PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah mengutus hambaNya Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa kebenaran, menyampaikan amanat
kepada ummat dan berjihad dijalanNya hingga akhir hayat. Semoga shalawat dan
salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, berikut para keluarga, shahabat dan
pengikutnya yang setia.
Islam sebagai agama mempunyai dua dimensi yaitu keyakinan atau akidah
dan sesuatu yang di amalkan atau amaliah. Amal perbuatan tersebut merupakan
perpanjangan dan implentasi dari akidah tersebut. Islam adalah agama samawi yang
bersumber dari Allah SWT yang berintikan keimanan dan perbuatan.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu tauhid dzat?
2. Apa itu tauhid sifat?
3. Apa itu tauhid af’al?
4. Apa itu tauhid uluhiyyah?
5. Apa itu tauhid rububuyyah?
1
BAB II
PEMBAHASAN.
A. Tauhid dzat
tauhid dzat adalah keyakinan dan pengakuan akan allah yang maha esa,yang
tunggal,tidak berbilang,dan tidak tersusun.ajaran tauhid al-dzat ini dikemukakan
secara jelas oleh al-quran,diantara lain dalam ketiga ayat ini.
1. surat al-isra’ayat 42 :
3. al-mukminun ayat 91
Disamping sebagai dalil nash yang kebenarany adalah mutlak ketig ayat ini
sekaligus mengajak berdialog dengan mengemukakan argumen asional yang mudah
dipahami oleh setiap orang dalam berbagai tingkat pemikiran,dari yang berfikir
sederhana hingga yang berfikir filosofis rasional.misalnya,sebagaimana yang
ditegaskan dalam firman allah,sekiranyaalam ini diciptakan dan diatur oleh dua tuhan
atau lebih niscaya masing –masing tuhan dan memperlakukan ciptaannya menurut
kehendaknya.sehingga dialam ini tidak ada keterturan,dan sebagai akibatnya alam ini
2
akan rusak.mungkinkah tuhan-tuhan itu berkerja sama jika jawabannya adalah
iya?maka berarti tuhan itu lemah1.
B. Tauhid al-sifat
Dua maslah yang disebut terakhir ini kemudian menjadi salah satu tema
diskusi dan perdebatan hangat diantara kalangan mutakalim.semua mutakalim
bersepakat keharusan memelihara kemurnian akidah dann hanya berbeda dlam hal
menafsirkan dan memahami ayat-ayat al-qurn yang secra harfiah berkonotasi
tahshbih,tajsim,dan antropomotisme. Golongan muktzilah,misalnya menolak
melakukan pehaman secara harfiah dan menggunakan pendekatan takwil.sementara
asy’ariyah tetap menggunakan pemahamn harfiah ,tanpa memperbincnagkan atau
menyinggung nuansa keserupaan dengan ungkapan bi la kaif.3
1. Wujud = Ada
Sifat Allah Ta’ala yang pertama adalah wujud yang berarti Ada. Maksudnya
Allah itu zat yang pasti ada. Dia berdiri sendiri, tidak diciptakan oleh siapapun. Dan
tidak ada Tuhan selain Allah Ta’ala.
Bukti adanya Allah adalah terciptanya alam semesta dan juga makhluk hidup. Hal ini
juga dijelaskan dalam ayat-ayat di Al-Quran:
“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada bagi kamu
selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa’at
1190. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. As-Sajdah: 4)
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku“. (QS. Thaha: 14)
2. Qidam = Terdahulu
1
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy,Sejarah Pengantar Ilmu Kalam,(Yogyakarta:Pustaka Rizki
Putra,1999).Hlm 1.
2
Dr.Surayan A.Jamah,Ma,Studi Ilmu Kalam,(Jakarta:Prenadamedia Group,2015)Hlm42.
3
Ibid 47.
3
Allah Ta’ala juga memiliki sifat Qidam yang berarti terdahulu. Dialah Sang
Pencipta yang menciptakan alam semesta berserta isinya. Sebagai pencipta tentunya
Allah telah ada lebih dahulu dari apapun yang diciptakannya. Tidak ada pendahulu
atau permulaan bagi Allah Ta’ala.
