Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP ISLAM TENTANG ALAM GHAIB DAN METAFISIKA

Di susun oleh :

Kelompok V/Kelas A

1. Sakinatul Kubra
2. Zulfikry
3. Muhammad baihaki
4. Fatori Abdul Jalil

PROGRAM STUDY TEKNIK INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI

(STMIK) BUMIGORA

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Allah yang tiada sekutu baginya yang telah
menciptakan langit dan bumi tanpa tiang, Allah yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita sang pembawa
perubahan peradaban, Nabi besar Muhammad SAW. Sahabat, para Tabi’in dan umat Islam yang
selalu mengikuti sunahnya sampai akhir zaman

Adapun judul makalah ini mengenai alam gaib dan metafisika dalam konsep islam.
Selanjutnya semoga makalah ini dapat memberikan gambaran mengenai alam gaib dan
metafisika dalam konsep islam itu sendiri.

Mataram, 7 oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Alam Gaib dalam Pandangan Islam
2.2 Memahami Metafisika Dalam Konsep Islam

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alam semesta ini merupakan ciptaan Tuhan sebagai tempat hidup bagi makhluk-makhluk
ciptaan-Nya. Dunia yang ditempati manusia dan makhluk hidup lainnya ini biasa disebut alam
fisik atau alam materi. Dikatakan demikian karena semua yang ada di dunia ini bisa ditangkap
oleh indera kita. Namun, kita juga mengenal dunia yang berbeda dengan dunia kita. Dunia atau
alam itu disebut alam metafisik, alam supranatural atau alam gaib. Alam ini dipercaya dihuni
oleh makhluk-makhluk yang tak bisa ditangkap oleh indera kita. Makhluk halus, makhluk
supranatural atau makhluk gaib, begitulah manusia memberi sebutan pada makhluk tak kasat
mata itu.
Dalam agama dan ajaran kepercayaan-kepercayaan sudah tentu meyakini adanya sesuatu
yang metafisik. Bahkan, sebetulnya mempercayai sesuatu yang metafisik adalah suatu fitrah
bagi manusia. Kepercayaan akan adanya makhluk gaib atau makhluk halus memang sudah ada
semenjak manusia muncul di dunia. Ini dapat dibuktikan melalui literatur-literatur maupun
peninggalan-peninggalan budaya masa lalu. Animisme merupakan salah satu dari agama-agama
primitif yang meyakini adanya roh atau makhluk metafisik.
Agama-agama samawi mengajarkan keyakinan tentang adanya sesuatu yang gaib melalui
Nabi dan Kitab Sucinya. Salah satu agama samawi tersebut adalah Islam. Al-Qur’an sebagai
sumber utama ajaran Islam dengan gamblang menyebutkan bahwa yakin pada yang gaib adalah
salah satu ciri orang yang beriman. Kenneth W. Morgan menyatakan bahwa bagian dari rukun
iman adalah yakin adanya Allah Yang Esa dan percaya terhadap makhluk-makhluk yang tidak
dapat dilihat yakni malaikat, jin dan iblis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah alam gaib dalam pandangan islam
2. Bagaimanakah metafisika dalam konsep islam
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui mengenai alam gaib dalam pandangan islam
2. Untuk mengetahui mengenai metafisika dalam konsep islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alam Gaib dalam Pandangan Islam


Alam dibedakan atas alam ghaib (seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan neraka) dan alam
tampak. Ghaib menurut bahasa berarti yang tidak tampak. Allah-lah yang paling mengetahui
kedua alam tersebut. “Dialah Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, yang mengetahui yang ghaib
dan yang tampak (QS Al-Hasyr : 22)”. “Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghaib di
langit dan di bumi dan Aku mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian
sembunyikan (QS Al-Baqarah : 33)”.
Kita harus beriman kepada yang ghaib. “Kitab ini tidak ada keraguan didalamnya sebagai
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib …
(QS Al-Baqarah : 2-3)”. Tetapi kita hanya bisa mengetahui yang ghaib secara benar dengan cara
ikhbari, yakni sejauh apa yang dikemukakan oleh Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur’an dan As-
Sunnah).
Perkara ghaib terbagi menjadi 2 :
1. Ghaib nisbiy
Ghaib nisbiy artinya ghaib yang relative, yakni bagi sebagian orang tidak mengetahui,
namun bagi yang lain mengetahui. Contoh ghaib nisbiy adalah kita yang berada disebuah
tempat tidak mengetahui apa yang sekarang terjadi ditempat lain.kita tidak mengetahui
apakah terjadi kecelakaan atau tidak ditempat lain tersebut? Namun bagi orang-orang
yang berada di tempat sana seperti kecelakaan tersebut. Peristiwa yang terjadi di tempat
lain itu bagi kita adalah ghaib. Dan bagi mereka yang berada disana tidak ghaib (bukan
ghaib) sehingga ghaib ini disebut ghaib nisby (relative).
2. Ghaib mutlak
Ghaib mutlak artinya ghaib yang tidak siapapun mengetahuinya kecuali Allah sendiry.
Contoh ghaib mutlak adalah seperti yang disebutkan Allah swt dalam akhir surat lukman
berikut :
“sesungguhnya Allah, hanya pada sisinya saja pengetahuan tentang hari kiamat; dan
dialah yang menurunkan hujan,dan mengetahui apa yang ada didalam Rahim. Dan tidak
ada seorangpun yang dapat mengetahui ( dengan pasti ) apa yang diusahakannya besok.
Dan tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui dibumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (QS. Luqman : 34 )
Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa hanya allah saja yang mengetahui kapan kiamat,
kapan turun hujan, apa yang ada dalam Rahim, apakah dia akan menjadi orang bahagia
atau celaka? Apa yang akan dikerjakan besok dan dimana seseorang akan mati.

