MATA KULIAH:
DOSEN PEMBIMBING:
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT, penulis mengucap syukur atas kelimpahan berkah
dan rezeki termasuk rezeki sehat karena penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
insyaallah sudah dikerjakan dengan maksimal.
Penulis juga berterimakasih kepada pihak yang membantu penulis dalam merampungkan
makalah ini termasuk para sumber dari blogger maupun jurnal yang ditulis oleh author di
internet. Membahas mengenai akidah ruhanniyah ini diharapkan kita sebagai manusia, makhluk
Allah yang diciptakan paling sempurna, dapat menghargai makhluk Allah yang lainnya, seperti
malaikat, jin, yang tak nampak dan hanya Allah beserta rasul yang ditentukan oleh Allah untuk
mengetahui makhluk-makhluk tersebutlah yang bisa melihat dan berkomunikasi.
Semoga informasi yang penulis dan teman-teman penulis dapat berguna baik bagi
pembaca. Aamiin.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan bukan tanpa sebuah tujuan.Allah SWT
menciptakan bumi beserta isinya, menciptakan sebuah kehidupan didalamnya, bukanlah
tanpa tujuan yang jelas. Sama halnya dengan Allah SWTmenciptakan manusia. Manusia
diciptakan oleh Allah SWT tidak sia-sia, manusiadiciptakan sebagai khalifah di bumi untuk
mengatur atau mengelola apa yang adadi bumi beserta segala sumber daya yang ada.
Di samping kita sebagai manusia harus pandai-pandai mengelola sumberdaya yang ada,
sebagai seorang manusia juga tidak boleh lupa akan kodratnyayakni menyembah sang
Pencipta, Allah SWT, oleh karena itu manusia harusmempunyai aqidah yang lurus agar
tidak menyimpang dari apa yangdiperintahkan Allah SWT.
Penyempurna aqidah yang lurus kepada Alla SWT tidak luput dari aqidahyang benar
kepada Malaiakat-Malaikat Allah, Kitab- kitab yang diturunkan olehAllah kepada para
Rosul-rosul Allah untuk disampaikan kepada kita, para umat manusia
PEMBAHASAN
ب َو ٰلَ ِك َّن هَّللا َ يَجْ تَبِي ِم ْن ْ ب ۗ َو َما َكانَ هَّللا ُ لِي
ِ ُطلِ َع ُك ْم َعلَى ْال َغ ْي ِ ِّيث ِمنَ الطَّي َ َِما َكانَ هَّللا ُ لِيَ َذ َر ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َعلَ ٰى َما أَ ْنتُ ْم َعلَ ْي ِه َحتَّ ٰى يَ ِميزَ ْال َخب
َظي ٌمِ ُر ُسلِ ِه َم ْن يَشَا ُ‡ء ۖ فَآ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه ۚ َوإِ ْن تُ ْؤ ِمنُوا َوتَتَّقُوا فَلَ ُك ْم أَجْ ٌر ع
Artinya : “Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kalian perkara-
perkara ghoib, akan tetapi Allah memilih siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara para
Rasul-Nya”. (QS. Ali Imran :179)
Maka dari itulah, perkara ghoib tidak mungkin diketahui secara pasti dan benar
kecuali dengan bersandar pada keterangan dari Allah dan Rasul-Nya. Lalu bagaimanakah
dengan orang-orang yang mengaku mengetahui perkara ghoib tanpa bersandar kepada
keterangan dari keduanya?
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Barang siapa mengetahui bahwa
dirinya mengetahui perkara ghoib tanpa bersandar kepada keterangan dari Rasullullah
Sallallahu’alaihi wa sallam, maka dia adalah pendusta dalam pengakuannya tersebut”.
