Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DOSEN PENGAMPU: Sarmadhan Lubis, S.Pd.I,M.Pd.I

“HAL-HAL GHOIB”

DISUSUN OLEH KELOMPOK G/Kelas E:


M.HAIKAL RAHMAN NPM:237310561
ANDRA PRATAMA NPM:237310469
SRI WAHYUNI NPM:237310347

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadiran Allah Subhanahu wa ta’ala, karena berkat rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan
kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sarmadhan Lubis S.Pd.I,M.Pd.I
selaku dosen pengampu mata kuliah “Pendidikan Agama Islam”, serta tidak lupa kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Makalah yang kami membahas tentang “Hal-Hal Ghaib” makalah ini disusun untuk
menambah pengetahuan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kami
menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran membangun dari
pembaca sangat kami butuhkan ke depannya.

Pekanbaru, Tanggal 10 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Pengertian jin dan syaitan.................................................................................................2
2.3 Sifat-sifat dan prilaku jin dan syaitan...............................................................................3
2.5 Alam barzah......................................................................................................................8
2.6 Yaumul Ba’ats (hari kebangkitan)..................................................................................10
2.7 Yaumul Mahsyar.............................................................................................................10
2.8 Yaumul Hisab (hari perhitungan)....................................................................................11
2.8 Yaumul Mizan.................................................................................................................12
2.9 Shirath.............................................................................................................................13
3.0 Surga dan neraka............................................................................................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................23
3.1 Simpulan.........................................................................................................................23
3.2 Saran...............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diantara perkara pokok dalam agama dan bagian dari pondasi iman adalah masalah
keyakinan kita kepada perkara ghaib yang hanya di ketahui oleh Allah SWT . tidak ada satu
pun makhluk yang mengetahui perkara yang ghoib , termasuk dari kalangan nabi dan rasul
kecuali karena Allah memang berkehendak untuk mengetahuinya Sebagian kecil dari perkara
yang ghoib.

Beriman kepada yang ghoib merupakan perkara fundamental dalam islam. Makalah
ini akan membahas secara ringkas tentang pengertian jin dan syaitan, sifat-sifat dan perilaku
jin dan syaitan, alam barzah, dan tingkatan hari akhir, serta surga dan neraka.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang akan dikaji dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian, sifat-sifat, dan perilaku jin dan syaitan?


2. Apa saja tahapan hari Akhir?
3. Apa saja tingkatan-tingkatan Surga dan Neraka?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian, sifat, dan perilaku jin dan syaitan.


2. Untuk mengetahui tahapan hari akhir.
3. Untuk mengetahui tingkatan-tingkatan Surga dan Neraka.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian jin dan syaitan

a) Pengertian jin

Kata Jin berasal dari bahasa Arab yang berarti menutupi atau merahasiakan, yang
dimaksudkan menutupi atau merahasiakan adalah bahwa jin itu tertutup dari panca indra
manusia. Jinadalah makhluk halus yang diciptakan dari api. Adapun Jin tersebut terbagi dua
golongan yaitu

1) Jin Kafir
Jin yang membangkang terhadap perintah Allah. Para ahli tafsir berpendapat bahwa
jin kafir adalah jin yang tidak memurnikan keEsaan Allah, sehingga dalam kekafiran jin itu
bermacam-macam yaitu ada yang menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi penyembah berhala dan
lain-lain.
2) Jin Muslim,
Jin yang mengakui keEsaan Allah Swt, Jin Islam setelah mendengar ayat-ayat Al-
Qur'an, mereka lansung mengatakan bahwa Al-Qur'an itu menakjubkan dan dapat
memberikan petunjuk kejalan yang benar. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Jin
ayat 1-3:

‫) َيْهِد ي ِإَلى الُّر ْش ِد َفآَم َّنا ِبِه َو َلْن‬١( ‫ُقْل ُأوِح َي ِإَلَّي َأَّنُه اْسَتَم َع َنَفٌر ِم َن اْلِج ِّن َفَقاُلوا ِإَّنا َسِم ْعَنا ُقْر آًنا َع َج ًبا‬
)٣( ‫)َو َأَّنُه َتَع اَلى َج ُّد َر ِّبَنا َم ا اَّتَخ َذ َص اِحَبًة َو ال َو َلًدا‬٢( ‫ُنْش ِرَك ِبَر ِّبَنا َأَح ًدا‬

"Katakanlah (Muhammad kepada manusia), "Telah diwahyukan kepadaku bahwa


sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan Al Quran) lalu mereka berkata, “Kami telah
mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al Qur’an), (yang) memberi petunjuk kapada
jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan
mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami dan sesungguhnya Mahatinggi keagungan
Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak".

b) Pengertian syaitan
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surah Maryam ayat 44:

ii
‫ٰۤي ـَاَبِت اَل َتْعُبِد الَّشْيٰط َن ۗ  ِاَّن الَّشْيٰط َن َك ا َن ِللَّرْح ٰم ِن َع ِص ًّيا‬
"Wahai ayahku! Janganlah engkau menyembah setan. Sungguh, setan itu durhaka kepada
Tuhan Yang Maha Pengasih."(QS. Maryam 19: Ayat 44).

Firman-Nya di atas menunjukkan bahwa syaitan adalah makhluk di antara makhluk-


makhluk ciptaan-Nya yang durhaka (ingkar) kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Durhaka
(ingkar) kepada Allah SWT merupakan perbuatan mendurhakai (mengingkari) Allah SWT.
Sehingga perbuatan makhluk yang durhaka (ingkar) kepada Allah SWT adalah perbuatan
syaitan. Contoh perbuatan syaitan itu seperti dijelaskan firman-Nya ini

2.2 Sifat-sifat dan prilaku jin dan syaitan

a) Sifat jin
1) Tidak dapat dilihat oleh indera manusia
2) Diciptakan dari api yang sangat panas
3) Ada yang mengakui ke Esaan Allah SWT, dan ada pula yang membangkan
perintah Allah.

b) Perilaku jin
Jin juga diperintahkan untuk menerima syari'at Islam sebagaimana yang diperintahkan
kepada manusia. Menurut sebagian para ulama, rupa, tabiat, kelakuan dan perangai jin serupa
dengan manusia. Karena jin juga seperti manusia, mereka pun ada yang baik dan ada yang
jahat, ada yang muslim dan ada yang kafir. Jin juga mempunyai tingkatan iman, ilmu dan
amalan tertentu, berdasarkan keimanan dan amalan mereka kepada Allah SWT.
Walaupun jin islam yang paling tinggi imannya dan paling shaleh amalannya serta paling luas
dan banyak ilmunya, tetapi masih ada pada diri mereka sifat tercela seperti sifat takabbur,
riya', ujub dan sebagainya.. Namun bisa saja mereka mudah menerima teguran dan
pengajaran.

