Di susun oleh :
Kelompok V/Kelas A
1. Sakinatul Kubra
2. Zulfikry
3. Muhammad baihaki
4. Fatori Abdul Jalil
(STMIK) BUMIGORA
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Allah yang tiada sekutu baginya yang telah
menciptakan langit dan bumi tanpa tiang, Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita sang pembawa
perubahan peradaban, Nabi besar Muhammad SAW. Sahabat, para Tabi’in dan umat Islam yang
selalu mengikuti sunahnya sampai akhir zaman
Adapun judul makalah ini mengenai alam gaib dan metafisika dalam konsep islam.
Selanjutnya semoga makalah ini dapat memberikan gambaran mengenai alam gaib dan
metafisika dalam konsep islam itu sendiri.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Alam Gaib dalam Pandangan Islam
2.2 Memahami Metafisika Dalam Konsep Islam
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Alam ghaib yang diciptakan oleh Allah merupakan ujian bagi manusia selama dia hidup di
dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada Allah, Hari Akhir, surga,
neraka, pahala akhirat dan sebagainya – yang mana semuanya itu tidak tampak – ataukah dia
mengingkarinya.
1. Malaikat
Malaikat merupakan tentara-tentara Allah yang ditugaskan untuk urusan-urusan
tertentu. Malaikat adalah ruh yang diciptakan Allah dari nuur. Malaikat tidak memiliki
nafsu, sehingga ia tidak makan-minum, tidak melakukan hubungan seksual dan berbagai
kegiatan syahwati lainnya. Malaikat merupakan makhluk yang menjadi utusan Allah (yang
mengurusi berbagai urusan) sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
“Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (yang mengurusi berbagai macam
urusan) yang memiliki sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga atau empat.” (QS. Fathir:
1).
Allah telah memberi keterangan bahwa jumlah malaikat itu banyak, (dalam QS. Ali
Imran: 124 disebutkan bahwa Allah telah menurunkan 3000 malaikat untuk membantu kaum
mukminin), akan tetapi yang dikenal hanya ada 10, sebagaimana kita ketahui.
Sifat-sifat malaikat :
a) Memiliki dua, tiga, atau empat sayap (QS Faathir : 1), kecuali Jibril - yang merupakan
malaikat yang paling besar - memiliki 600 atau 700 sayap (Shahih Al-Bukhari).
b) Suka berkumpul di majelis-majelis dzikir / ilmu sembari memohonkan ampun bagi yang
ada disitu dan mengepak-ngepakkan sayap mereka sebagai tanda ridha.
c) Merupakan tentara-tentara Allah yang tidak pernah bermaksiat (membangkang) atas
perintah Allah kepada mereka dan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan oleh
Allah kepada mereka.
d) Tidak menikah, tidak makan, dan tidak minum.
e) Tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat patung-patung atau gambar-gambar
yang diharamkan.
f) Menyukai tempat-tempat yang bersih.
2. Jin
Jin adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari api yang sangat panas (QS. Al-
Hijr: 27) dan mampu menampilkan dirinya dalam berbagai bentuk. Sama dengan manusia,
jin juga makan-minum, melakukan hubungan lawan jenis, serta beranak.Allah berfirman,
secara sengaja atau tidak sengaja dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi
interaksi antara manusia dengan jin, ada yang diketahui dan disadari dan adapula yang
tidak disadari oleh orang yang bersangkutan.
Kasus kesurupan maupun perorangan, penyakit non media akibat tenung dan
sihir, dukun tiban atau orang yang punya kemampuan menyembuhkan orang lain,
kegiatan ruqyah dan lain sebagainnya merupakan contoh interaksi antara manusia dengan
golongan jin dalam kehidupan sehari-hari. Ada juga kasus yang tidak disadari oleh
manusia yaitu was-was dan bisikkan negative yang dibisikkan jin kedalam hati dan
fikiran manusia. Oranng yang jiwanya lemah cenderung mengikuti bisikkan-bisikkan ini,
Allah selalu mengingatkan agar selalu waspada terhadap bisikkan negative dari syetan
golongan jin ini. Dalam al-quran Allah selalu mengingatkan agar kita selalu berlindung
pada Allah dari jeratan tipu daya syaithan atau jin fasik yang selalu berusaha
menyesatkan dan menjerumuskan manusia.
