Anda di halaman 1dari 29

KAMIS, 24 FEBRUARI 2022 KHUTBAH Khutbah Jumat: Agama adalah Nasihat

Nur Rohmad Jumat, 7 Januari 2022 | 04:00 WIB BAGIKAN: Khutbah jumat ini
berjudul "Khutbah Jumat: Agama adalah Nasihat". dalam khutbah ini
disampaikan penjelasan bahwa jika seseorang melihat aib atau kekurangan
pada saudaranya, maka ia harus bersegera memberikan nasihat kepadanya
dalam rangka mencari ridla Allah. Di pihak lain, sahabat yang dinasihati juga
tidak enggan menerima nasihat, karena ia tahu bahwa nasihat itu sangat
bermanfaat bagi dirinya. Inilah konsep bahwa agama adalah nasihat.

Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-agama-adalah-
َّ ‫ ْال ُمنَ َّز ِه ع َِن‬،‫ان‬ ‫هّٰلِل‬
nasihat-UxEMmKhutbah I ‫الش ْك ِل‬ ٍ ‫ ْال َموْ جُوْ ِد َأزَ اًل َّوَأبَ دًا بِاَل َم َك‬،‫ان‬ ِ ‫الح ْم ُد ِ ُمك َِّو ِن اَأْل ْك َو‬ َ
،‫ان‬ ٍ ‫ق َوِإحْ َس‬ ٍ ‫صد‬ْ َ ْ
ِ ِ‫ص حْ بِ ِه َو َمن تبِ َعهُ ْم ب‬ َ َ ْ َ َ
َ ‫ َو َعلى آلِ ِه َو‬، َ‫ص ة َوال َّس ُم َعلى ُم َح َّم ٍد َسيِّ ِد َول ِد َعدنان‬ ‫اَل‬ ُ ‫اَل‬ ‫َأْل‬
َّ ‫ َوال‬،‫ضا ِء َوا رْ كَا ِن‬ َ ‫َوا ع‬ ْ ‫َأْل‬
ُ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َّرسُوْ ُل هللاِ الَّ ِذي َك انَ ُخلُقُ ه‬َّ ‫ َوَأ ْشهَ ُد‬،‫ان‬ ِ ‫َر ْيكَ لَهُ ْال ُمنَ َّزهُ ع َِن اَأْلي ِْن َوال َّز َم‬
ِ ‫أن اَل إلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل ش‬ ْ ‫َأ ْشهَ ُد‬
ِ ‫الس مٰ ٰو‬
‫ت‬ َّ ‫اط ُر‬ ُ ْ ْ
ِ َ‫ ف‬:‫ القَاِئ ِل فِي ِكتَابِ ِه الق رْ آ ِن‬،‫ان‬ ْ ْ
ِ َّ‫ص ْي ُك ْم َونَف ِس ي بِتَق َوى هللاِ ال َمن‬ ‫ُأ‬
ِ ْ‫ فَ إنِّي و‬،‫ ِعبَ ا َد ال رَّحْ مٰ ِن‬،ُ‫ َّما بَ ْع د‬  َ‫ْالقُ رْ آن‬
‫َأ‬
ِ َ‫الس ِم ْي ُع ْالب‬ ۚ
َّ ‫ْس َك ِم ْثلِ ٖه َش ْي ٌء َوهُ َو‬ ۚ
َ ‫ض َج َع َل لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا ًج ا َّو ِمنَ ااْل َ ْن َع ِام اَ ْز َوا ًج ا يَ ْذ َرُؤ ُك ْم فِ ْي ۗ ِه لَي‬
‫ص ْي ُر‬ ِ ۗ ْ‫َوااْل َر‬
)١١ :‫ (الشورى‬Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada
siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua
terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah
subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan
meninggalkan seluruh yang diharamkan. Hadirin jama’ah shalat Jum’at
rahimakumullah, Khutbah pada siang hari ini mengambil tema “Allah Ada
Tanpa Tempat”. Hadirin rahimakumullah, Seperti yang kita tahu bahwa Allah
ada tanpa membutuhkan kepada tempat dan arah. Ia ada, tetapi
keberadaannya tidak di atas ‘arsy, tidak di langit, tidak di atas, di bawah, di
kanan, di kiri, di depan ataupun di belakang. Ia ada tapi keberadaannya
tidak dapat dibayangkan sama sekali. Ia tidak bisa dan tidak boleh
disamakan dengan apa pun dan siapa pun serta makhluk mana pun. Karena
memang Ia bukan makhluk. Ia adalah Khaliq. Hakikat-Nya tidak dapat
dijangkau oleh pengetahuan makhluk. Tidak ada yang mengetahui hakikat-
Nya kecuali hanya Dia. Keyakinan seperti ini telah disepakati oleh para
ulama Ahlussunnah wal Jama’ah, salaf maupun khalaf. Salah satu yang
dipropagandakan sebagian kelompok berpaham menyimpang tiap
menjelang datangnya bulan Rajab hingga bulan yang mulia ini berakhir
adalah tentang keberadaan Allah yang digambarkan sebagai dzat yang
membutuhkan tempat. Mereka mengaku-ngaku sebagai pengikut ulama
salaf padahal ulama salaf terbebas dari keyakinan mereka yang
menyimpang. Kaum ini mengajarkan keyakinan bahwa Allah di atas ‘arsy.
Terkadang mereka mengatakan Allah di langit. Dan terkadang mereka
mengatakan Allah di atas. Mereka juga mempropagandakan bahwa
peristiwa Isra’ dan Mi’raj menunjukkan bahwa Allah di atas. Mereka
mengatakan, Nabi Muhammad diperintahkan naik ke atas untuk sowan
menghadap kepada Allah yang berada di atas Sidratul Muntaha. Wal ‘iyadzu
billah ta’ala. Sangat penting untuk disampaikan ke khalayak bahwa Allah
tidak membutuhkan kepada apa pun, termasuk kepada tempat dan arah.

1
Hal ini harus terus disampaikan secara masif kepada umat. Jika kita
menganggap umat sudah tahu akan hal ini, lalu kita berhenti mensyiarkan
keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat, sedangkan mereka terus-
menerus tanpa henti menyampaikan bahwa Allah membutuhkan tempat,
khatib khawatir ketidakbenaran yang disampaikan terus-menerus akan
dianggap benar oleh publik. Ini yang sangat berbahaya. Berikutnya, ini bisa
menjadi pintu masuk untuk mempropagandakan ajaran-ajaran mereka
lebih lanjut, seperti pengafiran pelaku tawasul, tabarruk, pembagian tauhid
menjadi tiga, dan lain-lain. Isra’ dan Mi’raj bukanlah dalil bahwa Allah di
atas. Tidak ada satu pun ulama Ahlussunnah yang berpendapat demikian.
Maksud dan tujuan dari Isra’ dan Mi’raj adalah memuliakan Nabi dan
memperlihatkan kepada beliau sebagian dari tanda-tanda kemahakuasaan
Allah di alam atas serta untuk menerima perintah shalat di suatu tempat
yang mulia di atas sana yang tidak pernah dilakukan dosa dan maksiat di
dalamnya. Hadirin rahimakumullah, Wajib kita yakini bahwa Allah ada tanpa
membutuhkan kepada tempat dan arah. Dalil atas keyakinan ini dari Al-
Qur’an adalah surat asy-Syura ayat 11 dan ayat-ayat muhkamat lainnya
yang berkaitan dengan hal itu. Allah ta’ala menegaskan: :‫َي ۚ ٌء (الشورى‬ ْ ‫ْس َك ِم ْثلِ ٖه ش‬
َ ‫لَي‬
)١١ Maknanya: “Dia (Allah) tidak menyerupai segala sesuatu pun dari
makhluk-Nya” (QS asy-Syura: 11). Lafazh ka dan mitsl secara makna sama,
yakni seperti. Keduanya digabung dalam satu rangkaian untuk menguatkan
makna bahwa Allah sungguh-sungguh tidak seperti segala sesuatu. Secara
harfiah, ayat itu bermakna “Tidak ada yang seperti seperti Allah”. Jika yang
seperti seperti Allah saja tidak ada, apalagi yang seperti Allah. Jadi ayat ini
menegaskan bahwa Allah sama sekali tidak serupa dengan apa pun dari
semua segi. Oleh karena itu, seandainya Allah bertempat, maka ia serupa
dengan makhluk-Nya yang bertempat. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Sedangkan dalil dari hadits di antaranya adalah sabda baginda Rasulullah
shallallahu ‘alahi wasallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: ‫َوَأ ْنتَ الظَّا ِه ُر‬
َ ‫ْس فَوْ قَ كَ َش ْي ٌء َوَأ ْنتَ ْالبَ ا ِطنُ فَلَي‬
)‫ْس ُدوْ نَ كَ َش ْي ٌء (رواه مس لم‬ َ ‫ فَلَي‬Maknanya: “Ya Allah Engkaulah
azh-Zhahir (segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya)  tidak ada sesuatu
di atas-Mu, dan Engkaulah al-Bathin (Yang tidak dapat dibayangkan) tidak
ada sesuatu di bawah-Mu” (HR Muslim) Al Hafizh al Baihaqi (w. 458 H)
mengomentari hadits ini dalam kitab al Asma’ wa ash Shifat dengan
mengatakan: “Jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan tidak ada sesuatu di
bawah-Nya, maka Dia ada tanpa tempat.” Hadirin jamaah shalat Jum’at
rahimakumullah, Ijma’ ulama Ahlussunnah wal Jama’ah juga menjadi
rujukan dalam hal ini. Di antara yang mengutip ijma’ bahwa Allah ada tanpa
tempat adalah Imam Abu Manshur al Baghdadi (w. 429 H) dalam kitab al
Farq baina al Firaq. Beliau mengatakan: ‫ان‬ ٌ ‫َوَأجْ َمعُوْ ا َعلَى َأنَّهُ اَل يَحْ ِو ْي ِه َمك‬
ٌ ‫َان َواَل يَجْ ِري َعلَ ْي ِه َز َم‬
“Golongan Ahlussunnah wal Jama’ah sepakat menyatakan bahwa
sesungguhnya Allah tidak diliputi tempat dan tidak dilalui zaman.” Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah, Jika kita memahami sifat 20 yang wajib ‘aqli bagi
Allah, maka kita akan dengan mudah menyimpulkan bahwa Allah ada tanpa