Alam ghaib yang diciptakan oleh Allah merupakan ujian bagi manusia selama dia hidup di
dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada Allah, Hari Akhir, surga,
neraka, pahala akhirat dan sebagainya – yang mana semuanya itu tidak tampak – ataukah dia
mengingkarinya.
1. Malaikat
Malaikat merupakan tentara-tentara Allah yang ditugaskan untuk urusan-urusan
tertentu. Malaikat adalah ruh yang diciptakan Allah dari nuur. Malaikat tidak memiliki
nafsu, sehingga ia tidak makan-minum, tidak melakukan hubungan seksual dan berbagai
kegiatan syahwati lainnya. Malaikat merupakan makhluk yang menjadi utusan Allah (yang
mengurusi berbagai urusan) sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
“Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (yang mengurusi berbagai macam
urusan) yang memiliki sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga atau empat.” (QS. Fathir:
1).
Allah telah memberi keterangan bahwa jumlah malaikat itu banyak, (dalam QS. Ali
Imran: 124 disebutkan bahwa Allah telah menurunkan 3000 malaikat untuk membantu kaum
mukminin), akan tetapi yang dikenal hanya ada 10, sebagaimana kita ketahui.

Sifat-sifat malaikat :
a) Memiliki dua, tiga, atau empat sayap (QS Faathir : 1), kecuali Jibril - yang merupakan
malaikat yang paling besar - memiliki 600 atau 700 sayap (Shahih Al-Bukhari).
b) Suka berkumpul di majelis-majelis dzikir / ilmu sembari memohonkan ampun bagi yang
ada disitu dan mengepak-ngepakkan sayap mereka sebagai tanda ridha.
c) Merupakan tentara-tentara Allah yang tidak pernah bermaksiat (membangkang) atas
perintah Allah kepada mereka dan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan oleh
Allah kepada mereka.
d) Tidak menikah, tidak makan, dan tidak minum.
e) Tidak memasuki rumah yang didalamnya terdapat patung-patung atau gambar-gambar
yang diharamkan.
f) Menyukai tempat-tempat yang bersih.
2. Jin
Jin adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari api yang sangat panas (QS. Al-
Hijr: 27) dan mampu menampilkan dirinya dalam berbagai bentuk. Sama dengan manusia,
jin juga makan-minum, melakukan hubungan lawan jenis, serta beranak.Allah berfirman,

