Judul:
Dosen Pengampu:
Oleh :
Nim:432022422022
1443/2022
DAFTAR ISI
i
BAB 1
PENDAHULUAN
Ketika adanya alam semesta ini beserta segala isi yang ada didalamnya, pasti
ada yang menciptakannya. Layaknya sebuah bangku atau meja, tidak mungkin
benda itu ada dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya. Pasti manusia
yang membuat benda tersebut.
Tuhan sejak babak pertama peradaban sampai sekarang telah menjadi objek
pengimanan dan penolakan.Manusia, sebelum dibagi dalam kelompok agama
bahkan sebelum dibagi dalam kelompok monteis dan politeis, telah terbagi dalam
dua aliran besar, ateisme dan teisme. Jika dalam berbagai kajian mengenai ke -
Tuhanan memiliki konsep-konsep yang berbeda satu sama lain; misalnya faham
monoteisme dengan kepercayaan satu Tuhan yang juga dianut oleh masyarakat
pratulisan-Afrika yang meyakini bahwa Tuhan adalah yang maha t inggi, dualisme
yang difahami dalam Hinduisme bahwa Tuhan yang maha tinggi dianggap
memiliki kodrat ganda; yang satu tidak bergerak dan yang lain aktif, politeisme
yang memiliki kepercayaan kepada berbagai dewa personal, 1 panteisme yang
mengidentikkan Tuhan dengan segala sesuatu dan monisme yang meyakini bahwa
ilahi dapat menjadi daya universal di mana kekuatan tersebut tampak dalam dunia
psikologis sebagai jiwa yang universal.
Agama Kristen menjelaskan bahwa Tuhan itu tiga pribadi dalam satu.
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin iman Kristen yang mengakui aatu Allah
Yang Esa, namun hadir dalam tiga pribadi: Allah Bapa dan Putra dan Roh Kudus,
di mana ketiganya adalah sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya,
dan sama kemuliaannya. Dalam kamus Oxfordgereja Kristen (The Oxford
Dictionary of the Christian Church) menjelaskan Trinitas sebagai "dogma sentral
1
Jurnal At-Tibyan Vol. I No.1 Januari–Juni 2016.
1
dari teologi Kristen". 2 Doktrin ini diterima oleh mayoritas aliranaliran Kristen,
seperti: Katolik, Protestan, dan Ortodoks.
2
The Oxford Dictionary of the Christian Church (Oxford University Press, 2005 ISBN 978 -0-19-
280290-3).
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Kata Tuhan berasalah dari kata ilaahun terdiriatas tiga huruf: hamzah, lam,
ha, sebagai pecahan dari kata laha – yalihu – laihan, yang berarti Tuhan yang Maha
Pelindung, Maha Perkasa. Ilaahun, jamaknya aalihatun, bentuk kata kerjanya
adalah alaha, yang artinya sama dengan ‘abada, yaitu ‘mengabdi’. Dengan
demikian ilaahun artinya sama dengan ma‘budun, ‘yang diabdi’. Lawannya adalah
‘abdun, yang mengabdi, atau hamba, atau ‘budak’. 3
Dalam kamus besar bahasa Arab Lisan Al -‘Arab karya Ibn Manzhur, kata
kata ilaahun masih umum, ketika ditambah dengan lam ma‘rifah maka menjadi
Alilaahun yang tiada lain adalah Allah Swt, yaitu zat yang disembah oleh semua
selainNya, jamaknya aalihatun. Dengan demikian ilaahun artinya sama dengan
ma‘budun, ‘yang diabdi. 4Quraish Shihab mengatakan kata Ilaah ( ( إلهdisebut ulang
sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ila ahaini dalam bentuk tatsniyah 2 kali
dan aalihah dalam bentuk jamak disebut ulang sebanyak 34 kali. 5Kata ilaah (tanpa
dhamir) dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 80 kali.
