Allah Ta‟ala telah memberikan keempatan yang cukup kepada mereka
untuk memikirkan ayat-ayat-Nya,

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : „Ya Tuhan kami,


keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan
dengan yang telah kami kerjakan‟. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu
dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah
tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan
tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (Q.S. Fathir: 37)

b. Ragu-Ragu (QS. 22:55)

Artinya : “Dan orang-orang kafir itu senantiasa ragu mengenai hal itu (Al-Qur'an),
hingga saat (kematiannya) datang kepada mereka dengan tiba-tiba, atau azab hari
Kiamat yang datang kepada mereka”. (QS. Al-Hajj : 55)

Yang tidak kalah penting penyakit yang ada dalam diri manusia yang dapat
menghalangi cahaya Allah menembus qolbu adalah sifat ragu-ragu. Ragu-ragu adalah
peluang besar terjadinya musibah bagi para pemiliknya. Ragu-ragu adalah penghalang
terbesar melangkah kepada kebenaran. Ragu-ragu adalah musuh besar manusia dalam
segala hal. Ragu-ragu adalah penyakit menular yang harus di berantas. Keberadaanya
akan menyebabkan terjangkitnya wabah perpecahan dalam kesatuan. Rasulalah telah
memerintahkan kepada umatnya untuk meninggalkan keraguan. Sebagaimana riwayat
di bawah ini :

“Dari Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam dan kesayangannya Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: "Aku telah
hafal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Tinggalkan apa yang
meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu." (HR Bukhari).

Keraguan adalah ketidak pastian, kehilangan arah dan pegangan. Keraguan adalah
20
ketidakyakinan dan kekalutan serta kegoncangan jiwa dalam diri manusia. Mau jualan
Pangkal dari keraguan adalah keterbatasan ilmu atau kurangnya ilmu. Sedangkan ragu-
ragu takut tidak laku. Mau silaturahmi ragu-ragu takut tidak ada orangnya. Mau
melamar kerja ragu-ragu takut tidak diterima. Mau mengerjakan kebaikan ragu-ragu
takut tidak dilihat orang. ya itulah ragu-ragu. Keraguan adalah sumber kegagalan dan
kekalahan. Sebaiknya seorang muslim yang baik meninggalkan keraguan sebagaimana
sabda rasul diatas. Kokohnya keyakinan dikarenakan dasar ilmu yang benar dan kuat.
Pengetahuan berawal dari sangkaan yang nilainya belum pasti benarnya. sedangkan
ilmu adalah pengetahuan yang sudah dibuktikan dalam kebenaran. Allah melarang

21
manusia mengikuti persangkaan (QS Yunus: 36). Begitu pula Allah Ta'ala berfirman
(QS An Najm: 28).

Karena itu jika kita dihadapkan dengan sebuah keraguan hendaklah kita berhenti
dipersimpangan pilihan itu (keraguan itu) kemudian berfikirlah dengan cermat minta
pertolongan kepada Allah agar diberikan kemudahan dan keyakinan yang kuat dalam
pilihan tersebut. Selanjutnya berserahdirilah dengan tawakal kepadanya. Adapaun
hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan ingatlah bahwa semuanya sudah ada
dalam genggaman Allah segala urusan di dunia ini dengan selalu muhasabah diri dan
memperbanyak istigfar.

c. Menyimpang (QS. 5:13)

Artinya : “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan
Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari
tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan
kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari
mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka
maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik”. (QS. Al-Maidah : 13).

Perbuatan manusia dapat dikatakan menyimpang apabila tidak sesuai dengan norma
atau kaidah yang berlaku atau diberlakukan. Allah SWT sebagai khaliq telah membuat
sebuah aturan yang tertera dalam wahyu yang disampaikan kepada para Rasulnya. Dan
setiap rasul mempunyai kewajiban untuk menyampaikan semua itu. Seorang rasul tidak
diperkenankan menyimpang dari perintah Allah SWT sekalipun menuntut resiko yang
besar akibat dari perintah itu. Makanya tidak sedikit para Nabi dan rasul serta orang yang
menjalankan kehendak Allah di muka bumi ini bertemu dengan kematian.

