Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH

Khutbah Jumat Bulan Rajab: Allah Ada Tanpa Tempat


Rabu, 9 Februari 2022 | 07:00 WIB

Nur Rohmad
Kolomnis
Isra’ dan Mi’raj bukanlah dalil bahwa Allah ada di atas. Materi khutbah Jumat ini mengajak
kaum Muslimin waspada dengan pemahaman menyimpang yang menyerupakan Allah
dengan makhluk, salah satunya Allah ada pada arah atau tempat tertentu, seperti di atas
langit, di atas arsy, dan semacamnya.
Baca juga: Khutbah Jumat: Tiga Hal Penting di Bulan Rajab
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Bulan Rajab: Allah Ada Tanpa
Tempat". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna
merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat!
(Redaksi)
Khutbah I
‫ َو الَّص َلاُة َو الَّس َلاُم‬، ‫ اْلُم َن َّز ِه َع الَّشْك َو اْل َأْعَض ا َو اْل َأ ْرَك ا‬، ‫ اْلَمْو ُجْو َأ َز ًلا َّو َأ َب ًد ا َلا َم َك ا‬، ‫الَحْم ُد ِلّٰلِه ُم َك اْل َأ ْكَو ا‬
‫ِن‬ ‫ِء‬ ‫ِل‬ ‫ِن‬ ‫ٍن‬ ‫ِب‬ ‫ِد‬ ‫ِن‬ ‫ِّو ِن‬
‫َأ‬
‫ ْش َهُد أ ْن َلا إ لَه َّلا اللُه َو ْح َد ُه َلا َش ْي َك َل ُه اْلُم َن َّز ُه‬، ‫ َو َع َلى آ ِه َو َص ْحِبِه َو َم ْن َت ِبَع ُهْم ِب ْد َو ْح َس ا‬، ‫َع َلى ُم َحَّم ٍد َسِّيِد َو َل َع ْد َن اَن‬
‫ِر‬ ‫ِإ‬ ‫ِص ٍق ِإ ٍن‬ ‫ِل‬ ‫ِد‬
‫َّل َك َن ُخ ُه ْر آ َن‬ ‫ُل‬ ‫َأ ْش ُد أ َّن َد َن ُم‬ ‫ْل َأ‬
‫ َو َه َسِّي ا َحَّمًد ا َّر ُسْو اللِه ا ِذ ي ا ُلُق اْلُق‬، ‫َعِن ا ْيِن َو الَّز َم اِن‬
‫ٰو َو ْلَا ْر ِۗض‬ ‫ْر آ َف‬ ‫َم‬ ‫َد ْح َف ُأ‬ ‫َأ َّم ُد‬
‫ُر‬ ‫َو‬ ‫َو‬ ‫ْم‬ ‫ْو‬ ‫َّر‬
‫ اِط الَّسٰم ِت ا‬: ‫ اْلَقاِئ ِل ِف ي ِكَتاِب ِه اْلُق ِن‬، ‫ إ ِّني ِصْيُك َنْفِس ي ِب َتْق ى اللِه ال َّناِن‬، ‫ ِعَبا ال ٰمِن‬، ‫ا َبْع‬
‫ْل‬ ‫َك َش ٌۚء‬ ‫ْلَا َا ْز ۚا ْذ‬ ‫َا ْز‬ ‫َا‬ ‫َل َل‬
)١١ :‫َجَع ُكْم ِّم ْن ْنُفِسُكْم َو اًج ا َّو ِم َن ا ْنَعاِم َو اًج َي َر ُؤ ُكْم ِف ْيِۗه َلْي َس ِم ْثِل ٖه ْي َو ُهَو الَّسِم ْيُع ا َبِص ْي ُر (الشورى‬

