Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AKIDAH RUHANIYAH ( ALAM DAN MAKHLUK GAIB )

MATA KULIAH:

AL – ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN ( AIK II )

DOSEN PEMBIMBING:

Azhar Muttaqin, S.Ag., M.Ag.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

1. Aulia Ratna Cahyaningrum (201810040311361)


2. Erlangga Akbar S (201810040311
3. Nadim Ludsfey S (201810040311

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, penulis mengucap syukur atas kelimpahan berkah
dan rezeki termasuk rezeki sehat karena penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
insyaallah sudah dikerjakan dengan maksimal.

Penulis juga berterimakasih kepada pihak yang membantu penulis dalam merampungkan
makalah ini termasuk para sumber dari blogger maupun jurnal yang ditulis oleh author di
internet. Membahas mengenai akidah ruhanniyah ini diharapkan kita sebagai manusia, makhluk
Allah yang diciptakan paling sempurna, dapat menghargai makhluk Allah yang lainnya, seperti
malaikat, jin, yang tak nampak dan hanya Allah beserta rasul yang ditentukan oleh Allah untuk
mengetahui makhluk-makhluk tersebutlah yang bisa melihat dan berkomunikasi.

Semoga informasi yang penulis dan teman-teman penulis dapat berguna baik bagi
pembaca. Aamiin.

Malang, 7 Mei 2019

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan.Allah SWT
menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan didalamnya, bukanlah
tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWTmenciptakan manusia. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusiadiciptakan sebagai khalifah di bumi untuk
mengatur atau mengelola apa yang adadi bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumberdaya yang ada,
sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnyayakni menyembah sang
Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harusmempunyai aqidah yang lurus agar
tidak menyimpang dari apa yangdiperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidahyang benar
kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan olehAllah kepada para
Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa pengertian akidah ruhaniyah?
b. Bagaimana urgensi keimanan kepada alam dan makhluk gaib?
c. Apa saja macam-macam makhluk gaib?
d. Bagaimana implementasi keimanan kepada makhluk gaib?

1.3 TUJUAN PENULISAN


a. Menjelaskan pengertian akidah ruhaniyah
b. Menjelaskan urgensi keimanan kepada alam dan makhluk gaib
c. Menjelaskan macam-macam makhluk gaib
d. Menjelaskan implementasi iman kepada makhluk gaib.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akidah Ruhaniyah


Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan), al
ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh, kuat) asy-
syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat) at-tamaasuk (pengokohan) dan al-
itsbaatu(penetapan). Diantaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) al-jazmu
(penetapan).
“Al-‘aqdu” (ikatan) lawan kata dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata
tersebut diambil dari kata kerja: “ ‘ Aqadahu” “Ya’qiduhu” (pengikatnya), “’aqdan”
(ikatan sumpah), dan “’uqdatun nikah” (ikatan menikah) allah taala berfirman, : Allah
tidk menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu
sengaja…’.(QS.al-maidah: 89 ).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan
dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya
pada rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id.
Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti
adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Pengertian aqidah secara istilah (terminologi) yaitu perkara yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu
kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun
pada orang yang meyakininya. Dan harus sesuai dengan keyataannya; yang tidak
menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat
keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan akidah. Dinamakan akidah, karena orang
itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
Akidah ruhaniyyah (metafisis) yaitu meyakini, menjiwai, memahami, segala
sesuatu yang bersifat ghoib (tidak terdeteksi oleh panca indra).
Masalah-masalah dan prakara-prakara yang wajib bagi seorang muslim untuk
mengimaninya (mempercayainya) didalam kaitannya dengan akidah islam dimungkinkan
untuk dibagi kedalam 4 macam :
• Ketuhanan , yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah SWT, baik itu nama-
namaNya dan juga sifat-sifatNya.
• Kenabian dan risalah, yaitu yang berkaitan dengan seputar para Rosul, Nabi-Nabi,
keunggulannya, sifat-sifatnya, mukjizat-mukjizatnya, dan juga kemaksumannya.
• Ruhaniyyah, yaitu yang berkaitan dengan alam yang tidak nampak secara kasat mata,
seperti adanya Malaikat, Jin, Syetan, dan ruh.
• Sam’ihyat, yaitu berita-berita dari alam ghoib yang tidak ada yang mengetahuinnya
(kecuali Allah) yang disebut dalam Al-Quran dan sunnah Nabi.