22
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial
adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam
sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai
bagian daripada makhluk sosial.

Aturan adalah sebuah kesepakatan yang telah disepakati oleh seluruh orang-orang
yang ada pada sebuah tempat baik dibatasi oleh teritorial maupun oleh sebuah
kelembagaan. Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh
aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik
oleh masyarakat. Namun di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita
jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada
masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri,
dan mengganggu siswa lain.

Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi


(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut
devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak
menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk
interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan
kelompok. Allah sebagai Rabbunnaas, Maalikinnas dan Ilaahinnaas telah memberikan
petunjuk kepada manusia agar tidak tersesat dalam perjalanan di dunia menuju tempat
yang Mahqoman mahmudah. Bahkan dikirimnya juga seorang Rasul (utusan) sebagai
penjelas dari petunjuk yang diberikan agar manusia tidak tersesat di dunia ini. Agar
manusia tidak tertipu dan terpedaya oleh indahnya kehidupan dunia yang ditiupkan oleh
sang pendusta iblis la'natullah beserta jajarannya setan-setan yang berbentuk tahta
harta.jabatan dan pasangan hidup.

Tidak sedikit manusia yang asalnya berorentasi hanya mengabdi kepada Allah berubah
seketika ketika melihat kesempatan untuk mendapatkan kesenangan hidup. Dia menjadi
menyimpang dari rel yang sebenarnya. Banyak orang yang berjatuhan di jalan da'wah
hanya urusan ini, padahal rasul telah memberitahukan bahwa indah dan lezatnya dunia
itu ibarat setitik air yang keluar dari telunjuk seseorang setelah telunjuk itu dimasukkan
ke dalam lautan yang besar.sangat jauh perbedaannya, namun kenyataannya manusia
banyak yang terpeleset di muka bumi ini sekalipun setiap zaman dan masa telah banyak

23
contoh yang mengalaminya. Penyelewengan bisa terjadi dikarenakan kekuasaan yang
tidak terbatas, keterpaksaan tuntutan hidup dan pemaksaan kehendak oleh orang lain,
yang kalau dirangkum itu semua karena lemahnya iman dan ilmu serta amal yang kurang
dibimbing wahyu.
Bagi yang kuat iman dan luasnya ilmu serta amalnya terbimbing dengan wahyu maka
kekuasaan akan menajdi bermanfaat bukan hanya bagi dirinya tapi juga orang lain
jangankan jadi presiden jadi ketua Ripun warganya akan hidup rukun damai tentram.
Tetapi kalau tipis iman sempit ilmu dan amalnya digandeng dengan nafsu maka semakin
besar kekuasaan akan semakin banyak roang menderita. Lihatlah Raja Nabi Sulaiman
yang kekuasaannya sangat luas, kemudian bandingkan dengan Raja Fir'aun. Para
Khalifah yang empat Sayyidina Abu Bakar dengan gelarnya Assidiq, Sayyidina Umar Ibn
Khatab dengan gelarnya Al Faruq, Sayyidina Utsman Bin Affan dengan gelarnya
Dzunur'ain dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan gelarnya karomallahu wajah.
Bandingkan dengan para pembesar tirani, tengoklah Al fatih dan lainnya.
Mereka beda, sangat beda sekali. Begitupula kalau kuat iman luas ilmu dan terbimbing
wahyu amalnya, maka walaupun begitu berat dan besarnya beban hidup dan
goncangannya tidak akan pernah digadaikan selamanya sekalipun dia harus menahan
lapar atau bahkan lapar membawa kepada kematiannya. Pemaksaan kehendak dari luar
apakah dengan siksaan, ancaman, fitnahan, ejekan, dan embargopun tidak akan
melemahkan dirinya untuk senantiasa berada dalam shirotol mustaqiim, Sedangkan kalau
kulit imannya setipis kulit ari, sempit ilmunya sebesar lubang jarum dan amalnya
dikontrak dengan nafsu maka jangankan berat hidupnya yang diiringi dengan guntur
menggelegar kilat menyambar, cukup dengan angin sepoy kesempitan hidup saja, maka
dia akan terpelanting dengan penyelewengan. Lihatlah Bilal. Khadijah sampai habis
hartanya, Mus'ab Bin Umair putra bangsawan yang disiksa oleh orang tuanya sendiri,
mereka tidak mengeluh dan menukar akherat dengan dunia.