“Katakanlah, telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan


(Al-Quran) dan mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang
menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman
kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan
kami. Dan bahwasanya Mahatinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak
beranak. Dan bahwasanya orang yang kurang akal dari kami dahulu selalu mengatakan
(perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah. Dan sesungguhnya kami mengira bahwa
manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta kepada Allah.
Dan bahwasanya ada beberapa laki-laki dari manusia meminta perlindungan pada
beberapa laki-laki dari jin, maka jin-jin itu akan menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan. Dan sesungguhnya mereka menyangka sebagaimana persangkaan kamu bahwa
Allah sekali-kali tidak membangkitkan seorang (rasul) pun. Dan sesungguhnya kami
mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan
yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa
tempat di langit itu mendengar-dengarkan, tetapi sekarang, barangsiapa yang (mencoba)
mendengarkan-dengarkan tentu akan menjumpai panah api yang mengintai. Dan
sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki orang yang di
bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka. Dan sesungguhnya di
antara kami ada yang shaleh dan ada yang tidak demikian halnya. Adalah kami yang
menempuh jalan yang berbeda-beda.”
Dalam Surat Al-Jin ayat 1-11, ada beberapa keterangan yang bisa kita peroleh, yakni:
a) Terdapat sekumpulan jin muslim yang telah mendengarkan Al-Quran dan mereka
kemudian beriman kepada Allah SWT.
b) Namun ada pula dari jin-jin tersebut yang mendustakan Allah, inilah yang disebut sebagai
iblis (lihat bagian Iblis!).
c) Ada beberapa di kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada jin, maka jin-jin
itu semakin menambah dosa dan kesalahan manusia tersebut. Jin-jin itu berpandangan
bahwa mereka memiliki keunggulan atas manusia karena mereka meminta perlindungan
pada jin. Jika jin melihat manusia takut kepadanya, maka jin itu akan semakin
menambahkan kejahatan terhadap manusia dan menambahkan rasa takut kepada mereka
d) Para jin mencoba mengetahui rahasia langit, maka mereka mendapati penjagaan yang
kuat dari panah-panah api. Ketika mereka mencoba mencuri dengar dari langit, maka
mereka akan terbakar oleh panah api tersebut. Dan apa yang mereka peroleh hanyalah
sedikit saja. Ramalan, nujum dan sebagainya berasal dari jin-jin yang mencuri dengar
berita dari langit. Dikuatkan dalam QS. Ash-Shaaffaat ayat 6-10, bahwa ada suatu tempat
di langit yang disebut al-mala’ul a’la, yaitu tempat di mana para malaikat dan penghuni
lainnya memperbincangkan hal-hal yang telah diwahyukan Allah berupa syariat dan
kudrat-Nya. Para jin itu ada yang mencoba mencuri-curi dengar, lalu mereka diusir dan
dilempari dengan sejenis bintang (atau pecahan bintang, bukan bintang itu sendiri—lihat
tafsir Ibnu Katsir tentang QS. Al-Mulk: 5) dan dikejar suluh api hingga terbakar. Namun
ada juga jin yang berhasil mencuri satu kalimat lalu disampaikan kepada setan yang lain,
atau kepada para dukun.

3. Surga dan Neraka


Jika Allah sudah selesai memperhitungkan amal hamba-hambanya. Para penghuni surge
akan dimasukkan kedalam surge dan penghuni neraka akan dicampakkan kedalam neraka.
Keimanan pada kebenaran ini adalah bagian dari keimanan pada Allah. Tidaklah Benar iman
seseorang yang beriman kepada Allah, tetapi ia mengingkari surga dan neraka, surge dan neraka
adalah slah satu alam ghaib allah, sebagaimana halnya malaikat, hari akhir, dan cara perhitungan
amal. Selanjutnya keimanan kepada allah berarti beriman pada yang ghaib, sebagaimana telah
dibahas sebelumnya.
Allah memberitahukan kepada kita bahwa dia mempunyai hamba-hambanya yang akan
masuk surga dan yang akan masuk neraka. Allah memberikan kabar gembira kepada orang-
orang yang beriman dengan surge dan kenikmatannya.

Ketika mengabarkan surga Allah berfirman:


Dan sampaikanlah kabar gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi
mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai didalamnya. Setiap mereka diberi
rezki buah-buahan dalam surga-surga itu,mereka mengatakan : “inilah yang pernah diberikkan
kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya
istri-istri yang suci dan mereka kekal didalamnya. (Al-Baqarah : 25). Segala sesuatu yang
disebutkan tentang surge dan neraka tak lain untuk memudahkan akal untuk memahaminya.
Alquran tidak memberitahukan wujud lain manusia di akhirat kelak. Meskipun demikian,
ia menyebutkan dengan jelas bahwa penciptaan bentuk lain ini berada dari penciptaan wujud
pertama didunia. Mungkin inilah benang pertama yang menakutkan yang mengantarkan kita
menuju apa yang dijanjikan oleh allah. Kekuatan manusia untuk menanggung beban sesudah
kebangkitannya dari kematian di akhirat kelak tidak dibatasi oleh apapun. Dengan kata lain
kenikmatan dan siksaan diakhirat berlangsung terus menerus dan bersifat kekal. Inilah hakikat
pertama yang cukup untuk menyulut ketakutan dalam hati manusia . usia relative manusia
dimuka bumi ini berkisar antara 60 sampai 100 tahun, meskipun ada yang lebih dari itu. Namun
kelebihan itu tidaklah banyak. Dari segi ruang dan waktu, apakah tahun-tahun ini sama dengan
siksaan yang tidak pernah berhenti? Al-quran memberitahukan kepada kita bahwa keras dan
pedihnya azab-azab Allah menyebabkan orang-orang kafir ingin mati dan berteriak.
Dengan demikian orang-orang kafir mengakui factor-faktor penyebab mereka
dimasukkan ke dalam neraka. Begitulah manusia masuk ke neraka jahim karena amal-amal
meraka. Akan tetapai manuis masuk surge karena rahmat Allah, sebab amal manusia saja belum
memadai untuk bias memasukkannya kedalam surga. Allah memperkenankan manusia masuk
kedalam surganya karena rahmatnya, meskipun Allah menisbatkannya kepada amal manusia.
Rasulullah saw pernah berkata “ tidak ada seorangpun dari kalian yang masuk surge karena
amalnya,” para sahabat bertanya “bahkan engkau sendiry ya rasulullah?” beliau menjawab
“bahkan aku sendiry, kecuali Allah meliputiku dengan rahmatnya.
Hakikat ini tidak menghapus ketentuan bahwa pintu surga terbuka bagi orang-orang
yang menjual dirinya kepada-nya, berperang dijalannya, menyembahnya, bersujud dan ruku’
kepadanya, dan memelihara hokum-hukum Allah.