Sehubungan dengan adanya interaksi antar jin dan manusia dan allah
memberikkan kelebihan pada jin tidak bias dilihat oleh manusia, muncullah sekelompok
orang yang mengadakan kerja sama dengan jin untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya. Ada segolongan manusia yang meminta tolong pada jin untuk
mendapatkan kekayaan, pangkat, jabatan, menyingkirkan dan mencelakai pesaing atau
orang yang dibenci. Jin yang diminta tolon tentu saja tidak memberikan pertolongan
dengan Cuma-Cuma, mereka mengajukan berbagai persyaratan dan ritual yang menjebak
manusia dalam perbuatan musyrik.
a) Dari sisi penciptaan, manusia lebih baik dan lebih mulia daripada jin. “Sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan (QS At-Tiin)”. “Dan
sungguh Kami telah memuliakan keturunan Adam (manusia) (QS Al-Isra’)”.
b) Rasul-rasul Allah adalah dari kalangan manusia. Tetapi jin tetap bisa mendengarkan
dakwah mereka karena jin bisa melihat dan mendengarkan mereka dari alam mereka.
c) Dalam syariat Nabi Muhammad SAW, kita dilarang untuk meminta perlindungan dan
meminta pertolongan kepada jin, meskipun dalam perkara kebaikan. “Dan terdapat
sekelompok manusia yang meminta perlindungan kepada sekelompok jin sehingga para
jin itu menjadi semakin congkak (QS Al-Jin)”.
d) Islam mengharamkan pernikahan antara jin dan manusia.
3. Tentang Peramalan
Syaithan senantiasa berusaha untuk mencuri berita langit dengan cara saling berpikul-
pikulan diantara mereka sehingga yang diatas menyampaikan kepada yang dibawahnya. Jika
telah sampai pada syaithan yang paling bawah maka syaithan tersebut akan
menyampaikannya pada tukang ramal (dukun). Tetapi setiap kali mereka berusaha mencuri
berita langit itu, Allah menjadikan suluh-suluh api yang menyambar mereka. Sebagian besar
usaha pencurian mereka senantiasa gagal tetapi jika sekali saja mereka berhasil mencuri
maka satu berita benar itu akan dibungkus dengan 99 kedustaan dan kebatilan.
Peramalan adalah pengakuan mengetahui ilmu ghaib dan perkara-perkara yang
ghaib, seperti apa yang akan terjadi di muka bumi dan apa akibatnya, menunjukkan dimana
tempat sesuatu yang hilang. Kesemuanya itu melalui permohonan bantuan syaithan -
syaithan yang mencuri dengar dari langit. Pendukunan atau peramalan tidak lepas dari
kemusyrikan, sebab ia adalah mendekatkan diri kepada syaithan-syaithan dengan apa yang
mereka cintai. Ia adalah syirik dalam rububyah Allah swt. Mengakui bersekutu dengan Allah
swt. Dalam masalah ilmunya. Juga termasuk syirik dalam uluhiyah allah swt. Karna dia
mendekatkan diri kepada selain allah swt dengan suatu bentuk ibadah. Barang siapa yang
mengaku berserikat dengannya dalam sesuatu dalam ilmu ghaib, baik dengan pendukunan
atau yang lainnya, atau dia membenarkan orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang
ghaib, makai ia telah menjadikan sekutu bagi allah swt dalam sesuatu yang merupakan
kekhususan baginya.