d. Lalai (7:179)

24
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. Al-Araf :
179) .

Lalai adalah sifat manusia yang yang mempunyai arti kurang hati-hati; tidak
mengindahkan (kewajiban, pekerjaan, dsb) atau lengah kurang konsentrasi. Sikap
tersebut adalah sikap yang akan dapat membahayakan baik dirinya sendiri atupun orang
lain. Banyaknya kecelakaan yang terjadi baik di daratan, lautan ataupun udara disebabkan
oleh faktor manusia yang bernama lalai. Kelalaian itu berupa. Malas mengecek sesuatu
yang seharusnya dilakukan sesuai dengan SOP. lupa karena tidak melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakukan atau kurang hati-hati ketika mengerjakan sesuatu yang
mengakibatkan masalah besar. Bisa juga disebabkan tidak mengindahkan kewajiban dlam
pekerjaan yang seharusnya dilakukan. Pada setiap profesi yang dikerjakan oleh manusia
menuntut totalitas dan pengerjaan yang sungguh-sungguh dan dikerjakan dengan tulus
hati dan punya tanggung jawab yang tinggi pada profesi tersebut. Jika semua profesi yang
ada dimuka bumi ini dikerjakan seperti diatas. Maka masalah besar yang datang dari
unsur manusia berupa "Human Errors" tidak akan terjadi. Karenanya dituntut semua
orang fokus, ikhlas, sabar, bertanggungjawab dalam melakukan pekerjaannya.

Jika urusan dunia saja harus bersungguh-sungguh, fokus dan ikhlas. Apalagi untuk
Apalagi untuk urusan akhirat. Karena itu Allah dalam surat al maun menyebutkan bahwa
para penduta agama adalah mereka yang lalai dalam sholatnya. "Maka celakalah orang
yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya." (QS Al-Maun: 5)

Salah satu ciri orang yang lalai terhadap sholatnya adalah orang yang lalai pada saat
panggilan sholat datang dia malah tidak bersegera mengerjakan sholat, Padahal, sifat
malas untuk solat dan mengulur-ulur waktunya adalah sifat orang-orang munafik. Allah
berfirman:

"Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang
Menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas.

25
Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat
Allah kecuali sedikit sekali." (QS An-Nisa: 142).

Masalah mengulur waktu ternyata menjadi perilaku manusia yang sulit dihindari,
terutama dalam mengerjakan perintah Allah. Padahal dengan menunda atau melailaikan
menandakan kita kurang patuh kepada Allah. Seorang Bos atau direktur tidak akan suka
jika para bawahannya atau stafnya menunda pekerjaan yang sudah menjadi
tanggungjawabnya. Apalagi Allah yang tidak pernah ingkar janji dan tidak akan pernah
bangkrut pasti tidak suka melihat hamba-hambanya malas melaksanakan perintah Allah.
Setan tidak akan tinggal diam dan berusaha membuat solat menjadi beban yang begitu
berat. Tapi kita harus selalu sadar bahwa menunda waktu solat sama saja mengundang
celaka. Imam Ali bin Abi tholib pernah berpesan,

"Tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah melebihi solat. Maka janganlah kalian
disibukkan dengan urusan dunia sehingga melalaikan waktunya. Karena Allah mencela
suatu kaum dalam firman-Nya (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya yaitu
mereka yang meremehkan waktu solat."