2
tempat dan tanpa arah. Salah satu sifat 20 bagi Allah adalah Mukhalafatuhu
lil Hawadits: Allah berbeda dengan seluruh makhluk. Jika seluruh makhluk-
Nya menempati suatu tempat, berarti Allah yang tidak serupa dengan
makhluk pasti-lah tidak menempati suatu tempat. Dia ada tanpa tempat.
Begitu juga sifat Qiyamuhu bi Nafsihi: Allah tidak membutuhkan kepada
selain-Nya. Seandainya Allah menempati ‘arsy, langit atau arah atas, maka
artinya Dia membutuhkan kepada makhluk-Nya yang bernama ‘arsy, langit
dan arah atas. Tentu ini mustahil. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Begitu pentingnya keyakinan bahwa Allah ada tanpa tempat, sampai-sampai
hal ini juga tidak luput dari perhatian para ulama Nusantara. Tidak kurang
dari Syekh Nawawi al Bantani, Kiai Shaleh Darat, Mufti Betawi Sayyid
Utsman, Rais Akbar NU Kiai Muhammad Hasyim Asy’ari, Pendiri Pesantren
Zainul Hasan Kiai Muhammad Hasan al-Genggongi, Kiai Raden Asnawi
Kudus, Kiai Sirajuddin Abbas, Syekh Ihsan Jampes, Kiai Abul Fadhol Senori
Tuban, dan masih banyak lagi yang lain, mereka menegaskan secara
eksplisit aqidah “Allah ada tanpa tempat” dalam karya-karya mereka.   Agar
khutbah ini tidak terlalu panjang, dalam kesempatan yang penuh kemuliaan
ini, khatib hanya mengutip apa yang didawuhkan oleh pendiri NU, Rais
Akbar NU dan Pendiri Pondok Pesantren Tebuireng KH Muhammad Hasyim
Asy’ari yang menyatakan dalam mukadimah kitab at-Tanbihat al-Wajibat
liman Yashna’ al-Maulid bi al-Munkarat: ‫َر ْيكَ لَهُ ْال ُمنَـ َّزهُ َع ِن‬ ِ ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل ِإلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ الَ ش‬
‫“ ْال ِج ْس ِميَّ ِة َو ْال ِجهَ ِة َوال َّز َما ِن َو ْال َمكَا ِن‬Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib
disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia maha
suci dari berbentuk (berjisim), arah, zaman dan tempat.” Dari paparan
khutbah di atas, menjadi jelas bagi kita bahwa keyakinan “Allah ada tanpa
tempat” adalah aqidah yang benar dan berlandaskan Al-Qur’an, hadits
Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kesepakatan umat di
berbagai belahan dunia serta didukung dan disebarluaskan oleh para ulama
di bumi Indonesia. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah
singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat
dan membawa barakah bagi kita semua. Amin. ،‫َأقُ وْ ُل قَ وْ لِ ْي هٰ َذا َوَأ ْس تَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‬
ْ ‫ص لِّ ْي َوُأ َس لِّ ُم َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُم‬ ‫هّٰلِل‬
‫ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬،ُ‫فَا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬. Khutbah II ،‫ص طَفَى‬ َ ‫ َوُأ‬،‫اَ ْل َح ْم ُد ِ َو َكفَى‬
‫ َوَأ ْش هَ ُد َأ َّن َس يِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُهُ َأ َّما‬،ُ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل إلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَ ه‬.‫َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل ْال َوفَا‬
‫الص اَل ِة‬ َّ ِ‫ َأ َم َر ُك ْم ب‬،‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بِ َأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‬ ِ ْ‫ ُأو‬، َ‫ فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ ن‬،ُ‫بَ ْعد‬
ِّ
،‫ص لوا َعل ْي ِه َو َس ل ُموا ت َْس لِي ًما‬َ ُّ ُ َّ ‫َأ‬ َّ
َ ‫ يَا يُّهَ ا ال ِذينَ آ َمن وا‬،‫ُصلونَ َعلى النبِ ِّي‬ َ ُّ َ ‫ ِإ َّن هللاَ َو َم ِئ َكتَهُ ي‬:‫َري ِْم فَقَا َل‬
‫اَل‬ ِ ‫َو ٰال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْالك‬
‫ار ْك َعلَى‬ ِ َ‫آل َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َوب‬ ِ ‫صليْتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ َّ َ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللّهُ َّم‬
‫ك َح ِم ْي ٌد‬ ْ
َ َّ‫ فِ ْي ال َع الَ ِم ْينَ ِإن‬،‫آل َس يِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬ ِ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَ ا َر ْكتَ َعلَى َس يِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ ِ ‫َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫ اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء‬،‫ت‬ ٰ
ِ ‫ت اَأْلحْ يَ ا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا‬ ِ ‫وال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬ ْ ‫ت‬ ِ ‫ اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما‬.‫َم ِج ْي ٌد‬
ً‫َاص ة‬ َّ ‫ ِم ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا خ‬، َ‫ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَن‬، َ‫َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ شَا َء َو ْال ُم ْنك ََر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسيُوْ فَ ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّشدَاِئ َد َو ْال ِم َحن‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى‬ ِ ‫إن هللاَ يَْأ ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس‬
َّ ،ِ‫ ِعبَا َد هللا‬ ‫َي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬ ْ ‫ك َعلَى ُك ِّل ش‬ َ َّ‫ ِإن‬،ً‫َو ِم ْن ب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عَا َّمة‬
‫َأ‬ ْ ْ َّ ُ
‫ فَ اذ ُكرُوا هللاَ ال َع ِظ ْي َم يَ ذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ ْكبَ ُر‬. َ‫ يَ ِعظ ُك ْم لَ َعل ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ ن‬،‫َر َوالبَ ْغ ِي‬ ْ
ِ ‫ ع َِن الفَحْ شَا ِء َوال ُم ْنك‬Ustadz Nur
Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Aswaja NU
Center PCNU Kab. Mojokerto

Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-bulan-rajab-allah-
ada-tanpa-tempat-cK2q3 ‫ َأ ْشهَ ُد‬،‫َريم‬ ِ ‫ َوَأ ْفهَ َمنَا بِش‬،‫لح ْم ُد هللِ الّذي هَدَانَا ُسب َُل ال ّسالَ ِم‬
ِ ‫َر ْي َع ِة النَّبِ ّي الك‬ َ ‫لح ْم ُد هللِ ْا‬
َ ‫ْا‬

3
‫ص لِّ و‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬،‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ولُه‬،‫الل َواإل ْكرام‬ ِ ‫لج‬ َ ‫ ُذو ْا‬،‫َريك لَه‬ ِ ‫َأ ْن اَل ِالَهَ ِإاَّل هللا َوحْ َدهُ ال ش‬
ُ‫ص ْيك ْم‬ ْ َ ْ ‫َأ‬
ُ ْ‫ أو‬،‫ فيَايُّهَا اِإل خ َوان‬:ُ‫ َّما بَعد‬،‫سان إلى يَوْ ِم الدِّين‬ َ ِ ْ‫إح‬ َّ
ِ‫بار ْك َعلَى َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد َو َعلى الِه َو حابِ ِه َوالتابِعينَ ب‬
ْ‫أص‬ َ ِ ‫َسلِّ ْم َو‬
ِ‫ بِ ْس ِم هللا‬،}‫ان ال َّر ِجيْم‬ َ َّ ُ
ِ ‫ ُعوْ ذ بِاهللِ ِمنَ الش ْيط‬:‫َري ْم‬ ‫َأ‬ ْ ُ ْ
ِ ‫الى فِي القرْ ا ِن الك‬ َ ‫ال هللاُ تَ َع‬ َ ْ ُ ُ َّ
َ ‫ ق‬،‫َو نَ ْف ِس ْي بِتَق َوى هللاِ َوطا َعتِ ِه ل َعلك ْم تفلِحُوْ ن‬
ْ َ َ ْ
ُ ْ ‫َأ‬
‫ُص لِحْ لَ ُك ْم ْع َم الَ ُك ْم َويَغفِ رْ لَ ُك ْم ذنُ وبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هللا‬ ْ ‫ ي‬،‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقولوا قَوْ َس ِديدًا‬:‫الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ْي ْم‬
‫اًل‬ ُ ُ
ُ‫ق هللا‬َ ‫ص َد‬ ‫َأ‬ َّ ‫َظي ًما وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هللاَ َح‬
َ . َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َو ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ ِ ‫َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا ع‬
‫ال َع ِظي ُم‬
  Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,

Alhamdulillah pada kesempatan yang berbahagia ini kita masih diberi


kesempatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk beribadah di bulan
Rajab yang mulia ini. Pada kesempatan ini kita kembali memperingati
peristiwa besar dan istimewa, yaitu peringatan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itu, sebagai umat
Islam, kita harus mengetahui apa makna Isra’ Mi’raj, bagaimana kisah
perjalanan Nabi dalam Isra’ Mi’raj? Dan apa pelajaran yang dapat kita
ambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam?   Isra’ Mi’raj adalah peristiwa yang agung, yaitu Allah
subhanahu wata’ala memberikan keistimewaan pada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan perjalanan
mulia bersama malaikat Jibril mulai dari Masjidil Haram Makkah
menuju Masjidil Aqsha Palestina. Kemudian dilanjutkan dari Masjidil
Aqsha menuju Sidratil Muntaha untuk menghadap Allah subhanahu
wata’ala sang pencipta Alam semesta. Sebagaimana firman Allah
subhanahu wata’ala dalam surat Isra’ ayat 1:  

َ ‫ُس ْب َحانَ الَّ ِذي َأ ْس َر ٰى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْياًل ِمنَ ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام ِإلَى ْال َم ْس ِج ِد اَأْل ْق‬
َ َ‫صى الَّ ِذي ب‬
ُ‫ار ْكنَا َحوْ لَهُ ِلنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَا ِإنَّه‬
‫صي ُر‬ِ َ‫ هُ َو ال َّس ِمي ُع ْالب‬ 

Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya


pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsho yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.   Imam Bukhari mengisahkan
perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam Shahih Bukhari, Juz 5 halaman 52. Intisarinya adalah, suatu
ketika Nabi berada di dalam suatu kamar dalam keadaan tidur,
kemudian datang malaikat mengeluarkan hati Nabi dan mencucinya,
kemudian memberikannya emas yang dipenuhi dengan iman.
Kemudian hati Nabi dikembalikan sebagaimana semula. Setelah itu
Nabi melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj dengan mengendarai Buraq
dengan diantar oleh malaikat Jibril hingga langit dunia, kemudian
terdapat pertanyaan, “Siapa ini?” Jibril menjawab: “Jibril.” “Siapa yang