B. Urgensi Keimanan Kepada Alam dan Makhluk Gaib


Alam ghoib menyimpan rahasia tersendiri. Rahasia alam ghoib, ada yang Allah
khususkan untuk diri-Nya semata dan tidak diberitakan kepada seorang pun dari hamba-
Nya, sebagaimana dalam firman-Nya :
‫ض َواَل‬ِ ْ‫ت اأْل َر‬
ِ ‫ب اَل يَ ْعلَ ُمهَا إِاَّل هُ َو ۚ َويَ ْعلَ ُم َما فِي ْالبَرِّ َو ْالبَحْ ِر ۚ َو َما تَ ْسقُطُ ِم ْن َو َرقَ ٍة إِاَّل يَ ْعلَ ُمهَا َواَل َحبَّ ٍة فِي ظُلُ َما‬
ِ ‫َو ِع ْن َدهُ َمفَاتِ ُح ْال َغ ْي‬
‫ين‬
ٍ ِ‫ب ُمب‬ ٍ ‫س إِاَّل فِي ِكتَا‬
ٍ ِ‫ب َواَل يَاب‬ ْ ‫َر‬
ٍ ‫ط‬
Artinya : “ Dan hanya disisi Allah-lah semua yang ghaib. Tak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri , dan dia mengetahui apa yang ada didaratan dan dilautan, dan tiada
sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia menngetahuinya (pula). Dan tidak jatuh
sebutir bijipun dalam kegelapa bumi dan tidaklah ada sesuatu yang basah dan yang
kering, melainkan tertulis dalam kita yang nyata (Lauh Mahfuzh)”. (QS. Al-An’am : 59)

Tentang hal ini, Nabi Nuh as berkata, sebagaimana dalam firman-Nya :


ُ ‫ض تَ ُم‬
‫وت إِ َّن‬ ٍ ْ‫ب َغدًا َو َما تَ ْد ِري نَ ْفسٌ بِأَيِّ أَر‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ ِع ْن َدهُ ِع ْل ُم السَّا َع ِة َويُن َِّز ُل ْال َغي‬
‡ُ ‫ْث َويَ ْعلَ ُم َما فِي األرْ َح ِام َو َما تَ ْد ِري نَ ْفسٌ َما َذا تَ ْك ِس‬
‫هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
Artinya : “ sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya semata pengetahuan tentang (kapan
terjadinya) hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang bisa mengetahui (dengan pasti) apa yang
dia dapatkan di hari esok. Dan tiada seorang pun yang bisa mengetahui di bumi mana dia
akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Luqman :
34)
Hal ini sebagai mana yang dinyatakan Rasulullah Shallallahu’alaihiwa sallam ketika
ditanya Malaikat Jibril tentang kapan terjadinya hari kiamat :
“………..termasuk dari lima perkara (ghoib) yang tidak diketahui kecuali oleh
Allah semata. Kemudian Nabi membaca ayat (dari surat Luqman tersebut)”. (HR. Al-
Bukhari dalam Shahih-nya no. 50, dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)
Al-Iman Al-Qurtubi rahimahullahu berkata : “Berdasarkan hadist ini, tidak ada
celah sedikit pun bagi seorang pun untuk mengetahui (dengan pasti) salah satu dari lima
perkara (ghoib) tersebut. Dan Nabi telah menafsirkan firman Allah QS. Al-An’am: 59 (di
atas) dengan lima perkara ghoib (yang terdapat dalam QS. Luqman : 34) tersebut,
sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Al-Bukhari”.
Diantara perkara ghoib, ada yang diberitakan Allah Subhanahuwa Ta’ala kepada
para Rasul yang diridhai-Nya, termasuk di antaranya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
wa sallam. Allah berfirman :
ْ ‫ب فَال ي‬
)٢٦( ‫ُظ ِه ُر َعلَى َغ ْيبِ ِه أَ َحدًا‬ ِ ‫عَالِ ُم ْال َغ ْي‬
(٢٧( ‫صدًا‬ َ ‫ك ِم ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه َر‬ ُ ُ‫ُول فَإِنَّهُ يَ ْسل‬
ٍ ‫ضى ِم ْن َرس‬
َ َ‫إِال َم ِن ارْ ت‬
Artinya : “(Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala) Yang Maha Mengetahui perkara ghoib,
maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang perkara ghoib itu, kecuali
yang Dia ridhai dari kalangan Rasul”. (QS. Al-Jin : 26-27)