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS.Al-Hadid: 3)
3. Baqa’ = Kekal
Baqa’ berarti kekal. Maksudnya Allah itu Maha Kekal. Tidak akan punah,
binasa ataupun mati. Tiada akhir bagi Allah Ta’ala. Dia akan tetap ada selamanya.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27)
“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNya-lah segala penentuan, dan
hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qasas: 88)
Allah Ta’ala sudah pasti berbeda dari makhluk ciptaanNya. Dialah dzat yang
Maha Sempurna dan Maha Besar. Tidak ada sesuatu pun yang menandingi atau
menyerupai keagunganNya. Ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 4)
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dialah yang Maha Mendengar
dan Melihat.”. (QS. Asy-Syura: 11)
Allah itu berdiri sendiri. Allah Ta’ala tidak bergantung pada apapun dan tidak
membutuhkan bantuan siapapun.
“Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk
dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) dari alam semesta.” (QS. Al-Ankabut: 6)
“Dan katakanlah segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan
penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS.
Al-Isra: 111)
4
6. Wahdaniyah = Esa/Tunggal
Allah itu maha Esa atau Tunggal. Maksudnya Tidak ada sekutu bagiNya .
Dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam semesta. Bukti keesakan Allah terletak
dalam kalimat syahadat “Laa ilaha Illallah” yang artinya “ Tiada Tuhan selain
Allah”
“Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu
telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang
mereka sifatkan.” (QS. Al-Anbiya: 22)
7. Qudrat = Berkuasa
Qudrat berarti Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada yang bisa
menandingi kekuasaan Allah Ta’ala. Dijelaskan dalam Al-Quran:
“Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20)
8. Iradat = Berkehendak
Iradat adalah sifat Allah Ta’ala yang berarti berkehendak. Maksudnya Allah
itu maka menentukan segala sesuatu. Apabila Allah berkehendak maka jadilah hal itu
dan tidak seorang pun mampu mencegahNya.
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa
yang Dia kehendaki.” (QS. Hud: 107)
9. ‘Ilmun = Mengetahui
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
(QS. Qaf: 16)
5
Allah Ta’ala Maha Hidup. Tidak akan prnah mati, binasa ataupun musnah. Dia
kekal selama-lamanya. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at
di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan
di belakang mereka. Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi dan Allah
tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
(QS. Al-Baqarah: 255)
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya.” (QS. Al-Furqon: 58)
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(Asy-
syuro: 11)
“Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah:
76)
Bashar artinya melihat. Maksudnya Allah itu Maha Melihat segala sesuatu.
Pengelihatan Allah tidak terbatas, Dia mengetahui apa-apa yang terjadi di dunia ini.
Walaupun hanya sehelai daun yang jatuh.
“Dan Allah Maha Melihat atas apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hujarat: 18)
Allah itu berfirman. Dia bisa berbicara atau berkata-kata secara sempurna
tanpa bantuan dari apapun. Terbukti dari adanya firmanNya dalam kitab-kitab yang
6
diturunkan lewat para nabi. Salah satu Nabi yang pernah berbicara langsung dengan
Allah Ta’ala adalah Nabi Musa ‘alaihissalam. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran:
“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah
Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya.” (QS. Al-A’raf:
143)
“Dan ada beberapa rasul yang telah Kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya,
dan ada beberapa rasul (lain) yang tidak Kami kisahkan mereka kepadamu. Dan
kepada Musa Allah ‘telah berfirman secara langsung.” (QS. An-Nisa’: 164)
Qadiran berarti berkuasa. Allah itu Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
“Hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali sinaran itu menyinari
mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka
berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan
penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-
Baqarah: 20)
Allah Maha Berkendak atas segala sesuatu. Bila Allah sudah menakdirkan
suatu perkara maka tidak ada yang bisa menolak kehendakNya. Dalam Al-Qran
dijelaskan:
“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa
yang Dia kehendaki.” (QS.Hud: 107)
Hayyan berarti hidup. Allah Maha hidup. Tidak mungkin bagi Allah Ta’ala
untuk binasa. Dia selalu mengawasi hamba-hambaNya, tidak pernah lengah ataupun
tidur
“Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup, yang tidak mati, dan bertasbihlah
dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.”
(QS. Al-Furqon: 58)
7
Sami’an juga berarti mendengar. Allah itu Maha pendengar. Tidak ada yang
terlewatkan bagi Allah dan tidak ada pula yang melampui pendengaranNya.
Bashiran juga berarti melihat. Pengelihatan Allah meliputi segala hal, baik
yang diterlihat ataupun yang disembunyikan.
