Anda di halaman 1dari 10

DZALIM

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


dari mata kuliah Akidah Akhlak IV

Dosen Pengampu:
Drs. Khadirin, MSI

Disusun oleh:
1. Novia Wuriati (18014306)
2. Sarifatul Inayah (18014312)
3. Tri Kusumastuti N.H (18014319)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA ISLAM
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil Alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT. Dengan limpahan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang telah
terselesaikan sesuai dengan rencana.
Sholawat serta salam semoga tetap terabadikan di pangkuan suci Nabi besar Muhammad
SAW, karena beliaulah yang telah memberikan setetes embun pencerahan dari jaman jahiliyah
menuju jaman yang penuh nur islam ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami mendapat bantuan dari berbagai pihak-pihak,
untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
Orang tua kami yang senantiasa memberi dorongan maupun materi.
1. Dosen pembimbing yang telah bersusah payah memberikan pengetahuan yang
sangat bermanfaat untuk kami.
2. Teman-teman yang secara langsung maupun tidak langsung membantu kami dalam
merangkumkan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat belum sempurna dan pastinya masih
banyak kekurangan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini. Atas partisipasinya kami ucapkan terima
kasih.

Wonosari, 29 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut istilah (terminologi), akidah adalah iman yang teguh dan pasti yang tidak
ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Keyakinan itu dapat
menimbulkan berbagai perilaku. Apabila kita berkeyakinan pada hal hal yang baik maka
perilaku kita juga ikut baik ( perilaku terpuji). Dan begitu pula sebaliknya apabila kita
berkeyakinan pada hal hal yang buruk maka perilaku kita juga ikut buruk atau tercela,
misalnya dzalim.
Sejak awal, islam datang menyeru umat manusia untuk lepas dari kungkunan
kedzaliman dan kelaliman. Menyerukan persamaan derajat manusia di muka bumi serta
tak ada lagi kesewenang- wenangan kaum yang kuat, kelaliman penguasa serta kebengisan
golongan yang terpandang. Karenanya tidak heran kalau dalam waktu yang relative sangat
singkat, islam dapat mendapat tempat istimewa di hati manusia. Khususnya mereka yang
lemah dan terganggu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Dzalim?
2. Apa macam macam dzalim?
3. Bagaimana akibat orang orang yang melakukan kedzaliman?
4. Apa akibat dari orang yang didzalimi?

C. Tujuan
Dari rumusan yang telah penyusun cantumkan di atas, tujuan dari pembahasan
makalah ini adalah agar pembaca makalah ini dapat mengetahui seluk beluk mengenai
dzalim, serta untuk memperluas tentang akhlak yang baik dan buruk.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dzalim
Dzalim berasal dari kata dzolama-yadlimu-dzulman yang artinya aniaya. Dholim
juga diartikan meletakkan sesuatu/perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat
dzalim disebut zalimin. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga
digunakan kata baghy, yang artinya juga sama dengan zalim yaitu melanggar haq orang
lain.
Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak
berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan,
melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan
banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada
dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan
akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan
kebaikan. Lawan dari dzalim adalah adil.
Berdasarkan Al-Quran sendiri, pengertian zalim sendiri terdiri dari beberapa jenis,
yaitu:

1. Menurut surat Huud ayat 101, yaitu manusia yang menyembah bukan kepada Allah.
2. Menurut surat Al-Kahf ayat 35, makna zalim sendiri merupakan sifat keangkuhan
maupun perbuatan dari kekafirannya.