Lalai dalam wudhu, saat dia wudhu tapi tidak memperhatikan kualitas wudhunya
dengan baik, lalai memperhatikan kualitas airnya,kualitas kafiatnya, atau lalai dalam
memperhatikan kualitas kebersihan bajunya, atau lalai dalam hal gerakan sholatnya. Tiba
tiba begitu takbir selesai teringat hutang seseorang yang belum dibayar, mengingat-ingat
barang yang lupa menyimpannya, teringat rencana ingin pergi keluar kota dan berbagai
masalah tiba-tiba memenuhi pikiran. Bahkan sering kita lupa jumlah rokaat karena
memikirkan hal lain diluar solat. Lalai dalam bacaan sholatnya ataupun lalai dalam
pengamalan sholatnya. Maka jauhilah sifat lalai dengan selalu fokus, ikhlas, ridho,
bertanggung jawab dan punya integritas kepada diri kita sendiri. Semua pengaruh internal
dalam diri manusia yang menjadi penghalang seseorang untuk mengenal Allah lebih
dekat seperti yang disebut di atas yaitu fasiq, takabur, dzalim, dusta, banyak dosa, jahil,
ragu-ragu, menyimpang dan lalai harus lah segera diobati. Sebab penyakit hati tersebut
dapat menular dan menyebabkan komplikasi kekafiran dan kemusyrikan.
Membiarkannya dapat merusak organ ruhani dan kematian keimanan kepada Allah SWT.

26
2.3 Obat Penawar Penyakit Internal
Obat yang paling mujarab untuk mengobati penyakit diatas adalah memperbanyak
tazkiyatunnafs seperti yang disebutkan oleh Sa‟id Hawa dalam bukunya Tazkiyatunnafs
karya ulama besar Al ghazali. Adapun sarana tazkiyatunnafs itu adalah dengan
memperbaiki kualitas ibadah kita seperti:

a. Sholat
Hendaknya sholat kita mulai diperbaiki dengan dimulai dari memperbaiki
wudhu kita berdasarkan ilmu yang telah kita pelajari dari buku atau bertanya
kepada yang akhlinya, bukan dari yang kita lihat semata. perhatikanlah syarat dan
rukunnya bahkan kaifiatnya juga termasuk pemaknaan dari doa yang dibaca
ketika wudhu. Setelah itu kita perbaiki juga sholat kita dari mulai niatnya,
gerakannya, bacaannya, kafiaatnya, sudah sesuai dengan syarat dan rukun serta
ketentuan sunah? kalau sudah kemudian kita tingkatkan sudah kita mengetahui
bacaan dan pemahamannya terhadap semua bacaan dan gerakan tersebut.
b. Zakat, infaq dan sodakoh
Tidak sedikit orang yang mengakui beragama islam bahkan suka
mengerjakan sholat tetapi dia meninggalkan zakat infaq dan shodaqoh atau
mungkin melalaikan kewajiban tersebut. Padahal dari setia rezeqi yang
didapatkan dari Allah mereka diharuskan mengeluarkan zakat dan infaq serta
shodaqohnya. Sebagaimana firman Allah “Dan belanjakanlah (harta bendamu)
di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berbuat baik.”
Rasulullah SAW pernah bersabda melalui Sayyidina Ali ra, bahwa harta
yang di-infaq-kan itu sebelum sampai kepada yang menerimanya akan
menyampaikan 5 pernyataan kepada yang memberikan:
- Kuntu qalilatan fa katsartani (dulu aku sedikit, sekarang kau jadikan aku
banyak)
- Kuntu shaghiratan fa kabbartani (dulu aku kecil, sekarang kau jadikan aku
besar)
- Kuntu aduwwan fa ahbabtani (dulu aku musuh, sekarang kau jadikan aku yang
dicintai)

