Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Syirik
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang
telah menuntun ummatnya dari masa kegelapan hingga menuju masa yang terang benderang
dengan banyak keilmuan seperti sekarang.
Kami ucapkan terima kasih kepada Gurutta Ekawati Hamzah S. Th. I., M. S. I. selaku
dosen pada mata kuliah Ketauhidan serta teman-teman kami yang telah membantu dalam
penyelesaian penulisan makalah ini.
Makalah Syirik disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Ketauhidan di
IAI as’adiyah sengkang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Ketauhidan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Sultan
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................4
A. Pengertian Syirik..................................................................................................4
B. Tingkatan Syirik...................................................................................................5
C. Macam Macam Syirik..........................................................................................6
D. Bahaya Syirik.......................................................................................................8
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
B. Saran....................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12
iii
BAB I
A. Latar Belakang
PENDAHULUAN
1. Al-jahlu (kebodohan),
datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu
mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan
Seseorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut
kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan
oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang dan ini merupakan salah satu
selalu memberikan alasan bahwa mereka melakukan itu karena jejak Nenek moyang
“dan apabila merela melakukan perbuatan keji mereka berkata, “kami mendapati
nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami
berbuat keji. Mengapa kamu membicarakan tentang Allah apa yang tidak kamu
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASA
A. Pengertian Syirik
Syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan makhluk-Nya, baik dalam dimensi
rububiyah (mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya,
dan pengaturan-Nya.), mulkiyah (mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya di
akhirat.) maupun ilahiyyah (mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti
berdo'a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya
dari jenis- jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam), secara langsung atau tidak, secara nyata atau terselubung.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam KBBI, 1990: 984) syirik berarti
penyekutuan Allah SWT dengan yang lain. Misalnya pengakuan kemampuan ilmu daripada
kemampuan dan kekuatan Allah SWT, peribadatan selain kepada Allah SWT dengan
menyembah patung, tempat-tempat keramat dan kuburan, dan kepercayaan terhadap
keampuhan peninggalan-peninggalan nenek moyang, yang diyakini menentukan dan
mempengaruhi jalan kehidupan.
Sedangkan menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menunjukkan bahwa Syirik
merupakan dosa yang terbesar karena bukti bukti ke Esaan-Nya sedemikian gamblang dan
jelas terbentang di Alam Raya, bahkan dalam diri setiap manusia.
Menurut Ibnu Manzur, kata syirik berasal dari kalimat Fi’il Madhi yaitu “Syaraka” yang
bermakna besekutu, dua orang misalnya masing masing berkata “Asyraka Billah” Artinya
bahwa dia menyombongkan diri dan menyamakan dirinya dengan Allah SWT.
Sekian banyak orang dan para ulama yang menafsirkan tentang Syirik, perlu juga kita
ketahui bahwa Sejarah Syirik muncul pertama kali dilakukan oleh setan atau iblis,
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an. “Diantara mereka yang mengatakan bahwa
dirinya adalah sesembahan selain Allah, kami akan timpakan mereka dengan Neraka
Jahannam. (QS Al-Anbiya’:29)
4
Dan itu merupakan Syirik yang pertama kali dilakukan dalam sejarah Makhluk, yakni
Setan. Sedangkan sejarah Syirik pertama kali dalam kalangan Manusia dilakukan oleh Qabil
Bin Adam AS, sebagaimana di jelaskan dalam Hadits: “Qabil setelah membunuh Habil ia
lari dari dari Nabi Adam menuju Yaman. Qabil pun mendatangi Iblis, lalu Iblis berkata
kepada Qabil, sebenarnya Habil diterima Qurbannya serta Qurban tersebut dimakan oleh
Api karena Habil adalah pengikut Ruh dan penyembah Api. “Wahai Qabil, maka
hendaknya engkau pun melakukan demikian untukmu dan keturunanmu. Qabil pun menuruti
perkataan Iblis dan membangun kuil Api pertama dan menjadi penyembah Api” (Tarikh Al-
Umam Wal Muluk,1/165).
B. Tingkatan Syirik
Dilihat dari sifat dan tingkatan sanksinya, syirik dapat dibagi dua: Syirik besar (assyirku
al-akbar) dan syirik kecil (as-syirku al-asghar).
1. Syirik Besar, yaitu meyakini adanya Tuhan selain Allah SWT. Disebut syirik besar
karena menyekutukan Tuhan secara keseluruhan. Begitu besarnya, sehingga dosa
pelaku syirik ini tidak diampuni Allah. Secara teologis tidak semua orang musyrik
disamakan dengan kafir, karena di antara mereka ada yang tetap percaya kepada Allah
SWT, tidak sama dengan orang kafir yang sebenarnya. Namun, karena dosa-dosanya
tidak diampuni Tuhan, maka di akhirat ia akan masuk neraka.