4. Tentang Sihir
Sihir merupakan salah satu dosa besar. Dalam hukum Islam, pelaku sihir harus
dihukum mati. Sihir ada yang berupa tipuan pandangan mata dan ada pula yang menyakiti
orang lain. Sihir secara Bahasa berarti sesuatu yang halus dan lembut sebabnya. Disebut
sihir karena ia terjadi dengan perkara yang tersembunyi yang tidak bias dijangkau oleh
penglihatan mata. Sedangka menurut syariat sihir adalah ‘azimah,Ruqyah,buhulan (tali),
ucapan, obat-obatan, dan asap kemenyan. Sihir memiliki hakikat. Diantaranya ada yang
mempengaruhi jiwa dan badan sehingga membuat orang sakit,memisahkan antar suami
dengan istrinya, dan semua itu terjadi karena takdir kauniyah Allah swt. Ia adalah perbuatan
syaithan. Dan sebagian besar dari padanya tidak dapat diperoleh kecuali melalui syirik dan
mendekatkan diri kepada ruh-ruh jahat dengan sesuatu yang disenanginya., serta
mendapatkan pelayanan (Khidmah)nya dengan menyekutukan kepada allah swt. Karena itu
para pembawa syariat menyebutkan Bersama dengan syirik.
Sihir masuk dalam syirik dari dua sisi :
Pertama, karena di dalamnya terdapat permintaan pelayanan (istikhdam) dari
syethan-syethan karna ketergantungan dan kedekatan dengan mereka melalui sesuatu yang
mereka cintai agar syathan-syethan itu memberikan pelayanan kepada tukang sihir. Dan sihir
itu sendiry adalah dari ajaran syethan. Allah swt berfirman yang artinya “tetapi sythan-
syathan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia”.
(Al-baqarah:102).
Kedua, didalamnya terdapat pengakuan mengetahui ilmu ghaib dan pengakuan
berserikat dengan Allah swt. Dalam hal itu Allah swt berfirman yang artinya, “demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab allah)
dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat. (al-baqarah:102).
Metafisika adalah falsafat tentang segala sesuatu yang di luar alam biasa. Ini bisa
dimaknai sebagai segala sesuatu yang sifatnya ghaib, yakni keberadaan makhluk yang berada di
sebuah alam yang tidak masuk dalam batas-batas dunia materi yakni yang unsur-unsurnya bisa
dideteksi dengan indera. Inilah yang di dalam Al-Quran di sebut sebagai ruh[2]. Dalam KUBI,
ruh atau roh didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak berbadan jasmani. Roh yang berada di
dalam tubuh manusia disebut jiwa (nafs). Allah berfirman, “Aku telah meniupkan ke dalamnya
ruh-Ku” (QS. Al-Hijr: 29).
Selain ruh pada manusia, Allah juga mengabarkan tentang keberadaan malaikat dan jin.
Ini menegaskan bahwa sesuatu yang bernama ruh itu memang ada. Namun ia adalah semata
urusan Allah. Keterangan yang diturunkan sangat sedikit, karena memang tidak ada manfaat
yang bisa diperoleh dengan kita mempelajari masalah ruh, padahal Al-Quran diturunkan sebagai
manfaat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan
Tuhanku dan tidaklah kalian diberikan pengetahun melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra: 85).
Dalam Islam, metafisika itu tidak sekedar yang tampak dan dapat dicerap oleh alam
empiris, tapi lebih dari itu. Ada ”the ultimate reality” di balik yang empirik ini. Hakekat mutlak
mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan-tumbuhan, dan alam-alam
lainnya. Allah befirman dalam ayat al-Quran sebagai berikut: “Allah-lah yang menciptakan tujuh
langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-
benar meliputi segala sesuatu”. (QS. At-Thalaq (65): 12). “ Dialah yang Awal dan yang akhir
yang Zhahir dan yang Bathin; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al Hadid (57): 3).
“Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu”. (QS. Az Zumar (39):
62).
Dengan tidak melepaskan diri dari landasan Al-Qur’an di atas dapat dikatakan bahwa
sejauh kita akan berbicara apapun mengenai hakekat realitas sebagai realitas ciptaan Allah, maka
pertama-tama, ia harus berangkat dari kepercayaan dan keyakinan bahwa adanya pencipta
sebagai sebab keterciptaannya sesuatu yang ada didunia ini. Sudah pasti dan tidak bias
dipungkiri bahwa pencipta bukanlah ciptaan itu sendiri, sebab hal tersebut adalah mustahil.
Hakekat mutlak mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan-
tumbuhan, dan alam-alam lainnya. Paham wujud (ontologi) yang benar menurut Islam, seperti
disebutkan di atas, adalah yang mendasari paham manusia tentang alam (kosmologi). Kosmologi
Islam, adalah ilmu tentang ”kaun”, alam fisikal. Alam ini selalu bergantung kepada Allah Swt.