27
- Kuntu faniya fa abqaitani (dulu aku fana, sekarang aku kau kekalkan)
- Kuntu makhrus fal‟an sirtu haritsan (dulu aku yang dijaga, sekarang aku yang
akan menjagamu).

jika ingin hati bersih dan semua penghalang ruhani untuk mengenal Allah hilang,
hendaknya kita sesering mungkin membiasakan kewajiban zakat dan infaq
apalagi disertai dengan kebioasaan shodaqoh insya Allah hati akn bersih ruhani
akan suci sehingga kita akan dapat mudah mengenal Allah dan Allah pasti akan
mengenal kita dengan baik.

c. Shaum
Ibadah shaum juga dapat mempengaruhi kebersihan hati dan kesucian
ruhani yang pada akhirnya akan membawa jiwa yang tenang ini berkenalan
dengan Allah. Dengan kebiasaan shaum yang kita jalani akan dapat melembutkan
hati. Karena orang yang suka menjalani shaum mereka adalah orang yang
berusaha mengendalikan dirinya dengan keinginan Allah.
Maka tidak heran orang yang suka shaum dia akan lebih dekat
muroqobahnya dengan Allah. Allah berjanji akan memberikan berkah kepada
orang yang berpuasa. Seperti ditegaskan sabda Nabi Muhammad SAW yang
diriwayatkan oleh Ibnu Suny dan Abu Nu'aim: "Berpuasalah maka kamu akan
sehat." Maka orang yang shaum dia akan sehat jasmani dan ruhaninya. Artinya
dia akan mudah mengenal Allah bahkan bukan hanya mengenal Allah, diapun
akan dapat memahami kehendak Allah karena dia melihat dengan mata hati bukan
mata dzohir.
d. Ibadah Haji
Ibadah haji adalah ibadah fisik dan ruhani. Siapapun yang
menegrjakannya mereka adalah orang-orang yang trelah mempunyai kesiapan
fisk dan ruhani yang kuat. Haji adalah perjalanan menuju rumah Allah (Baitullah)
yang suci untuk melaksanakan ritual ibadah yang terdiri dari perbuatan dan
perkataan yang telah dicontohkan oleh Rasulullahs, seperti ihram, thawaf di
Baitullah Al-Haram sebanyak tujuh kali, Sa‟i tujuh kali antara bukit Shafa dan
Marwa, wukuf di Arafah, dan melempar jumrah di Mina, serta ritual-ritual
lainnya.

28
Di dalam ritual haji, banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh seorang
hamba, di antaranya ketika dia berniat haji dengan memakai pakaian ihram
mengandung arti bahwa dirinya telah mendeklarasikan tauhid kepada Allah,
pakaian ihram menggambarkan niat yang bersih dan suci,hati yang bersih dan
suci,pikiran yang bersih dan suci, sebagaimana pakaian adalah sesautu yang
membungkus badan manusia di dalam rangka meminta ampunan yang besar dari
Allah bagi yang melaksanakan haji. Kesempurnaan itu harus dimulai dari
kebersihan dan kesempurnaan serta kesucian niat dan pakain yang dipakai.
Dilanjutkan dengan thawaf sebanyak 7 keliling mengelilingi ka‟bah yang
berbentuk 4 persegi dengan 3 putaran berlari kecil dan 4 putaran berjalan dengan
melawan arah jarum jam.
Artinya bahwa 7 keliling adalah kesempurnaan dan optimalisasi
sebagaimana arti 7 lapis langit dan 7 lapis bumi. Bahwa kerja keras dan jihad
menjadi motivasi bagi setiap diri kaum muslimin kalau perlu melawan arus
sekalipun. Sa‟I dengan lari-lari kecil dari bukit shafa ke marwah. Shafa artinya
suci marwah artinya mulia. Hal ini menggambarkan bahwa untuk mencapai
derajat kemuliaan harus diawali dengan kesucian dan dengan kesiapan lari untuk
berjihad. Wukuf di arafah adalah sebuah fenomena berkumpulnya semua
perasaan,kekuatan,kebersamaan untuk saling mengenal dan
memahami,menolong dan meikul smeua beban diantara sesam muslim. Melempar
jumrah adalah sebuh sikap kebencian yang ditujukan kepada semua langkah-
langkah setan laknatullah. Semua hal diatas merupakan ritual yang akan dapat
menghilangkan penyakit diri dari seorang hamba Allah. Haji akan menghapuskan
kesalahaan dan dosa-dosa.
e. Tilawah Al-Qur’an
orang yang suka bertilawah qur‟an adalah orang yang mempunyai
keimanan yang tinggi sedangkan yang meningalkannya adalah orang-orang yang
akan merugi. Membaca dengan tilawah qur‟an akan dapat membawa suasan hati
dan pikiran serta emosi jiwa terkendali. “Banyak diantara saudara2 kita kaum
muslimin, dia tidak membaca Al-Qur'an kecuali dengan maksud untuk
mendapatkan pahala dan ganjaran dikarenakan minimnya pengetahuan mereka
tentang betapa besarnya manfaat dari Al-Qur'an. Sesungguhnya setiap kali

