Anda di halaman 1dari 9

Khutbah Pertama

Khutbah I

ُ ‫ هللَا‬.ُ‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَر‬.ُ‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَر‬.ُ‫هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَ ُر هللَا ُ َأ ْكبَر‬
‫ق‬
َ ‫ص َد‬ َ ،ُ‫ اَل ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َده‬،ً‫ص ْيال‬ ِ ‫ان هللاِ بُ ْك َرةً َوَأ‬ َ ‫د هللِ َكثِ ْيرًا َو ُسب َْح‬,ُ ‫َأ ْكبَرْ َكبِ ْيرًا َو ْال َح ْم‬
‫ هللَا ُ َأ ْكبَ ُر‬،ُ‫ الَِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َأ ْكبَر‬،ُ‫اب َوحْ َده‬ َ ‫ص َر َع ْب َدهُ َوَأ َع َّز ُج ْن َدهُ َوهَ َز َم اَأْلحْ َز‬ َ َ‫َو ْع َدهُ َون‬
َ ‫وهللِ ْا‬.
‫د‬,ُ ‫لح ْم‬ َ

.‫اع ْالهَ َوى‬ ً


ِ َ‫ اَ ْل َح ْم ُد هللِ الّ ِذيْ َأ َم َرنَا بِالتَّ ْق َوى َو نَهَانَا َع ِن اتِّب‬.‫ات َو َأحْ يَى‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ َأ َم‬
‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ نِ ْع َم ْال َو ِكيل َونِ ْع َم‬.‫ط ِر َو اَْألضْ َحى‬ ْ ِ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ َج َع َل لَنَا ِع ْي َد ْالف‬
‫ َو‬.‫ضالَالً بَ ِعي ًدا‬ َ ‫ض َّل‬ َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َو َم ْن يُ ْن ِكرْ هُ فَقَ ْد‬،‫ْال َم ْولَى‬
،‫ق َع ْن ْالهَ َوى‬ ُ ‫ الَّ ِذيْ الَ يَ ْن ِط‬،‫ ُم َح َّم ٍد نَبِ ِّي ْالهُ َدى‬،‫صلَّى هللاُ َعلَى َسيِّ ِدنَا َو َحبِ ْيبِنَا ْال ُمصْ طَفَى‬ َ
‫ اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِم َّم ْن‬.‫دق َو ْال َوفَا‬
ِ ِّ‫ َو َعلَى اَلِ ِه َو َأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل الص‬،‫ِإ ْن هُ َو ِإالَّ َوحْ ٌي ي ُْو َحى‬
ِ‫ص ْي ُك ْم َو نَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللا‬ ِ ‫ ُأ ْو‬،‫ فَيَاأيُّهَا اِإل ْخ َوان‬:‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬.‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ْال َج َزا‬ ٍ ‫اِتَّبَ َعهُ ْم بِِإحْ َس‬
ِ َ‫ َأ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِم َن الَّش ْيط‬:‫ان ْال َك ِري ْم‬
‫ان‬ ِ ْ‫الى فِي ْالقُر‬َ ‫ال هللاُ تَ َع‬ َ َ‫ ق‬،‫َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو ْن‬
‫ك‬َ ‫ ِإ َّن َشانَِئ‬. ْ‫صلِّ لِ َرب َِّك َوا ْن َحر‬ َ َ‫ ف‬.‫اك ْال َك ْوثَ َر‬َ َ‫َّح ْي ْم ِإنَّا َأ ْعطَ ْين‬
ِ ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬،‫َّجيْم‬ ِ ‫الر‬
‫ق هللاُ ال َع ِظي ْم‬َ ‫ص َد‬ َ .ُ‫هُ َو اَأْل ْبتَر‬

Hadirin yang dimuliakan Allah, Pada pagi yang cerah ini marilah kita panjatkan segala puji dan syukur ke
hadirat Allah ‫ ﷻ‬yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, dan kenikmatan sehingga kita dapat hadir di
tempat ini untuk menunaikan salah satu ibadah yang diperintahkan kepada kita sambil mengumandangkan
kalimat-kalimat yang agung, takbir, dan tahmid, yang semuanya kita tujukan kepada keagungan dan
kebesaran Allah. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah memberi
petunjuk-petunjuk yang benar kepada kita, yang dapat dijadikan pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Hadirin kaum Muslimin yang dirahmati Allah, Setiap tahun, dalam suasana menyambut hari raya Idul Adha,
10 Dzulhijjah, kita mengumandang-kan kalimat-kalimat tauhid, takbir, tahmid, dan tahlil.
Mengumandangkan kalimat tauhid menunjukkan suatu pengakuan yang kokoh bahwa Allah adalah Maha
Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kalimat takbir memberi kesan yang kuat dalam diri kita bahwa Allah
Mahabesar dan Mahaagung, tidak ada satu pun yang dapat menyamai kebesaran dan keagungan-Nya.
Kalimat tahmid mengandung makna bahwa zat yang patut dipuji hanyalah Allah swt dan pujian seluruhnya
hanya diperuntukkan bagi-Nya. Kalimat tahlil menegaskan kalimat tahmîd bahwa tidak ada tuhan yang patut
disembah kecuali Allah.