4
bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad”. “Selamat datang,
sungguh sebaik-baiknya orang yang berkunjung adalah engkau, wahai
Nabi.” Di langit dunia ini, Nabi bertemu dengan Nabi Adam
‘alaihissalam, Jibril menunjukkan bahwa Nabi Adam adalah bapak dari
para nabi. Jibril memohon kepada Nabi Muhammad untuk
mengucapkan salam kepada Nabi Adam, Nabi Muhammad
mengucapkan salam kepada Nabi Adam ‘alaihissalam, sebaliknya Nabi 
Adam juga membalas salam kepada Nabi Muhammad.   Perjalanan
dilanjutkan menuju langit kedua, di sini Nabi bertemu dengan Nabi
Yahya dan Nabi Isa. Di langit ketiga, Nabi Muhammad bertemu dengan
Nabi Yusuf ‘alaihissalam, di langit keempat, Nabi bertemu dengan Nabi
Idris, di langit kelima Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Harun
‘alaihissalam, di langit keenam, Nabi Muhammad bertemu dengan
Nabi Musa, Nabi Musa menangis karena Nabi Muhammad memiliki
umat yang paling banyak masuk surga, melampaui dari umat Nabi
Musa sendiri. Dan terakhir di langit ketujuh, Nabi Muhammad bertemu
dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Setelah itu, Nabi Muhammad
menuju Sidratil Muntaha, tempat Nabi bermunajat dan berdoa kepada
Allah subhanahu wata’ala. Kemudian Nabi naik menuju Baitul Makmur,
yaitu baitullah di langit ketujuh yang arahnya lurus dengan Ka’bah di
bumi, setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk untuk
berthawaf di dalamnya.  Kemudian Nabi disuguhi dengan arak, susu,
dan madu. Nabi kemudian mengambil susu, Jibril mengatakan: “Susu
adalah lambang dari kemurnian dan fitrah yang menjadi ciri khas Nabi
Muhammad dan umatnya.”    Di Baitul Makmur, Nabi Muhammad
bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala. Allah mewajibkan kepada
Nabi untuk melaksanakan shalat fardlu sebanyak lima puluh rakaat
setiap hari. Nabi menerima dan kemudian kembali pulang, dalam
perjalanan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bertemu
dengan Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Musa mengingatkan bahwa
umat Nabi Muhammad tidak akan mampu dengan perintah shalat
lima puluh kali sehari, Nabi Musa mengatakan, umatku telah
membuktikannya. Lalu meminta kepada Nabi Muhammad untuk
kembali pada Allah subhanahu wata’ala, mohonlah keringanan untuk
umatmu. Kemudian Nabi menghadap kepada Allah dan diringankan
menjadi shalat sepuluh kali. kemudian Nabi Muhammad kembali
kepada Nabi Musa, dan Nabi Musa mengingatkan sebagaimana yang
pertama.

5
Kembali Nabi menghadap Allah hingga dua kali, dan akhirnya Allah
mewajibkan shalat lima waktu. Nabi Muhammad kembali pada Nabi
Musa, Nabi musa tetap mengatakan bahwa umatmu tidak akan kuat
wahai Nabi Muhammad, Nabi Muhammad menjawab, saya malu
untuk kembali menghadap pada Allah. Saya ridho dan pasrah kepada
Allah.

  Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah,  

Imam Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah wa Nihayah, Sirah Nabawiyah,


Juz 2 halaman 94 menceritakan, keesokan harinya, Nabi
menyampaikan peristiwa tentang Isra’ Mi’raj terhadap kaum Quraisy.
Mayoritas orang Quraisy inkar terhadap kisah yang disampaikan Nabi
Muhammad, bahkan sebagian kaum muslimin ada yang kembali
murtad karena tidak percaya terhadap kisah yang disampaikan Nabi.
Melihat hal tersebut, Abu Bakar bergegas untuk membenarkan kisah
Isra’ Mi’raj Nabi, beliau mengatakan: sungguh aku percaya terhadap
berita dari langit, apakah yang hanya tentang berita Baitul Maqdis aku
tidak percaya? Sejak saat itu sahabat Abu Bakar dijuluki Nabi dengan
sebutan Abu Bakar As-Shiddiq, Abu Bakar yang sangat jujur.    Apa
pelajaran yang dapat kita ambil dari peringatan Isra’ Mi’raj? Ali
Muhammad Shalabi dalam Sirah Nabawiyah: ‘Irdlu Waqâi’ wa Tahlîl
Ihdats, juz 1 halaman 209 menjelaskan, pertama, Isra’ Mi’raj adalah
kemuliaan dan keistimewaan dari Allah kepada hambanya tercinta,
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi baru saja
mengalami hal yang amat menyedihkan, yaitu wafatnya Dewi Khodijah
sebagai istri tercinta, yang selalu mengorbankan jiwa, tenaga, pikiran,
dan hartanya demi perjuangan Nabi, serta wafatnya paman tercinta
yaitu Abu Thalib, yang selalu melindungi Nabi dari kekejaman kaum
Quraisy. Allah ingin menguatkan hati Nabi dengan melihat secara
langsung kebesaran Allah subhanahu wata’ala. Sehingga hati Nabi
semakin mantap dan teguh dalam menyebarkan Agama Allah
subhanahu wata’ala. Ini memberikan pelajaran kepada kita, bahwa
siapa pun yang berjuang di jalan Allah, dan menegakkan agama,
seperti dengan memakmurkan masjid, memakmurkan majlis ilmu,
dzikir dan tahlil, Allah akan memberikan kebahagiaan dan
keistimewaan baginya.    Kedua, kewajiban menjalankan shalat lima
waktu bagi setiap muslim. Musthofa As Siba’i dalam kitabnya, Sirah
Nabawiyah, Durus wa Ibar, jilid 1 halaman 54 menjelaskan bahwa jika

6
Nabi melakukan Isra’ Mi’raj dengan ruh dan jasadnya sebagai mukjizat,
sebuah keharusan bagi tiap Muslim menghadap (mi’raj) kepada Allah
subhanahu wata’ala lima kali sehari dengan jiwa dan hati yang khusyu’.
Dengan shalat yang khusyu’, seseorang akan merasa diawasi oleh
Allah subhanahu wata’ala, sehingga ia malu untuk menuruti syahwat
dan hawa nafsu, malu untuk berkata kotor, malu untuk mencaci orang
lain, malu untuk berbuat bohong, dan sebaliknya lebih senang dan
mudah untuk melakukan banyak kebaikan. Hal tersebut demi untuk
mengagungkan keesaan Allah, kebesaran Allah, sehingga dapat
menjadi makhluk Allah yang terbaik di muka bumi ini.    Ketiga, Isra’
Mi’raj adalah mukjizat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
dengan perjalanan beliau dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul
Muntaha. Dalam sejarah, Itu adalah perjalanan pertama manusia di
dunia menuju luar angkasa, dan kembali menuju bumi dengan
selamat. Jika hal ini telah terjadi di zaman Nabi, 1400 tahun yang lalu,
hal tersebut memberikan pelajaran bagi umat Islam agar mandiri,
belajar, bangkit dan meningkatkan kemampuan, tidak hanya dalam
masalah agama, sosial, politik, dan ekonomi, namun juga harus melek
terhadap sains dan teknologi. Perjalanan menuju ke luar angkasa
adalah sains dan teknologi tingkat tinggi yang menjadi salah satu tolak
ukur kemajuan sebuah umat dan bangsa.    Keempat, dalam
perjalanan Isra’ Mi’raj, terdapat penyebutan dua masjid umat Islam,
yaitu Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Hal tersebut memberikan
pelajaran bagi kita bahwa Masjidil Aqsha adalah bagian dari tempat
suci umat Islam. Membela Masjidil Aqsha dan sekelilingnya sama saja
dengan membela agama Islam. Wajib bagi tiap muslim sesuai dengan
kemampuan masing-masing untuk selalu berjuang dan berkorban
untuk kemerdekaan dan keselamatan Masjidil Aqhsa Palestina. Baik
dengan diplomasi politik, bantuan sandang pangan, maupun dengan
harta. Semoga kita selalu menjadi umat yang selalu dapat mengambil
hikmah dan dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini dan mengamalkannya dengan
sebaik-baiknya. Allahumma Aamin.

  ‫ْطان‬ ِ ‫ أعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشي‬. َ‫ َوأ ْد َخلَنَا وِإيَّاكم فِي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمْؤ ِمنِ ْين‬،‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَاِئ ِزين اآل ِمنِين‬
‫ك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي‬ َ ‫ با َ َر‬   ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬:‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ ما ِن ال َّر ِحي ْم‬،‫ال َّر ِجي ْم‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ٌ ْ‫ك بَ ٌّر َرُؤ و‬ ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيّا ُك ْم بِاآليا‬،‫ القُرْ آ ِن ال َع ِظي ِْم‬ 
ٌ ِ‫ إنّهُ تَعاَلَى َجوّا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬.‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬
Khutbah II   َ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ ال‬.‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه‬ َ ‫ اللهُ َّم‬.‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعى إل َى ِرضْ َوانِ ِه‬ َّ ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد‬ َ ‫َش ِر ْي‬
‫ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا َّن هللاَ َم َر ُك ْم‬  ‫َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫َلى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا‬ َ ‫صلُّوْ نَ ع‬ َ ُ‫بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ ي‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسل ْم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
ِّ َ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اللهُ َّم‬.‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ َ
‫ض اللّهُ َّم ع َِن ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َوع َْن‬ َ ْ‫ار‬ ‫و‬ َ‫ن‬ ‫ي‬ْ ‫ب‬ َّ
‫ر‬ ‫ق‬‫م‬‫ل‬ ْ
َ ِ ُ ِ ‫اَ ْنبِ ِئ َ ِ َ َ ِئ‬
َ ‫ا‬ ‫ة‬ َ
‫ك‬ ‫آل‬‫م‬ ‫و‬ ‫ك‬
َ ‫ل‬ ‫س‬
ُ ‫ر‬ ُ ‫و‬ ‫ك‬َ ‫يآ‬

7
‫ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِكَ يَا َأرْ َح َم‬ ‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ‬
‫ان اِلَىيَوْ ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ‬ ‫بَقِيَّ ِة ال َّ‬
‫ْ‬ ‫َأ‬
‫ت اللهُ َّم ِع َّز اِإل ْسالَ َم‬ ‫ْ‬
‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َواالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬‫الرَّا ِح ِم ْينَ ‪  ‬اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل‬ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ‬ ‫ك َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَادَكَ ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬ ‫َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ك ِإلَى يَوْ َم ال ِّد ْي ِن‪ .‬اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا البَالَ َء َوال َوبَا َء َوال َّزالَ ِز َل َوال ِم َحنَ‬ ‫ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ َأ ْعدَا َء ال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ‬ ‫َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا ِا ْندُونِي ِْسيَّا خآ َّ‬
‫ْ‬
‫اإن لَ ْم تَغفِرْ لَنَا‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا ظلَ ْمنَا اَنف َسنَا َو ْ‬ ‫َّ‬
‫اب الن ِ‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫بى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء‬ ‫ان َوِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ َ‬ ‫ْأ‬
‫َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِر ْينَ ‪ِ .‬عبَا َدهللاِ! ِإ َّن هللاَ يَ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ‬
‫َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