29
seseorang membaca Al-Qur'an dengan niat tertentu maka akan mengalir
keutamaannya.” (HR Bukhari).
f. Dzikir
Jika kita menginginkan ketenangan dalam hidup, maka perbanyaklah
dzikir sebagaimana firman Allah: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra‟d: 28). Perbanyaklah zikir
dan sebaik-baik zikir adalah sholat. Karenanya peliharlah sholat qooimun dan
daaimun. Sholat qooimun adalah sholat yang lima waktu. Shalat daaimun adalah
sholat yang gambaran hidup selama 24 jam kita melewatinya kehidupan kita
selalu dalam kehendak dan perintah Allah. Maka jika kita hidup selalu dalam
kehendak dan diatas perintah Allah pasti ketenangan akan menjadi milik kita dan
kita akan terhindar dari penghalang diri kita unutk mengenal dan mencintai Allah
SWT
g. Tafakur
Tafakur adalah sebuiah proses pengerahan pikiran kita dalam merenungi
sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan kita. Proses perenungan ini adalah di
dalam rangka mencari kebenaran hakiki. Tafakur bisa dilakukan dalam keadaan
berdiri,duduk ataupun berbaring. Hsil dari tafakur ini akan samapai pada sbeuah
kesimpulan bahwa tidak ada sesautu yang batil dalam segala penciptaan Allah di
seluruh jagat raya ini.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS Ali-
Imran: 190) “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS
Ali-Imran: 191).
Semakin banyuak kita bertafakur akan semakin bersih pikiran dan
hilangnya semua penghambat diri yang mengotori pikiran dan hati
manusia.bertafakur lebih baik dari sebuah amal soleh yang dikerjakan dalam
seharian. Karena bertafakur adalah pondasinya amal soleh manusia.

30
h. Mengingat kematian dan pendek angan-angan
Mengingat kematian dan pendek angan-angan akan menyadarkan manusia
dari sebuah keinginan panjang yang tak bertepi.adalah setan yang selalu berusaha
memanjangkan angan-angan dan larut dalam lamunan, sehingga lupa
melakukannya. Dia hidup di alam langit sementara kakiknya tidak bertumpu di
bumi.
Diriwayatkan oleh „Ali Karromallaahu wajahahu., sesungguhnya Nabi
SAW bersabda: “Ada dua hal yang paling aku takuti menimpa kalian, yaitu:
menuruti hawa nafsu dan banyak angan-angan. Sesungguhnya menuruti hawa
nafsu itu dapat menghalangi dari kebenaran, dan banyak angan-angan itu sama
dengan mencintai dunia.”
Karenanya untuk dapat kita mengenal Allah lebih dekat kita banyak
mengingat kematian dan pendek angan-angan. Ingatlah kehidupan dunia seolah-
olah akan hidup kekal tapi ingatlah akhirat seolah akan mati esok..yakini bahwa,
kita hampir tiba pada zaman untuk dihisab yang sudah tidak berlaku amal.”