c) Sifat dan perilaku syaitan


Beberapa ayat Al-Qur'an telah menjelaskan sifat-sifat tercela Setan, di antaranya;
1) Takabbur

ii
Allah s.w.t atribut setan kutukan untuk sifat ini karena iblis menganggap dirinya lebih
baik daripada Adam a.s. Ia menolak dan terobsesi ketika diperintahkan oleh Allah s.w.t untuk
bersujud kepada Adam a.s. Allah s.w.t telah berfirman yang artinya:

"Allah s.w.t berfirman; Apa yang mencegahmu bersujud ketika Aku memerintahkanmu?"
(Iblis) menjawab, "Aku lebih baik darinya. Engkau menciptakan aku dari api dan sementara
Dia telah menciptakan dari tanah."

2) Bangga dan keras kepala

Keduanya adalah atribut iblis seperti yang Allah s.w.t katakan;

"(Iblis) menjawab, Karena Engkau telah menyesatkanku, sesungguhnya aku selalu mencegah
mereka dari jalan-Mu yang lurus. Maka pastilah Aku akan datang kepada mereka dari depan,
dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan kamu tidak akan mendapati sebagian
besar dari mereka bersyukur." (Surah al-A'raf: ayat 16-17)

Ini menunjukkan bahwa ketidakpercayaan iblis bukan karena ketidaktahuan, bahkan


ketidakpercayaannya karena keras kepala dan kesombongan.

3) Kutukan

Terkutuklah lagi disingkirkan dan jauh dari kebaikan, dan iblis juga yang pertama
dikutuk dan disingkirkan dari rahmat Allah s.w.t. Firman Allah s.w.t;

‫َقا َل اْخ ُرْج ِم ْنَها َم ْذ ُءْو ًم ا َّم ْد ُحْو ًراۗ  َلَم ْن َتِبَع َك ِم ْنُهْم َاَل ْم َلــَٴــَّن َجَهَّنَم ِم ْنُك ْم َاْج َم ِع ْيَن‬

"(Allah) berfirman, "Keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir!
Sesungguhnya barang siapa di antara mereka ada yang mengikutimu, pasti akan Aku isi
neraka Jahanam dengan kamu semua."(QS. Al-A'raf 7: Ayat 18)

4) Menggoda (al-Waswasah)) dan menipu

Al-Waswasah adalah percakapan hati yang dibisikkan oleh iblis yang tidak memiliki
kebaikan dan manfaat. Firman Allah s.w.t yang artinya;

ii
‫َفَو ْس َو َس َلُهَم ا الَّشْيٰط ُن ِلُيْبِدَي َلُهَم ا َم ا ٗو ِر َي َع ْنُهَم ا ِم ْن َس ْو ٰا ِتِهَم ا َو َقا َل َم ا َنٰه ٮُك َم ا َر ُّبُك َم ا َع ْن ٰه ِذِه الَّش َج َرِة ِاۤاَّل َاْن َتُك ْو َنا َم َلـَكْيِن‬
‫َاْو َتُك ْو َنا ِم َن اْلٰخ ِلِد ْيَن‬

"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka
(yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, "Tuhanmu hanya melarang kamu berdua
mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang
yang kekal (dalam surga)."(QS. Al-A'raf 7: Ayat 20)

Ayat di atas menjelaskan sifat jahat dan iri hati terhadap Adam dan Siti Hawa as, serta
bagaimana iblis berusaha menipu, merayu dan menipu sehingga kesenangan dan pakaian
yang baik direnggut dari keduanya dan disingkirkan dari surga.

5) Mengingkari janji

Firman Allah s.w.t yang dalam surah Al-Anfal ayat 48;

‫َو ِا ْذ َز َّيَن َلُهُم الَّش ْيٰط ُن َاْع َم ا َلُهْم َو َقا َل اَل َغا ِلَب َلـُك ُم اْلَيْو َم ِم َن الَّنا ِس َو ِا ِّنْي َج ا ٌر َّلـُك ْم ۚ  َفَلَّم ا َتَر ٓاَءِت اْلِفَئٰت ِن َنَك َص َع ٰل ى َع ِقَبْيِه‬
‫َو َقا َل ِاِّنْي َبِر ْٓي ٌء ِّم ْنُك ْم ِاِّنْۤي َاٰر ى َم ا اَل َتَر ْو َن ِاِّنْۤي َاَخ ا ُف َهّٰللاۗ  َو ا ُهّٰلل َش ِد ْيُد اْلِع َقا ِب‬

"Dan (ingatlah) ketika setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (dosa) mereka
dan mengatakan, "Tidak ada (orang) yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan
sungguh, aku adalah penolongmu." Maka ketika kedua pasukan itu telah saling melihat
(berhadapan), setan balik ke belakang seraya berkata, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari
kamu; aku dapat melihat apa yang kamu tidak dapat melihat; sesungguhnya aku takut kepada
Allah." Allah sangat keras siksa-Nya." (QS. Al-Anfal 8: Ayat 48)

Ahli Taurat menjelaskan bahwa ayat ini diturunkan selama perang badar, di mana iblis
berjanji kepada orang-orang musyrik untuk membantu mereka melawan kaum Muslimin,
kemudian ketika klan Islam dengan Nabi Muhammad menghadapi orang-orang musyrik,
maka iblis menyamar sebagai seorang pria dan bersamanya tentara, kemudian berkata iblis
kepada orang-orang musyrik: Kamu tidak akan kalah hari ini dan aku adalah penolongmu.
Ketika iblis melihat pasukan malaikat dia mundur dan tidak memberikan bantuan kepada
tentara politeis, dan juga melanggar janjinya untuk membantu mereka. Allah s.w.t telah

ii
memberikan kemenangan kepada tentara Islam dalam perang. Di sini jelas bahwa iblis adalah
pembohong dan penghina janji.