Kalimat-kalimat agung itu pada saat kini tengah menggema di mana-mana, dikumandangkan oleh umat
Islam di seluruh dunia, baik yang ada di belahan barat, di belahan timur, di belahan utara, dan belahan
selatan. Pendek kata, kalimat-kalimat itu sedang dikumandangkan oleh umat Islam di seluruh pelosok dunia.
Sementara di tempat nan jauh di sana, di tanah suci Makkah, tempat terpancarnya fajar Islam, umat Islam,
tamu Allah, yang sedang menunaikan ibadah haji menyerukan pula kalimat talbiyah, yaitu:

َ َ‫ْك ل‬
‫ك‬ َ ‫ك َو ْال ُم ْل‬
َ ‫ك اَل َش ِري‬ َ َ‫ ِإ َّن ْال َح ْم َد َوالنِّ ْع َمةَ ل‬،‫ْك‬
َ ‫ك لَبَّي‬
َ َ‫ْك ل‬ َ ‫ لَبَّي‬،‫ْك‬
َ ‫ْك اَل َش ِري‬ ٰ ‫ْك‬
َ ‫اللّهُ َّم لَبَّي‬ َ ‫لَبَّي‬
Artinya: “Kupenuhi panggilan-Mu ya Allah, kupenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagimu, sesungguhnya
puja, limpahan karunia dan kekuasaan hanya pada-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu.”

Kalimat takbir, tahmid, dan talbiyah itu ditanamkan ke dalam hati, ditancapkan ke lubuk jiwa yang dalam,
sehingga pengaruhnya terpancar dalam wujud nyata yang direalisasikan dalam bentuk perbuatan dan amal
ibadah. Pengakuan kita terhadap kebesaran Allah, yang tiada sekutu bagi-Nya, pengakuan kita bahwa tidak
ada yang patut dipuji melainkan Allah, kepatuhan kita untuk meninggalkan larangan-larangan dan
melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan pengakuan mereka dalam memenuhi panggilan-Nya untuk
menunaikan ibadah haji itu, merupakan realisasi dari apa yang kita ucapkan dan yakini.

Hadirin jamaah Idul Adha yang dirahmati Allah,

Hari raya Idul Adha yang juga disebut hari raya Kurban mengingatkan kita kepada Nabiyullah Ibrahim as
bersama putranya, Ismail. Ismail adalah putra tunggal Nabi Ibrahim yang telah bertahun-tahun dirindukan
kehadirannya. Sebagai putra tunggal, Ismail sangat disayangi oleh kedua orang tuanya. Dalam suasana
saling kasih sayang seperti itu, turunlah perintah dari Allah kepada sang ayah, yaitu Nabi Ibrahim, untuk
melakukan kurban dengan menyembelih anak kandungnya sendiri, yaitu Ismail. Nabi Ibrahim as, dengan
penuh ketaatan dan kepatuhan bersedia melaksanakan perintah itu, dan ketika diceritakan oleh Ibrahim
kepada Ismail tentang adanya perintah dari Allah untuk menyembelihnya, Nabi Ismail tidak gentar sedikit
pun juga. Ia rela menerima perintah itu dan meyakinkan ayahnya bahwa ia menerima perintah itu juga
dengan penuh ketaatan dan kesabaran.

Betapa kerasnya kehidupan ketika sumber persaudaraan itu habis dan mata air cinta karena Allah telah
mengering. Akibat peradaban materialistik yang menonaktifkan umat manusia, ikatan-ikatan mulai melemah
dan kedekatan hati terputus, bahkan terkadang hilang.

Betapa berbedanya antara masyarakat yang diwarnai oleh kedekatan hati, kasih sayang, persaudaraan dan
cinta, dengan masyarakat yang individualis dan egoistis. Individu yang dekat dengan orang lain tanpa
adanya tekanan atau beban akan menjalani kehidupan psikologis yang normal.

Namun saat keegoisan dan cinta diri menggantikan posisi persaudaraan maka ketika itulah individu tersebut
akan menjalani kehidupan yang penuh tekanan, dan merasakan keterasingan yang kuat dari masyarakatnya.