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada
kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan
kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan
melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Hadirin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah,
Khutbah pada siang hari ini mengambil tema “Allah Ada Tanpa Tempat”.
Hadirin rahimakumullah,
Seperti yang kita tahu bahwa Allah ada tanpa membutuhkan kepada tempat dan arah. Ia
ada, tetapi keberadaannya tidak di atas ‘arsy, tidak di langit, tidak di atas, di bawah, di
kanan, di kiri, di depan ataupun di belakang. Ia ada tapi keberadaannya tidak dapat
dibayangkan sama sekali. Ia tidak bisa dan tidak boleh disamakan dengan apa pun dan
siapa pun serta makhluk mana pun. Karena memang Ia bukan makhluk. Ia adalah Khaliq.
Hakikat-Nya tidak dapat dijangkau oleh pengetahuan makhluk. Tidak ada yang
mengetahui hakikat-Nya kecuali hanya Dia. Keyakinan seperti ini telah disepakati oleh para
ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, salaf maupun khalaf.
Salah satu yang dipropagandakan sebagian kelompok berpaham menyimpang tiap
menjelang datangnya bulan Rajab hingga bulan yang mulia ini berakhir adalah tentang
keberadaan Allah yang digambarkan sebagai dzat yang membutuhkan tempat. Mereka
mengaku-ngaku sebagai pengikut ulama salaf padahal ulama salaf terbebas dari keyakinan
mereka yang menyimpang. Kaum ini mengajarkan keyakinan bahwa Allah di atas ‘arsy.
Terkadang mereka mengatakan Allah di langit. Dan terkadang mereka mengatakan Allah di
atas. Mereka juga mempropagandakan bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj menunjukkan
bahwa Allah di atas. Mereka mengatakan, Nabi Muhammad diperintahkan naik ke atas
untuk sowan menghadap kepada Allah yang berada di atas Sidratul Muntaha. Wal ‘iyadzu
billah ta’ala.
Sangat penting untuk disampaikan ke khalayak bahwa Allah tidak membutuhkan kepada
apa pun, termasuk kepada tempat dan arah. Hal ini harus terus disampaikan secara masif
kepada umat. Jika kita menganggap umat sudah tahu akan hal ini, lalu kita berhenti
mensyiarkan keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat, sedangkan mereka terus-menerus
tanpa henti menyampaikan bahwa Allah membutuhkan tempat, khatib khawatir
ketidakbenaran yang disampaikan terus-menerus akan dianggap benar oleh publik. Ini yang
sangat berbahaya. Berikutnya, ini bisa menjadi pintu masuk untuk mempropagandakan
ajaran-ajaran mereka lebih lanjut, seperti pengafiran pelaku tawasul, tabarruk, pembagian
tauhid menjadi tiga, dan lain-lain.
Isra’ dan Mi’raj bukanlah dalil bahwa Allah di atas. Tidak ada satu pun ulama Ahlussunnah
yang berpendapat demikian. Maksud dan tujuan dari Isra’ dan Mi’raj adalah memuliakan
Nabi dan memperlihatkan kepada beliau sebagian dari tanda-tanda kemahakuasaan Allah
di alam atas serta untuk menerima perintah shalat di suatu tempat yang mulia di atas sana
yang tidak pernah dilakukan dosa dan maksiat di dalamnya.
Hadirin rahimakumullah,
Wajib kita yakini bahwa Allah ada tanpa membutuhkan kepada tempat dan arah. Dalil atas
keyakinan ini dari Al-Qur’an adalah surat asy-Syura ayat 11 dan ayat-ayat muhkamat
lainnya yang berkaitan dengan hal itu. Allah ta’ala menegaskan:
‫َك َش ٌۚء‬
)١١ :‫َلْي َس ِم ْثِل ٖه ْي (الشورى‬

Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai segala sesuatu pun dari makhluk-Nya” (QS asy-
Syura: 11).
Lafazh ka dan mitsl secara makna sama, yakni seperti. Keduanya digabung dalam satu
rangkaian untuk menguatkan makna bahwa Allah sungguh-sungguh tidak seperti segala
sesuatu. Secara harfiah, ayat itu bermakna “Tidak ada yang seperti seperti Allah”. Jika
yang seperti seperti Allah saja tidak ada, apalagi yang seperti Allah. Jadi ayat ini
menegaskan bahwa Allah sama sekali tidak serupa dengan apa pun dari semua segi. Oleh
karena itu, seandainya Allah bertempat, maka ia serupa dengan makhluk-Nya yang
bertempat.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sedangkan dalil dari hadits di antaranya adalah sabda baginda Rasulul ah shallallahu ‘alahi
wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
‫ٌء‬ ‫ْي‬ ‫ُر َف ْي َس َف ْو َق َك َش ْي ٌء َو َأ ْنَت ْل ُن َف ْي َس ُد ْو َن َك َش‬ ‫َو َأ ْنَت‬
)‫(رواه مسلم‬ ‫ا َباِط َل‬ ‫الَّظاِه َل‬

Maknanya: “Ya Allah Engkaulah azh-Zhahir (segala sesuatu menunjukkan akan ada-
Nya) tidak ada sesuatu di atas-Mu, dan Engkaulah al-Bathin (Yang tidak dapat
dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah-Mu” (HR Muslim)
Al Hafizh al Baihaqi (w. 458 H) mengomentari hadits ini dalam kitab al Asma’ wa ash
Shifat dengan mengatakan: “Jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan tidak ada sesuatu di
bawah-Nya, maka Dia ada tanpa tempat.”
Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,
Ijma’ ulama Ahlussunnah wal Jama’ah juga menjadi rujukan dalam hal ini. Di antara yang
mengutip ijma’ bahwa Allah ada tanpa tempat adalah Imam Abu Manshur al Baghdadi (w.
429 H) dalam kitab al Farq baina al Firaq. Beliau mengatakan:
‫َو َأ ْج ْو َع َل َأ َّن ُه َل َي ْي َم َك ٌن َو َل َي َع َل َز َم ٌن‬
‫َمُع ا ى ا ْحِو ِه ا ا ْجِر ي ْيِه ا‬

“Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat menyatakan bahwa sesungguhnya Allah


tidak diliputi tempat dan tidak dilalui zaman.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika kita memahami sifat 20 yang wajib ‘aqli bagi Allah, maka kita akan dengan mudah
menyimpulkan bahwa Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah. Salah satu sifat 20 bagi
Allah adalah Mukhalafatuhu lil Hawadits: Allah berbeda dengan seluruh makhluk. Jika
seluruh makhluk-Nya menempati suatu tempat, berarti Allah yang tidak serupa dengan
makhluk pasti-lah tidak menempati suatu tempat. Dia ada tanpa tempat. Begitu juga sifat
Qiyamuhu bi Nafsihi: Allah tidak membutuhkan kepada selain-Nya. Seandainya Allah
menempati ‘arsy, langit atau arah atas, maka artinya Dia membutuhkan kepada makhluk-
Nya yang bernama ‘arsy, langit dan arah atas. Tentu ini mustahil.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Begitu pentingnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat, sampai-sampai hal ini juga
tidak luput dari perhatian para ulama Nusantara. Tidak kurang dari Syekh Nawawi al
Bantani, Kiai Shaleh Darat, Mufti Betawi Sayyid Utsman, Rais Akbar NU Kiai Muhammad
Hasyim Asy’ari, Pendiri Pesantren Zainul Hasan Kiai Muhammad Hasan al-Genggongi, Kiai
Raden Asnawi Kudus, Kiai Sirajuddin Abbas, Syekh Ihsan Jampes, Kiai Abul Fadhol Senori
Tuban, dan masih banyak lagi yang lain, mereka menegaskan secara eksplisit aqidah “Allah
ada tanpa tempat” dalam karya-karya mereka.
Agar khutbah ini tidak terlalu panjang, dalam kesempatan yang penuh kemuliaan ini, khatib
hanya mengutip apa yang didawuhkan oleh pendiri NU, Rais Akbar NU dan Pendiri Pondok
Pesantren Tebuireng KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang menyatakan dalam mukadimah
kitab at-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna’ al-Maulid bi al-Munkarat:
‫َو ْل َو َّز َم َو َم َك‬ ‫ْل‬ ‫ُه‬ ‫َّز‬ ‫ُم‬ ‫ُه‬ ‫َو َأ ْش ُد َأ ْن َّل َه َّل ُه َو ْح َد ُه َا َش ْي َك َل‬
‫اْل َنـ َعِن ا ِج ْسِم َّيِة ا ِجَهِة ال اِن اْل اِن‬ ‫ل ِر‬ ‫ا ِإ ل ِإ ا الل‬ ‫َه‬

“Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia maha suci dari berbentuk (berjisim), arah, zaman dan
tempat.”
Dari paparan khutbah di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa keyakinan “Allah ada tanpa
tempat” adalah aqidah yang benar dan berlandaskan Al-Qur’an, hadits Baginda Rasulul ah
‫‪shallallahu ‘alaihi wasallam, kesepakatan umat di berbagai belahan dunia serta didukung‬‬
‫‪dan disebarluaskan oleh para ulama di bumi Indonesia.‬‬
‫‪Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,‬‬
‫‪Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat‬‬
‫‪dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.‬‬
‫َذ َأ‬ ‫َأ‬
‫‪ُ .‬ق ْو ُل َق ْو ْي ٰه ا َو ْسَتْغِفُر اللَه ْي َو َل ُكْم ‪َ ،‬ف اْسَتْغِفُر ْو ُه ‪ِ ،‬إ َّن ُه ُهَو اْلَغُفْو ُر الَّر ِح ْي ُم‬
‫ِل‬ ‫ِل‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫َو َف َأ ْش ُد َأ ْن َّل َه َّل ُه َو ْح َد ُه َل‬ ‫َف َع َل آ َأ ْص َح َأ‬
‫َو‬ ‫َو‬ ‫َن ُم َحَّم‬ ‫َو َف َو ُأ َص ْي َو ُأ َس ُم َع َل‬ ‫َا ْل ْم ُد‬
‫ا‬ ‫ا إ ل ِإ ا الل‬ ‫اِب ِه ْهِل اْل ا‪َ .‬ه‬ ‫ِّل ى َسِّيِد ا ٍد اْلُمْصَط ى‪ ،‬ى ِل ِه‬ ‫ِلّٰلِه َك ى‪ِّ ،‬ل‬ ‫َح‬
‫َل ُه ‪َ ،‬و َأ ْش َهُد َأ َّن َسِّيَد َن ا ُم َحَّمًد ا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُل ُه‬ ‫َش ْي َك‬
‫ِر‬