6) Hasutan (Nazgh)

Dalam kamus, "Nazgh" adalah mencerca atau memfitnah. Ini juga berarti menghasut,
membujuk dan berbisik (percakapan hati yang tidak memiliki manfaat dan kebaikan).
Kualitas-kualitas ini adalah sifat-sifat iblis laknatullah. Firman Allah s.w.t yang artinya;

‫َو َر َفَع َاَبَو ْيِه َع َلى اْلَع ْر ِش َو َخُّر ْو ا َلٗه ُسَّجًداۚ  َو َقا َل ٰۤي َا َبِت ٰهَذ ا َتْأِوْيُل ُرْء َياَي ِم ْن َقْبُلۖ  َقْد َجَع َلَها َر ِّبْي َح ًّقاۗ  َو َقْد َاْح َس َن ِبْۤي ِاْذ‬

‫َاْخ َر َجِنْي ِم َن الِّسْج ِن َو َج ٓاَء ِبُك ْم ِّم َن اْلَبْد ِو ِم ْۢن َبْع ِد َاْن َّنَز َغ الَّشْيٰط ُن َبْيِنْي َو َبْيَن ِاْخ َو ِتْي ۗ  ِاَّن َر ِّبْي َلِط ْيٌف ِّلَم ا َيَش ٓاُء ۗ  ِاَّنٗه ُهَو اْلَعِلْيُم‬
‫اْلَحِكْيُم‬

"Dan dia menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana. Dan mereka (semua) tunduk
bersujud kepadanya (Yusuf). Dan dia (Yusuf) berkata, "Wahai ayahku! Inilah takwil mimpiku
yang dahulu itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya
Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika
membawa kamu dari dusun, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dengan saudara-
saudaraku. Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia
Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."(QS. Yusuf 12: Ayat 100)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surah An-Nas ayat 4:

‫ِم ْن َش ِّر اْلَو ْس َو ا ِسۙ  اْلَخ ـَّنا ِس‬

"dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,"

(QS. An-Nas 114: Ayat 4)

7) Membodohi (al-Gharur)

Tipu daya iblis dan syaitan berarti menipu, menggoda dan membujuk.

Allah s.w.t berfirman dalam surah Luqman ayat 33:

‫ٰۤي َا ُّيَها الَّنا ُس اَّتُقْو ا َر َّبُك ْم َو ا ْخ َش ْو ا َيْو ًم ا اَّل َيْج ِز ْي َو ا ِلٌد َع ْن َّو َلِدٖه َو اَل َم ْو ُلْو ٌد ُهَو َج ا ٍز َع ْن َّوا ِلِدٖه َش ْيــًئاۗ  ِاَّن َو ْع َد ِهّٰللا َح ٌّق َفاَل‬
‫َتُغ َّر َّنُك ُم اْلَح ٰي وُة الُّد ْنَياۗ  َو اَل َيُغ َّر َّنُك ْم ِبا ِهّٰلل اْلَغ ُرْو ُر‬

ii
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah pada hari yang (ketika itu)
seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong
bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu
teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam
(menaati) Allah." (QS. Luqman 31: Ayat 33)

8) Bodoh (al-Kayd)

Itu berarti tipu daya dan kejahatan seperti melakukan kebohongan dan membuat trik.
Firman Allah s.w.t yang artinya;

‫َاَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُيَقا ِتُلْو َن ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللاۚ  َو ا َّلِذ ْيَن َكَفُرْو ا ُيَقا ِتُلْو َن ِفْي َس ِبْيِل الَّطا ُغ ْو ِت َفَقا ِتُلْۤو ا َاْو ِلَيٓاَء الَّشْيٰط ِن ۚ  ِاَّن َكْيَد الَّشْيٰط ِن َك ا َن‬
‫َضِع ْيًفا‬

"Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir
berperang di jalan Tagut, maka perangilah kawan-kawan setan itu (karena) sesungguhnya tipu
daya setan itu lemah."

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 76)

9) Sihir dengan meniup (al-Nafth)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Falaq ayat 4:

‫َوِم ْن َش ِّر الَّنّٰف ٰث ِت ِفى اْلُع َقِد‬

"dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul


(talinya)," (QS. Al-Falaq 113: Ayat 4)

Dalam doa yang diajarkan ma'thur kepada kita untuk membaca doa ini yang berarti;

"Ya Tuhan ... Aku berlindung kepada-Mu dari godaan Setan, pukulannya dan wahyu-
wahyunya."

10) Menggoda" (al-Hamz)

ii
Nabi Muhammad menjelaskan bahwa arti pencobaan setan dengan kematian adalah
untuk menggoda manusia ke dalam kegilaan karena mereka adalah hasil dari godaannya.
Dalam Al-Qur'an ada pepatah yang berarti;

"Dan katakanlah, Tuanku ... Aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan" (Surah al-
Mukminun: ayat 97)

Artinya aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan dan godaan-godaannya


mengingat Allah s.w.t. Dalam sebuah hadits, Nabi s.a.w meminta perlindungan dengan Allah
s.w.t dari godaan setan, fitnah dan bisikan-bisikan.

2.3 Alam barzah

Alam barzakh adalah batas antara alam dunia dengan alam akhirat. Keberadaannya
telah dijelaskan dalam sejumlah ayat Al-Qur'an dan keterangan hadits.

Salah satunya dalam surah Al Mu'minun ayat 100. Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman:

‫َلَع ِّلْۤي َاْع َم ُل َص ا ِلًحـا ِفْيَم ا َتَر ْكُت ۗ  َك اَّل ۗ  ِاَّنَها َك ِلَم ٌة ُهَو َقٓاِئُلَهاۗ  َوِم ْن َّوَر ٓاِئِهْم َبْر َز ٌخ ِاٰل ى َيْو ِم ُيْبَع ُثْو َن‬

"agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan." Sekali-kali tidak! Sungguh itu
adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh-barzakh sampai
pada hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 100)

Di samping itu, dijelaskan pula dalam surah Ar Rum ayat 56 yang menyebutkan, alam
barzakh menjadi tempat singgah manusia hingga hari kebangkitan. Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman:

‫َو َقا َل اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َو اِاْل ْيَم ا َن َلَقْد َلِبْثـُتْم ِفْي ِكٰت ِب ِهّٰللا ِاٰل ى َيْو ِم اْلَبـْع ِثۖ  َفٰه َذ ا َيْو ُم اْلَبـْع ِث َو ٰل ـِكَّنُك ْم ُكْنـُتْم اَل َتْع َلُم ْو َن‬

ii
"Dan orang-orang yang diberi ilmu dan keimanan berkata (kepada orang-orang kafir),
"Sungguh, kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari
Berbangkit. Maka inilah hari Berbangkit itu, tetapi (dahulu) kamu tidak meyakini(nya)."