Banyak orang telah melakukan berbagai hal yang bisa merusak persaudaraan. Mereka melakukan beragam
perbuatan yang menjauhi orang lain dari diri mereka, terkadang mereka menyadarinya, dan terkadang tidak
menyadarinya. Mereka hidup dalam isolasi psikologis yang mereka derita di dunia ini.

Perusak Ukhuwah Islamiyah

Berdasarkan hal ini, kami mencoba dalam khutbah ini untuk berbicara tentang hal-hal yang dapat
merusak ukhuwah Islamiyah . Tujuan dari penarikan ini adalah agar masing-masing dari diri kita dapat
mewaspadai hal-hal tersebut dan tidak terjerumus dalam perbuatan yang dapat merusak ikatan dan
memutuskan tali persaudaraan di antara sesama muslim.
1. Tamak Terhadap Dunia

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Menurut Syaikh Ahmad Syarif An-Na'san hal pertama yang bisa merusak ukhuwah islamiyah adalah sikap
tamak terhadap dunia. Maksudnya di sini adalah menyayangi tamak terhadap dunia yang dimiliki oleh
saudara sesama muslim.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Sahal bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi
‫ ﷺ‬memberikan nasehat kepada seseorang yang pernah berlibur,

ِ َّ‫ازهَ ْد فِي َما فِي َأ ْي ِدي الن‬


ُ‫اس ي ُِحب َُّك النَّاس‬ ْ ‫ َو‬،َّ‫ازهَ ْد فِي ال ُّد ْنيَا ي ُِحب َُّك هللاُ َع َّز َو َجل‬
ْ
” Bersikap zuhudlah di dunia, Allah 'Azza wa Jalla akan mencintaimu dan mempersalahkan zuhudlah
terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain maka orang tersebut akan mencintaimu.”

Salah satu pelajaran dari hadits ini adalah manusia yang tidak menyukai siapa saja yang meminta dari
mereka dan meminta sesuatu yang mereka miliki.

Siapa saja yang sangat menginginkan apa yang dimiliki oleh orang lain, berarti dia telah merusak ukhuwah
tersebut. Allah Ta'ala berfirman,

ُ ‫ْك ِإلَ ٰى َما َمتَّ ْعنَا بِ ِه َأ ْز َواجًا ِم ْنهُ ْم َز ْه َرةَ ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا لِنَ ْفتِنَهُ ْم فِي ِه ۚ َو ِر ْز‬
‫ق‬ َ ‫َواَل تَ ُم َّد َّن َع ْينَي‬
‫َرب َِّك َخ ْي ٌر َوَأ ْبقَ ٰى‬
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-
golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia
Tuhan kamu lebih baik dan lebih kekal. [Thaha: 131]

2. Kemaksiatan Dan Kemungkaran

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Hal kedua yang bisa merusak ukhuwah Islamiyah adalah kemaksiatan dan kemungkaran, serta mengabaikan
kewajiban, ketaatan dan amalan-amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Hal ini karena tujuan
dari ukhuwah adalah saling membantu di atas ketaatan dan amalan kebaikan serta meninggalkan
kemaksiatan dan kemungkaran.

Nabi Musa 'alaihis salam pernah memohon kepada Allah Ta'ala sebagaina dikisahkan oleh Allah Ta'ala
dalam firman-Nya:

( ‫ل ُع ْق َدةً ِم ْن ِل َسانِي‬,ْ ُ‫ َواحْ ل‬ )26( ‫ َويَ ِّسرْ لِي َأ ْم ِري‬ )25( ‫ص ْد ِري‬ َ ‫ال َربِّ ا ْش َرحْ لِي‬ َ َ‫ق‬
‫اشْ ُد ْد‬ )30( ‫ُون َأ ِخي‬ َ ‫هَار‬ )29( ‫ َواجْ َعلْ لِي َو ِزيرًا ِم ْن َأ ْهلِي‬ )28( ‫يَ ْفقَهُوا قَ ْولِي‬ )27
َ ‫ َونَ ْذ ُك َر‬ )33( ‫ك َكثِيرًا‬
( ‫ك َكثِيرًا‬ َ ‫ َك ْي نُ َسب َِّح‬ ) 32( ‫ َوَأ ْش ِر ْكهُ ِفي َأ ْم ِري‬ )31( ‫بِ ِه َأ ْز ِري‬
)5 3( ‫صيرًا‬ َ ‫ك ُك ْن‬
ِ َ‫ت بِنَا ب‬ َ َّ‫ِإن‬ )34
Musa berkata, ”Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untuk urusanku, dan
lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti hati saya; dan jadikanlah untukku seorang
pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dia dengan kekuatanku, dan jadikanlah
dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat
Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat (keadaan) kami.” [Thaha: 25-35]

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma bahwa Nabi ‫ ﷺ‬pernah berlibur,