Rabb adalah kata masdar yang dipinjam untuk fa’il (pelaku).Kata -kata al-
Rabb tidak disebut sendirian, kecuali untuk Allah yang menjamin kemaslahatan
seluruh makhluk.contoh dari hal ini adalah rabbal ‘a alamiin yaitu Tuhan pencipta
alam semesta. Kata rabb menunjukkan adanya pemaknaan mengenai tauhid
Rububiyah dimana adanya unsur mengesakan Allah Swt, dalam mencipta,
menguasai, dan mengatur alam semesta (Q.S : Az -Zumar :62 ; Fathir : 3 ; AL-Mulk
:1 ; Al-A’raf :54). Menurut Ibnu Qoyyim konsekuensi Rububiyah adalah adanya
perintah dan larangan kepada hamba, membalas yang berbuat baik dengan
kebaikan, serta menghukum yang jahat atas kejahatannya.
3
https://www.arrahmah.com/read/2012/12/10/25356 - kontroversi-kata-tuhan.html.
4
Ibnu Manzuur, Lisaan al-‘Arab, h. 114.
5
Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 75.
3
Dalam al-Quran kata ilaahun juga dipakai untuk menyebut berhala, hawa
nafsu, dewa.Semua istilahtersebut dalam al-Quran menggunakan kata ilaahun,
jamaknya aalihatun.
ِ ض َو ك َٰفى ِب ه
اّٰلل َو ِكي ًْل َّۗ ِ اَل َْر ِ اَنْ اي كُوْ َن لَ ٗه َولَ دٌ ۘ لَ ٗه َما فِى ال سامٰ ٰو
ْ ت َو َم ا فِى
b. Allah Swt. menyatakan hawa nafsu yang diikuti orang kafir sebagai ilaahun.
اَ َر َء يْتَ َم ِن اتا َخ ذَ ا ِٰل َه ٗه ه َٰو ى َّۗهُ اَفَا َنْ تَ تَ كُوْ ُن عَلَ يْ ِه َو ِكي ًْل
“Maka Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah itu tidak dapat
menolong mereka sedikit pun ketika datang adzab dari Tuhanmu.Tuhan -tuhan itu
justru menambah kerugian yang sangat besar.” (QS. Hud, 11: 101).
4
Allah dalam terminologi bahasa Arab pada awalnya berasal dari kata wilaah
( )والهyang berarti ketundukan, pengagungan, dan ungkapan penghambaan. 6 Ada
yang berpendapat bahwa Allah berasal dari kata “Al” dan “Illah” yang artinya Maha
esembahan. Jadi, dapat diartikan dari kata ini, Allah adalah Sesembahan yang
Tertinggi dari segala sesuatu, baik yang ada didalam dan bagi yang hidup,
kehidupan dan penghidupan.Allah adalah yang patut dijadikanpengabdian dari
segala makhluk atau sesuatu yang lain.
Apapun yang terlintas di dalam benak menyangkut hakikat zat Allah, maka
Allah tidak demikian.Itu sebabnya ditemukan riwayat yang menyatakan,
“Berpikirlah tentang makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir tentang zat -
Nya”. 7
Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk menginga t Aku. (QS.
Thaha: 14). 8
6
Ibnu Manzuur, Lisaan al-‘Arab, h. 114
7
Ahmad Husnan,Meluruskan Pemikiran Pakar Muslim.Cetakan Pertama, (Surakarta:Al Husna,
2005), h. 25-27
8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandun g: Jumanatul Ali-ART,
2005),h.312
5
Bahwa kata Allah adalah kata khusus yang tidak dimiliki oleh kata lain
selain-Nya; ia adalah kata yang sempurna hurufhurufnya, sempurna maknanya,
serta memiliki kekhususan berkaitan dengan rahasianya, kerena hanya Tuhan Yang
Maha Esa yang wajib wujud-Nya itu yang berhak menyandang nama tersebut,
selain-Nya tidak ada, bahkan tidak boleh. Hanya Dia juga yang berhak memperoleh
keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana tidak ada nama yang lebih
agung dari nama-Nya itu.