(QS. Ar-Rum 30: Ayat 56)

Alam barzakh ini pula yang kerap disebut dengan alam kubur. Alam barzah yang
dikenal dengan alam kubur yang merupakan pintu gerbang menuju akhirat atau batas antara
alam dunia dan alam akhirat.

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Nurul Irfan berpendapat, pada
fase ini juga manusia dapat melihat keadaan alam di dunia maupun di akhirat. Sebab itu, alam
barzakh dikatakan sebagai batas antara alam dunia dan alam akhirat.

"Dia (alam barzah) sebagai sekat, mereka ahli kubur atau ahli barzakh bisa melihat dunia dan
bisa melihat akhirat. Mereka berada di satu tempat yang namanya barzah bisa melihat dunia
dan akhirat,'' kata KH Nurul Irfan yang dikutip dari situs MUI.

Kiai Nurul juga menjelaskan, manusia akan melewati fase di mana ditemui, ditanya,
dan diperiksa amal perbuatannya oleh Malaikat Munkar dan Nakir. Hal ini sebagaimana
termaktub dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda,

‫ َم ا ُكْنَت َتُقوُل ِفي َهَذ ا‬: ‫ َفَيُقواَل ِن‬، ‫ِإَذ ا ُقِبَر اْلَم ِّيُت َأْو َقاَل َأَح ُد ُك ْم َأَتاُه َم َلَك اِن َأْس َو َداِن َأْز َر َقاِن ُيَقاُل َألَحِدِهَم ا اْلُم ْنَك ُر َو اآلَخُر الَّنِكيُر‬
‫الَّرُج ِل ؟ َفَيُقوُل َم ا َك اَن َيُقوُل‬

Artinya: "Apabila mayat atau salah seorang dari kalian sudah dikuburkan, ia akan didatangi
dua malaikat hitam dan biru, salah satunya Munkar dan yang lain Nakir, keduanya berkata:
Apa pendapatmu tentang orang ini (Nabi Muhammad)? Maka ia menjawab sebagaimana
ketika di dunia..." (HR Tirmidzi).

2.4 Yaumul Ba’ats (hari kebangkitan)

ii
Pada dasarnya, Yaumul Ba’ats ini adalah fase kedua dalam kehidupan hari kiamat
kelak. Secara istilah, kata “al Ba’ats” memiliki makna berupa ‘Allah SWT menghidupkan
orang-orang yang telah meninggal dan mengeluarkan mereka dari kuburnya untuk dihisab
dan diberi alasan’. Nah, itulah yang membuat Yaumul Ba’ats ini disebut dengan Hari
Kebangkitan, sebab pada hari tersebut nantinya seluruh manusia yang telah meninggal akan
dibangkitkan kembali untuk menjalani proses hisab dan pemberian balasan atas perbuatannya
semasa hidup.

Dalam agama Islam, fase Yaumul Ba’ats ini menjadi kehidupan awal setelah fase
Yaumul Barzah, ditandai dengan tiupan sangkakala yang kedua oleh Malaikat Israfil. Sedikit
trivia, pada tiupan sangkakala yang pertama justru akan membuat seluruh makhluk hidup di
dunia ini mengalami kematian, kecuali mereka yang memang dikehendaki oleh Allah SWT.
Setelah mereka bangkit dari kematian, mereka akan berjalan menuju Padang Mahsyar.
Peniupan sangkakala dalam fase ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Q.S. Yasin ayat
51 yang berbunyi:

‫َو ُنِفَخ ِفى الُّص ْو ِر َفِا َذ ا ُهْم ِّم َن اَاْل ْج َدا ِث ِاٰل ى َر ِّبِهْم َيْنِس ُلْو َن‬

"Lalu ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kuburnya (dalam keadaan
hidup), menuju kepada Tuhannya." (QS. Ya-Sin 36: Ayat 51)

Syaikh Dr. ‘Umar Sulaiman Al-Asyqar juga pernah menjelaskan mengenai Hari
Kebangkitan ini yakni bahwa fase Yaumul Ba’ats ini adalah tempat kembalinya badan dan
dihidupkannya hamba-hamba pada hari kiamat. Jika Allah al-Haq (Yang Maha Benar) telah
berkehendak mengembalikan dan menghidupkan hamba-hamba kembali, (maka) Dia
memerintahkan Malaikat Israfil. Lalu, dia (pun) meniup terompet, (yang) kemudian ruh-ruh
kembali menuju jasad-jasadnya, dan manusia akan berdiri menghadap Rabbul ‘Alamin.

2.5 Yaumul Mahsyar

Yaumul Mahsyar adalah fase yang terjadi setelah Yaumul Ba’ats. Lebih tepatnya,
sesudah seluruh manusia dibangkitkan dari kubur (dengan adanya tiupan sangkakala yang
kedua), maka mereka akan berjalan menuju padang mahsyar. Padang mahsyar ini adalah

ii
sebuah tempat yang sangat luas (saking luasnya, mampu ditempati oleh seluruh manusia yang
hidup sejak zaman Nabi Adam A.S) dan tidak ada pepohonan. Hal ini telah difirmankan oleh
Allah SWT dalam Q.S Al-Hajj ayat 7:

‫ٰا‬
‫َّو َاَّن الَّسا َع َة ِتَيٌة اَّل َر ْيَب ِفْيَهاۙ  َو َا َّن َهّٰللا َيـْبَع ُث َم ْن ِفى اْلُقُبْو ِر‬

"dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh,
Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur." (QS. Al-Hajj 22: Ayat 7)

Di Padang Mahsyar tersebut, manusia tidak akan saling kenal dan tidak akan
menolong satu sama lain. Sebab, masing-masing akan sibuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya semasa hidup di hadapan Allah SWT. Dalam fase ini, masing-masing manusia
akan menerima catatan yang berupa amalan perbuatannya, baik itu amalan baik maupun
amalan buruk alias dosa. Singkatnya, di tempat bernama Padang Mahsyar ini, seluruh
manusia akan menunggu peradilan dari Allah SWT terkait apakah mereka akan masuk surga
atau neraka.