‫ب َو ٰلَ ِك َّن هَّللا َ يَجْ تَبِي ِم ْن‬ ْ ‫ب ۗ َو َما َكانَ هَّللا ُ لِي‬
ِ ‫ُطلِ َع ُك ْم َعلَى ْال َغ ْي‬ ِ ِّ‫يث ِمنَ الطَّي‬ َ ِ‫َما َكانَ هَّللا ُ لِيَ َذ َر ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َعلَ ٰى َما أَ ْنتُ ْم َعلَ ْي ِه َحتَّ ٰى يَ ِميزَ ْال َخب‬
‫َظي ٌم‬ِ ‫ُر ُسلِ ِه َم ْن يَشَا ُ‡ء ۖ فَآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه ۚ َوإِ ْن تُ ْؤ ِمنُوا َوتَتَّقُوا فَلَ ُك ْم أَجْ ٌر ع‬
Artinya : “Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kalian perkara-
perkara ghoib, akan tetapi Allah memilih siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara para
Rasul-Nya”. (QS. Ali Imran :179)
Maka dari itulah, perkara ghoib tidak mungkin diketahui secara pasti dan benar
kecuali dengan bersandar pada keterangan dari Allah dan Rasul-Nya. Lalu bagaimanakah
dengan orang-orang yang mengaku mengetahui perkara ghoib tanpa bersandar kepada
keterangan dari keduanya?
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Barang siapa mengetahui bahwa
dirinya mengetahui perkara ghoib tanpa bersandar kepada keterangan dari Rasullullah
Sallallahu’alaihi wa sallam, maka dia adalah pendusta dalam pengakuannya tersebut”.
Apakah jin (setan) mengetahui perkara ghoib? Jawabannya adalah : Tidak. Jin
tidak mengerti perkara ghoib, sebagaimana yang Allah nyatakan :

‫ْب َما لَبِثُوا‬ ِ َ‫ض تَأْ ُك ُل ِم ْن َسأَتَهُ فَلَ َّما خَ َّر تَبَيَّن‬
َ ‫ت ْال ِج ُّن أَ ْن لَوْ كَانُوا يَ ْعلَ ُمونَ ْال َغي‬ ِ ْ‫ض ْينَا َعلَ ْي ِه ْال َموْ تَ َما َدلَّهُ ْم َعلَى َموْ تِ ِه إِال دَابَّةُ األر‬
َ َ‫فَلَ َّما ق‬
‫ب ْال ُم ِهي ِن‬
ِ ‫فِي ْال َع َذا‬
Artinya : “Mata tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang
menunjukkan kepada mereka (tentang kematiannya) itu kecuali rayap yang memakan
tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahukah jin itu bahwa kalau sekiranya
mereka mengetahui perkara ghoib tantulah mereka tidak akan berada dalam kerja keras
(untuk Sulaiman) yang menghinakan”. (QS. Saba’ :14)
Adapun apa yang mereka beritakan kepada kawan-kawannya dari kalangan
manusia (dukun, paranormal, orang pintar, dll.) tentang perkara ghoib, maka itu semata-
mata dari hasil mencuri pendengaran di langit-langit. Sebagaimana firman Allah
Subhanallahu wa Ta’ala:
ٌ ِ‫ق ال َّس ْم َع فَأ َ ْتبَ َعهُ ِشهَابٌ ُمب‬
(١٨( ‫ين‬ ْ ِ‫َو َحف‬
ٍ َ‫ظنَاهَا ِم ْن ُك ِّل َش ْيط‬
َ ‫) إِال َم ِن ا ْست ََر‬١٧( ‫ان َر ِج ٍيم‬