Apakah jin (setan) mengetahui perkara ghoib? Jawabannya adalah : Tidak. Jin
tidak mengerti perkara ghoib, sebagaimana yang Allah nyatakan :
ْب َما لَبِثُوا ِ َض تَأْ ُك ُل ِم ْن َسأَتَهُ فَلَ َّما خَ َّر تَبَيَّن
َ ت ْال ِج ُّن أَ ْن لَوْ كَانُوا يَ ْعلَ ُمونَ ْال َغي ِ ْض ْينَا َعلَ ْي ِه ْال َموْ تَ َما َدلَّهُ ْم َعلَى َموْ تِ ِه إِال دَابَّةُ األر
َ َفَلَ َّما ق
ب ْال ُم ِهي ِن
ِ فِي ْال َع َذا
Artinya : “Mata tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang
menunjukkan kepada mereka (tentang kematiannya) itu kecuali rayap yang memakan
tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahukah jin itu bahwa kalau sekiranya
mereka mengetahui perkara ghoib tantulah mereka tidak akan berada dalam kerja keras
(untuk Sulaiman) yang menghinakan”. (QS. Saba’ :14)
Adapun apa yang mereka beritakan kepada kawan-kawannya dari kalangan
manusia (dukun, paranormal, orang pintar, dll.) tentang perkara ghoib, maka itu semata-
mata dari hasil mencuri pendengaran di langit-langit. Sebagaimana firman Allah
Subhanallahu wa Ta’ala:
ٌ ِق ال َّس ْم َع فَأ َ ْتبَ َعهُ ِشهَابٌ ُمب
(١٨( ين ْ َِو َحف
ٍ َظنَاهَا ِم ْن ُك ِّل َش ْيط
َ ) إِال َم ِن ا ْست ََر١٧( ان َر ِج ٍيم
Artinya : “Dan Kamu menjaganya (langit) dan tiap-tiap setan yang terkutuk. Kecuali
setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh
semburan api yang terang”. (QS.Al-Hijr:17-18)
C. Macam-macam Makhluk Gaib
Allah membedakan atas alam ghoib (seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan
neraka) dan alam tampak. Allah-lah yang paling mengetahui kedua alam tersebut.
ِ هُ َو هَّللا ُ الَّ ِذي ال ِإلَهَ إِال هُ َو عَالِ ُم ْال َغ ْي
ب َوال َّشهَا َد ِة هُ َو الرَّحْ َمنُ ال َّر ِحي ُم
Artinya : “Dialah Allah yang tidak ada ilah kecuali Dia, yang mengetahui yang ghoib dan
yang tampak”. (QS. Al-Hasyr : 22)
ض َوأَ ْعلَ ُم َما تُ ْب ُدونَ َو َما ُك ْنتُ ْم
ِ ْت َواألر َ قَا َل يَا آ َد ُم أَ ْنبِ ْئهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْ‡م فَلَ َّما أَ ْنبَأَهُ ْم بِأ َ ْس َمائِ ِه ْ‡م قَا َل أَلَ ْم أَقُلْ لَ ُك ْم إِنِّي أَ ْعلَ ُم َغي
ِ ْب ال َّس َما َوا
َتَكت ُمونُ ْ
Artinya : “Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghoib di langit dan di bumi dan
Aku mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan”. (QS. Al-
Baqarah : 33)
Kita harus beriman kepada yang ghoib. “Kitab ini tidak ada keraguan di dalamnya
sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada
yang ghoib….” (QS. Al-Baqarah : 2-3). Tetapi kita hanya bisa mengetahui yang ghoib
secara benar dengan cara ikhbari, yakni sejauh apa yang dikemukakan oleh Allah dan
Rasul-Nya (al-Quran dan as-Sunnah).
Alam ghoib yang diciptakan oleh Allah merupakan ujian bagi manusia selama ia
hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada Allah, Hari
Akhir, surga, neraka, pahala akhirat dan sebagainya – yang mana semuanya itu tidak
tampak – ataukah dia mengingkarinya.
1. Malaikat
Malaikat merupakan tentara-tentara Allah yang ditugaskan untuk urusan-urusan
tertentu. Diantara malaikat-malaikat Allah kita mengenal antara lain malaikat yang
sepuluh, delapan malaikat yang mengusung Arsy Allah.