4. Iblis dan Setan


Allah berfirman, “Dan bahwasanya orang (jin) yang kurang akal dari kami dahulu
selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah.” (QS. Al-Jin: 3).
Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang mereka maksud dengan orang (jin) yang kurang akal
dari kami, adalah iblis. Iblis merupakan pembesar dari golongan jin yang mendustai Allah.
Adapun tentang syetan, Allah secara tegas berfirman, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi
tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan dari golongan manusia dan dari golongan jin...”
(QS. Al-An’am: 112).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat itu menunjukkan bahwa setan merupakan segala
sesuatu yang menyimpang dari tabiatnya, berupa kejahatan. Sesungguhnya manusia itu
memiliki setan dari kalangannya sendiri. Setan dari golongan manusia ini disebut sebagai al-
khonnas.
Jadi, setan itu hanyalah sebuah sifat yang menjerumuskan kepada kekafiran. Yang
menjadikan indah segala macam tindakan keji bagi pandangannya. Menurut Mujahid saat
menafsirkan QS Al-An’am: 112 tersebut, “Jin-jin yang kafir adalah golongan dari setan.
Mereka membisikkan perkataan-perkataan yang indah sebagai tipuan kepada setan-setan
manusia berupa manusia yang kafir.”
Adapun alam gaib yang lain adalah :

1. Qarin (Pendamping) Manusia


Allah telah menetapkan bahwa setiap manusia didampingi oleh seorang malaikat
(yang senantiasa mengajak kepada kebaikan) dan seorang jin kafir (yang senantiasa
mengajak kepada keburukan). Semua jin yang menjadi qarin manusia adalah kafir kecuali
jin qarin Rasulullah yang telah diislamkan oleh Allah.
Syaikh ibnu utsaimin ditanya “Apa itu qorin?” beliau menjawab “qorin adalah setan
yang ditugasi untuk menyesatkan manusia dengan izi Allah. Di bertugas memerintahkan
kemungkaran dan mencegah yang ma’ruf.
Dalil adanya qorin antara lain:
Firman allah yang artinya “yang menyertai manusia berkata : “ya tuhan kami, aku
tidak menyesatkannya tapi dialah yang berada didalam kesesatan yang jauh”(QS.Qaf :27)
Syaikh ibnu utsaimin menjelaskan, “apakah qorin ini akan terus menyertai manusia,
sampai menemaninya dikuburan?”jawabnya tidak.zahir hadis-Allahu a’lam-menunjukkan
bahwa dengan berakhirnya usia manusia, maka jin ini akan meninggalkannya. Karna tugas
yang dia amban sudah berakhir.ketika manusia mati maka akan terputus semua amalnya,
kecuali 3 hal : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,dan anak shaleh yang mendoakannya
(HR. muslim).