6
2.2. Konsep Ketuhanan di Zaman Arab Pra-Islam
Masyarakat Arab Jahiliyah pada saat itu, ketika Nabi Muhammad diutus,
merupakan kaum yang sudah mengenal kata “Allah”. Kata “Allah” sudah biasa
digunakan oleh kaum Kafir Quraisy Mekkah. Sebagai contoh adalah Abdullah yang
merupakan nama ayahanda Nabi Muhammad. Sejarah menunjukan bahwa pada
masa Rasulullah SAW terdapat orang-orang yang menganut agama wahyu sebelum
Islam, yang hanya menyembah Allah sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Hanif
Akan tetapi, keyakinan tentang Allah yang ada pada masyarakat Arab, ini
pun keliru dengan maksud dari “Allah” itu sendiri. Sehingga dalam waktu yang
sama, mereka menyembah berhala-berhala Al-Lata , Al-Uzza, danMa nata, tiga
berhala terbesar mereka disamping ratusan berhala lainnya. Mereka
menganggap Allah merupakan golongan Jin, memiliki anak -anak wanita dan
manusia. Karena ketinggian dan kesucian-Nya, mereka, menjadikannya ke
dalam bentuk berhala-berhala untuk disembah sebagai perantara mereka dengan
Allah. 9
Allah adalah kata dalam bahasa Arab yang berasal dari pemadatan
aldan Ilah. Ia berarti Tuhan atau menyiratkan Satu Tuhan. Secara linguistik,
bahasa Ibrani dan bahasa Arab terkait dengan bahasa-bahasa semitik, dan istilah
Arab Allah atau al-Ilah terkait dengan El dalam bahasa Ibrani, yang berarti
“Tuhan”. Karena itu, kita bisa pahami bahwa penggunaan kata Allah adalah
konsisten, bukan hanya dengan Al-Quran dan tradisi Islam, tetapi juga dengan
tradisi-tradisi biblikal tertua”. 10
Manakala perkataan ilah yang jamaknya alihah dan kata ilahah yang
jamaknya ilahat di dalam bahasa Arab memberi maksud yang sama yaitu sesuatu
yang disembah atau dipatuhi. Sekiranya alihah bermaksud memper-Tuhan-kan atau
men-Dewa-kan, maka perkataan ilah pula bermakna menjadi Tuhan. Namun,
9
M.Quraisy Shihab. Wa wasan Al -Quran: Tafsir Tematik Atas Perbagai Persoalan Umat.
(Bandung: Mizan, 1996). 18.
10
Artikel Qosim Nursheha Dzulhadi, Konsep Kata Allah dalam Wacana Keagamaan .
7
perlu diberi perhatian, perkataan ilah ini adalah lebih umum atau luas
penggunaannya dari pada Allah kerana memasukkan apa saj a aspek atau apaapa
makhluk yang mempunyai kuasa yang hebat untuk dipatuhi oleh
manusia,dinamakan atau dipanggil ilah.
َي ٍء عَ لِيْ مٌ ) ( َولَ ىِٕ نْ سَ اَلْتَ هُ ْم ام نْ نا از لَ ِم َن ال سا َم ۤا ِء َم ۤا ًء فَ ا َ ْحيَا َ ق لِ َم نْ يا ش َۤا ُء ِم نْ ِع بَا دِه َويَقْ ِد ُر لَ ٗه َّۗ اِ ان ه
ْ ّٰللا بِ ك ُِل ش َ ْالرز
ِ
Konsep Allah juga telah ada sejak masyarakat Arab pra -Islam.
Toshihiko Izutsu menerangkan masalah makna relasional kata Allah dikalangan
orang-orang Arab pra-Islam dengan tiga kasus.Pertama, adalah konsep Pagan
tentang Allah, yaitu orang Arab Murni. Di sini terlihat orang-orang Arab pra
Islam yang berbicara tentang “Allah” sebagaimana yang mereka pahami. Kedua,
orang-orang Yahudi dan Kristen zaman pra Islam yang menggunakan kata Allah
untuk menyebut Tuhan mereka sendiri. Di sini tentu saja “Allah” berarti Tuhan
Injil. Ketiga, Orang-orang Arab pagan, Arab jahiliyah murni non-kristen dan
8
non-Yahudi yang mengambil konsep Tuhan Injil, “Allah”. Hal ini terjadi ketika
seorang penyair Badwi yang bernama Nabighah dan Al-A’sha Al-Kabar menulis
puisi pujian yang mengarah pada konsep Arab tentang Allah kearah
monoteisme. 11
Dalam rangkaian ayat-ayat yang terdapat di dalam wahyu pertama kali turun
menunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kata Rabbuka(Tuhanmu),
bukan kata “Allah”. Hal ini menggaris bawahi bahwa wujud Tuhan Yang Maha
Esa dapat dibuktikan melalui ciptaan atau perbuatan-Nya. Akan tetapi, pada
11
Ali Hasan Al-Aridli,Sejarah dan Metodologi Tafsir,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,1994).
h 54.