Setiap titik alam selalu merujuk dan menjadi ayat kepada Tuhannya. Jika kita melihat dalam
pandangan ini hukum sebab akibatpun tidak bisa diakui. Konsep sebab-akibat mengimplikasikan
proses yang independen dari Tuhan. Padahal tidak bisa demikian, karena hakekatnya semua yang
ada tetap dibawa kuasa Allah sebagai sang pencipta dan yang mengatur alam semesta ini, bukan
akibat di bawah dari sebuah sebag atau akibat dibawah akibat.
Guna menafikkan hukum sebab-akibat ini, merujuk kepada ulama’ besar dan tokoh filosof
islam yakni Al-Ghazali. Ia mencontohkan bahwa peristiwa A (makan) dan B (kenyang) bukanlah
sebab akibat. A dan B kejadiannya memang diatur terjadi serentak oleh Allah. Keduanya sama-
sama diinginkan oleh Allah. Itulah hukum hukum kebiasaan yang diturunkan Allah. Karena
orang yang makan nasi biasanya kenyang , tapi ada juga yang tidak kenyang, yang mungkin adat
itu suatu waktu memang dicabut oleh Allah. Maka sunnatullah fil ardhi tidaklah dharuri (mesti).
1. Hakikat Pengetahuan Mistik ( Metafisika )
Pengetahuan Mistik atau sering disebut dengan pengetahuan metafisika. Metafisika berasal
dari akar kata “meta” dan “fisika”. Meta berarti “sesudah”, “selain”, atau “di balik”. Fisika yang
berarti “nyata”, atau “alam fisik”. Metafisika berarti ‘sesudah,’di balik yang nyata’. Dengan kata
lain, metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan ‘hal-hal yang berada di belakang
gejala-gejala yang nyata Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-
hal yang sangat mendasar yang berada di luar pengalaman manusia. Ditinjau dari segi filsafat
secara menyeluruh Metafisika ( Mistik ) adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam
nyata. Metafisika membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada
sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindra.
Pengertian secara umum, Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional. Pengertian mistik
bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ( ajaran atau keyakinan ) tentang Tuhan yang
diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan
rasional. Aristoteles menyinggung masalah metafisika dalam karyanya tentang ‘filsafat pertama’,
yang berisi hal-hal yang bersifat ghaib. Menurutnya, ilmu metafisika termasuk cabang filsafat
teoretis yang membahas masalah hakikat segala sesuatu, sehingga ilmu metafisika menjadi inti
filsafat. Pengetahuan metafisika ( mistik ) adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio,
maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Pengetahuan ini
kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat
wujud-wujud bersifat ghaib ( supranatural ) dan wujud ini lebih kuasa dibandingkan dengan alam
nyata.
Animisme, mengembangkan metafisika bahwa alam dan manusia dikuasai oleh wujud-
wujud yang bersifat ghaib dan magis. misalnya (roh-roh yang bersifat ghaib terdapat pada
benda, seperti batu, pohon) merupakan contoh kepercayaan yang berdasarkan pemikiran
supernaturalisme.
Naturalisme yaitu paham yang menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang
bersifat supernatural karena naturalism hanya menerima pandangan yang menyatakan
bahwa ada itu semata-mata realitas alam.
Materialisme yang merupakan turunan naturalisme merupakan paham yang berpendapat
bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh yang kekuatan ghaib, melainkan
oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri.
3.2 Saran
Dari materi dalam makalah yang di susun oleh kelompok kami ini, kami berharap
semoga kita kuatkan iman kita kepada Allah terutama dalam sesuatu yang ghaib. Dengan
cara meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan amal
perbuatan dan semoga dapat memberikan gambaran dan mmpermudah pemahaman bagi
teman-teman mengenai alam ghaib.
DAFTAR PUSTAKA
http/www. Alam gaib dalam pandangan islam. Diposting minggu tanggal 16/november/2014.
Yusuf, Anwar. 2003. Studi agama islam untuk perguruan tinggi umum. Bandung: Pustaka Setia.