2.4 Pengaruh Eksternal


Penyakit lain yang akan dapat menghalangi seseorang dari mengenal
Allah lebih dekat adalah adanya faktor luar. Faktor luar adalah hal-hal atau unsur-
unsur yang mempengaruhi hati dan pikiran seseorang untuk mengenal Allah SWT
lebih dekat. Faktor luar ini bisa berupa pengaruh manusia ataupun bentuk materi
lainnya.
a. Bentuk penghalang pengaruh eksternal
a) Kekuatan Manusia
Sejarah menunjukan bahwa orang-orang yang ingin mengenal dan mendekat
Allah serta berkomitment untuk menjalankan kehendak Allah dimuka bumi
selalu berhadapan dengan penghalang-penghalang yang tidak menginginkan
kehendak Allah itu terwujud di bumi Allah. Padahal bumi dan langit serta
segala isinya adalah milik Allah.bukan bilik manusia, manusia hanya punya
hak guna pakai bukan hak milik. Namun anehnya manusia merasa memiliki,
sehingga dengan sombongnya setiap tanah yang ditempatinya dianggap
sebagai hak miliknya bahkan dibuat surat sertifikat hak milik.

31
Allah sebagai pemilik yang hak dan mempunyai otoritas tinggi dari setiap
kekuasaan serta kehendaknya, ingin semua tanah yang ada di bumi Allah ini
diatur dengan aturan Allah. Sebagaimana kita mempunyai rumah sendiri tentu
kita juga tidak ingin rumah kita diatur oleh orang lain. Namun ketika ada
sebagian orang yang ingin menegakkannya sebgian yang lain justru
menghalanginya bahkan melakukan tindakan kekerasan.
b) Indahnya kehidupan Dunia
Hal lain yang dapat mempengaruhi jauhnya manusia untuk mengenal Allah
adalah kekuatan indahnya kehidupan dunia. Dunia dan segala isinya adalah
ibarat permata yang bergemerlapan sehingga menimbulkan dorong untuk
memilikinya. Ketika manusia berusaha mati-matian untuk mendapatkannya
terkadang melupakan Allah sebagai pemiliknya.
c) Tunduk pada kekuatan nasab
Keluarga bisa menjadi penyebab jauh kita dari keinginan untuk mengenal
Allah. Karena itu Allah mengancam kepada mereka yang lebih mencintai
keturunan atau nasab dari pada Allah. Firman Allah: “Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudarasaudaramu menjadi
wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan
siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah
orangorang yang zalim.” (QS At-Taubah: 23)
d) Tunduk pada kebiasaan
Hal lain yang dapat menjauhkan manusia dari menghenal Allah adalah
dengan tunduknya manusia kepada kebiasaan atau pengaruh adat istiadat
nenek moyangnya.padahal apa yang dilakukan oleh orang dahulu belum tentu
kebenarannya. Boleh saja kita melakukan kebiasaan nenek moyang kita,
selama apa yang dilakukan oleh nenek moyang kita itu berasal dari Allah
SWT. Tidak sedikit di dalam islam syari‟at yang dijalankan berasal dari nenek
moyang kita seperti ibadah haji, shaum,khitan dan ibadah lainnya.