Artinya : “Dan Kamu menjaganya (langit) dan tiap-tiap setan yang terkutuk. Kecuali
setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh
semburan api yang terang”. (QS.Al-Hijr:17-18)
C. Macam-macam Makhluk Gaib
Allah membedakan atas alam ghoib (seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan
neraka) dan alam tampak. Allah-lah yang paling mengetahui kedua alam tersebut.
ِ ‫هُ َو هَّللا ُ الَّ ِذي ال ِإلَهَ إِال هُ َو عَالِ ُم ْال َغ ْي‬
‫ب َوال َّشهَا َد ِة هُ َو الرَّحْ َمنُ ال َّر ِحي ُم‬
Artinya : “Dialah Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, yang mengetahui yang ghoib dan
yang tampak”. (QS. Al-Hasyr : 22)
‫ض َوأَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدونَ َو َما ُك ْنتُ ْم‬
ِ ْ‫ت َواألر‬ َ ‫قَا َل يَا آ َد ُم أَ ْنبِ ْئهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْ‡م فَلَ َّما أَ ْنبَأَهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْ‡م قَا َل أَلَ ْم أَقُلْ لَ ُك ْم إِنِّي أَ ْعلَ ُم َغي‬
ِ ‫ْب ال َّس َما َوا‬
َ‫تَكت ُمون‬ُ ْ
Artinya : “Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghoib di langit dan di bumi dan
Aku mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan”. (QS. Al-
Baqarah : 33)
Kita harus beriman kepada yang ghoib. “Kitab ini tidak ada keraguan di dalamnya
sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada
yang ghoib….” (QS. Al-Baqarah : 2-3). Tetapi kita hanya bisa mengetahui yang ghoib
secara benar dengan cara ikhbari, yakni sejauh apa yang dikemukakan oleh Allah dan
Rasul-Nya (al-Quran dan as-Sunnah).
Alam ghoib yang diciptakan oleh Allah merupakan ujian bagi manusia selama ia
hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada Allah, Hari
Akhir, surga, neraka, pahala akhirat dan sebagainya – yang mana semuanya itu tidak
tampak – ataukah dia mengingkarinya.
1. Malaikat
Malaikat merupakan tentara-tentara Allah yang ditugaskan untuk urusan-urusan
tertentu. Diantara malaikat-malaikat Allah kita mengenal antara lain malaikat yang
sepuluh, delapan malaikat yang mengusung Arsy Allah.
ٌ‫ك فَوْ قَهُ ْم يَوْ َمئِ ٍذ ثَ َمانِيَة‬ َ ْ‫ك َعلَ ٰى أَرْ َجائِهَا ۚ َويَحْ ِم ُل َعر‬
َ ِّ‫ش َرب‬ ُ َ‫َو ْال َمل‬