Rasulullah SAW pernah menggambarkan Padang Mahsyar sebagai tempat yang luas,
rata, dan berwarna putih bersih. Hal tersebut selaras dengan firman Allah SWT dalam Q.S.
Az-Zumar ayat 69, yang berbunyi:

‫َا ْش َر َقِت اَاْل ْر ُض ِبُنْو ِر َر ِّبَها َو ُوِضَع اْلِكٰت ُب َو ِج ۤا ْي َء ِبا لَّنِبّٖي َن َو ا لُّش َهَدٓاِء َو ُقِض َي َبْيَنُهْم ِبا ْلَح ِّق َو ُهْم اَل ُيْظَلُم ْو َن‬

"Dan bumi (Padang Mahsyar) menjadi terang-benderang dengan cahaya (keadilan)


Tuhannya; dan buku-buku (perhitungan perbuatan mereka) diberikan (kepada masing-
masing), nabi-nabi dan saksi-saksi pun dihadirkan lalu diberikan keputusan di antara mereka
secara adil, sedang mereka tidak dirugikan."(QS. Az-Zumar 39: Ayat 69)

2.6 Yaumul Hisab (hari perhitungan)

Fase selanjutnya adalah Yaumul Hisab alias Hari Perhitungan. Artinya, seluruh
amalan perbuatan manusia selama hidup di dunia akan dihitung. Lebih tepatnya, pada
Yaumul Hisab ini akan diperlihatkan kepada masing-masing manusia mengenai semua
perbuatannya semasa hidup. Saat melihat amalan baiknya, masing-masing manusia tersebut
akan merasa senang. Sebaliknya, jika melihat amalan buruknya, dirinya akan menyesal. Nah,

ii
setelah masing-masing manusia sudah dihitung amal perbuatannya, maka mereka akan
mendapatkan balasan yang adil, yakni berupa surga dan neraka yang kekal.

2.7 Yaumul Mizan (hari penimbangan)

a) Pengertian yaumul mizan


Menurut bahasa, kata “Mizan” ini berarti sebagai ‘timbangan’. Maka dari itu, Yaumul
Mizan disebut sebagai Hari Timbangan, yakni hari ditimbangnya seluruh amal perbuatan
manusia dari yang terkecil hingga yang terbesar. Tidak akan ada amalan perbuatan yang luput
dari timbangan keadilan milik Allah SWT ini.
Pada hari Yaumul Mizan, setiap perbuatan baik atau buruk yang dilakukan oleh setiap
individu akan ditimbang dengan adil. Timbangan tersebut mencakup tindakan, niat,
perkataan, dan semua hal yang telah dilakukan sepanjang hidup. Allah akan mengukur
dengan sempurna semua amal perbuatan seseorang dan memberikan balasan yang sesuai
dengan keadilan-Nya.
Arti Yaumul Mizan juga mencerminkan keyakinan bahwa kehidupan di dunia ini
bersifat sementara, dan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
Ini menjadi momen kritis yang menentukan takdir seseorang di kehidupan setelah mati, baik
menuju surga (jannah) atau neraka (jahannam).
b) Dalil tentang yaumul mizan
Berikut ini beberapa dalil tentang yaumul mizan:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dan surah Al-A’raf ayat 8-9:

‫َو ا ْلَو ْز ُن َيْو َم ِئِذ ِٱْلَح ـُّق ۚ  َفَم ْن َثُقَلْت َم َو ا ِز ْيُنٗه َفُا وٰٓلِئَك ُهُم اْلُم ْفِلُحْو ن‬
َ ‫َم ْن َخ َّفْت َم َو ا ِزْيُنٗه َفُا وٰٓلِئَك اَّلِذ ْيَن َخ ِس ُر ْۤو ا َاْنُفَس ُهْم ِبَم ا َك ا ُنْو ا ِبٰا ٰي ِتَنا َيْظِلُم ْو َن‬

"Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka, barang siapa berat timbangan
(kebaikan)nya, mereka itulah orang yang beruntung. Dan barang siapa ringan timbangan
(kebaikan)nya, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena
mereka mengingkari ayat-ayat Kami." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 8-9)
Ayat ini menyiratkan bahwa amalan seseorang akan ditimbang pada hari kiamat, dan
mereka yang amalannya ringan atau kurang dalam kebaikan akan merugi.

ii
2.8 Shirath

a) Pengertian Shirath

Shirâth secara etimologi bermakna jalan lurus yang terang.

Adapun menurut istilah, yaitu jembatan terbentang di atas neraka Jahannam yang akan
dilewati oleh manusia ketika menuju Surga

b) Dalil-dalil tentang keberadaan shirath

Landasan keyakinan tentang adanya shirâth pada hari Kiamat berdasarkan kepada ijma’
para ulama Ahlus Sunnah yang bersumberkan kepada dalil-dalil yang akurat dari al-
Qur`ân dan Sunnah. Berikut ini kita sebutkan beberapa dalil yang menerangkan tentang
adanya shirâth.

Di antara ulama berhujjah dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

‫َو ِإْن ِم ْنُك ْم ِإاَّل َو اِرُدَها َك اَن َع َلى َر ِّبَك َح ْتًم ا َم ْقِض ًّيا‬

Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu
bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan [Maryam/19:71]

Diriwayatkan dari kalangan para Sahabat, di antaranya ; Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu


anhu, Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu dan Ka’ab bin Ahbâr bahwa yang dimaksud
dengan mendatangi neraka dalam ayat tersebut adalah melewati shirâth[3]

Sementara itu, banyak sekali riwayat dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
ini, di antaranya:

Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

ii
‫ُثَّم ُيْؤ َتى ِباْلَج ْس ِر َفُيْج َع ُل َبْيَن َظْهَر ْي َجَهَّنَم ُقْلَنا َيا َر ُسوَل ِهَّللا َو َم ا اْلَج ْسُر َقاَل َم ْد َحَض ٌة َم ِز َّلٌة َع َلْيِه َخ َطاِط يُف َو َكاَل ِليُب‬
‫َو َحَس َك ٌة ُم َفْلَطَح ٌة َلَها َش ْو َك ٌة ُع َقْيَفاُء َتُك وُن ِبَنْج ٍد ُيَقاُل َلَها الَّسْع َد اُن‬

“Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam.


Kami (para Sahabat) bertanya: “Wahai Rasûlullâh, bagaimana (bentuk) jembatan itu?”.
Jawab beliau, “Licin (lagi) mengelincirkan. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan
kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal
dengan pohon Sa’dân” (Muttafaqun ‘alaih)

c) Bentuk dan kondisi shirath

Dalam hadits yang sudah disebutkan di atas terdapat beberapa ciri atau sifat dan
bentuk shirath, yaitu: “Licin (lagi) mengelincirkan, di atasnya ada besi-besi pengait dan
kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan pohon berduri di Nejd, dikenal
dengan pohon Sa’dân”.