2. Syirik Kecil, yaitu melakukan sembahan bukan karena Allah SWT, tetapi karena
manusia. Misalnya, seseorang melaksanakan shalat bukan karena Tuhan, tetapi karena
manusia, agar disebut alim. Dalam Islam syirik bentuk ini disebut juga dengan riya.
disebut syirik kecil karena menyekutukan Tuhan hanya dalam beribadah.
C. Macam-Macam Syirik
Untuk mengetahui ragam syirik, maka berikut adalah bentuk- bentuk syirik.
5
2. Memakai Azimat
Semua orang di dunia ini menginginkan keberuntungan dan keselamatan sehingga
manusia menjalankan banyak cara untuk mendapatkannya. Dalam mengusahakan
keselamatan dan keberuntungan, manusia banyak menggunakan jimat dengan meyakini
bahwa hal yang seperti itu dapat mendatangkan sebuah keberuntungan dan menjauhkan
dari malapetaka. Hal ini tentunya sangat bertentangan dengan pandangan Islam, para
ulama sepakat bahwa membuat, mempunyai, dan memakai Azimat ini termasuk
perbuatan Syirik karena mereka yang menggunakannya meyakini bahwa dengan Azimat
ia menjadi beruntung, padahal yang bisa memberi manfaat dan menghindarkan Mudhorat
hanya Allah saja.
3. Mantra (Sihir)
DR Yusuf Qardawi menjelaskan bahwa Islam menganggap Buruk sejumlah perkara yang
dikembangkan oleh kaum Jahiliyah, semisal Mantra atau sihir, Islam menolak segala
pandangan yang membenarkan tentang penggunaan sihir dan hal tersebut adalah
perbuatan Syirik. Sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Quran “Katakanlah tidak ada
seorangpun dilangit dan dibumi yang mengetahui perkara Ghaib kecuali Allah dan
mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan”. (QS An-Naml 65).
4. Peramalan
Al-Qur'an sebetulnya sudah menjelaskan perkara tentang ramalan maupun perdukunan.
Belum lagi soal, peramal atau dukun yang mengaku mendapat bisikan atau informasi
tentang hal-hal gaib dari jin.
Allah SWT telah menegaskan kepada manusia tentang kedustaan dakwaan tentang
anggapan bahwa jin mengetahui hal gaib melalui kisah Nabi Sulaiman AS. Saat itu, para
jin yang dipekerjakan Nabi Sulaiman menaati perintahnya dan terus melakukan
pekerjaan mereka bahkan hingga Nabi Sulaiman wafat.
Para jin tidak tahu perihal wafatnya Nabi Sulaiman hingga akhirnya ada rayap yang
memakan tongkat yang digunakan Nabi Sulaiman bersandar. Hal ini menjadi bukti
bahwa jin benar-benar tidak mengetahui hal-hal gaib. Dan dengan kita mempercaya
bahwa peramal itu ada dan dapat dipercayai merupakan perbuatan Syirik karena tidak
ada yang mengetahui itu semua Selain Allah SWT.
6
5. Dukun dan Tenung
7
Sebagian masyarakat di Indonesia masih memercayai dunia perdukunan. Alih-alih
berobat ke dokter, mereka justru konsultasi kepada orang yang dianggap sakti dan bisa
menyembuhkan penyakit dengan cara-cara mistis. Tidak saja untuk berobat, bagi mereka
dukun adalah tempat mengadu segala persoalan hidup dari mulai masalah ekonomi,
perjodohan, karier, dan lain sebagainya. Praktik perdukunan sendiri sudah dikenal sejak
pra Islam. Dalam bahasa dukun Arab diistilahkan dengan kahânah yang diartikan
menginformasikan hal-hal yang tidak bisa diketahui manusia pada umumnya (gaib).
Orang yang melakukan praktik perdukunan dinamakan kâhin.
Imam an-Nawawi membedakan istilah kâhin dengan ‘arrâf kendati kita sama-sama haram
untuk mempercayainya. Menurut an-Nawawi, kâhin adalah orang yang dianggap sakti
karena mampu mengetahui peristiwa yang akan terjadi dan mengaku bisa mengetahui
hal- hal yang tidak bisa diketahui orang pada umumnya. Seorang dukun biasanya
mengklaim bisa memperbantukan jin (khadam) untuk melancarkan aksinya. Sementara
‘arrâf adalah orang yang dianggap sakti karena mengklaim dirinya bisa mengetahui
keberadaan barang yang dicuri, sesuatu yang hilang dan hal-hal semacamnya. (An-
Nawawi, Syarah Muslim, juz X, halaman 232). Dan itu semua tentunya merupakan
perbuatan Syirik dan merusak ketauhidan seseorang pada dirinya.