3. Menurut surat Al-Maaidah ayat 47, makna kata zalim sendiri merugikan orang dan
menuruti amarah atau hawa nafsu.

4. Menurut surat Al-Ankabuut ayat 46, orang zalim menurut surat ini yaitu orang yang
masih tetap membantah meskipun sudah diberikan penjelasan dan keterangan
kepadanya melalui cara paling baik, serta tetap mengutamakan permusuhan

Menurut para Ulama, zalim artinya segala sesuatu tindakan atau perbuatan yang
melampaui batas, yang tidak lagi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT. Baik dengan cara menambah ataupun mengurangi hal-hal yang berkaitan
dengan waktu; tempat atau letak maupun sifat dari perbuatan-perbuatan yang melampaui
batas tersebut. Dan itu berlaku untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ibadah
(hablum-minallah), maupun hubungan kemanusiaan dan alam semesta (hablum-
minannaas). Entah itu dalam skala kecil maupun besar, tampak ataupun tersembunyi.
B. Macam-Macam Dzalim
Rasulullah SAW bersabda “ dzalim ada tiga jenis : dzalim yang Allah tidak akan
ampunkan, dzalim yang Allah akan ampunkan, dzalim yang Allah tidak akan tinggalkan.
Adapun dzalim yang Allah tidak akan ampunkan adalah syirik. Allah berfirman :
Sesungguhnya syirik adalah dzalim yang amat besar (Luqman : 13) ; adapun dzalim
yang Allah akan ampunkan ialah kedzaliman manusia terhadap dirinya sendiri dengan
melakukan dosa-dosa antara dia denganTuhannya ; adapun dzalim yang Allah tidak akan
meninggalkannya adalah dzalim insan kepada sesama insan sehigga mereka diadili kelak
(diakhirat). (HR Al- Taualisiy dan Abu Ha’im dari Anas Bin Malik – Menurut Syeikh
Nasiruddin Albaniy – Hadis Hasan – Sahih Al-Jaami’ – No 3961 ).
Dalam Al Quran surat annisa ayat 48 Allah berfirman : sesungguhnya Allah tidak
akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Menurut Islam orang yang tidak berbuat
dzalim juga turut mendapat siksaan jika mereka membiarkan kedzaliman itu berleluasa
wajib bagi orang yang melihat kedzaliman dan mempunyai keupayaan untuk
mencegahnya. Islam juga melarang kita mempunyai kecenderungan hati dan
kebergantungan kepada orang dzalim.
Perbuatan dzalim tidak selalu identic dengan menyakiti orang lain. Bisa saja
karena mendzalimi diri sendiri. Di antara perbuatan dzalim terhadap diri sendiri adalah :
1. Tidak mensyukuri nikmat Allah
2. Tidak menafkahkan sebagian harta ke jalan Allah
3. Meninggalkan dzikrullah

C. Bentuk Bentuk Kedzaliman yang Biasa Terjadi


1. Zalim kepada Allah
Zalim kepada Allah Swt. ialah kezaliman tertinggi. Zalim kepada Allah Swt.
bisa berwujud:
a) Syirik : menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain.
b) Nifaq : menampakkan keislaman dan kebaikan serta menyembunyikan
kekafiran dan keburukan.
c) Kufur : tidak beriman kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya baik dengan
mendustakannya maupun tidak ( menolak kebenaran)
2. Zalim kepada sesama manusia
a) Fasad
Fasad berarti keluarnya sesuatu dari keseimbangan, baik sedikit maupun banyak
yakni menjadi tidak stabil dan rusak. Dalam Al-Qur’an ditemukan beragam praktik
hidup yang merusak keseimbangan dalam kehidupan seperti pembunuhan,
perampasan, perampokan dan gangguan keamanan. Para ulama kontemporer
memahami kata fasad sebagai kerusakan lingkungan atau krisis ekologis.
b) Sariqah
Sariqah artinya mencuri, yaitu mengambil barang milik orang lain tanpa hak
dengan maksut untuk memiliki dari tempat barang itu disimpan tanpa pengetahuan
pemiliknya.
c) Korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang mauoun secara
bersama-sama beberapa orang professional yang berkaitan dengan kewenangan atau
jabatan dalam suatu birokrasi pemerintahan dan dapat merugikan departemen maupun
instansi terkait.
d) Riba
Secara etimologis riba artinya tambahan (azziyadah). Menurut para fuqaha riba
adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil dalam
muamalah baik dalam utang piutang maupun jual beli. Adapun yang dimaksud tambah
dalam konteks riba adalah tambahan uang atau modal yang diperoleh dengan cara
yang tidak dibenarkan syara, meskipun tambahan itu berjumlah sedikit maupun
banyak.