32
2.5 Obat Penghancur Penghalang Eksternal
a) Penghalang kekuatan Manusia Vs kekuatan Jama’ah
Menegakkan ayat-ayat Allah tidak bisa dilakukan oleh sendiri-sendiri.
Sistemlah yang harus bekerja mengerahkan kekuatan dan kekuasaan. Karena
hakekatnya aturan bisa tegak apabila didukung oleh kekuatan kekuasaan.
b) Penghalang Indahnya Dunia VS Indahnya Akhirat
Salah satu kenapa manusia susah menghancurkan pikiran dan perasaan
terhadap indahnya dunia, dikarenakan manusia tidak mampu mengabtraksi
kehidupan akhirat. Selama manusia tidak bisa melihat pandangannya
menembus batas kehidupan akhirat selama itupula pemikirannya akan
terhalang oleh kehidupan dunia. Jika begitu, maka manusia akan susah
memahami mendalam arti dari, balasan, berkah,pahala, Ridho, Magfiroh.
c) Penghalang kekuatan Cinta Nasab VS Kekuatan Cinta Allah dan
Rasulnya.
Bohonglah orang yang mengatakan cinta tanpa bukti perjuangan dan
pengorbanan. Bohonglah orang yang mencintai tetapi tidak mau mengikuti
apa yang menjadi keinginan yang dicintainya. “Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS Ali Imran: 31).
Keluarga adalah salah satu cobaan yang harus dihadapi dalam da‟wah. Bisa
jadi keluarga menjadi salah satu tumpuan dalam da‟wah. Bisa pula terjadi
justru kelaurga menjadi salah satu penyebab da‟wah jadi tidak lancar. Nabi
Muhamad da‟wahnya mendapat dukungan penuh dari keluarga nasabnya, tapi
mendapat halangan dari keluarga kerabatnya, justru paman-pamannya
sendirilah yang begitu gencar memeranginya. Hanya dengan kekuatan cinta
kepada Allah dan rasulnyalah penghalang nasab itu akan hancur, kekautan
cinta kepada Allah dan rasullah yang akan menjadi obat penawar dari racun
yang ditebar keluarga untuk menjauh dari Allah SWT.

33
d) Tunduk Kepada Kebiasaan VS Tunduk Kepada Kemestian
Ibadah yang harus dilakukan manusia hendaknya bukan bertumpu kepada
kebiasaan tetapi harus tunduk kepada kemestian. Ibadah yang benar bukan
bagaimana biasanya tetapi harus bagaimana mestinya. Jika ibadah didasarkan
kepada kebiasaan maka yang terjadi adalah hanya taklid buta. Tetapi jika
ibadah didasarkan kepada kemestian maka yang akan terjadi adalah
pencerahan. Allah berfirman: “Dan apabila dikatakan kepada mereka
"Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah" mereka menjawab, "(Tidak), Kami
hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami".
"(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk? (QS Al-
Baqarah: 170)

34
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil, diantaranya :

1. Sifat yang berasal dari penyakit syahwat (Marodhu Asy-Syahwati

a. Al-Fisqu yaitu Fasiq atau Pendosa ( Q.S. [2] : 26, 27, [59] : 19)

b. Takabur / Sombong (QS. [16]:22, [40]:35, 56, [7]:12)

d. Dusta (QS. 2:10, 77:10-19)

e. Banyak Dosa (QS. 83:14)

2. Sifat Yang Berasal Dari Penyakit Syubhat

a. Jahil (QS. 39:65)

b. Ragu-Ragu (QS. 22:55)

c. Menyimpang (QS. 5:13)

d. Lalai (7:179)

35
DAFTAR PUSTAKA

− https://fdokumen.com/document/al-mawani-fii-marifatullah-smpit.html / Lembar 2
− https://risalah.id/al-mawani-min-marifatillah-penghalang-dalam-mengenal-allah/
− https://arifrahmansyah80.wordpress.com/2015/05/29/al-mawani-fi-marifatillah-penghalang-dalam-
mengenal-allah/

− Al-Qur‟anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid I hal. 45)


Al-Qur‟anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid VII hal. 597)
Al-Qur‟anul Karim wa Tafsiruhu, Jilid VIII Hal. 558
− https://profilbaru.com/Materi_Tarbiyah

36

Anda mungkin juga menyukai