12
Khafrawi Ridwan, MA, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: ichtiar baru Van Hoeve, 1 997). 123-124.
9
wahyu yang ke-19 yaitu surat al-Ikhlas barulah kata “Allah”dijelaskan
secara rinci sebagai jawaban terhadap kaum musyrikyang mempertanyakan tentang
Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad.
Nabi Musa As. suatu ketika pernah bermohon agar Tuhan menampakkan
diri-Nya kepadanya, sehingga Tuhan berfirman sebagai jawaban atas
permohonannya.
ْۙ
ستَ قَ ار ْ ب ا َِر ِن ْٰٓي اَنْ ظُ ْر اِلَي َّْۗكَ قَ ا َل لَ نْ ت َٰر ىن ِْي َو ٰل ِك ِن انْ ظُ ْر اِ َلى ا لْ َج َب ِل فَ اِ ِن ا
ِ َولَ ام ا ج َۤا َء مُوْ سٰ ى ِل ِم يْقَ ا ِتنَا َو كَلا َم ٗه َر ُّب ٗه قَا لَ َر
سب ْٰحنَ كَ ت ُبْتُ اِلَيْكَ َو اَ نَ ۠ا ُ َق قَ ا ل َ ص ِع قً ۚا فَ لَ اما ٰٓ اَفَ ا
َ ف ت َٰر ىن ۚ ِْي فَ لَ ام ا تَ َجلهى َر ُّب ٗه ِللْ َج َب ِل َج َعلَ ٗه دَ كًّا او َخ ار مُوْ سٰ ى َ َْم كَانَ ٗه فَ سَو
ا اَو ُل ا لْ ُم ْؤ ِم ِنيْ َن
Di sisi lain ada dua faktor yang menjadikan makhluk tidak dapat melihat
sesuatu. Pertama, karena sesuatu yang akan dilihat terlalu kecil apalagi dalam
kegelapan. Sebutir pasir lebih-lebih di malam yang kelam tidak mungkin
ditemukan oleh sese orang. Namun kegagalan itu tidak berarti pasir yang dicari tidak
ada wujudnya. Kedua,karena sesuatu itu sangat terang. Bukankah kelelawar
tidak dapat melihat di siang hari, karena sedemikian terangnya cahaya matahari
dibanding dengan kemampuan matanya untuk melihat? Tetapi bila malam tiba,
dengan mudah ia dapat melihat.
10
BAB 3
KESIMPULAN
Kata “Allah” adalah sebutan khusus dan tidak dimiliki oleh kata lain selain -
Nya, kerena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud -Nya itu yang berhak
menyandang nama tersebut, selain-Nya tidak ada, bahkan tidak Boleh. Hanya Dia
juga yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan mutlak, sebagaimana
tidak ada nama yang lebih agung dari nama -Nya itu.
Manusia tidak akan bias lepas dari konsep ketuhanan, karena manu sia
akan berfikir dan mencerna apa yang terjadi di sekelilingnya. Bahwa adanya
ciptaan adanya perwujudan manuasia dan alam seisinya sebagai bentuk rasa
Rahmandan Rahimdari Allah dan setiap manusia akan selalu berhubungan
dengan tuhan sebagai bentuk keyakinan atau ketauhidan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
11
DAFTAR PUSTAKA
The Oxford Dictionary of the Christian Church (Oxford University Press, 2005
ISBN 978-0-19-280290-3).
https://www.arrahmah.com/read/2012/12/10/25356 - kontroversi-kata-tuhan.html.
Khafrawi Ridwan, MA, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: ichtiar baru Van Hoeve,
1997). 123-124.
https://journal.ptiq.ac.id/index.php/alburhan/article/view/60/50 .
https://media.neliti.com/media/publications/269131 -tuhan-dalam-perspektif-al-
quran-dc2383d6.pdf.
12