ِ َ‫ َما تَ َوا َّد ْاثن‬،‫ َوالَّ ِذي نَ ْفسُ ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه‬ ‫ظلِ ُمهُ َواَل يَ ْخ ُذلُهُ؛‬
َ ِّ‫ان فَفُر‬
‫ق‬ ْ َ‫ اَل ي‬،‫ال ُم ْسلِ ُم َأ ُخو ال ُم ْسلِ ِم‬
‫ب يُحْ ِدثُهُ َأ َح ُدهُ َما‬
ٍ ‫ ِإاَّل ب ِ َذ ْن‬،‫بَ ْينَهُ َما‬
Seorang muslim adalah saudara muslim (yang lain). Dia tidak akan menzhaliminya dan tidak pula
mentelantarkannya.

Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bukanlah dua orang Muslim yang saling mencintai
kemudian keduanya terpisah kecuali disebabkan oleh dosa yang dilakukan oleh salah satu dari keduanya.”

Di antara pengaruh buruk maksiat adalah adanya perasaan terputus dan menjauhnya perasaan kasih sayang
dari manusia yang didapat oleh pelaku maksiat terhadap saudara-saudaranya, sampai perasaan semacam itu
memutus ikatan ukhuwah tersebut.

Sejujurnya orang yang diputuskan disalahkan dengan Allah Ta'ala maka pasti dia memutuskan pemutusan
hubungan dengan orang-orang yang selalu bersama Allah Ta'ala. Semoga Allah merahmati orang yang
berkata, "Apa saja yang karena Allah maka hal itu akan bersambung dan apa saja yang karena selain Allah
maka akan terputus."

Coba kita timbang diri kita masing-masing dengan timbangan kebenaran. Mari kita lihat apakah hati kita
merasa senang dan lapang ketika kita bertemu dengan saudara-saudara kita yang memiliki kesungguhan dari
kalangan orang shalih dan bertakwa ataukah kita merasa berat dan sempit dada saat bertemu dengan
mereka?

Hubungan antara orang-orang yang suka melakukan maksiat dan kemungkaran itu dibangun di atas
pelanggaran syariat dan meninggalkan berbagai kewajiban agama. Pertemanan dan persaudaraan orang-
orang semacam ini akan berbalik menjadi permusuhan karena pertemanan dan persaudaraan tersebut tidak
dibangun di atas ketakwaan kepada Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman,

‫ّس بُ ْنيَانَهُ َعلَ ٰى َشفَا‬َ ‫س‬ َ ‫ان َخ ْي ٌر َأ ْم َم ْن َأ‬ َ ‫َأفَ َم ْن َأس‬


ٍ ‫َّس بُ ْنيَانَهُ َعلَ ٰى تَ ْق َو ٰى ِم َن هَّللا ِ َو ِرضْ َو‬
َ‫ار َجهَنَّ َم ۗ َوهَّللا ُ اَل ي َ ْه ِدي ْالقَ ْو َم الظَّالِ ِمين‬
ِ َ‫ار ِب ِه فِي ن‬ َ َ‫ار فَا ْنه‬ٍ َ‫ُف ه‬
ٍ ‫ُجر‬
Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-
(Nya) itu baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu
bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam . Dan Allah tidak memberikan
petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [At-Taubah: 109]

Hal ini di dunia, sedangkan di akhirat nanti, mereka akan mendapatkan kehinaan dan kerendahan
sebagaimana firman Allah Ta'ala,

َ ِ‫ْض َع ُد ٌّو ِإاَّل ْال ُمتَّق‬


‫ين‬ ُ ‫اَأْل ِخاَّل ُء يَ ْو َمِئ ٍذ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬
Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang
yang bertakwa. [Az-Zukhruf: 67]
Ukhuwah orang-orang bertakwa di dunia ini akan terus berlanjut, kekal abadi hingga sampai ke surga yang
luasnya seluas langit dan bumi. Allah Ta'ala berfirman,

‫ين‬ ٍ ‫ور ِه ْم ِم ْن ِغلٍّ ِإ ْخ َوانًا َعلَ ٰى ُسر‬


َ ِ‫ُر ُمتَقَابِل‬ ُ ‫َونَ َز ْعنَا َما فِي‬
ِ ‫ص ُد‬
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa
bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. [Al-Hijr: 47]

3. Tidak Berpegang Teguh Dengan Adab Berbicara Dalam Islam

Jamaah jumat rahimakumullah,

Perusak ukhuwah yang ketiga adalah berbicara dengan saudaranya tanpa dipersyaratkan dengan adab-adab
islami dalam berbicara. Kerusakan dalam berbicara akan menyebabkan kerusakan ukhuwah.

Allah Ta'ala dengan keutamaan-Nya telah mengajari kita cara berbicara dengan orang lain khususnya
dengan saudara sesama muslim.