Dan disebutkan lagi dalam hadits bahwa shirath tersebut memiliki kait-kait besar,
yang mengait siapa yang melewatinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini:

‫َو ُيْض َر ُب ِج ْسُر َجَهَّنَم َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَأُك وُن َأَّوَل َم ْن ُيِج يُز َو ُدَعاُء الُّر ُس ِل َيْو َم ِئٍذ الَّلُهَّم َس ِّلْم َس ِّلْم َو ِبِه‬
‫َكاَل ِليُب ِم ْثُل َش ْو ِك الَّسْعَداِن َأَم ا َر َأْيُتْم َش ْو َك الَّسْعَداِن َقاُلوا َبَلى َيا َر ُسوَل ِهَّللا َقاَل َفِإَّنَها ِم ْثُل َش ْو ِك الَّسْعَداِن َغْيَر َأَّنَها اَل َيْع َلُم‬
‫َقْد َر ِع َظِمَها ِإاَّل ُهَّللا َفَتْخ َطُف الَّناَس ِبَأْع َم اِلِهْم رواه البخاري‬

“Dan dibentangkanlah jembatan Jahannam. Akulah orang pertama yang melewatinya.


Doa para rasul pada saat itu: “Ya Allâh, selamatkanlah, selamatkanlah”. Pada shirâth itu,
terdapat pengait-pengait seperti duri pohon Sa’dân. Pernahkah kalian melihatnya?” Para
Sahabat menjawab, “Pernah, wahai Rasûlullâh. Maka ia seperti duri pohon Sa’dân, tiada
yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allâh. Maka ia mencangkok manusia sesuai
dengan amalan mereka”. [HR. al-Bukhâri]

Di samping itu, para Ulama menyebutkan pula bahwa shirath tersebut lebih halus
daripada rambut, lebih tajam dari pada pedang, dan lebih panas daripada bara api, licin
dan mengelincirkan. Hal ini berdasarkan pada beberapa riwayat, baik yang disandarkan
langsung kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ataupun kepada para Sahabat tetapi

ii
dihukumi marfû’. Sebab, para Sahabat tidak mungkin mengatakannya dengan dasar
ijtihad pribadi mereka tentang suatu perkara yang ghaib, melainkan hal tersebut telah
mereka dengar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah kita amati dalil-dalil tersebut di atas dapat kita ikhtisarkan di sini sifat dan
bentuk shirâth tersebut sebagaimana berikut:

1) Shirath tersebut amat licin, sehingga sangat mengkhawatirkan siapa saja yang
lewat dimana ia mungkin saja terpeleset dan terperosok jatuh.
2) Shirath tersebut menggelincirkan. Para Ulama telah menerangkan maksud dari
‘menggelincirkan’ yaitu ia bergerak ke kanan dan ke kiri, sehingga membuat
orang yang melewatinya takut akan tergelincir dan tersungkur jatuh.
3) Shirath tersebut memiliki besi pengait yang besar, penuh dengan duri, ujungnya
bengkok. Ini menunjukkan siapa yang terkena besi pengait ini tidak akan lepas
dari cengkeramannya.
4) Terpeleset atau tidak, tergelincir atau tidak, dan tersambar oleh pengait besi atau
tidak, semua itu ditentukan oleh amal ibadah dan keimanan masing-masing orang.
5) Shirath tersebut terbentang membujur di atas neraka Jahannam. Barang siapa
terpeleset dan tergelincir atau terkena sambaran besi pengait, maka ia akan
terjatuh ke dalam neraka Jahannam.
6) Shirath tersebut sangat halus, sehingga sulit untuk meletakkan kaki di atasnya.
7) Shirath tersebut juga tajam yang dapat membelah telapak kaki orang yang
melewatinya. Karena sesuatu yang begitu halus, namun tidak bisa putus, maka
akan menjadi tajam.
8) Sekalipun shirath tersebut halus dan tajam, manusia tetap dapat melewatinya.
Karena Allâh Azza wa Jalla Maha Kuasa untuk menjadikan manusia mampu
berjalan di atas apapun.
9) Kesulitan untuk melihat shirath karena kehalusannya, atau terluka karena
ketajamannya, semua itu bergantung kepada kualitas keimanan setiap orang yang
melewatinya

2.9 Surga dan neraka

a) Pengertian Surga dan neraka

ii
Surga dan neraka adalah tempat yang abadi setelah kehidupan di dunia ini. Surga
adalah tempat yang penuh dengan kesenangan, kenikmatan tanpa ada yang dapat
mengurangi dan mengusik kesuciannya, dan tempat yang dijanjikan oleh Allah
bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Sementara neraka adalah
tempat penyiksaan dan kesengsaraan di alam akhirat dan tempat yang disediakan
oleh Allah bagi orang-orang yang durhaka dan melakukan dosa.

b) Dalil-dalil tentang adanya surga dan neraka


Berikut ini dua dalil tentang adanya surga dan neraka:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 214:

‫َاْم َحِس ْبُتْم َاْن َتْدُخ ُلوا اْلَج ـَّنَة َو َلَّم ا َيْأِتُك ْم َّم َثُل اَّلِذ ْيَن َخ َلْو ا ِم ْن َقْبِلُك ْم ۗ  َم َّسْتُهُم اْلَبْأَس ٓاُء َو ا لَّضَّرٓاُء َو ُز ْلِز ُلْو ا َح ّٰت ى َيُقْو َل‬
‫الَّرُسْو ُل َو ا َّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َم َع ٗه َم ٰت ى َنْص ُر ِهّٰللاۗ  َا ۤاَل ِاَّن َنْص َر ِهّٰللا َقِرْيٌب‬
"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu.
Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai
cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata,
"Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah
itu dekat." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 214)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Muhammad ayat 15:

‫ۤا‬
‫َم َثُل اْلَج ـَّنِة اَّلِتْي ُوِع َد اْلُم َّتُقْو َن ۗ  ِفْيَه َاْنٰه ٌر ِّم ْن َّم ٓاٍء َغْيِر ٰا ِس ٍن ۚ  َو َا ْنٰه ٌر ِّم ْن َّلَبٍن َّلْم َيَتَغَّيْر َطْع ُم ٗه ۚ  َو َا ْنٰه ٌر ِّم ْن َخ ْم ٍر‬
‫ًّف‬ ‫ّٰش‬
‫َّلَّذ ٍة ِّلل ِرِبْيَن ۚ  َو َا ْنٰه ٌر ِّم ْن َع َسٍل ُّمَص ىۗ  َو َلُهْم ِفْيَها ِم ْن ُك ِّل الَّثَم ٰر ِت َو َم ْغ ِفَر ٌة ِّم ْن َّرِّبِهْم ۗ  َك َم ْن ُهَو َخ ا ِلٌد ِفى الَّنا ِر‬
‫َو ُس ُقْو ا َم ٓاًء َحِم ْيًم ا َفَقَّطَع َاْمَع ٓاَء ُهْم‬
"Perumpamaan taman surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa;
di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu
yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar (anggur yang tidak
memabukkan) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai madu
yang murni. Di dalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan, dan
ampunan dari Tuhan mereka. Samakah mereka dengan orang yang kekal dalam
neraka, dan diberi minuman dengan air yang mendidih, sehingga ususnya
terpotong-potong?"(QS. Muhammad 47: Ayat 15)

ii
c) Nama-nama surga
1) Surga Firdaus
Surga firdaus merupakan surga yang diciptakan dari emas. Surga ini juga
disebut sebagai surga dengan tingkatan tertinggi. Calon penghuni surga ini adalah
orang beriman yang khusyu dalam shalat, menunaikan zakat, menjaga diri dan
menghindari zina, serta senantiasa mentaati perintah-perintah Allah SWT. Surga
firdaus dijelaskan dalam surah Al Kahfi ayat 107:

‫ِإَّن اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َع ِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َكاَنْت َلُهْم َج َّناُت اْلِفْر َدْو ِس ُنُزاًل‬

Artinya: “Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, untuk mereka
disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal.”

2) Surga Adn
Surga adn diciptakan Allah SWT dari intan putih bagi orang-orang dengan
kesempurnaan iman dan Islam. Mereka yang bersabar dalam hidupnya juga
berpeluang menghuni surga ini.
Firman Allah mengenai surga adn dapat disimak dalam surah As-saff ayat 12:

‫َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو ُيْد ِخ ْلُك ْم َج َّناٍت َتْج ِر ي ِم ْن َتْح ِتَها اَأْلْنَهاُر َو َم َس اِكَن َطِّيَبًة ِفي َج َّناِت َع ْد ٍن ۚ َٰذ ِلَك اْلَفْو ُز اْلَعِظ يُم‬

Artinya: “Niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam


surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang
baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.” (QS.As-Saff 62: Ayat 12)

3) Surga Na’im
Selanjutnya ada surga na’im berisi kenikmatan yang disebut tercipta dari perak
putih. Calon penghuni surga ini dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
surah Luqman ayat 8 yaitu:

‫ِإَّن اَّلِذ يَن آَم ُنوا َو َع ِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َلُهْم َج َّناُت الَّنِع يِم‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan.”

ii
4) Surga Ma’wa
Akar kata ma’wa adalah awa-ya wi yang artinya menyatu dengan suatu tempat dan
menetap di sana. Jannatul ma’wa menjadi tempat hamba yang bertakwa, beramal
sholeh, menahan hawa nafsu, dan meyakini kebesaran Allah SWT.

Adanya surga ma’wa disebut dalam surat An Najm ayat 15

‫ِع ْنَدَها َج َّنُة اْلَم ْأَو ٰى‬


Artinya: “Di dekatnya ada surga tempat tinggal.”

5) Surga Darussalam
Surga ini yang diciptakan Allah SWT dari yaqut merah. Para penghuninya
adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, merenungkan tanda-tanda
kebesaranNya, serta mengakui kebesaran Allah.
Hal ini sesuai FirmanNya dalam surah Al An’am ayat 127,

‫َلُهْم َداُر الَّساَل ِم ِع ْنَد َر ِّبِه ْم ۖ َو ُهَو َو ِلُّيُهْم ِبَم ا َك اُنوا َيْع َم ُلوَن‬
Artinya: “Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai (surga) di sisi Tuhannya. Dan
Dialah pelindung mereka karena amal kebajikan yang mereka kerjakan.”

6) Darul Muqamah
Nama surga selanjutnya adalah Darul Muqamah yang diciptakan dari permata
putih. Ciri penghuninya adalah orang yang senantiasa berpegang teguh pada iman dan
Islam, memperbanyak amal sholeh, para ahli syukur.

Bukti surga ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Fathir ayat 35,

‫ٱَّلِذٓى َأَح َّلَنا َداَر ٱْلُم َقاَم ِة ِم ن َفْض ِلِهۦ اَل َيَم ُّسَنا ِفيَها َنَص ٌب َو اَل َيَم ُّسَنا ِفيَها ُلُغ وٌب‬
Artinya: “Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-
Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.”

7) Maqamul Amin
Surga Maqamul Amin diperuntukkan Allah SWT untuk hambaNya yang
benar-benar bertakwa. Allah berfirman dalam surat Adh-Dhukhan ayat 51,

ii
‫ِإَّن ٱْلُم َّتِقيَن ِفى َم َقاٍم َأِم يٍن‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang
aman.”

8) Surga Khuldi
Allah SWT menciptakan surga khuldi dari marjan merah dan kuning. Ciri
penghuninya adalah orang yang taat menjalankan perintah Allah seperti tercantum
dalam surat Al Furqan ayat-15:

‫ُقْل َأَٰذ ِلَك َخْيٌر َأْم َج َّنُة اْلُخ ْلِد اَّلِتي ُوِع َد اْلُم َّتُقوَن ۚ َكاَنْت َلُهْم َج َزاًء َو َم ِص يًرا‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Apakah (azab) seperti itu yang baik, atau surga yang
kekal yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa sebagai balasan, dan tempat
kembali bagi mereka?”

d) Nama-nama neraka

1) Neraka Jahanam

Neraka jahannam adalah tempat kembali bagi mereka yang melakukan dosa besar. Neraka
dengan tingkat paling tinggi ini dikatakan memiliki dasar sangat dalam, dengan keadaan
yang gelap dan hitam.

Selain pelaku dosa besar, penghuni neraka jahanam adalah yang durhaka kepada
Allah SWT. Kelompok orang munafik, suka mengikuti langkah-langkah setan, hingga
pelit berisiko masuk neraka jahanam.