6. Riya
Pengertian riya secara bahasa yakni berasal dari kata Arriyaa'u yang memiliki arti
memperlihatkan atau pamer. Riya merupakan suatu perbuatan memperlihatkan sesuatu,
baik barang atau perbuatan baik. Namun dengan tujuan agar dilihat oleh orang lain untuk
mendapat pujian. Padahal sebenarnya tujuan utama dari beribadah atau beramal hanya
dilakukan demi mencari ridha Allah SWT. Riya juga merupakan perbuatan yang dibenci
oleh Allah SWT. Karena perbuatan ini dilakukan tidak berdasarkan dengan niat semata-
mata hanya untuk Allah SWT. Riya adalah bentuk dari syirik kecil di mana mampu
merusak ibadah serta mengurangi pahala seseorang. Kebaikan yang didasarkan dengan
riya tidak bernilai di hadapan Allah SWT. Perbuatan ini juga bisa diartikan sebagai sikap
yang muncul akibat kurangnya pemahaman akan tujuan amal serta ibadah yang
dilakukan. Riya muncul karena kurangnya iman kepada Allah, hari akhir dan
ketidakjujuran kala menjalankan perintah agama. Orang riya adalah seseorang yang
beribadah hanya karena ingin dianggap sebagai sosok taat pada agama, umat Islam juga
dianjurkan mempelajari hukum riya. Riya merupakan perbuatan tercela dalam ajaran
Islam. Allah SWT melarang hamba-Nya bersikap riya. Tak hanya itu, Allah SWT juga
8
meminta hamba-Nya untuk
9
menjauhi segala perbuatan yang merujuk pada riya. Hal tersebut juga telah tercantum
dalam Al-Quran surah Baqarah:264 yang berbunyi:
Hukum sikap riya adalah haram dan digolongkan dalam syirik kecil kepada Allah SWT
D. Bahaya Syirik
a. Merusak amal
Dari Abu Hurairah ra marfu (yang terjemahannya): Allah berfirman: “Aku tidak butuh sekutu-
sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku
padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya”. (Riwayat Muslim)
b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan setiap dalil yang
berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar.
d. Kezhaliman terbesar.
Firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu,
dan benar-benar engkau termasuk orang yang rugi”. (QS. Az-Zumar: 65).
f. Jika meninggal dalam keadaan syirik, tidak akan diampuni oleh Allah
1
Firman Allah Swt : Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia
akan mengampuni selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).
Firman Allah Ta’ala : “Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah
mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang
zhalim itu seorang penolong pun”. (QS. Al-Maidah: 72).
Firman Allah Swt : “Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik
(akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-
buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6).
Allah Swt berfirman : “Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan
yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak
menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang
tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Araaf: 33).
Firman Allah Swt. : Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah
1
terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu
mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu
supaya kamu memahami(nya). ( QS. Al-Anam: 151 )
Allah Swt berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu
najis”. (QS. At-Taubah: 28).
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syirik merupakan refleksi jiwa, akal, dan fisik dalam menyekutukan Allah yang mungkin
dalam bentuk eksiernal, yakni demonstratif yang dapat disaksikan oleh orang lain, dan
internal,. yakni yang hanya dirasakan oleh yang bersangkutan. Bentuk eksternal dan internal
syirik dapat berupa paganislik (penyembahan berhala) dengan segala macam wujud apa saja
yang dijadikan objek sekaligus subjek itu, yang dalam isyarat Alqur'an (dan istilah ulama)
disebut syirik akbar. Syirik tidak diragukan sebagai perbuatan yang membawa implikasi
kehidupan keagamaan yang amat berbahaya sebab indikasiindikasinya yang tak terampuni,
sebesar-besar dosa besar, sesesatsesat kesesatan, penyembahan syaitan, dan kezaliman yang
besar.
B. Saran
Diakhir tulisan ini, kami menitipkan beberapa buah saran untuk pembaca dan penelaah
dengan harapan semuga Allah SWT memudahkan hambaNya meraih berjuta pintu kebaikan.
Jadikanlah kitab suci al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW sebagai kitab pembimbing bagi
mencapai maksudnya Nur al-Qur’an ke dalam jiwa kita, sehingga menjadi seorang Muslim
yang mencukupi arti kata dengan Nur al- Qur’an itu sendiri. Setiap orang hendaknya
bersabar dalam meniti jalanjalan tauhid dan senantiasa memelihara kewaspadaan diri agar
tidak terjerumus dalam perbuatan syirik.
1
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munajjid, Muhammad Shalih. 2012. Dosa-Dosa yang Diremehkan Manusia. Solo:
Hadi, Khairul. 2013. Makna Syirik dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik dan Kaitannya
Fenomena Kehidupan Sekarang). Thesis. Riau: Universitas Islam Negeri Sultas Syarif Kasim
Riau.
Hamang, M Nasri. 2003. Sirik dan Wasilah dalam Al-Qur’an Sebuah Kajian Syar’iyyah
1. Halaman: 1 -10.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.
1
1