‫ْي َأ َم َر ْم َّص َل‬ ‫ْم‬ ‫َأ‬ ‫َم‬ ‫َه َأ‬ ‫ْي َو ْع َل ْو َأ َّن‬ ‫َأ َّم ُد َف َأ ُّي ُم ْس َن ُأ‬
‫الل ُك ِب ٍر َعِظ ‪ُ ،‬ك ِب ال اِة‬ ‫ْم‬ ‫َر‬ ‫َو‬
‫ا َبْع ‪َ ،‬يا َها اْل ِل ُمْو ‪ِ ،‬صْيُك َنْفِس ِب َتْق ى اللِه اْلَعِل اْلَعِظ ا ُم ا‬
‫ْي‬ ‫َو‬ ‫ْم‬ ‫ْو‬
‫ٍم‬ ‫َأ‬ ‫ِم‬ ‫ِّي‬
‫َت‬ ‫َل‬
‫َم ُنوا َص ُّلوا َع ْيِه َو َس ِّل ُموا ْس ِل يًم ا‪،‬‬
‫آ‬ ‫َو الَّس َلا َع َل َن ِّيِه اْلَك ْي َفَقاَل ‪َّ :‬ن اللَه َو َم َلاِئ َك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َل الَّن ‪َ ،‬ي ا ُّي َها ا َن‬
‫َّل‬
‫ِذ ي‬ ‫ى ِب ِّي‬ ‫ِإ‬ ‫ِر ِم‬ ‫ِم ى ِب‬
‫َا‬ ‫َع س ‬ ‫إ ‬ ‫آ ‬ ‫إ ‬ ‫م مَ ٍد اَ تْي َع س ‬ ‫م مَ ٍد آ ‬ ‫س ‬ ‫ّل‬
‫ٰمُهََّص لِّ َع لىَ َيِّنِداَ ُح َّ َو علَ ىَ لِ َس يِّنِداَ ُح َّ َك م ص َلَّ َ لىَ َيِّنِداَ ِبرْ اَِه يمْ َ َو علَ ىَ لِ َس يِّنِداَ ِبرْ اَِه يمْ َ َو باَ ِر ك ْ لىَ َيِّنِداَ ل‬
‫دَ ٍعَو لَ َ ى لآ ِسَي دنِ اَُم َح مّدَ ٍمَك اَ َب را َكتْ َع لَىَ َس ِيّدنِ اَِإ ْب رَها يِمْ َو عَ لَ َ ى لآ ِسَي دنِ اَِإ ْب رَها يِمْ َ ‪ِ،‬ف ْي ا َع المَيِْ إ َننِ َّ ك َ مَح يِ ٌْد م جَيِ ٌْد ‪َ.‬الل ُّٰه م َّغاِفْ رُْمَحّم‬
‫ْل‬ ‫ِّ‬ ‫ِّ‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ِلْل ُمْس ِل ِم ْي َن َو اْلُم ْس ِل َم اِت واْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َناِت اْل ْح َياِء ِم ْن ُهْم َو اْل ْمَو اِت ‪ ،‬اللهم اْد َفْع َعَّنا اْل َبَلاَء َو اْلَغَلاَء َو اْلَو َب اَء َو اْلَفْحَش اَء‬
‫َف ُم َة َّش َد َد ْل َن َم َظ ْن َم َن ْن َل َن َذ َخ َّص ًة ْن ْل َد‬ ‫ُم َك ْل ْغ‬
‫َو اْل ْن َر َو ا َب َي َو الُّسُيْو اْل ْخَتِلَف َو ال اِئ َو ا ِمَح ‪ ،‬ا َهَر ِم َها َو ا َبَط ‪ِ ،‬م َب ِد ا َه ا ا َو ِم ُب اِن‬
‫اْلُم ْس ِل ِم ْي َن َع اَّم ًة ‪ِ ،‬إ َّن َك َع َلى ُك َش ْي ٍء َق ِد ْيٌر‬
‫ِّل‬

‫ْأ‬
‫ِعَباَد اللِه ‪ ،‬إ َّن اللَه َي ُم ُر اْلَعْد َو اْل إ ْح َس اِن َو ْي َتاِء ِذ اْلُقْر َبى َيو ْنَه ى َع الَفْحَش اِء َو اْلُم ْنَك َو الَبْغ ‪َ ،‬يِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم‬
‫ِي‬ ‫ِر‬ ‫ِن‬ ‫ي‬ ‫ِإ‬ ‫ِب ِل‬
‫َأ‬
‫َت َذ َّك ُر ْو َن ‪َ .‬فاذ ُك ُر وا اللَه اْلَعِظْي َم َي ْذ ُك ْرُكْم َو َل ِذ ْك ُر اللِه ْكَب ُر‬

‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja NU‬‬
‫‪Center PCNU Kab. Mojokerto‬‬
‫"‪Baca juga khutbah bulan Rajab lainnya di "Kumpulan Khutbah Jumat Bulan Rajab‬‬
‫… ‪Dalil Adanya Allah dan Wujud Allah yang Tidak Seperti Segala Sesuatu I‬‬

Anda mungkin juga menyukai