2) Neraka Lazha

Lazha dijelaskan sebagai neraka dengan api yang berkobar hebat dan menyala-nyala.
Neraka tingkat kedua ini disiapkan bagi yang tidak mengikuti ajaran Rasulullah dan
enggan bersedekah.

Adanya neraka lazha dijelaskan dalam QS Al-Ma’arij ayat 15,

ii
‫َك اَّل ۖ ِإَّنَها َلَظٰى‬

“Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak.”

3) Neraka Huthamah

Sesuai namanya, penghuni neraka huthamah akan mengalami kehancuran. Jenis


penghuni neraka ini adalah orang yang suka mengumpat dan mencela, enggan
bersedekah, dan perhitungan cenderung pelit.

Allah SWT telah menjelaskan neraka huthamah dalam surat Al Humazah ayat 5-6,

‫َو َم ا َأْد َر اَك َم ا اْلُح َطَم ُة‬

‫َناُر ِهَّللا اْلُم وَقَد ُة‬

Artinya: “5.Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? 6. (Yaitu) api (yang disediakan) Allah
yang dinyalakan.”

4) Neraka Sa’ir

Kata Sa’ir berasal dari kata sin, ‘ayn, dan ra’ yang artinya sesuatu yang menyala dan
berkobar-kobar. Neraka ini adalah peringatan Allah SWT untuk manusia yang tidak bayar
zakat, atau membayar namun lebih sedikit dari yang seharusnya.

Kelompok lain penghuni neraka sa’ir adalah yang memakan harta anak yatim,
mendustakan hari kiamat, menentang dakwah nabi dan rasul, memakan harta yang bukan
haknya. Semoga kita terhindar dari perangai ini.

5) Neraka Saqar

Dalam firmanNya Allah menjelaskan, saqar adalah neraka yang panas membakar. Calon
penghuni neraka ini adalah orang sombong dan mendustakan Al Quran, tidak pernah
sholat, dan enggan memberi makan orang miskin.

ii
Keberadaan neraka saqar dijelaskan dalam QS Al-Mudatsir ayat 42-43,

‫َم ا َس َلَك ُك ْم ِفى َس َقَر‬

‫َقاُلوا َلْم َنُك ِم َن اْلُمَص ِّليَن‬

Artinya: “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab:
Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,”

6) Neraka Jahim

Arti kata jahim adalah tempat yang sangat panas. Neraka ini dijelaskan sebagai
tempat dengan api yang besar di sebuah jurang atau lubang, sehingga tak heran terasa
sangat panas.

Neraka ini diperuntukkan bagi pendusta ayat-ayatNya, mendurhakaiNya, dan lupa


urusan akhirat karena sibuk dengan urusan duniawi. Keberadaan jahim dijelaskan dalam
Al Hajj ayat 51,

‫َٰل‬
‫َو اَّلِذ يَن َسَع ْو ا ِفي آَياِتَنا ُمَع اِج ِز يَن ُأو ِئَك َأْص َح اُب اْلَج ِح يِم‬

Artinya: “Tetapi orang-orang yang berusaha menentang ayat-ayat Kami dengan maksud
melemahkan (kemauan untuk beriman), mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka
Jahim.”

Neraka Wail

Penghuni neraka wail adalah mereka yang lalai dalam shalat, terlena urusan duniawi, dan
mengabaikan panggilanNya. Kelompok lain yang bisa menghuninya adalah pelaku riya’
dan curang.

ii
Neraka wail diceritakan dalam firmanNya surat Al Muthaffifin ayat 1-3,

‫َو ْيٌل ِلْلُم َطِّفِفيَن‬

‫اَّلِذ يَن ِإَذ ا اْك َتاُلوا َع َلى الَّناِس َيْسَتْو ُفوَن‬

‫َو ِإَذ ا َك اُلوُهْم َأْو َو َز ُنوُهْم ُيْخ ِس ُروَن‬

Wailul lil muthaffifin

Alladzina idza ta’luu ‘alannasi yastaufun

Waidza kaaluu hum aw wazan hukum yukh siruun.

Artinya: “Celakalah (wail) bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan
menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka
minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain),
mereka mengurangi,”

Neraka Hawiyah

Makna hawiyah adalah jatuh dari tempat paling tinggi ke tempat paling rendah. Dengan
makna seperti itu, tidak diketahui seberapa dalam neraka hawiyah, hingga disebut yang
paling rendah.

ii
Sebutan lain untuk neraka ini dalam Al Quran adalah nar hamiyah yang berarti api panas
dan berkobar. Neraka ini diperuntukkan bagi orang-orang yang ringan timbangan amal
kebaikannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Percaya pada yang ghoib berarti percaya pada hal-hal ghoib yang tidak dirasakan oleh
Indera, tetapi kita mengetahuinya melalui berita wahyu yang dikirim kepada para nabi dan
rasul, dan bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi dan segala
sesuatu yang akan terjadi. Dan kita sebagai umat manusia harus senantiasa berhati-hati
dengan hal-hal ghaib seperti jin dan syaitan, karena kedua entitas ciptaan Allah tersebut
mempunyai tugas menyesatkan hamba-hamba Allah.

Pemahaman terhadap adanya surga dan neraka beserta nikmat dan siksanya yang
sifatnya kekal atau ada selama-lamanya. Yang telah Allah SWT jelaskan dalam firman-Nya
barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya akan dimasukkan ke dalam surga yang
mengalir di dalamnya Sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya,itulah kemenangan yang
besar, dan orang-orang kafir dn mendustakan ayat-ayat kami mereka adalah penghuni-
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Takwa adalah sebaik-baiknya
bekal untuk menuju akhirat.

Berdasarkan hal tersebut kita seharusnya tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai
pemahaman dan keyakin saja. Tetapi lebih di realisasikan atau di wujudkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk menjadi pedoman dan tujuan hidup dan menjadi bekal nantinya di
kehidupan akhirat.

3.2 Saran

Dengan beriman kepada hal ghoib hendaknya sudah memiliki pondasi yang kokoh
tentang masalah keyakinan kita kepada hal-hal ghoib. Dan umat islam juga harus memiliki
pengetahuan tentang hal-hal ghoib yang merupakan perkara fundamental dalam agama

ii
DAFTAR PUSTAKA

ii

Anda mungkin juga menyukai