Artinya : “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu
delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka”. (QS. Al-
Haaqqah : 17)
Dan malaikat-malaikat yang ditugaskan untuk menolong orang-orang mukmin
yang sedang berjihad.
َ‫ف ِمنَ ْال َماَل ئِ َك ِة ُمرْ ِدفِين‬
ٍ ‫إِ ْذ تَ ْست َِغيثُونَ َربَّ ُك ْم فَا ْست ََجابَ لَ ُك ْم أَنِّي ُم ِم ُّد ُك ْم بِأ َ ْل‬
Artinya : “Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (QS. Al-Anfal : 9)
2. Jin
Jin dan manusia yang dua makhluk Allah yang dibebani dengan syariat agama,
sehingga dikenal pahala dan siksa. Semua jin bisa meninggal dunia kecuali Iblis dan
keturunannya yang ditangguhkan kematiannya sampai Hari Kiamat. Iblis dahulunya juga
jin tetapi setelah menolak sujud kepada Adam atas perintah Allah, ia beserta
keturunannya dilaknat oleh Allah. Jadi Iblis dan keturunnannya kafir seluruhnya, berbeda
dengan jin yang terdiri atas mukmin dan kafir.
Jin yang kafir ini sering juga disebut sebagai syaithan karena memiliki sifat yang
serupa. Di samping itu, istilah syaithan juga dipakai untuk manusia yang memiliki sifat-
sifat syaithan. Adapun jin yang muslim, sebagaimana manusia, ada yang benar-benar taat
dan ada pula yang suka berbuat maksiat.
D. Implementasi Iman Kepada Makhluk Gaib.
Alam ghoib ibarat alam yang gelap gurita, sedangkan al-Qur’an dan hadits Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam ibarat dua cahaya yang terang benderang. Dengan dua
cahaya itulah berbagai peristiwa dan kejadian di alam ghoib tersebut menjadi jelas dan
terang. Atas dasar itulah, setiap pribadi muslim wajib untuk mengembalikannya kepada
firman Allah (al-Qur’an) dan petunjuk Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam (al-
Hadits).
Bila demikian, berarti semua perkara ghoib haruslah ditimbang dengan timbangan
Islam yaitu; al-Qur’an dan al-Hadits dengan pemahaman para shahabat Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam. Jika perkara ghoib (baca: yang dianggap ghoib) ternyata
tidak ada keterangannya di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, maka keberadaannya tidak
boleh diimani dan diyakini. Dan jika perkaraghoib tersebut diterangkan di dalam al-
Qur’an dan al-Hadits, baik berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di masa lampau maupun
di masa datang, serta berbagai keadaan di akhirat, maka keberadaannya harus diimani dan
diyakini, walaupun pandangan mata dan akal kita tidak menjangkaunya.
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata: “Iman kepada perkara ghoib ini
mencakup keimanan kepada semua yang Allah Subhanahuwa Ta’ala dan Rasul-Nya
Shallallahu’alaihi wa sallam beritakan dari peristiwa-peristiwa ghoib di masa lampau dan
di masa yang akan datang, bebagai keadaan di hari kiamat, dan tentang hakekat sifat-sifat
Allah Subhanahu wa Ta’ala”.

Beriman dengan (adanya) perkara ghoib yang diberitakan Allah Subhanahu wa


Ta’aladan Rasul-Nya merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa. Sedangkan tidak
beriman dengan perkataghoib tersebut merupakan ciri orang kafir atau ahli bid’ah.
AllahSubhanahu wa Ta’alaberfirman:

Artinya: “Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa.(Yaitu) mereka yang beriman kepada perkara ghoib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada
mereka”. (QS. Al-Baqarah : 1-3)
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN


1. Setiap muslim wajib beriman dengan (adanya) alam ghoib dan semua peristiwanya
yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Baik yang dapat dijangkau
oleh akal dan panca indera maupun yang tidak
2. Mengedepankan akal dalam permasalahan semacam ini merupakan pangkal kesehatan.
3. Setiap muslim wajib memahami berita yang datang dari AllahSubhanahu wa Ta’ala
dan Rasul-Nya tentang alam ghoib dan peristiwanya, dengan pemahaman Rasulullah,
para shahabat Rasulullah (as-salafush shalih), karena dia merupakan jalan yang lurus.
Dan tidak dengan pemahaman ahli, filsafat, atheis sufi, dan bahkan atheis dahriyyah yang
menyesatkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36547377/Pengertian_Aqidah_Ruhaniyah

https://dokumen.tips/documents/aqidah-ruhaniyah-569f198705a4b.html

http://wahyudaa.blogspot.com/2017/10/aqidah-ruhaniyah.html

Anda mungkin juga menyukai