Sama halnya dengan kalam, mutakalliman juga berarti Allah itu berfirman.
Firman Allah terwujud dalam kitab-kitab suci yang diturunkanNya lewat para nabi.
Firman Allah begitu sempurna dan tidak ada yang menandingi.
C. Tauhid al-af’al
Tauhid al-af’’al adalah bahwa allah itu pencipta segla sesuatu tidak ada
pencipta selain dia ( allahu kholako kulla syaiin,la kholako illallah).aspek tauhid al-
‘af’al ini didasarkan pada firman allah antara lain4:
Artinya :(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan
kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia;
dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.
4
M.Usman Ei Muhamady,Ilmu Ketuhan Yang Maha Esa,(Jakarta:Pustka Agus Salim,1970),Hlm 53.
8
3. Surat fatir ayat 3
4. Surat az-zumar 62
Prinsip tauhid al-f’al ini menyampaikn pesan keimanan bahwa allah itu maha
kuasa tidak ada sesuatu yang lain yang layal menjadi tujuan memohon pertolongnan
selain dia.keimanan akan kemahakuasaan mutlak allah ini juga menimbulkan masalah
kalam yang bersifat cabang (af’al ibad.persoalndan pertanyaan yangmuncul apakah
perbuatan manusia itu diciptakan oleh allah,sehingga manusia itu daam posisi
terpaksa (majbur),atau sebaliknya ,perbuatan manusia adalah perbuatan manusia itu
sendiri atas daya dna kehendaknya sendiri secara bebas.
Akidah tauhid dengan ketiga aspek nya tersebut tercakup didlam al-quran
surat al-ikhlas yang dipandnag sebagai dasar akidah tauhidiyah islamiyah.ayat
pertama dari surat al-ikhlas ini secara jelas menerangkan tauhid al-dzat,ayat kedua
menampilkan aspek tauhid al-af’al,sementara ayat ketiga dan keempat menyampaikan
pesan tauhid al-sifat.
D. Tauhid rububiyah
9
Tauhid rububiyah adalah keyakinan bahwa tidak ada pencipta,pengatur dan
pemelihara alam semesta selain allah.didlaam al-quran prinsip tauhid rububiyah ini
dapat dilihat anatara lain
E. Tauhid uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah keyakinan tidak ad yang boleh disembah dan dimint
pertolongan kecuali allah swt,hal ii tercntum dalam surat an-nahl ayat 20-22.
Pembagian kedua macm tauhid yang disebutkan terakhir ini pada dasarnya
tidak berbeda dengan yang disebutkan diatas.pembagian ini mnegajarkan bahwa
seseorng harus berakididah tauhid secara teoritas,melalui pengakuan hati sekaligus
berakidah tauhid secara praktis melalui tindakkkan kepatuhan ketaaat tunggal hanya
kepada allah.
10
Memperhatikan dan mengamati fenomena keberagaman muslimin setelah
beberapa abad berpisah dari masa rasulullah saw dan sahabat,tanpaknya akdah tauhid
ini sudah bergeser dari prinsip akidah tauhidiyah murni yang dijarkan oleh kedua
sumber pokok al-quran dan al-sunnah .kenyataan menunjukkan,bahwa dikalangan
muslimin telah banyak pahm atau akidah yang menyimpang dari apa yang semestinya
,yang para ulama lazim disebut dengan istilah khurafat,tahayul,bid’ah dan lain
sebagainya.
Secara historis penyimpangan yang disebut khurafat dan bid’ah didunia islam
ini sudah muncul sejak beberapa abad,terutama ketika dunia islam dan umatnya
bersentuhan dengan dunia dan budaya luar, seperti muhammad abd.al-wahab adalah
tokoh pembaru dan pemurni yang gigih dan keras mementang serta memberantas
berbagai penyimpngan yang tampak dizamannya.dia berupaya mengembalikan
kemurnian akidh tauhid dengan kembali kepda islam seperti yang dianut dan
dipraktekkan di zaman nabi,sahabat dan tabi’in yang terkenal sebagai periode atau
generasi yang salaf dan shaleh.Muhammad abd.Al-wahhab (1703-1787) menyaksikan
betapa kemurnian akidah tauhid di zamannya telah dirusak oleh berbagai fenomena
khufarat dan takhayul. .
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13