2. Interaksi antara Jin dan Manusia

secara sengaja atau tidak sengaja dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi
interaksi antara manusia dengan jin, ada yang diketahui dan disadari dan adapula yang
tidak disadari oleh orang yang bersangkutan.
Kasus kesurupan maupun perorangan, penyakit non media akibat tenung dan
sihir, dukun tiban atau orang yang punya kemampuan menyembuhkan orang lain,
kegiatan ruqyah dan lain sebagainnya merupakan contoh interaksi antara manusia dengan
golongan jin dalam kehidupan sehari-hari. Ada juga kasus yang tidak disadari oleh
manusia yaitu was-was dan bisikkan negative yang dibisikkan jin kedalam hati dan
fikiran manusia. Oranng yang jiwanya lemah cenderung mengikuti bisikkan-bisikkan ini,
Allah selalu mengingatkan agar selalu waspada terhadap bisikkan negative dari syetan
golongan jin ini. Dalam al-quran Allah selalu mengingatkan agar kita selalu berlindung
pada Allah dari jeratan tipu daya syaithan atau jin fasik yang selalu berusaha
menyesatkan dan menjerumuskan manusia.
Sehubungan dengan adanya interaksi antar jin dan manusia dan allah
memberikkan kelebihan pada jin tidak bias dilihat oleh manusia, muncullah sekelompok
orang yang mengadakan kerja sama dengan jin untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya. Ada segolongan manusia yang meminta tolong pada jin untuk
mendapatkan kekayaan, pangkat, jabatan, menyingkirkan dan mencelakai pesaing atau
orang yang dibenci. Jin yang diminta tolon tentu saja tidak memberikan pertolongan
dengan Cuma-Cuma, mereka mengajukan berbagai persyaratan dan ritual yang menjebak
manusia dalam perbuatan musyrik.

a) Dari sisi penciptaan, manusia lebih baik dan lebih mulia daripada jin. “Sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan (QS At-Tiin)”. “Dan
sungguh Kami telah memuliakan keturunan Adam (manusia) (QS Al-Isra’)”.
b) Rasul-rasul Allah adalah dari kalangan manusia. Tetapi jin tetap bisa mendengarkan
dakwah mereka karena jin bisa melihat dan mendengarkan mereka dari alam mereka.
c) Dalam syariat Nabi Muhammad SAW, kita dilarang untuk meminta perlindungan dan
meminta pertolongan kepada jin, meskipun dalam perkara kebaikan. “Dan terdapat
sekelompok manusia yang meminta perlindungan kepada sekelompok jin sehingga para
jin itu menjadi semakin congkak (QS Al-Jin)”.
d) Islam mengharamkan pernikahan antara jin dan manusia.
3. Tentang Peramalan
Syaithan senantiasa berusaha untuk mencuri berita langit dengan cara saling berpikul-
pikulan diantara mereka sehingga yang diatas menyampaikan kepada yang dibawahnya. Jika
telah sampai pada syaithan yang paling bawah maka syaithan tersebut akan
menyampaikannya pada tukang ramal (dukun). Tetapi setiap kali mereka berusaha mencuri
berita langit itu, Allah menjadikan suluh-suluh api yang menyambar mereka. Sebagian besar
usaha pencurian mereka senantiasa gagal tetapi jika sekali saja mereka berhasil mencuri
maka satu berita benar itu akan dibungkus dengan 99 kedustaan dan kebatilan.
Peramalan adalah pengakuan mengetahui ilmu ghaib dan perkara-perkara yang
ghaib, seperti apa yang akan terjadi di muka bumi dan apa akibatnya, menunjukkan dimana
tempat sesuatu yang hilang. Kesemuanya itu melalui permohonan bantuan syaithan -
syaithan yang mencuri dengar dari langit. Pendukunan atau peramalan tidak lepas dari
kemusyrikan, sebab ia adalah mendekatkan diri kepada syaithan-syaithan dengan apa yang
mereka cintai. Ia adalah syirik dalam rububyah Allah swt. Mengakui bersekutu dengan Allah
swt. Dalam masalah ilmunya. Juga termasuk syirik dalam uluhiyah allah swt. Karna dia
mendekatkan diri kepada selain allah swt dengan suatu bentuk ibadah. Barang siapa yang
mengaku berserikat dengannya dalam sesuatu dalam ilmu ghaib, baik dengan pendukunan
atau yang lainnya, atau dia membenarkan orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang
ghaib, makai ia telah menjadikan sekutu bagi allah swt dalam sesuatu yang merupakan
kekhususan baginya.