e) Ghibah
Ghibah dalam bahasa arab artinya menyusup, terbenam, tersembunyi, fitnah,
umpatan. Secara istilah ghibah artinya menceritakan aib orang kepada orang lain.
Ghibah bisa bersifat positif maupun negative. Ghibah dengan tujuan negative disebut
namimah.
3. Zalim terhadap diri sendiri
Perbuatan zalim terhadap diri sendiri diantaranya : berbuat zina, meminum
khomr dan takabur (sombong atau membanggakan diri).

D. Akibat Perbuatan Zalim


1. Bagi orang yang berbuat zalim
a) Tidak disenangi bahkan dibenci masyarakat.
b) Hidupnya tidak akan tenang, karena dibayangi rasa takut.
c) Mencemarkan nama baik dirinya dan keluarga.
d) Mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan yang dilakukannya.
e) Mendapat siksa dengan dicampakkan kedalam api neraka.
2. Bagi orang yang dizalimi
a) Orang yang dizalimi akan mengalami kerugian sesuai dengan jenis
penganiayaan terhadap dirinya, misalnya kehilangan harta benda, menderita
sakit fisik dan mental bahka sampai kehilangan jiwa.
b) Bila kezaliman terjadi dimana-mana maka masyarakat tidak akan memperoleh
kedamaian dan ketentraman.
c) Semangat dan gairah kerja masyarakat akan menurun, karena mereka dibayangi
rasa takut terhadap perbuatan-perbuatan jahat orang zalim.
d) Jika dalam suatu masyarakat atau negeri jumlah orang-orang yang zalimnya
mayoritas dan mereka tidak bertaubat maka tidak mustahil Allah SWT. akan
menurunkan adzab-Nya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara terminologi, dzalim diartikan sebagai tindakan melampaui batas kebenaran
dan cenderung kepada kebatilan. Dalam bahasa jawa (tepa sahra), maksudnya adalah
seseorang yang berbuat kejam itu harus berpikir, bagaimana jika hal itu dikenakan pada
dirinya sendiri, akan tetapi dzalim juga mengandung pengertian sewenang-wenang, tidak
mengikuti norma susila, norma hukum, menurut kemauannya sendiri, tidak
mempertimbangkan hak-hak orang lain.
Kedzaliman yang terjadi dalam kehidupan manusia terdapat tiga macam, yaitu
dzalim kepada Allah SWT, dzalim terhadap diri sendiri, dan dzalim kepada sesama
manusia. Dari ketiganya perbuatan dzalim kepada Allah adalah kedzaliman yang tidak
akan diampuni, sedangkan kedzaliman yang lain adalah termasuk kedalam
pengampunan Allah.
Penyebab dari perbuatan dzalim terdapat beberapa faktor yaitu pertama, manusia
berbuat mengikuti hawa nafsunya sendiri, sedangkan orang orang yang mengikuti hawa
nafsu adalah yang disesatkan dari jalan yang benar. Kedua, memiliki sifat takabur atau
kesombongan, keangkuhan. Ketiga, watak manusia yang ketika diberi rahmat oleh
Allah, cenderung segera lupa dan larut dalam suka ria. Keempat, faktor lingkungan
adalah dimana seseorang sering terpengaruh akhlaknya dengan pergaulan di lingkungan
sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Rozak. H.Abdul. 2008. Akidah Akhlak. (Bandung : Pustaka Setia)


Irfan. 2011. Konsep Al-Zulm dalam Al Quran. UIN Alaudin Makassar
https://books.google.id/Tuntutan-dan-Etika-Hidup-Bermasyarakat/
https://www.kompasiana.com/3-bentuk-kedzaliman-menurut-imam-hasan-al-

bashri/

Anda mungkin juga menyukai