ٌك فَوْ قَهُ ْم يَوْ َمئِ ٍذ ثَ َمانِيَة َ ْك َعلَ ٰى أَرْ َجائِهَا ۚ َويَحْ ِم ُل َعر
َ ِّش َرب ُ ََو ْال َمل
Artinya : “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu
delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka”. (QS. Al-
Haaqqah : 17)
Dan malaikat-malaikat yang ditugaskan untuk menolong orang-orang mukmin
yang sedang berjihad.
َف ِمنَ ْال َماَل ئِ َك ِة ُمرْ ِدفِين
ٍ إِ ْذ تَ ْست َِغيثُونَ َربَّ ُك ْم فَا ْست ََجابَ لَ ُك ْم أَنِّي ُم ِم ُّد ُك ْم بِأ َ ْل
Artinya : “Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. (QS. Al-Anfal : 9)
2. Jin
Jin dan manusia yang dua makhluk Allah yang dibebani dengan syariat agama,
sehingga dikenal pahala dan siksa. Semua jin bisa meninggal dunia kecuali Iblis dan
keturunannya yang ditangguhkan kematiannya sampai Hari Kiamat. Iblis dahulunya juga
jin tetapi setelah menolak sujud kepada Adam atas perintah Allah, ia beserta
keturunannya dilaknat oleh Allah. Jadi Iblis dan keturunnannya kafir seluruhnya, berbeda
dengan jin yang terdiri atas mukmin dan kafir.
Jin yang kafir ini sering juga disebut sebagai syaithan karena memiliki sifat yang
serupa. Di samping itu, istilah syaithan juga dipakai untuk manusia yang memiliki sifat-
sifat syaithan. Adapun jin yang muslim, sebagaimana manusia, ada yang benar-benar taat
dan ada pula yang suka berbuat maksiat.
D. Implementasi Iman Kepada Makhluk Gaib.
Alam ghoib ibarat alam yang gelap gurita, sedangkan al-Qur’an dan hadits Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam ibarat dua cahaya yang terang benderang. Dengan dua
cahaya itulah berbagai peristiwa dan kejadian di alam ghoib tersebut menjadi jelas dan
terang. Atas dasar itulah, setiap pribadi muslim wajib untuk mengembalikannya kepada
firman Allah (al-Qur’an) dan petunjuk Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam (al-
Hadits).
Bila demikian, berarti semua perkara ghoib haruslah ditimbang dengan timbangan
Islam yaitu; al-Qur’an dan al-Hadits dengan pemahaman para shahabat Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam. Jika perkara ghoib (baca: yang dianggap ghoib) ternyata
tidak ada keterangannya di dalam al-Qur’an dan al-Hadits, maka keberadaannya tidak
boleh diimani dan diyakini. Dan jika perkaraghoib tersebut diterangkan di dalam al-
Qur’an dan al-Hadits, baik berkaitan dengan peristiwa-peristiwa di masa lampau maupun
di masa datang, serta berbagai keadaan di akhirat, maka keberadaannya harus diimani dan
diyakini, walaupun pandangan mata dan akal kita tidak menjangkaunya.
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata: “Iman kepada perkara ghoib ini
mencakup keimanan kepada semua yang Allah Subhanahuwa Ta’ala dan Rasul-Nya
Shallallahu’alaihi wa sallam beritakan dari peristiwa-peristiwa ghoib di masa lampau dan
di masa yang akan datang, bebagai keadaan di hari kiamat, dan tentang hakekat sifat-sifat
Allah Subhanahu wa Ta’ala”.
Artinya: “Alif laam miim. Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa.(Yaitu) mereka yang beriman kepada perkara ghoib, yang
mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizki yang kami anugerahkan kepada
mereka”. (QS. Al-Baqarah : 1-3)
BAB 3
PENUTUP
https://www.academia.edu/36547377/Pengertian_Aqidah_Ruhaniyah
https://dokumen.tips/documents/aqidah-ruhaniyah-569f198705a4b.html
http://wahyudaa.blogspot.com/2017/10/aqidah-ruhaniyah.html