4. Tentang Sihir
Sihir merupakan salah satu dosa besar. Dalam hukum Islam, pelaku sihir harus
dihukum mati. Sihir ada yang berupa tipuan pandangan mata dan ada pula yang menyakiti
orang lain. Sihir secara Bahasa berarti sesuatu yang halus dan lembut sebabnya. Disebut
sihir karena ia terjadi dengan perkara yang tersembunyi yang tidak bias dijangkau oleh
penglihatan mata. Sedangka menurut syariat sihir adalah ‘azimah,Ruqyah,buhulan (tali),
ucapan, obat-obatan, dan asap kemenyan. Sihir memiliki hakikat. Diantaranya ada yang
mempengaruhi jiwa dan badan sehingga membuat orang sakit,memisahkan antar suami
dengan istrinya, dan semua itu terjadi karena takdir kauniyah Allah swt. Ia adalah perbuatan
syaithan. Dan sebagian besar dari padanya tidak dapat diperoleh kecuali melalui syirik dan
mendekatkan diri kepada ruh-ruh jahat dengan sesuatu yang disenanginya., serta
mendapatkan pelayanan (Khidmah)nya dengan menyekutukan kepada allah swt. Karena itu
para pembawa syariat menyebutkan Bersama dengan syirik.
Sihir masuk dalam syirik dari dua sisi :
Pertama, karena di dalamnya terdapat permintaan pelayanan (istikhdam) dari
syethan-syethan karna ketergantungan dan kedekatan dengan mereka melalui sesuatu yang
mereka cintai agar syathan-syethan itu memberikan pelayanan kepada tukang sihir. Dan sihir
itu sendiry adalah dari ajaran syethan. Allah swt berfirman yang artinya “tetapi sythan-
syathan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia”.
(Al-baqarah:102).
Kedua, didalamnya terdapat pengakuan mengetahui ilmu ghaib dan pengakuan
berserikat dengan Allah swt. Dalam hal itu Allah swt berfirman yang artinya, “demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab allah)
dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat. (al-baqarah:102).

5. Pintu-Pintu Penyebab Campur Tangan Jin di Alam Manusia


Faktor-faktor penyebab campur tangan dan gangguan jin di alam manusia melalui
berbagai pintu, antara lain:
a) Pintu kelemahan kondisi psikologis (kejiwaan) seperti : Perasaan takut sekali, sedih
sekali, marah sekali, kelalaian hati dari zikrudllah dan semacamnya
b) Pintu memperturutkan hawa nafsu di tengah maraknya berbagai kemaksiatan.
c) Pintu bid'ah dengan segala macam dan tingkatannya yang tersebar di tengah - tengah
masyarakat.
d) Pintu dunia perdukunan, peramalan dan sejenisnya.
e) Pintu dunia beladiri dan olah kanoragan dengan menggunakan tenaga dalam.
f) Pintu dunia olah pernafasan, meditasi dan semacamnya.
g) Pintu dunia pengobatan alternatif supranatural.
h) Kencederungan umum masyarakat kepada dunia klenik, mistik dan misteri.
i) Dan lain - lain.
3,1 Memahami Metafisika Dalam Konsep Islam

Metafisika adalah falsafat tentang segala sesuatu yang di luar alam biasa. Ini bisa
dimaknai sebagai segala sesuatu yang sifatnya ghaib, yakni keberadaan makhluk yang berada di
sebuah alam yang tidak masuk dalam batas-batas dunia materi yakni yang unsur-unsurnya bisa
dideteksi dengan indera. Inilah yang di dalam Al-Quran di sebut sebagai ruh[2]. Dalam KUBI,
ruh atau roh didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak berbadan jasmani. Roh yang berada di
dalam tubuh manusia disebut jiwa (nafs). Allah berfirman, “Aku telah meniupkan ke dalamnya
ruh-Ku” (QS. Al-Hijr: 29).
Selain ruh pada manusia, Allah juga mengabarkan tentang keberadaan malaikat dan jin.
Ini menegaskan bahwa sesuatu yang bernama ruh itu memang ada. Namun ia adalah semata
urusan Allah. Keterangan yang diturunkan sangat sedikit, karena memang tidak ada manfaat
yang bisa diperoleh dengan kita mempelajari masalah ruh, padahal Al-Quran diturunkan sebagai
manfaat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan
Tuhanku dan tidaklah kalian diberikan pengetahun melainkan sedikit.” (QS. Al-Isra: 85).
Dalam Islam, metafisika itu tidak sekedar yang tampak dan dapat dicerap oleh alam
empiris, tapi lebih dari itu. Ada ”the ultimate reality” di balik yang empirik ini. Hakekat mutlak
mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan-tumbuhan, dan alam-alam
lainnya. Allah befirman dalam ayat al-Quran sebagai berikut: “Allah-lah yang menciptakan tujuh
langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui
bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-
benar meliputi segala sesuatu”. (QS. At-Thalaq (65): 12). “ Dialah yang Awal dan yang akhir
yang Zhahir dan yang Bathin; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al Hadid (57): 3).

“Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu”. (QS. Az Zumar (39):
62).
Dengan tidak melepaskan diri dari landasan Al-Qur’an di atas dapat dikatakan bahwa
sejauh kita akan berbicara apapun mengenai hakekat realitas sebagai realitas ciptaan Allah, maka
pertama-tama, ia harus berangkat dari kepercayaan dan keyakinan bahwa adanya pencipta
sebagai sebab keterciptaannya sesuatu yang ada didunia ini. Sudah pasti dan tidak bias
dipungkiri bahwa pencipta bukanlah ciptaan itu sendiri, sebab hal tersebut adalah mustahil.
Hakekat mutlak mendasari alam zahir; alam manusia, alam hewan, alam tumbuhan-
tumbuhan, dan alam-alam lainnya. Paham wujud (ontologi) yang benar menurut Islam, seperti
disebutkan di atas, adalah yang mendasari paham manusia tentang alam (kosmologi). Kosmologi
Islam, adalah ilmu tentang ”kaun”, alam fisikal. Alam ini selalu bergantung kepada Allah Swt.
Setiap titik alam selalu merujuk dan menjadi ayat kepada Tuhannya. Jika kita melihat dalam
pandangan ini hukum sebab akibatpun tidak bisa diakui. Konsep sebab-akibat mengimplikasikan
proses yang independen dari Tuhan. Padahal tidak bisa demikian, karena hakekatnya semua yang
ada tetap dibawa kuasa Allah sebagai sang pencipta dan yang mengatur alam semesta ini, bukan
akibat di bawah dari sebuah sebag atau akibat dibawah akibat.
Guna menafikkan hukum sebab-akibat ini, merujuk kepada ulama’ besar dan tokoh filosof
islam yakni Al-Ghazali. Ia mencontohkan bahwa peristiwa A (makan) dan B (kenyang) bukanlah
sebab akibat. A dan B kejadiannya memang diatur terjadi serentak oleh Allah. Keduanya sama-
sama diinginkan oleh Allah. Itulah hukum hukum kebiasaan yang diturunkan Allah. Karena
orang yang makan nasi biasanya kenyang , tapi ada juga yang tidak kenyang, yang mungkin adat
itu suatu waktu memang dicabut oleh Allah. Maka sunnatullah fil ardhi tidaklah dharuri (mesti).
1. Hakikat Pengetahuan Mistik ( Metafisika )
Pengetahuan Mistik atau sering disebut dengan pengetahuan metafisika. Metafisika berasal
dari akar kata “meta” dan “fisika”. Meta berarti “sesudah”, “selain”, atau “di balik”. Fisika yang
berarti “nyata”, atau “alam fisik”. Metafisika berarti ‘sesudah,’di balik yang nyata’. Dengan kata
lain, metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan ‘hal-hal yang berada di belakang
gejala-gejala yang nyata Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang hal-
hal yang sangat mendasar yang berada di luar pengalaman manusia. Ditinjau dari segi filsafat
secara menyeluruh Metafisika ( Mistik ) adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam
nyata. Metafisika membicarakan hakikat dari segala sesuatu dari alam nyata tanpa dibatasi pada
sesuatu yang dapat diserap oleh pancaindra.
Pengertian secara umum, Mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional. Pengertian mistik
bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan ( ajaran atau keyakinan ) tentang Tuhan yang
diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada indera dan
rasional. Aristoteles menyinggung masalah metafisika dalam karyanya tentang ‘filsafat pertama’,
yang berisi hal-hal yang bersifat ghaib. Menurutnya, ilmu metafisika termasuk cabang filsafat
teoretis yang membahas masalah hakikat segala sesuatu, sehingga ilmu metafisika menjadi inti
filsafat. Pengetahuan metafisika ( mistik ) adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio,
maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Pengetahuan ini
kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Tafsiran paling pertama yang diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah bahwa terdapat
wujud-wujud bersifat ghaib ( supranatural ) dan wujud ini lebih kuasa dibandingkan dengan alam
nyata.
 Animisme, mengembangkan metafisika bahwa alam dan manusia dikuasai oleh wujud-
wujud yang bersifat ghaib dan magis. misalnya (roh-roh yang bersifat ghaib terdapat pada
benda, seperti batu, pohon) merupakan contoh kepercayaan yang berdasarkan pemikiran
supernaturalisme.
 Naturalisme yaitu paham yang menolak pendapat bahwa terdapat wujud-wujud yang
bersifat supernatural karena naturalism hanya menerima pandangan yang menyatakan
bahwa ada itu semata-mata realitas alam.
 Materialisme yang merupakan turunan naturalisme merupakan paham yang berpendapat
bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh yang kekuatan ghaib, melainkan
oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri.