Allah Ta'ala berfirman,

ِ ‫ان لِِإْل ْن َس‬


‫ان‬ ُ ‫َوقُلْ لِ ِعبَا ِدي يَقُولُوا الَّتِي ِه َي َأحْ َس ُن ۚ ِإ َّن ال َّش ْيطَانَ يَ ْن َز‬
َ ‫غ بَ ْينَهُ ْم ۚ ِإ َّن ال َّش ْيطَانَ َك‬
‫َع ُد ًّوا ُمبِينًا‬
Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: ”Hendaklah mereka memikirkan kata-kata yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan pertengkaran di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi manusia.” [Al-Isra': 53]

Ya, mengatur memancing di air keruh. Seseorang melontarkan ucapan yang tidak dia pertimbangkan
terlebih dahulu namun mengandung banyak kemungkinan makna. Kemudian setan mengeksploitasi
ungkapan tersebut sehingga menimbulkan kerusakan hubungan di antara sesama saudara muslim.

Oleh karena itu, orang-orang yang saling mencintai karena Allah harus memilih kata-kata terbaik
sebagaimana memilih makanan terbaik. Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu dari Nabi ‫ﷺ‬, beliau pernah berlibur,

َ ُ‫ال َكلِ َمةُ الطَّيِّبَة‬


ٌ‫ص َدقَة‬
” Perkataan yang baik itu sedekah.”

Di antara Arah Lukman Al-Hakim 'alaihis salam kepada anaknya adalah:

ِ ‫ت ْال َح ِم‬
‫ير‬ ِ ‫ك ۚ ِإ َّن َأ ْن َك َر اَأْلصْ َوا‬
َ َ‫ت ل‬
ُ ‫ص ْو‬ َ ‫ك َوا ْغضُضْ ِم ْن‬
َ ِ‫ص ْوت‬ ِ ‫َوا ْق‬
َ ِ‫ص ْد ِفي َم ْشي‬
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara tarik. [Lukman: 19]

4. Perdebatan

Jamaah Jumat rahimakumullah,


Perkara kelima yang bisa merusak ukhuwah Islamiyah adalah seluruh masyarakat khususnya yang tidak
bermanfaat dan tidak produktif alias debat kusir. Hal itu karena adanya kecenderungan diri dan tipuan dari
setan yang pada hakikatnya hanyalah setiap pihak membela dirinya sendiri dan kebesarannya.

Dengan semacam ini hilanglah ukhuwah dan lenyaplah keakraban. Dan benarlah Rasulullah ‫ ﷺ‬yang pernah
berlibur,

‫ص ُم‬ َ ‫ال ِإلَى هللاِ اَأللَ ُّد‬


ِ ‫الخ‬ َ ‫ِإ َّن َأ ْب َغ‬
ِ ‫ض الرِّ َج‬
“ Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang paling keras permusuhannya.” [Hadits
riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha]

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga pernah merindukan,

َ ‫ى َكانُوا َعلَ ْي ِه ِإاَّل ُأوتُوا‬


‫الج َد َل‬ ً ‫ض َّل قَ ْو ٌم بَ ْع َد هُ َد‬
َ ‫َما‬
” Tidaklah suatu kaum itu kehilangan setelah mereka terlebih dahulu berada di atas petunjuk kecuali
karena mereka suka berdebat.”

Kemudian Rasullah ‫ ﷺ‬membaca ayat:

‫ون‬ ِ ‫ك ِإاَّل َج َداًل ۚ بَلْ هُ ْم قَ ْوم ٌ َخ‬


َ ‫ص ُم‬ َ ‫َوقَالُوا َأآلِهَتُنَا َخ ْي ٌر َأ ْم هُ َو ۚ َما‬
َ َ‫ض َربُوهُ ل‬
Dan mereka berkata: “Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?” Mereka tidak
memberikan pernyataan itu kepada Anda melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka
adalah kaum yang suka dicari. [Az-Zukhruf: 58] [Hadits riwayat At-tirmidzi dan Al-Hakim dari Abu
Umamah radhiyallahu 'anhu]

5. Pembicaraan Rahasia

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Perusak ukhuwah yang terakhir adalah an-najwa atau pembicaraan rahasia. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman,

‫ضارِّ ِه ْم َشي ًْئا ِإاَّل بِِإ ْذ ِن هَّللا ِ ۚ َو َعلَى‬ َ ‫ِإنَّ َما النَّجْ َو ٰى ِم َن ال َّش ْيطَا ِن لِيَحْ ُز َن الَّ ِذ‬
َ ‫ين آ َمنُوا َولَي‬
َ ِ‫ْس ب‬
َ‫هَّللا ِ فَ ْليَتَ َو َّك ِل ْال ُمْؤ ِمنُون‬
Sejujurnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu
meyakinkannya cita-cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka,
kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah orang yang beriman bertawakkal. [Al-Mujadilah: 10]

Dalam kitab Tafsir Muyassar disebutkan tafsir dari ayat ini adalah: Sesungguhnya berbicara secara rahasia
dengan sesuatu yang mengandung dosa dan permusuhan adalah bagian dari godaan setan.

Setanlah yang menghiasinya dan yang mendorongnya agar menyusupkan kesedihan ke dalam hati orang-
orang mukmin, meskipun hal itu tidak membahayakan orang-orang mukmin sedikit pun kecuali dengan izin
Allah dan kehendak-Nya. Dan hanya kepada Allah semata orang-orang Mukmin menyerahkan segala urusan
mereka.
Perintah ini jelas dan sederhana namun memiliki makna mendalam bagi orang yang berpikir tentang sebuah
hubungan yang benar antara saudara sesama muslim. Berangkat dari sini Rasulullah ‫ ﷺ‬berlibur,

ُ‫ي حْ ِزنُه‬ َ ِ‫ فَِإ َّن َذل‬،‫احبِ ِه َما‬


ُ ‫ك‬ ِ ‫ص‬ ِ َ‫اجى ْاثن‬
َ ‫ان ُد‬
َ ‫ون‬ َ َ‫ِإ َذا ُك ْنتُ ْم ثَاَل ثَةً فَاَل يَتَن‬
Apabila kalian sedang bertiga maka janganlah yang dua orang dari kalian berbisik-bisik dengan
meninggalkan orang ketiga. Sesungguhnya hal itu akan membuat dirinya merasa sedih.” [Hadits riwayat
Muslim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu.]

Rahasianya adalah setan yang sangat ingin mengganggu hubungan antara orang-orang yang bersaudara
karena Allah. Lalu setan membisikkan kepada orang ketiga yang ditinggalkan oleh dua orang temannya
tadi,”Sesungguhnya dua orang temanmu itu sedang membicarakanmu, mentargetkan dirimu dan tidak
menginginkan dirimu serta berbagai perdamaian buruk lainnya.

‫ت َوال ِّذ ْك ِر‬ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن اآليَا‬,‫آن ْال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬ َ ‫ار‬ َ َ‫ب‬
َ‫َأقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي هَ َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر هللا‬ .‫ َوتَقَب ََّل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتهُ ِإنَّهُ ه َُو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬,‫ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر الر‬، ُ‫ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم فَا ْستَ ْغفِر ُْوه‬
‫َّح ْي ُم‬
Khutbah Kedua

‫ك الَّ ِذيْ َج َع َل ِفي ال َّس َما ِء بُر ُْوجًا َو َج َع َل‬ َ َ‫ تَب‬،‫ص ْيرًا‬
َ ‫ار‬ َ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ َك‬
ِ َ‫ان بِ ِعبَا ِد ِه َخبِ ْيرًا ب‬
ْ ‫َأ ْشهَ ُد اَ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ وَأ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ ُو َرسُولُهُ الَّ ِذي‬ .‫فِ ْيهَا ِس َراجًا َوقَ َمرًا ُمنِ ْيرًا‬
‫ق بِِإ ْذنِ ِه َو ِسر َاجًا ُمنِ ْيرًا‬ ِّ ‫اعيَا ِإلَى ْال َح‬ ِّ ‫بَ َعثَهُ بِ ْال َح‬
ِ ‫ َو َد‬،‫ق بَ ِش ْيرًا َونَ ِذ ْيرًا‬
Sumber daya dan sumber daya alam adalah sumber daya alam dan sumber daya alam dan sumber daya alam
dan sumber daya alam. tentu saja

Ukhuwah Islamiyah Adalah Nikmat Paling Indah Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Hendaknya kita semua menyadari sekaligus bahwa ukhuwah Islamiyah, cinta kepada saudara muslim karena
Allah, hidup dalam suasana penuh keakraban dan keharmonisan di antara sesama individu masyarakat
adalah kenikmatan terindah dalam kehidupan suatu masyarakat menjadi ikatan yang memperkokoh kohesi
masyarakat Muslim.

Para ulama salaf memberikan penilaian yang sangat tinggi terhadap nikmat ini. Hal yang paling
mengenaskan dalam kehidupan di dunia ini setelah iman dan amal shalih adalah bertemu dengan saudara
yang dicintai karena Allah.

Imam Muhammad bin Al-Munkadir (seorang ulama tabi'in yang terkenal zuhud) pernah ditanya, “Apa yang
tersisa dari kelezatan duniamu?” Beliau menjawab,

‫كذا في حلية األولياء‬/ .‫ُور َعلَ ْي ِه ْم‬ ِ ‫ْالتِقَا ُء اِإْل ْخ َو‬


ِ ‫ل ال ُّسر‬,ُ ‫ َوِإ ْد َخا‬،‫ان‬
”Perjumpaan dengan ikhwan (saudara seiman) dan memasukkan kegembiraan ke dalam hati
mereka.” [ Lihat Hilyatul Auliya' ]
Imam Muhammad bin Idris Asy-syafi'i rahimahullah, pendiri madzhab Syafi'i pernah mengatakan,

‫ّار‬ ُ ْ‫اختَر‬
ِ ‫ت البَقَا َء فِي هَ ِذ ِه ال َد‬ ِ َ‫ َوصُحْ بَةُ اَأل ْخي‬،‫ار‬
ْ ‫ َما‬،‫ار‬ َ ‫لَ ْواَل القِيَا ُم بِاَألس‬
ِ ‫ْح‬
”Kalau bukan karena bangun untuk beribadah di waktu sahur, dan bersahabat dengan orang-orang pilihan,
aku tidak memilih untuk tetap hidup di dunia ini.”

Bila senilai nilainya ukuwah Islamiyah dalam kehidupan kita di dunia ini maka hendaklah kita berusaha
keras untuk menjauhi segala sikap, kata-kata dan perbuatan yang dapat merusak hubungan, memutuskan
persaudaraan dan memadamkan rasa cinta dan kasih sayang karena Allah di dalam hati kaum muslimin.

Tidak ada yang lebih senang dari rusak, pudar dan sirnanya ukhuwah Islamiyah di antara kaum muslimin
melebih setan. Dan tidak ada yang lebih diuntungkan dari kondisi semacam ini melebihi musuh-musuh
kaum muslimin dari kalangan orang-orang kafir, musyrik dan munafik.

Sebab, tidak ada kekuatan yang lebih mereka takutkan dari kaum muslimin melebihi persatuan yang kokoh
di antara mereka. Ukhuwah yang lemah dan rusak menjadi jalan pembuka untuk menguasai kaum muslimin
dan bahkan menghancurkan eksistensi mereka. Dan inilah yang telah terjadi sepanjang sejarah Islam yang
panjang.

Oleh karena itu, hendaklah kita tidak memberikan bantuan secara sukarela kepada setan dan orang-orang
yang memusuhi kaum muslimin dalam bentuk melakukan hal-hal yang dapat merusak hubungan dan
ukhuwah di antara kaum muslimin, baik kita menyadarinya atau tidak.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala berkenan untuk menganugerahkan kepada kita taufik dan hidayah-Nya
untuk berpegang teguh dengan perintah untuk memelihara dan memperbaiki ukhuwah Islamiyah. Allah
Ta'ala berfirman

ْ ُ‫ُوا بَ ۡي َن َأ َخ َو ۡي ُك ۚمۡ‌ وٱتَّق‬


َ ‫وا ٱهَّلل َ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡر َح ُم‬
‫ون‬ ۡ ‫ون ِإ ۡخ َو ۬ةٌ فََأ‬
ْ ‫صلِح‬ َ ُ‫ِإنَّ َما ۡٱل ُم ۡؤ ِمن‬
” Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)
antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” [Al Hujarat: 10]

Doa penutup

Semoga kita diberi kekuatan untuk menjauhi segala hal yang bisa merusak ukhuwah Islamiyah dan selalu
berusaha menguatkan ukhuwah Islamiyah. Mari kita berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di hari yang
diberkahi ini:

‫صلُّ وا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا هّٰللا ُ َأ ْكبَ ُر‬ َ ‫ يَاَأيُّهَا الَّ ِذي َْن آ َمنُ ْوا‬،‫ُصلُّ ْو َن َعلَى النَّبِ ِّي‬ َ ‫ِإ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ ي‬
‫د َأ ْن اَل ِإ ٰلهَ ِإاَّل‬,ُ َ‫ َوَأ ْشه‬،‫ َوهّٰلِل ِ ْال َح ْم ُد‬  ‫ هّٰللا ُ َأ ْكبَ ُر‬،ُ‫ هّٰللا ُ َأ ْكبَ ُر هّٰللا ُ َأ ْكبَ ُر هّٰللا ُ َأ ْكبَر‬،ُ‫هّٰللا ُ َأ ْكبَر‬  ‫هّٰللا ُ َأ ْكبَ ُر‬
ٰ ‫هّٰللا‬ َ ‫ اَل َش ِر‬,ُ‫هّٰللا ُ َوحْ َده‬
‫صلِّ َو َسلِّ ْم‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬،ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُد ِ َو َرسُولُه‬،ُ‫يك لَه‬
ٍ ‫ين لَهُ ْم بِِإحْ َس‬
‫ان‬ َ ‫ َوالتَّابِ ِع‬،‫ َو َعلَى ٰالِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه ال َميَا ِمي َْن‬،‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا َونَبِيِّنَا م َُح َّم ٍد‬ ِ َ‫َوب‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هّٰللا ِ َع َّز َو َج َّل َواتَّقُوا هّٰللا َ تَ َعالَى فِي ٰه َذا‬ ِ ‫ فَُأ ْو‬،‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬ ‫ين‬ ِ ‫ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّد‬
‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه‬ َّ ‫ َأ َم َر ُك ْم بِال‬،‫ َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‬,‫ َوا ْعلَ ُم ْوا‬،‫ْاليَ ْو ِم ْال َع ِظ ِيم‬
‫هّٰللا‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه‬َ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُ ْوا‬،‫ون َعلَى النَّبِ ِّي‬ َ ُّ‫ُصل‬ َ ‫ ِإ َّن َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي‬:‫ال‬ َ َ‫ْال َك ِري ِْم فَق‬
‫ٰ‬
‫صحْ بِ ِه‬ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا َونَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ٰالِ ِه َو َ‬ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم َوبَ ِ‬ ‫َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‪ ،‬اللّهُ َّم َ‬
‫ين‪َ ،‬أبِي بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َو ُع ْث َم َ‬ ‫ٰ‬
‫ان َو َعلِ ٍّي‪َ ،‬و َع ْن‬ ‫ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ‬
‫َّاش ِد َ‬ ‫الطَّيِّبِي َْن‪َ ،‬وارْ َ‬
‫سا ر الصَّحابة الصَّالحينَ ٰ‬
‫ت‪،‬‬ ‫ين َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬ ‫ت‪َ ،‬و ْال ُمْؤ ِمنِ َ‬‫ين َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬‫اللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم َ‬ ‫َ َِ‬ ‫َ ِئ ِ‬
‫ك سمي ٌع قَريبٌ مجيبُ ال َّد َعوات‪ٰ ،‬‬
‫اللّهُ َّم اجْ َعلْ ِع ْي َدنَا ٰه َذا‬ ‫َ ِ‬ ‫ُ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ت‪ِ ،‬إنَّ َ َ ِ‬ ‫اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬
‫َس َعا َدةً َوتَاَل ُح ًما‪َ ،‬و َم َس َّرةً َوتَ َرا ُح ًما‪َ ،‬و ِز ْدنَا فِي ِه طُ َمْأنِينَةً َوُأ ْلفَةً‪َ ،‬وهَنَا ًء َو َم َحبَّةً‪َ ،‬وَأ ِع ْدهُ‪,‬‬
‫اللّهُ َّم اجْ َع ِل ْال َم َو َّدةَ ِشي َمتَنَا‪َ ،‬وبَ ْذ َل ْال َخي ِْر‬ ‫َعلَ ْينَا ب ْال َخيْر والرَّحمات‪ ،‬و ْاليُمن و ْالبر َكات‪ٰ ،‬‬
‫ِ َ َ َ ِ َ ْ ِ َ ََ ِ‬ ‫ِ‬
‫ظنَا فِي َأ ْهلِينَا‬ ‫اللّهُ َّم َأ ِد ِم ال َّس َعا َدةَ َعلَى َوطَنِنَا‪َ ،‬وا ْن ُش ِر ْالبَه َْجةَ فِي بُيُوتِنَا‪َ ،‬واحْ فَ ْ‬ ‫للنَّاس َدْأبنَا‪ٰ ،‬‬
‫ِ ِ َ‬
‫ك فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة‪َ ،‬ربَّنَا آتِنَا ِفي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً‪َ ،‬وفِي اآْل ِخ َر ِة‬ ‫َوَأرْ َحا ِمنَا‪َ ،‬وَأ ْك ِر ْمنَا ِب َك َر ِم َ‬
‫إن هللاَ‬ ‫ار‪ ،‬يَا َع ِزي ُز يَا َغفَّارُ‪ِ .‬عبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬ ‫ار‪َ ،‬وَأ ْد ِخ ْلنَا ْال َجنَّةَ َم َع اَأْلب َْر ِ‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫َح َسنَةً‪َ ،‬وقِنَا َع َذ َ‬
‫ان‪َ ،‬وِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى َع ِن الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم‬ ‫ْأ‬
‫يَ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬
‫هللا َأ ْكبَرُ‪ِ ،‬ع ْي ٌد َس ِع ْي ٌد َو ُكلُّ َع ٍام َوَأ ْنتُ ْم‬ ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪ ،‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر ِ‬
‫بِ َخي ٍْر‬

Anda mungkin juga menyukai