‫‪8‬‬
hutbah I

‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ ِإاَّل هللا َوحْ َدهُ ال‬،‫ريم‬ ِ ‫ َوَأ ْفهَ َمنَا بِ َش ِر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك‬،‫لح ْم ُد هللِ الّذي هَدَانَا ُسبُ َل ال ّسالَ ِم‬
َ ‫ْال َح ْم ُد هللِ ْا‬
‫بار ْك َعلَى‬ ِ ‫ص ِّل و َسلِّ ْم َو‬ ّ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ اللهُ َّم‬،‫ َو ْشهَ ُد ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬،‫الل َواإل ْكرام‬ ِ ‫ ُذو ْال َج‬،‫َش ِريك لَه‬
ُ ْ‫ أو‬،‫ فَيَايُّهَا اِإل ْخ َوان‬:ُ‫ َأ َّما بَ ْعد‬،‫َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد َو َعلَى الِه َوأصْ حابِ ِه َوالتَّابِعينَ بِإحْ سا ِن إلَى يَوْ ِم الدِّين‬
‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْف ِس ْي‬
ِ‫ بِس ِْم هللا‬،‫ َأ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ الَّش ْيطَا ِن ال َّر ِجيْم‬:‫ قَا َل هللاُ تَ َعال َى فِي ْالقُرْ ا ِن ْال َك ِري ْم‬،‫بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ْن‬
‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن‬،‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬:‫ان ال َّر ِح ْي ْم‬
ِ ‫الرَّحْ َم‬
ْ ‫َأ‬ َّ
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإال َو نتُ ْم‬ ُ َّ َّ
َّ ‫ي ُِط ِع هللا َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا َع ِظي ًما وقال تعالى يَا اَيُّهَا ال ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتقوْ ا هللاَ َح‬
‫ق هللاُ ال َع ِظي ْم‬ َ ‫ص َد‬َ . َ‫ن‬ ْ‫و‬ ‫م‬ ‫ل‬
ُِ ُْ
‫س‬ ‫م‬

shalat Jumat rahimakumullah, Alhamdulilah pada hari ini kita masih berada di
bulan yang mulia, yaitu bulan Rajab. Rajab adalah bulan yang penuh rahmat,
anugerah, dan kebaikan dari Allah ‫ﷻ‬. Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaiful
Ma’arif juz 1 halaman 122 mengajurkan untuk bertaubat di bulan yang mulia ini.
Beliau mengatakan, “Putihkanlah lembaran hitammu di bulan Rajab, dengan amal
baik yang menyelamatkanmu dari api yang melalap.”

Lebih jelasnya, bulan Rajab adalah bulan yang baik untuk berhijrah, hijrah dari
kejelekan menuju kebaikan, hijrah dari ujaran kebencian ke ujaran kesantunan,
hijrah dari ekstremisme ke moderatisme, dan hijrah dari akhlak tercela ke akhlak
terpuji. shalat Jumat hafidhakumullah, Perlu diutarakan, Islam adalah agama yang
mengajarkan al-akhlaq al-karimah.

Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬diutus Allah ‫ ﷻ‬untuk menyempurnakan akhlak mulia


Sebagaimana diriwayatkan Imam Baihaqi dalam Sunan Baihaqi Juz 10 halaman
323:

‫ِإنَّ َما ب ُِع ْث ُ ُأِل‬


ِ ‫ار َم اَأْل ْخاَل‬
‫ق‬ ِ ‫ت تَ ِّم َم َم َك‬

“Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR Imam al-Baihaqi).

Bagaimana pengertian akhlak? Menurut Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin


juz 3 halaman 53, akhlak adalah perangai kejiwaan yang menjadi sumber segala
perbuatan secara spontan. Perangai kejiwaan yang menimbulkan perbuatan terpuji
secara logis dan syar’i, dinamakan dengan akhlak mulia. Sebaliknya, jika
perbuatan yang muncul adalah perbuatan tercela, dinamakan dengan akhlak
tercela. Akhlak selalu berkaitan dengan perilaku yang melekat sebagai kebiasaan
pada diri seseorang.

ika seseorang melakukan sesuatu di luar kebiasaannya, maka itu bukan


perangai dan sikapnya. Sebagai contoh, orang yang terbiasa bersikap kaku
dan tidak ramah memberikan senyuman/sapaan—ini jelas bukan karena
dia santun, melainkan karena kepentingan dan modus yang menuntut dia
bersikap ramah. Walaupun demikian, akhlak dapat diubah dan diperbaiki,
karena jiwa manusia diciptakan sempurna atau dalam proses menjadi
sempurna.

9
dilakukan dengan pendidikan dan pembinaan pada sikap dan perilaku
positif. Pembiasaan dilakukan dengan metode berbalik. Seperti sifat kaku
diubah dengan sikap ramah, ujaran kebencian diubah dengan ujaran
kebaikan, sikap keras diubah dengan sikap luwes dan moderat, dan sikap
intoleran diubah dengan sikap saling menghormati dan menghargai.
Proses pembiasaan ini tentu saja tidak bisa dilakukan secara instan tapi
membutuhkan waktu, perjuangan, dan kesabaran yang tinggi. Jamaah
shalat Jumat hafidhakumullah, Bagaimana implementasi dari al-akhlaq al-
karimah? Kembali kepada Nabi, karena beliaulah suriteladan dalam
berakhlak mulia. Banyak sekali ajaran beliau tentang akhlak mulia.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam
kitabnya Sunan Abi Dawud, juz 4 hlm 301:

‫اَل يَ ِحلُّ لِ ُم ْسلِ ٍم َأ ْن يُ َر ِّو َع ُم ْسلِ ًما‬

“Tidak halal seorang Muslim menyakiti orang Muslim lainnya.”

itu Imam al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitabnya Shahih


al-Bukhari, juz 1 halaman 12:

‫ َحتَّى يُ ِحبَّ َأِل ِخي ِه َما ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬،‫الَ يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم‬

“Tidak beriman dari kalian hingga mencintai saudaranya sebagimana


mencintai diri sendiri.”

Selanjutnya, Imam Hasan radliyallahu ‘anh sebagaimana dikutip Syekh


Muhammad Jamaludin dalam kitab Mau’idhatul Mu’minin, juz 1 halaman
176, menghimpun akhlak yang baik dengan pernyataan beliau:

‫ف اَأْل َذى‬
ُّ ‫ق بَ ْسطُ ْال َوجْ ِه َوبَ ْذ ُل النَّدَى َو َك‬
ِ ُ‫ُحسْنُ ْال ُخل‬

“Akhlak yang terpuji adalah dengan senyuman wajah, membantu kebaikan,


dan tidak menyakiti orang lain.” Syekh Muhammad Jamaludin
menjelaskan pula bahwa saling mengasihi, rukun, dan saling menyayangi
merupakan bentuk dari akhlak yang terpuji. Sebaliknya, perpecahan,
kebencian, dan permusuhan merupakan akibat dari akhlak yang tercela.

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat Terbaru tentang Cara Muslim


Menghadapi Musibah Bencana Alam

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Bagaimana ikhtiar kita agar


keluarga kita, anak-anak kita, dan saudara-saudara kita selalu berakhlak

10
mulia dan terhindar dari akhlak yang tercela? Sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6:

َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬
ُ‫ارة‬

“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian
dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu-batuan.”

satu ikhtiar kita agar keluarga kita terhindar dari akhlak tercela adalah
sebagaimana dawuh Kiai Abdul Karim Pengasuh Pesantren Azzayyadi
Surakarta: Pertama, agar anak-anakmu menjadi orang yang shalih,
dekatkan anak dan keluarga dengan ulama dan kiai yang shalih, ikhlas,
alim, moderat, dan tidak suka mencaci maki. . Sebagaimana firman Allah
‫ ﷻ‬dalam surat Yasin:

َ‫اتَّبِعُوا َم ْن ال يَسَْئلُ ُك ْم َأجْ راً َوهُ ْم ُم ْهتَ ُدون‬

“Ikutilah orang yang tidak memintamu upah dan mereka termasuk orang
yang mendapatkan hidayah (ulama)” (QS Yasin: 21).

Baca Juga: Khutbah Jumat: 3 Sifat Ini Adalah Kunci Menjadi Seorang


Muslim yang Berintegritas

Dekatkan anak dan keluarga dengan masjid, karena masjid adalah sebaik-
baiknya tempat, dan yang biasa berada di masjid adalah sebaik-baiknya
manusia. Sebagaimana firman Allah

َ‫ش ِإالَّ هللاَ فَ َعسى ُأولِئك‬ َ ‫ ِإنَّما يَ ْع ُم ُر َمسا ِج َد هللاِ َم ْن آ َمنَ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َوَأقا َم الصَّالةَ َوآتَى ال َّزكاةَ َولَ ْم يَ ْخ‬:‫ﷻ‬
َ‫َأ ْن يَ ُكونُوا ِمنَ ْال ُم ْهتَ ِدين‬

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang


yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan
shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada
Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang
mendapat petunjuk” (QS at-Taubah: 18).

Ketiga, dekatkan anak dan keluarga dengan pesantren dan majelis ilmu
yang memiliki paham Ahlussunnah wal Jama’ah. Karena orang yang
menempuh jalan ilmu, akan mendapatkan kemudahan dari Allah menuju
jalan surga. Sebagaimana hadits Nabi:

‫ط ِريقًا ِإلَى ْال َجنَّ ِة‬


َ ُ‫ك طَ ِريقًا فِي ِه يَ ْلتَ ِمسُ ِع ْل ًما َسه ََّل هَّللا ُ لَه‬
َ َ‫» َم ْن َسل‬

11
“Barangsiapa menempuh jalan ilmu, Allah akan memudahkannya jalan
menuju surga.” Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Mengapa kita
perlu berakhlak yang baik?

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Menyentuh Hati: Gempa Bumi di Mata


Seorang Muslim

Syekh Abdul Karim Zidan dalam kitab Ushulud Da’wah juz 1 halaman 82
menyatakan bahwa akhlak mulia merupakan suatu keharusan bagi orang
muslim dan menjadi syarat untuk selamat dari neraka dan meraih surga.
Sedangkan bagi orang yang tercela akhlaknya, shalat dan puasanya tiada
guna. Karena orang yang tidak memiliki akhlak yang mulia tidak memiliki
kebaikan, tidak berharga, dan menjadi calon penghuni neraka.

Sebagaimana hadits yang dikutip Syekh Muhammad Jamaludin dalam


kitab Mauidhatul Mu’minin, Juz 1 halaman 176:

َ َ‫ ق‬.‫يرانَهَا بِلِ َسانِهَا‬


‫ اَل خَ ي َْر فِيهَا‬:‫ال‬ ِ ُ‫ُول هللاِ ِإ َّن فُاَل نَةَ تَصُو ُم النَّهَا َر َوتَقُو ُم اللَّ ْي َل َو ِه َي َسيَِّئةُ ْال ُخل‬
َ ‫ق تُْؤ ِذي ِج‬ َ ‫يَا َرس‬
‫ار‬ َّ ْ ‫َأ‬ ْ
ِ ‫ِه َي ِمن ه ِل الن‬

Wahai Rasulullah, sesungguhnya seorang wanita puasa di siang harinya,


tekun ibadah di malam harinya namun ia buruk akhlaknya, menyakiti
tetangganya dengan ucapannya. Nabi bersabda: Tiada kebaikan baginya,
ia termasuk ahli neraka.”

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Mumpung ini bulan Rajab, bulan


penuh kemuliaan, mari kita berhijrah, hijrah dari ujaran kebencian menuju
ujaran kebaikan, hijrah dari pesimisme ke optimisme, hijrah dari
kegaduhan ke kerukunan, hijrah dari permusuhan ke persatuan, dan hijrah
dari akhlak jelek menuju akhlak yang baik. Sehingga dengan hijrah
tersebut kita semakin baik, semakin berguna, semakin bahagia, dan
mendapatkan Ridho dari Allah ‫ ﷻ‬. Âmîn yâ rabbal ‘âlamîn.

ِ ‫ أعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشي‬: َ‫ َوأ ْد َخلَنَا وِإيَّاكم فِي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمْؤ ِمنِ ْين‬،‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَاِئ ِزين اآل ِمنِين‬
‫ْطان‬
ِ ْ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا با َ َركَ هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُر‬:‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ ما ِن ال َّر ِحي ْم‬،‫ال َّر ِجي ْم‬
‫آن‬
ٌ ِ‫ إنّهُ تَعاَلَى َجوّا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬.‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‬
ٌ ْ‫ك بَ ٌّر َرُؤ و‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيّا ُك ْم بِاآليا‬،‫ال َع ِظي ِْم‬

Khutbah II

12
 

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah


Mata Pelajaran : Bahasa Arab
Kelas/ Semester : XII / Ganjil
Materi Pokok : ‫الحضارة اإلسالمية‬
Jam Pertemuan : 2 x 45 Menit (1xPertemuan)

KOMPETENSI INTI (KI) DAN KOMPETENSI DASAR (KD(


I. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan..

II. Kompetensi Dasar (KD)


1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa

13
pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat
belajar.
2.1 Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam melaksanakan
komunikasi antar pribadi dengan guru dan teman.
2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan komunikasi transaksional dengan guru dan
teman.
2.3 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta
damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional.
3.1 Memahami cara penyampaian serta cara meresponnya, terkait topik :
(‫من رجال اإلسالم (البخاري وابن سينا وعمر بن الخطاب‬
dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya
yang sesuai konteks penggunaannya.
3.2 Memahami cara memberitahu dan menanyakan tentang fakta, perasaan
dan sikap, terkait topik :
(‫من رجال اإلسالم (البخاري وابن سينا وعمر بن الخطاب‬
dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur
budaya yang sesuai konteks penggunaannya.
3.3 Memahami secara sederhana unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur
budaya dari teks terkait topik
(‫من رجال اإلسالم (البخاري وابن سينا وعمر بن الخطاب‬
yang sesuai dengan konteks penggunaannya.
4.1 Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk merespon stimulir terkait
topik :
(‫من رجال اإلسالم (البخاري وابن سينا وعمر بن الخطاب‬
dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya
secara benar dan sesuai konteks.
4.2 Menyusun teks lisan dan tulis sederhana tentang cara memberitahu dan
menanyakan fakta, perasaan dan sikap terkait topik :
(‫من رجال اإلسالم (البخاري وابن سينا وعمر بن الخطاب‬
dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur
budayasecara benar dan sesuai konteks.
4.3 Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk mengungkapkan informasi
terkait topik :
(‫من رجال اإلسالم (البخاري وابن سينا وعمر بن الخطاب‬
dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur budaya
secara benar dan sesuai dengan konteks.
Tarkib lughawi: ‫الفعل المبني للمجهول ونائب الفاعل‬

14
I. Kompetensi Inti (KI)

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

II. Kompetensi Dasar (KD)


4.3. Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk mengungkapkan
informasi terkait topik : ‫من رج ال اإلس الم (البخ اري وابن س ينا وعم ر بن‬
)‫الخطاب‬dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur teks dan unsur
budaya secara benar dan sesuai dengan konteks

III. Indikator
Peserta didik mampu:
1) Menyusun kata-kata/ungkapan-ungkapan acak menjadi kalimat sempurna.
2) Menyusun kata-kata/ungkapan-ungkapan acak menjadi paragraf sempurna.

IV. Tujuan Pembelajaran


1) Agar peserta didik dapat menyusun kata-kata/ungkapan-ungkapan acak
menjadi kalimat sempurna
2) Agar peserta didik dapat menyusun kata-kata/ungkapan-ungkapan acak
menjadi paragraf sempurna.

V. Materi Pokok
- Kitabah tentang )‫من رجال اإلسالم (البخاري وابن سينا وعمر بن الخطاب‬

- Struktur kata tentang ‫الفعل المبني للمجهول ونائب الفاعل‬

VI. Metode Pembelajaran


- Menggunakan pendekatan scientific
VII. Sumber/ Media Pembelajaran
- Buku siswa dari Kemenag.
- Buku Kamus Arab Indonesia
- Buku Nahwu
- Video
- LCD
- File-File Pembelajaran

15
VIII. Proses Pembelajaran
Kegiatan pendahuluan
1) Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2) Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, kebersihan kelas posisi
tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
3) Guru menyapa peserta didik dengan memperkenalkan diri kepada peserta
didik.
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5) Memaparkan illustrasi melalui media /alat peraga /alat bantu bisa berupa
tulisan manual dipapan tulis, kertas kartonatau slide.
6) Guru memberikan pengantar topik keterampilan kepada peserta didik.

Kegiatan inti
a. Kosa kata
1) Guru meminta peserta didik mengamati kosa kata yang dipaparkan.
2) Guru meminta peserta didik mengamati contoh pemakaian kosa kata
tersebut dalam kalimat.
3) Guru meminta peserta didik menanyakan kosa kata baru yang belum
diketahui maknanya.
4) Gurumemintapeserta didik menyelesaikan beberapa latihan pemahaman
makna kosa kata baru.
5) Peserta didik mengemukakan hasil latihan.
6) Gurumemberikanpenjelasantambahankembalidanpenguatanyangdikemuka
an peserta didik tentang hasil latihan.

b. Berbicara
1) Guru meminta peserta didik memperhatikan contoh teks dialog yang
sedang dipaparkan guru melalui alat peraga/media.
2) Guru membaca teks dialog sedangkan peserta didik mendengarkan dan
memperhatikan bacaan guru.
3) Guru meminta peserta didik membaca dengan suara keras contoh teks
dialog secara bersama-sama.
4) Peserta didik secara bersama-sama mengulangi membaca contoh teks
dialog.
5) Guru meminta peserta didik membaca contoh teks dialog secara
berkelompok.
6) Guru meminta perwakilan peserta didik membaca contoh teks dialog
secara berpasangan.
7) Guru melakukan dialog interaksi dengan peserta didik.
8) Guru meminta peserta didik menyelesaikan latihan keterampilan
berbicara.

16
c. Strukur kalimat
1) Guru meminta peserta didik memperhatikan susunan kalimat yang terdapat
dalam contoh.
2) Guru meminta peserta didik membaca contoh secara berulang-ulang.
3) Guru meminta peserta didik membuat catatan khusus berkenaan dengan
materi.
4) Guru membuka kesempatan kepada peserta didik menyampaikan pendapat
atau bertanya berkenaan dengan materi.
5) Guru meminta peserta didik menyelesaikan soal-soal latihan.
6) Guru meminta peserta didik membuat rumusan materi dan membuat
contoh.
d. Membaca
1) Guru memberikan contoh membaca teks bacaan sedangkan peserta didik
mendengarkan dan memperhatikan bacaan guru.
2) Guru meminta peserta didik membaca teks bacaan di dalam hati tanpa
menggerakkan bibir.
3) Guru meminta peserta didik menanyakan kosa kata yang tidak diketahui
maknanya.
4) Guru meminta sebagian peserta didik membaca teks bacaan dengan suara
nyaring.
5) Guru memperhatikan bacaan peserta didik dan memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang ada serta menyelesaikan segala permasalahan yang
berkenaan dengan bunyi.
6) Guru meminta peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berkenaan dengan informasi yang terdapat dalam teks.
7) Guru mengukur pemahaman peserta didik terhadap isi bacaan melalui
latihan-latihan.

e. Menulis
1) Guru meminta peserta didik merangkai kata-kata yang acak menjadi
kalimat.
2) Guru meminta peserta didik melengkapi kalimat dengan kata-kata yang
terdapat di dalam kurung.
3) Guru meminta peserta didik membuat kalimat atau ungkapan atau paragraf
melalui bantuan gambar.

Kegiatan penutup

1) Guru dan peserta didik membuat simpulan pelajaran


2) Guru memberi refleksi sederhana terhadap kegiatan yang telah dilakukan
3) Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

17
4) Guru menyampaikan rencara pembelajaran pada pertemuan berikutnya
5) Guru memberi tugas individu untuk dikerjakan dirumah

V. Penilaian
Guru melakukan penilaian pada:
a. Keterampilan berbicara.
Rubrik penilaian
Aspek Penilaian Tindak
Ketuntasan Lanjut

Kelancaran
Nama Peserta Didik Total

Kosa kata
Pelafalan
No.

Struktur
Skor T TT R P

1.
2.
3.

Deskripsi
Aspek Penilaian Deskripsi Skor
Pelafalan Mudah dipahami dan memiliki aksen penutur asli 5
Mudah dipahami meskipun dengan aksen tertentu 4
Ada masalah pengucapan yang membuat pendengar 3
harus konsentrasi penuh dan kadang-kadang ada
kesalahpahaman
Sulit dipahami karena ada masalah pengucapan, 2
sering diminta mengulangi
Masalah pengucapan serius sehingga tidak bisa 1
dipahami
Kelancaran Lancar seperti penutur asli 5
Kelancaran tampak sedikit terganggu oleh masalah 4
bahasa
Kelancaran agak banyak terganggu oleh masalah 3
bahasa
Sering ragu-ragu dan terhenti karena keterbatasan 2
bahasa
Bicara terputus-putus dan terhenti sehingga 1
percakapan tidak mungkin terjadi
Kosa kata Menggunakan kosa kata dan ungkapan seperti 5
penutur asli
Kadang-kadang menggunakan kosa kata yang tidak 4
tepat
Sering menggunakan kosa kata yang tidak tepat, 3
percakapan menjadi terbatas karena keterbatasan
kosa kata

18
Menggunakan kosa kata secara salah dan kosa kata 2
terbatas sehingga sulit dipahami
Kosa kata sangat terbatas sehingga percakapan tidak 1
mungkin terjadi
Struktur Tidak ada atau sedikit kesalahan tata bahasa 5
Kadang-kadang membuat kesalahan tata bahasa 4
tetapi tidak mempengaruhi makna
Sering membuat kesalahan tata bahasa yang 3
mempengaruhi makna
Banyak kesalahan tata bahasa yang menghambat 2
makna dan sering menata ulang kalimat
Kesalahan tata bahasa begitu parah sehingga sulit 1
dipahami
Pemahaman Memahami semua tanpa mengalami kesulitan 5
Memahami hampir semuanya, walau ada 4
pengulangan pada bagian tertentu
Memahami sebagian besar apa yang dikatakan bila 3
bicara agak diperlambat walau ada pengulangan
Susah mengikuti apa yang dikatakan. 2
Tidak bisa memahami walaupun percakapan 1
sederhana

b. Keterampilan membaca nyaring.


Aspek Penilaian Tindak
Ketuntasan Lanjut
Kelancaran

Nama Peserta Didik Total


Pelafalan

No.
Akurasi

Intonasi

Skor T TT R P

1.
2.
3.

Deskripsi
Aspek Penilaian Deskripsi Skor
Kelancaran Sangat lancar 4
Lancar 3
Lancar, tetapi masih tersendat 2
Sering tersendat 1
Akurasi Semua ucapan dipahami 4
Sebagian besar ucapan sudah dapat dipahami 3
Sebagian kecil ucapan sudah dapat dipahami 2
Semua ucapan tidak dapat dipahami 1

19
Pelafalan Semua ucapan benar 4
Sebagian besar ucapan benar 3
Sebagian kecil ucapan sudah benar 2
Hampir semua ucapan tidak benar 1
Intonasi Tekanan/irama semua kata, frasa, kalimat benar 4
Tekanan/irama sebagian besar kata benar 3
Tekanan/irama sebagian kecil kata benar 2
Tekanan/irama semua kata salah 1

c. Keterampilan menulis paragraf.


Aspek Penilaian Deskripsi Skor
Kesesuaian isi Menanggapi tugas dengan sempurna; pembahasan 4
sempurna; informasi relevan dan tepat; interpretasi
sangat kuat dan mendukung.
Mampu menanggapi tugas; pembahasan mampu; 3
informasi umumnya relevan dan tepat; interpretasi
umumnya mendukung.
Kurang mampu menanggapi tugas; pembahasan dapat 2
diterima tapi kadang tidak konsisten; informasi
kadang tidak relevan/tidak tepat; interpretasi kadang
tidak konsisten dengan fakta.
Tidak bisa menanggapi tugas; pembahasan tidak 1
lengkap dan tidak konsisten; informasi sering tidak
relevan/tidak tepat; interpretasi tidak konsisten
dengan fakta.
Mengabaikan atau kurang memahami tugas; minim
pembahasan; informasi dan interpretasi tidak relevan.
Kesesuaian Komunikasi efektif, sangat konsisten dengan bentuk 4
langkah retorika teks khusus, ungkapan tertata dengan baik dan
teratur, hubungan antar bagian teks jelas
Komunikasi cukup efektif, umumnya konsisten dengan 3
bentuk teks khusus, organisasi dan urutan ungkapan
umumnya tertata dengan baik dan teratur, hubungan
antar bagian teks umumnya jelas
Komunikasi kadang cukup efektif, konsisten bentuk 2
teks khusus kadang terabaikan, penataan ungkapan
kadang sulit diikuti, hubungan antar bagian teks
kadang tidak jelas
Komunikasi tidak efektif, maksud tidak jelas, tidak 1
mengikuti bentuk teks khusus, penataan dan urutan
ungkapan antar bagian teks tidak jelas.
Tidak bisa dipahami sama sekali, mangabaikan bentuk
teks khusus, tidak ada penataan teks.
Kesesuaian Bahasa yang digunakan sangat sesuai dengan bentuk 4

20
bahasa teks yang diberikan dan konteks komunikasi
Umumnya bahasa yang digunakan sesuai dengan 3
bentuk teks yang diberikan dan konteks komunikasi
Bahasa yang digunakan tidak konsisten dengan bentuk 2
teks yang diberikan dan konteks komunikasi
Bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan bentuk 1
teks yang diberikan dan konteks komunikasi
Bahasa yang digunakan sangat buruk
Kelayakan bentuk Layout, spelling, capitalization, dan neatness sangat 4
memenuhi aturan-aturan teks (genre)
Layout, spelling, verb conjunction, punctuation, 3
accents, agreements, capitalization, dan neatness
umumnya memenuhi aturan-aturan teks (genre)
Layout, spelling, verb conjunction, punctuation, 2
accents, agreements, capitalization, dan neatness
sebagian memenuhi aturan-aturan teks (genre)
Layout, spelling, verb conjunction, punctuation, 1
accents, agreements, capitalization, dan neatness
umumnya tidak memenuhi aturan-aturan teks (genre)
Layout, spelling, verb conjunction, punctuation,
accents, agreements, capitalization, dan neatness
tidak memenuhi aturan-aturan teks (genre)

VI. Tugas.
Format bentuk laporannya :
Nama : ................... Kelas : ...................
No. Induk : ................... Bulan : ...................

Tek Bahasa Arab yang pernah di baca Paraf Paraf


No. Tanggal/ selain pelajaran dan Al-Qur’an orang Guru
Hari tua
yang dapat
ditemukan

Keteranga
Terjemah

n sumber
Kaidah
Teks

teks

1
2
3
Dst

Skor penilaian sebagai berikut.


a. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya tepat pada waktu
yang ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya benar, nilai
4,00

21
b. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang
ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya benar, nilai 3,00
c. Jika peserta didik dapat mengumpulkan tugasnya setelah waktu yang
ditentukan dan perilaku yang diamati serta alasannya sedikit ada
kekurangan, nilai 2,00

Mengetahui, Batu, 21 Mei 2014


Guru Mata Pelajaran Orang Tua/Wali Siswa

............................... ........................................

22
Khutbah I ‫ق‬ ُ َّ‫ َوبِتَوْ فِ ْيقِ ِه تَت ََحق‬،‫ات‬ُ ‫ات َو ْالبَ َر َك‬ ُ ‫ َوبِفَضْ لِ ِه تَتَنَ َّز ُل ْال َخ ْي َر‬،‫ات‬ ُ ‫ْال َح ْم ُد هّٰلِل ِ الَّ ِذيْ بِنِ ْع َمتِ ِه تَتِ ُّم الصَّالِ َح‬
ٰ
‫ اللّهُ َّم‬.ُ‫ي بَ ْع َده‬ َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإ ٰلهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬.‫ات‬
َّ ِ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اَل نَب‬ ُ َ‫اص ُد َو ْالغَاي‬ ِ َ‫ْال َمق‬
َ‫ضرُوْ ن‬ ْ ‫َأ‬ َ ‫َأ‬ َّ
ِ ‫ فيَا يُّهَا ال َحا‬،ُ‫ َّما بَ ْعد‬. َ‫صحْ بِ ِه ال ُم َجا ِه ِد ْينَ الطا ِه ِر ْين‬ ْ ٰ َ
َ ‫ار ْك َعلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلى الِ ِه َو‬َ ِّ
ِ َ‫ص ِّل َو َسل ْم َوب‬ َ
‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم‬ َّ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َح‬. َ‫ي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬ َ ‫ص ْي ُك ْم َوِإيَّا‬ ِ ْ‫ُأو‬
َ‫ُم ْسلِ ُمون‬
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Layaknya orang tua yang memanjakan
anaknya, Allah pun kerap memanjakan hamba-Nya, inilah yang dinamakan
istidraj. Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Majid Al-
Nur (2000), jilid 5, menerangkan bahwa istidraj adalah pemanjaan agar lebih
terjerumus kepada kehinaan. Mereka mengira, melalui berbagai kenikmatan Allah
sedang memberikan kemuliaan padahal Allah sedang menghinakan perlahan-
lahan dan bahkan membinasakan. Mereka selalu berbuat maksiat dan tidak
beribadah namun Allah berikan kemewahan dunia. Allah memberikan harta yang
berlimpah padahal mereka tidak pernah bersedekah. Allah karuniakan rezeki
berlipat-lipat padahal jarang shalat, tidak senang pada nasihat ulama, dan terus
berbuat maksiat. Hidup dikagumi, dihormati, padahal akhlaknya bejat; diikuti,
diteladani dan diidolakan, padahal bangga mengumbar aurat dalam berpakaian.
Sangat jarang diuji sakit padahal dosa-dosa menggunung; tidak pernah diberikan
musibah padahal gaya hidupnya jumawa, meremehkan sesama, angkuh, dan
bedebah. Allah berikan anak-anak sehat dan cerdas padahal ia memberi makan
dari harta hasil yang haram (riba, menipu, korupsi). Hidup bahagia penuh canda
tawa padahal banyak orang karenanya terzalimi; kariernya terus menanjak padahal
banyak hak orang yang diinjak-injak. Semakin tua semakin makmur padahal
berkubang dosa sepanjang umur. Dalam Al-Qur’an Allah mengingatkan: َ‫َوالَّ ِذ ْين‬
‫ َواُ ْملِ ْي لَهُ ۗ ْم اِ َّن َك ْي ِديْ َمتِي ٌْن‬، َ‫ْث اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬ ُ ‫ َك َّذبُوْ ا بِ ٰا ٰيتِنَا َسنَ ْستَ ْد ِر ُجهُ ْم ِّم ْن َحي‬Artinya: “Dan orang-orang
yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur
(ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui.Dan Aku akan
memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh”
(QS Al-‘Araf [7]: 182-183). Istidraj itu berasal dari ‫ إستدراجا‬-‫ يستدرج‬-‫ إستدرج‬yang
berakar kata dari ‫ درج‬yang secara bahasa berarti tangga, meningkat, sedikit demi
sedikit, tahap demi tahap, ataupun perlahan-lahan. Sedangkan secara istilah berarti
kenikmatan materi yang diberikan kepada seseorang yang secara lahir semakin
bertambah, tetapi kenikmatan yang bersifat imaterial semakin dikurangi atau
dicabut, sementara ia tidak menyadarinya. Secara lahiriah kemewahan duniawi
Allah berikan, namun secara batiniah perintah ketakwaan (ittaqullah) ia abaikan.
Uraian tersebut diperkuat oleh Rasulullah saw melalui hadits yang berbunyi:
ADVERTISEMENT ‫ْطى ْال َع ْب َد‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ ِإ َذا َرَأيْتَ َ يُع‬:‫ال‬ َ َ‫ع َْن ُع ْقبَةَ ْب ِن عَا ِم ٍر ع َِن النَّبِ ِّى صلى هللا عليه و سلم ق‬
‫هّٰللا‬
‫ ثُ َّم تَاَل َرسُو ُل ِ صلى هللا عليه وسلم (فَلَ َّما نَسُوا َما‬.ٌ‫صي ِه َما يُ ِحبُّ فَِإنَّ َما هُ َو ا ْستِ ْد َراج‬ ِ ‫ِمنَ ال ُّد ْنيَا َعلَى َم َعا‬
ً ْ ‫َأ‬ ‫ُأ‬
َ‫اب ُك ِّل َش ْى ٍء َحتَّى ِإ َذا فَ ِرحُوا بِ َما وتُوا خَذنَاهُ ْم بَ ْغتَة فَِإ َذا هُ ْم ُم ْبلِسُون‬ ‫َأ‬
َ ‫ ُذ ِّكرُوا بِ ِه فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم ْب َو‬Artinya:
“Dari Uqbah ibn Amir dari Nabi saw, beliau bersabda: ‘Jika kamu melihat Allah
memberikan kemewahan dunia kepada hamba-Nya yang suka melanggar
perintah-Nya, maka itulah yang disebut istidraj.” Kemudian beliau membaca
firman Allah surat al-An`am ayat 44: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan

23
yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang
telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (HR. Ahmad) Buya Hamka, dalam
tafsir al-Azhar jilid 3, menjelaskan bahwa istidraj menurut QS Al-An’am ayat 44
bermakna dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah swt
memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu kesenangan,
hingga orang tersebut lupa diri. Bila dianalogikan, ibaratnya tidak ingat bahwa
sesudah panas, pasti ada hujan; sesudah lautan tenang, gelombang pasti datang.
Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh.
Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong. Allah melakukan pembiaran atas
maksiat yang mereka lakukan. Memberikan kesenangan terus-menerus yang
melalaikan. Hingga pada saatnya Allah akan mencabut semua kesenangan sampai
mereka termangu dalam penyesalan yang terlambat. Hal ini juga terjadi pada
zaman dahulu, istidraj menimpa pada diri Fir’aun dan Qarun. Fir’aun diberikan
kekuasaan tetapi tetap jumawa. Akhirnya Allah tenggelamkan ia karena
kepongahannya. Ia menjadi manusia yang sombong dan menentang bahkan
mengaku sebagai Tuhan. Akhirnya ia mati ditenggelamkan di dalam laut bersama
pasukannya ketika mengejar Nabi Musa dan Bani Israil. ADVERTISEMENT
Qarun adalah salah satu orang yang hidup pada zaman Nabi Musa as. Awalnya ia
adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Kemudian diajarkan kepadanya
oleh Nabi Musa tentang cara mengelola emas. Dalam waktu singkat, ia pun
menjadi kaya raya dengan mempunyai banyak emas dan harta melimpah. Akan
tetapi, lambat laun ia mulai lupa kepada Allah. Qarun dengan kelalaiannya pun
dibinasakan dengan ditelan bersama harta-hartanya. Makanya, kalau hari ini ada
yang menemukan harta tertimbun dalam tanah, orang-orang akan menyebutnya
sebagai harta karun, dengan dinisbatkan kepada harta Qarun yang ditelan bumi.
Sebagaimana firman Allah SWT: ‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا َأنَّ َما نُ ْملِي لَهُ ْم َخ ْي ٌر َأِل ْنفُ ِس ِه ْم ِإنَّ َما نُ ْملِي‬
ٌ ‫“ لَهُ ْم لِيَ ْزدَادُوا ِإ ْث ًما َولَهُ ْم َع َذابٌ ُم ِه‬Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir
‫ين‬
menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik
bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah
supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang
menghinakan” (QS Ali-Imran: 178). Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Istidraj
bisa terjadi kepada siapa saja, baik orang awam maupun ahli ibadah. Orang
mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya
murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan
beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang
layak didapatkan. Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati
hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang
ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan. Secara
psikologis, orang yang tertimpa istidraj, prilakunya sangat terlena dengan semua
yang ia punya, sehingga lupa bahwa semuanya hanyalah titipan sementara. Dia
lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan, begitu juga ia gemar melakukan
kemaksiatan tanpa merasa berdosa. Dan menganggap nikmat yang Allah Swt
berikan merupakan sebuah kebaikan untuknya. Ketika hal ini terjadi, maka akan
berakibat nantinya mendapatkan siksaan dari arah yang tidak disangka-sangka.
Maka dari itu, perlu meminta pertolongan kepada Allah swt dan juga mengasah
keimanan agar terus meningkat sehingga menyadari hakikat nikmat dan siksaan.

24
Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan
Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah,
bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya,
apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj. Bagi
siapa saja yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan rezeki
yang lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, perlu waspada. Bisa
jadi saat ini ia sedang teridentifikasi mengalami istidraj. Bagaimana cara
mengenalinya? Berikut ini adalah ciri-ciri istidraj yakni: (1) nikmat dunia yang
semakin bertambah, namun keimanan kita semakin menurun, (2) mendapat
kemudahan hidup meski terus menerus bermaksiat, (3) rezeki selalu bertambah,
meski terus lalai dalam ibadah, (4) semakin kaya, namun semakin menjadi kikir,
(5) jarang sakit, namun kerap berlaku sombong. Hal ini selaras dengan apa yang
dikatakan oleh Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam al-Hikam, yakni: ‫ف ِم ْن‬ ْ ‫ِخ‬
َ‫َ ُ ون‬ ‫م‬ َ ‫ل‬ ْ
‫ع‬ ‫ي‬ ‫اَل‬ ُ
‫ْث‬ ‫ي‬ ‫ح‬
َ ِّ ‫ن‬ْ ‫م‬ ‫ُم‬ ‫ه‬ ‫ج‬
ُ ‫ر‬
ِ ْ
‫د‬ َ ‫ت‬‫س‬ ْ َ ‫ن‬ ‫س‬
َ ً ‫ا‬‫اج‬ ‫ر‬ ْ
‫د‬ ‫ت‬‫س‬
َ ِ َ ِ َ‫َ وْ ن‬ْ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫ذ‬ َ ُ
‫ك‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ْ ‫َأ‬ ُ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ك‬ ‫ت‬ ‫ء‬‫ا‬ ‫س‬ ‫ام‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫و‬
َ َ َ ِ َ َ ‫ُ ُوْ ِ ِإ َ ِ ِ ِإ َ َ َ َ ِ ِإ‬ ‫ك‬ ْ
‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫س‬ ْ‫ح‬ ‫د‬ ‫ج‬ ‫و‬ “Takutlah
pada perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu yang terus-menerus
terhadap-Nya. Karena, itu bisa jadi sebuah istidrâj, seperti firman-Nya, ‘Kami
meng-istidraj-kan mereka dari jalan yang mereka tak ketahui’.” Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah, Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan,
bahwa ketika seseorang mendapatkan kenikmatan, baik nikmat materi maupun
non materi, hendaklah ia bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh zat pemberi
nikmat, dan bukannya lupa kepada-Nya. Dan segera bersyukur kepadaNya, baik
secara lisan, perbuatan maupun keyakinan dalam hati. Realisasi syukur itu bisa
berupa semakin rajin beribadah, bersedekah maupun perilaku-perilaku yang
bermanfaat bagi orang lain. Begitu bahayanya istidraj, sampai-sampai Umar bin
Khattab pernah berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
menjadi mustadraj (orang yang ditarik dengan berangsur-angsur ke arah
kebinasaan).” (Al-Umm, Imam Sayfi'i, IV/157). ‫ َونَفَ َعنِي‬،‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫بَا َركَ هللا لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُر‬
َ‫ َوَأقُوْ ُل قَوْ لِي هَذا‬،‫وَِإيَّا ُك ْم بِ َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوِإنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬
‫هّٰلِل‬
‫َّحيْم‬ ِ ‫ فَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم ِإنَّهُ ه َُو ال َغفُوْ ُر الر‬Khutbah II ‫َلى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ ع‬
َ ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعى‬
‫إلى‬ َّ ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِ ٰلهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬.‫َواِ ْمتِنَانِ ِه‬
ٰ
َ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى ٰالِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا هللا‬
‫َأ‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫ِرضْ َوانِ ِه‬
َ‫فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن هللا‬
‫صلَّى‬ َ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اللهُ َّم‬.‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ َ ‫صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا‬ َ ُ‫َو َمآلِئ َكتَهُ ي‬
‫ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء‬ ٰ ْ‫ار‬ ‫و‬ ‫ي‬ْ ‫ب‬ ‫ر‬ َّ َ ‫ق‬ ‫م‬ ‫ل‬ ْ
‫ا‬ ‫ة‬ َ
‫ك‬ ‫آل‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫س‬
ُ ‫ر‬ُ ‫و‬ ‫ك‬ ‫يآ‬ ‫ب‬ ْ
‫ن‬ َ ‫ا‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫د‬ ‫م‬‫ح‬ ‫م‬ َ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫د‬ ِّ ‫ي‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫م‬ ِّ
َ َ ْ َ َ ِ َ‫هللاُ َعل‬
‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ْ
‫ي‬
َ َ َ‫ِ ِئ َ َ ِ َ َ َ ِئ ِ ُ ِ ن‬ َ َ ٍ َّ َ ُ ِ َ ِ
‫ان اِلَىيَوْ ِم‬ ٍ ‫ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َس‬ َّ ‫َّاش ِد ْينَ َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوعُث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة ال‬
ْ ِ ‫الر‬
‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ل‬ ْ
‫س‬ ‫م‬‫ل‬ ْ
‫ا‬ ‫و‬ َ‫ن‬ ْ
‫ي‬
ِ َ ِ ُ َ ِ ِ ُ َ ِ ِ ُ َ ِ ِ ُ ِ ِ َّ ‫م‬ ‫ل‬ ْ
‫س‬ ‫م‬‫ل‬ ْ
‫ا‬ ‫و‬ ‫ت‬ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ْؤ‬ ‫م‬ ‫ل‬ ْ
‫ا‬ ‫و‬ َ‫ن‬ ْ
‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ْؤ‬ ‫م‬ ْ
‫ل‬ ‫ل‬ ْ‫ر‬ ‫ف‬ ْ
‫غ‬ ‫ا‬ ‫م‬ ُ ‫ه‬ ‫لل‬ َ ‫ا‬ َ‫ن‬ ْ
‫ي‬ ‫م‬ ِ ِ ‫ح‬ ‫َّا‬‫ر‬ ‫ال‬ ‫م‬
ََ‫ح‬ ْ‫ر‬ ‫َأ‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ك‬
َ
َ َِ َِ ْ ََ ‫ت‬ ‫م‬ ْ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫م‬ ُ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ا‬ َّ ‫ن‬ ‫ع‬
َ ‫ض‬ َ ْ‫ار‬ َ ‫ال ِّد ْي ِن‬
‫و‬
ْ ْ ْ ْ ِّ ‫َأ‬ ْ ْ َّ ‫َأ‬ ّ ٰ ْ ْ
َ‫ك ال ُم َوحِّ ِديَّة‬ َ ‫ك َوال ُمش ِر ِك ْينَ َوانصُرْ ِعبَا َد‬ َ ْ‫ت اللهُ َّم ِعز اِإل ْسالَ َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ِذ َّل الشر‬ ِ ‫اَالَحْ يآ ُء ِمنهُ ْم َواالَ ْم َوا‬
‫ اللهُ َّم ا ْدفَ ْع‬.‫اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ َأ ْعدَا َء ال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َكلِ َماتِكَ ِإلَى يَوْ َم ال ِّدي ِْن‬ ْ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو‬ َ َ‫َوا ْنصُرْ َم ْن ن‬
ً‫صة‬ َّ ‫َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َء َوالزال ِز َل َوال ِم َحنَ َوسُوْ َء الفِتنَ ِة َوال ِم َحنَ َما ظهَ َر ِمنهَا َو َما بَطنَ عَن بَل ِدنَا اِندُونِي ِْسيَّا خآ‬
ْ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ْ ْ َ َّ
.‫ار‬ ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫ َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬. َ‫َو َساِئ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْين‬
‫ان‬ ِ ‫ ِعبَا َد هللاِ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس‬. َ‫َاس ِر ْين‬ ِ ‫اإن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْالخ‬ ْ ‫ظلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو‬ َ ‫َربَّنَا‬
ْ ْ ْ َّ ُ
‫بى َويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ شآ ِء َوال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغي يَ ِعظ ُك ْم لَ َعل ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َواذ ُكرُوا هللاَ ال َع ِظ ْي َم يَذ ُكرْ ُك ْم‬ ْ ْ ْ ْ
َ ْ‫وَِإيْتآ ِء ِذي القُر‬
‫ َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬Rakimin Al-Jawiy, Dosen Psikologi Islam Unusia
dan UIN Jakarta

Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-hati-hati-istidraj-jebakan-
kenikmatan-yang-membinasakan-OBxBE

25
Yang terhormat bapak kepala sekolah.
 
Yang terhormat saudara pembawa acara.
 
Para pembicara yang berbahagia.
 
Dan teman-teman sekalian yang saya cintai.
 
Segala puji hanya milik Allah, Tuhan alam semesta. Dialah yang telah
menjadikan ibadah shalat sebagai suatu kewajiban bagi orang beriman,
Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap atas Nabi Agung Muhammad saw
sebagai penunjuk jalan yang benar, sebagai penganjur agama yang lurus.
Dan kepada keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya semoga tetap
mendapatkan kesejahteraan dari Allah Ta'ala. 
                                                                                       .  "
Selanjutnya, terima kasih saya ucapkan kepada pembawa acara yang sudi
memberikan waktu  kepada saya, untuk berpidato dihadapan saudara
sekalian. Adapun tema pidato saya adalah: “SHALAT PILARNYA AGAMA”.

Sungguh shalat adalah sarana untuk menenangkan jiwa dan menyucikan ruh,
begitu juga shalat adalah cara untuk mengadakan komunikasi antara hamba
dengan Khaliknya yang hakiki, baik yang Iemah maupun yang kuat, yang
fakir maupun kaya, semuanya sama di hadapan Allah, kecuali ketakwaannya.
Dengan menjalan shalat yang khusyu', seseorang akan menjadi baik
perilakunya, waktu-waktunya menjadi bersih dari perbuatan-perbuatan yang
mendatangkan dosa. 

Orang yang beriman mendapat kewajiban dari Allah swt pagi dan sore mulai
sebelum terbit matahari sampai sesudah terbenam matahari, hendaknya
selalu ada di jalan Allah yang Maha Agung, yaitu dengan menjalankan shalat.
Membaca kitab Allah ketika berdiri, membaca tasbih ketika ruku'  dan sujud,
serta membaca shalawat atas Nabi Muhammad saw ketika duduk tasyahud.

Sungguh, dalam Islam shalat mempunyai tempat yang paling istimewa


dibanding ibadah yang lainnya. Tidak ada ibadah yang menandingi ibadah
shalat, Karena shalat adalah termasuk pilar Agama Islam. Tanpa shalat maka
Islam tidak akan tegak. Nabi saw bersabda: 
            .
“Pokok (pimpinan)segala pekara adalah Islam, dan pilar Islam adalah shalat. Sedangkan
puncaknya  adalah berjihad di jalan Allah.”

Shalat adalah ibadah yang pertama kali di wajibkan kepada Rasulullah tanpa
perantaraan siapapun pada malam Isra' Mi'raj. Diriwayatkan dari Anas:
“Diwajibkan shalat atas Rasulullah saw pada malam lsra', pada mulanya lima
puluh kali, kemudian dikurangi hingga menjadi lima kali. Lalu Muhammad
dipanggil: Ya Muhammad, tidak akan Aku ganti lagi firman-Ku, sesungguhnya
dengan lima kali ini bagimu sama dengan yang lima puluh.

Ibadah shalat adalah amalan hamba Allah yang pertama kali di hisab di hari
kiamat. Dari Abdullah Ibnu Qurthin berkata bahwa Nabi Muhammad saw
bersabda: 

‘Dari Abdullah Ibnu Qurthin, ia berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda: ‘Amalan hamba Allah

26
yang pertama kali dihisab nanti di hari kiamat adalah shalat, jika shalatnya baik, maka amalan
lainya ikut baik, dan jika shalatnya rusak, maka seluruh amalannya akan rusak.”

Hadirin hadirat yang berbahagiah ! 

Shalat adalah wasiat Rasulullah yang terakhir sebelum beliau


menghembuskan nafas yang terakhir. Beliau bersabda: “Jagalah shalat dan
apa yang menjadi tanggunganmu.” Di dalam Al Qur'an, kadangkadang Allah
menyebut kata shalat dibarengi dengan kata zikir, tetapi kadang-kadang   
dibarengi kata zakat, kadang pula dibarengi kata sabar: Sebagaimana firman
Allah swt berikut. 

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain)". (QS. Al Ankabut: 45).

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat.....” (QS. Al Baqarah: 43).

”Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (QS. Al Baqarah: 45).

Shalat adalah wajib bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan. Selagi
nyawa masih melekat di badan, dilarang bagi seorang Islam bermalas-
malasan dalam shalat. Bagi orang sakit boleh dengan tayamum sebagai ganti
wudhunya, baginya boleh menunaikan shalat dengan duduk, bahkan jika
tidak mampu duduk boleh dengan berbaring. Dan bagi orang yang dalam
medan perang pun tetap  wajib shalat, tidak boleh meninggalkannya.
Mendirikannya dengan berbagai macam gerakan yang telah diatur oleh Allah.
Allah berfirman: 

“Peliharalah semua shalatmu, dan (peliharalah) shalat wustha, berdirilah untuk Allah (dalam
shalatmu) dengan khusyu”. (QS. Al Baqarah: 238)

Shalat adalah perkara yang besar yang membutuhkan petunjuk khusus,


karena itu Nabiyullah Ibrahim memohon kepada Allah supaya Allah
menjadikan dirinya dan keturunannya menjadi orangorang yang tetap
menegakkan shalat. Maka Ibrahim berdoa: 

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku, orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya
Tuhan kami, perkenankan doaku". (QS. Ibrahim: 40). 

Sungguh ibadah shalat banyak mengandung  rahasia dan hikmah yang


mempengaruhi perilaku seseorang dan masyarakat. Jika kita mengkaji nash-
nash yang ada dalam AI-Qur'an dan sunnah Nabi, maka kita akan mengetahui
rahasia-rahasia dan hikmah-hikmah tersebut. Nabi bersabda: “Jika kamu
sekalian mendirikan shalat, sesungguhnya kamu bermunajat kepada Allah,
yaitu berdialog langsung dengan Allah. Dan dengan bermunajat seseorang
merasa bahwa Allah benar-benar ada di dekatnya, Dia mendengarkan, dan
mengabulkan doa mereka. Jika seseorang sudah terbiasa mendirikan shalat
lima kali sehari semalam, maka akan bangkitlah kekuatan rohaninya, dan
merasa bahwa Allah selalu membekingi mereka dengan kekuatan dan
pertolongan serta Ia selalu menyertainya.

Hadirin yang dirahmati Allah !

27
Orang yang shalat tidak akan bisa dekat dengan Allah, kecuali kalau sudah
bersih dari sifat-sifat yang  tercela dan buruk, Allah berfirman:

“Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri, (dengan iman). Dan dia ingat nama
Tuhannya,  lalu dia sembahyang”. (QS. Al A'laa: 14-15).

Dengan shalat inilah sarana untuk membersihkan diri, karena itu kita
temukan ayat yang menerangkan bahwa shalat adalah mencegah perbuatan
keji dan mungkar. Jika seseorang mengerjakan shalat menghendaki
ketenangan jiwa dan berakhlak mulia, maka haruslah ia berperilaku baik dan
berguna tenaganya di tengah tengah kehidupan masyarakat di mana dia
hidup, demi kemaslahatan orang  banyak.    
                             ..".
Khusyu' dalam shalat adalah suatu keharusan, yaitu dengan hafalan dan
ingatan yang sempurna,  serta menghayati dengan sungguh-sungguh, bacaan
dan gerakan-gerakan dalam shalatnya.
Allah swt berfirman:

“Sesungguhnya beruntunglah orang orang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu' dalam
shalatnya.” (QS Al. Mukminun: 1-2).

Jika seseorang shalat tanpa khusyu', maka sedikitlah pengaruhnya terhadap


perilakunya, bahkan bisa jadi tidak membuahkan apa-apa.

Demikianlah, pidato yang dapat saya sampaikan, mudah mudahan berguna


bagi kita semua, ada kurang lebihnya saya mohon maaf yang sebanyak-
banyaknya.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

28
29

Anda mungkin juga menyukai