2. Struktur Pengetahuan Mistik ( Metafisika )


Dilihat dari segi sifatnya mistik dibagi menjadi dua, yaitu :
 Mistik Biasa, jika dalam islam, mistik biasa adalah tasawuf, karena tanpa mengandung
kekuatan tertentu.
 Mistik Magis, adalah sesuatu yang mengandung kekuatan tertentu. Magis ini dibagi dua,
yakni :
1. Magis Putih, selalu dekat hubungannya dengan tuhan, sehingga dukungan tuhan yang
menjadi penentu. Mistik magis putih bila dicontohkan dalam Islam seperti mukjizat,
karamah, ilmu hikmah.
2. Magis Hitam, erat hubungannya dengan kekuatan setan dan roh jahat. Menurut Ibnu
Khaldun penganut magis hitam memiliki kekuatan di atas rata-rata, kekuatan mereka
yang menjadikan mereka mampu melihat hal-hal ghaib dengan dukungan setan dan roh
jahat. Contohnya seperti santet dan sejenisnya yang menginduk ke sihir. Jiwa-jiwa
yang memiliki kemampuan magis ini dapat digolongkan menjadi tiga, diantaranya :
Pertama, mereka yang memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental
atau himmah. Itu disebabkan jiwa mereka telah menyatu dengan jiwa setan atau roh
jahat. Para filosof menyebut mereka ini sebagai ahli sihir dan kekuatan mereka luar
biasa. Kedua, mereka yang melakukan pengaruh magisnya dengan menggunakan watak
benda-benda atau elemen-elemen yang ada di dalamnya, baik benda angkasa atau
benda yang ada di bumi. Inilah yang disebut jimat-jimat yang biasa disimbolkan dalam
bentuk benda-benda material atau rajah. Ketiga,mereka yang melakukan pengaruh
magisnya melalui kekuatan imajinasi sehingga menimbulkan berbagai fantasi pada
orang yang dipengaruhi. Kelompok ini disebut kelompok pesulap ( sya’badzah ).

3. Obyek Materi Ilmu Menurut Pandangan Qur’ani


Pengetahuan manusia pada hakekatnya hanya datang dari penguasa alam semesta ini
yakni Allah Swt. yang didapati melalui beberapa saluran. Saluran ini pun masih terkait erat
dengan paham manusia tentang wujud. Paham wujud ontologi islam memberikan pemahaman
bahwa saluran ilmu bagi Islam terdiri dari: Pertama, panca indera eksternal, yang meliputi
peraba (touch), perasa (taste), pencium (smell), pendengaran (hearing), dan penglihatan (sight);
Kedua, panca indera internal, yakni indera bersama (common sense atau al-hiss al-musytarak),
representasi (representaion atau al-khayaliyyah), estimasi (estimation atau al-wahmiyyah),
rekoleksi (retention/recollection atau al-hafizah/al-dhakirah), imaginasi (imagination atau al-
khayal/al-mutakhalliyyah).
Menurut Prof. Wan Mohd. Nor Wan Daud, “Islam tidak pernah mengecilkan peranan
indera, yang pada dasarnya merupakan saluran yang sangat penting dalam mencapai
pengetahuan tentang reality empiris”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alam semesta ini merupakan ciptaan Tuhan sebagai tempat hidup bagi makhluk-
makhluk ciptaan-Nya. Dunia yang ditempati manusia dan makhluk hidup lainnya ini biasa
disebut alam fisik atau alam materi. Dikatakan demikian karena semua yang ada di dunia ini
bisa ditangkap oleh indera kita. Namun, kita juga mengenal dunia yang berbeda dengan
dunia kita. Dunia atau alam itu disebut alam metafisik, alam supranatural atau alam gaib.
Alam ini dipercaya dihuni oleh makhluk-makhluk yang tak bisa ditangkap oleh indera kita.
Dalam agama dan ajaran kepercayaan-kepercayaan sudah tentu meyakini adanya sesuatu
yang metafisik. Tidaklah benar iman seseorang jika mengingkari sesuatu yang ghaib salah
satunya adalah Allah swt.

3.2 Saran
Dari materi dalam makalah yang di susun oleh kelompok kami ini, kami berharap
semoga kita kuatkan iman kita kepada Allah terutama dalam sesuatu yang ghaib. Dengan
cara meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan amal
perbuatan dan semoga dapat memberikan gambaran dan mmpermudah pemahaman bagi
teman-teman mengenai alam ghaib.
DAFTAR PUSTAKA

http/www. Alam gaib dalam pandangan islam. Diposting minggu tanggal 16/november/2014.

Nasution, Harun, 2012. Filsafat Agama. Jakarta: Gramedia

Yusuf, Anwar. 2003. Studi agama islam untuk perguruan tinggi umum. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai