Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I

ْ‫ش َه ُد َأن‬ ْ ‫ َأ‬. َ‫ش ِر ُك ْون‬ ْ ‫ق لِيُ ْظ ِه َرهُ عَلى ال ِّد ْي ِن ُكلِّ ِه َولَ ْو َك ِرهَ ا ْل ُم‬ ِّ ‫دى َو ِد ْي ِن ا ْل َح‬ ْ ‫س ْولَهُ بِا ْل ُه‬ َ ‫ى َأ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬ ْ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذ‬
‫سلِّ ْم عَلى َخات َِم ْاالَ ْنبِيَآ ِء‬ َ ‫ص ِّل َو‬ َ ‫ اَللّ ُه َّم‬.ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ ‫ َوَأ‬،ُ‫ش ِر ْيكَ لَه‬َ ‫آل ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َو ْح َدهُ اَل‬
َّ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُنَّ اِال‬ َّ ‫ فَيَا ِعبَا َد هللاِ اِتَّقُ ْوا هللاَ َح‬،ُ‫ َأ َّما بَ ْعد‬. َ‫أج َم ِعيْن‬ ْ ‫ص ْحبِ ِه‬َ ‫سلِيْنَ ُم َح َّم ٍد َّوعَلى آلِ ِه َو‬ َ ‫َوا ْل ُم ْر‬
‫هّٰللا‬
‫ب َو َمنْ يَّت ََو َّك ْل‬ ُ ۗ ‫ث اَل يَ ْحت َِس‬ ُ ‫ َّويَ ْر ُز ْقهُ ِمنْ َح ْي‬.‫َّق َ يَ ْج َع ْل لَّ ٗه َم ْخ َر ًجا‬ ِ ‫ َو َمنْ يَّت‬:‫ فَقَا َل هللاُ تَ َعالَى‬  َ‫سلِ ُم ْون‬ ْ ‫َواَ ْنتُ ْم ُم‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫َي ٍء قَ ْد ًرا‬ ْ ‫سبُ ٗۗه اِنَّ َ بَالِ ُغ اَ ْم ِر ٖ ۗه قَ ْد َج َع َل ُ لِ ُك ِّل ش‬ ْ ‫َعلَى ِ فَ ُه َو َح‬
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Di awal khutbah, mari kita tingkatkan ketakwaan
terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan berupaya optimal menjalankan segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Sekarang kita telah masuk bulan Safar yang memiliki arti kosong. Disebut Safar karena
dahulu pada bulan ini orang-orang Arab mengumpulkan makanan dari berbagai tempat,
sehingga tempat itu kosong dari makanan. Adapula yang mengatakan, disebut Safar karena
dahulu pada bulan ini kota Makkah menjadi kosong ditinggalkan bepergian oleh
penduduknya.
Ada juga yang mengatakan, karena dahulu pada bulan ini orang Makkah memerangi suku-
suku di sekitarnya dan mereka membiarkan orang-orang yang mereka temui dalam kondisi
kosong tak punya harta. Demikian dijelaskan oleh Imam Murtadha az-Zabidi dalam kitab
Tajul ‘Arusy juz XII halaman 330. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Lalu inspirasi apa
yang dapat kita ambil dari bulan Safar yang bermakna kosong ini? Tentu, bulan Safar yang
bermakna kosong ini jangan sampai hanya lewat saja. Jangan sampai bulan Safar ini kita
kosong dari amal kebaikan. Kebaikan yang bersifat ibadah ritual kepada Allah swt maupun
ibadah sosial kepada sesama manusia dan seluruh alam.
Nabi Muhammad saw sendiri bersabda: ِ ‫ب هَّللا‬
ِ ‫ْت الصِّ ْف ُر من كتا‬ ِ ‫ ِإ َّن َأصْ فَ َر البُيُو‬Artinya,
ُ ‫ت من ال َخي ِْر البَي‬
“Sungguh rumah yang paling kosong dari kebaikan adalah rumah yang kosong dari bacaan
kitabullah Al-Qur’an.” (HR at-Thabarani) Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Selain itu,
bagi orang yang merasa sudah banyak amal kebaikannya, juga jangan sampai lengah dan
kelak di akhirat justru menjadi orang yang kosong tanpa amal, karena tidak diterima di sisi
Allah. Terlebih di era kemajuan teknologi informasi ini, yang memanjakan manusia untuk
memamerkan segala amal kebaikannya di berbagai platform media sosial, di status
WhatsApp, Facebook, Instagram, Youtube, TikTok dan selainnya. Bisa jadi amal kebaikan
yang telah dilakukan, karena dipamer-pamerkan, justru menjadi amal kosong yang tidak
diterima Allah swt.

Karena itu, sebenarnya tidak elok menampakkan amal kebaikan kecuali bagi orang-orang
khusus yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsu, seperti para ulama, wali, dan orang-
orang saleh lainnya. Adapun bagi umumnya orang, maka terkadang ia menampakkan amal
kebaikan, sementara maksud hati sebenarnya adalah memamerkannya dan mencari
popularitas di mata manusia. Lalu nafsunya tak henti-henti membisikinya: َ‫َأ ْنتَ بِ َح ْم ِد هللاِ ِمن‬
ُ‫ي بِكَ النَّاس‬ ْ ‫ص ْينَ َوِإنَّ َما ت‬
َ ‫َظهَ ُر هَ ِذ ِه ْال ِعبَا َد ِة لِيَ ْقتَ ِد‬ ِ ِ‫ ْال ُم ْخل‬Artinya, “Kamu Alhamdulillah termasuk orang yang
ikhlas. Niscaya kamu menampakkan ibadah ini hanya agar orang-orang mengikutimu.”
Umumnya orang seperti kita ini hendaknya menguji maksud hati sebenarnya, ketika
menampakkan amal kebaikan kepada orang lain. Apakah kita termasuk orang yang ikhlas
dalam melakukan amal kebaikan, atau justru sebenarnya hanya sedang melakukan pansos,
panjat sosial, hanya sedang mencari popularitas semata di hadapan manusia?
Lalu bagaimana cara menguji hati kita? Yaitu, andaikan ada orang lain melakukan amal
kebaikan seperti itu dan orang-orang justru mengikutinya, atau justru lebih banyak yang
mengikuti orang lain itu daripada yang mengikuti kita. Apakah hati kita senang dengan orang
tersebut atau justru susah merasa tersaingi? Bila hati kita lapang dengan orang tersebut,
bahkan sangat senang terhadapnya, karena merasa ada orang lain yang justru telah
mewakilinya melakukan amal kebaikan itu, maka kita termasuk orang yang telah ikhlas
dalam melakukan amal kebaikan. Sementara bila hati kita justru susah dan merasa tersaingi
olehnya, maka hakikatnya kita adalah orang yang pamer atau riya' karena merasa tersaingi.
Dalam kondisi seperti ini, bila hati kita justru berbisik bahwa kamu merasa tersaingi karena
khawatir kehilangan kesempatan mendapatkan pahala amal kebaikan, maka hendaknya
perasaan seperti ini dilawan dengan ucapan:   ،َ‫ت ْال َجنَّة‬
ُ ‫ فَِإ ْن َد َخ ْل‬.‫ِإنِّي ُم ْعتَ ِم ٌد َعلَى فَضْ ِل هللاِ اَل َعلَى اَأْل ْع َما ِل‬
‫ فَإنما هو برحمة هللا تعالى ال بعملي‬Artinya, “Sungguh aku mengandalkan anugerah Allah, bukan
amal kebaikan yang aku lakukan. Bila nanti masuk surga, maka itu murni karena rahmat
Allah Ta’ala, hanya karena kasih sayang-Nya. Bukan karena amal kebaikan yang aku
lakukan.”
Karena itu, sudah semestinya kita abaikan bisikan-bisikan nafsu yang menghasut, yang
mengatakan bahwa kita adalah orang yang ikhlas. Bukankah orang ikhlas tidak akan pernah
mengatakan dirinya ikhlas, apalagi memamerkan keikhlasannya di hadapan orang banyak?
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Walhasil, menampakkan amal kebaikan bagi selain
orang-orang khusus yang sudah mampu mengendalikan hawa nafsu, seperti para ulama, wali
dan orang-orang saleh lainnya, benar-benar sebuah amal yang membahayakan. Di akhirat
kelak, pamer amal justru akan membuat kita menjadi orang yang kosong tanpa amal. Semoga
datangnya bulan Safar yang berarti kosong ini, menginspirasi kita agar tidak kosong dari
amal kebaikan, di dunia hingga akhirat kelak. Amin.

‫ وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم‬,‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‬ ِ ‫آن ا ْلع‬


ِ ‫ وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي‬,‫َظي ِْم‬ ِ ْ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُر‬
ُ َ‫بَارَ ك‬
ُ‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ ر‬،ُ‫ستَ ْغفِرُ وْ ه‬ ْ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا‬
ِ ‫هللا ا ْلع‬
َ ُ‫ستَ ْغفِر‬ ‫َأ‬
ْ ‫ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا‬.‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ِتالَوَ تَ ُه ِإنَّ ُه ُهوَ ال‬
‫الرَّ ِح ْي ُم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫اَلح ْم ُد هللِ َح ْم ًدا كما َأ َم َر‪َ .‬أ ْشه ُد َأ ْن آل ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ اَل‬
‫ك لَهُ‪ِ ،‬إرْ غا ًما لِ َم ْن َج َح َد بِه و َكفَ َر‪ ،‬وَأ ْشهَ ُد َأ َّن‪َ  ‬سيّ َدنا‬ ‫َش ِري َ‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم‬ ‫والبَ َش ِر‪ .‬اللَّه َّم َ‬ ‫س ْ‬ ‫مح َّم ًدا َعب ُدهُ ورسُولُهُ َسيِّ ُد اِإْل ْن ِ‬
‫ين بِنَظَ ٍر‬ ‫ت َع ٌ‬ ‫صل َ ْ‬‫صحْ بِه َما اتَّ َ‬ ‫على سيِّ ِدنَا مح َّم ٍد وآلِه و َ‬
‫وُأ ُذ ٌن بِ َخبَ ٍر َأ َّما بَ ْع ُد‪ :‬فيَآ َأيُّهاالنّاسُ ‪ ،‬اتَّقُوا هللاَ تَ َعاَلى‪َ.‬قَا َل هللاُ‬
‫صلُّ ْو َن َعلَى النَّبِ ِّي ٰيَأيُّهَا الَّ ِذي َْن‬ ‫تَ َعالَى اِ َّن هللاَ َو َماَل ِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫صلِّ و َسلِّ ْم َعلَى‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما اَللَّه َّم َ‬ ‫ٰأ َمنُ ْوا َ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا مح َّم ٍد اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن‬ ‫سيِّ ِدنا مح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫ت̃‪ ،‬اََأْلحْ يا ِء ِم ْنهُ ْم‬ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنا ِ‬ ‫ْ‬
‫وال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ت‪ .‬اَللَّه َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا‬ ‫ب ْال َع ِطيَّا ِ‬‫ك يَا َوا ِه َ‬ ‫ت̃‪ ،‬بِ َرحْ َمتِ َ‬ ‫واَأْل ْموا ِ‬
‫الزنَا وال َّزاَل ِز َل َو ْال ِم َح َن َوس ُْو َء‬ ‫ْالبَاَل َء وال َوبا َء َوالرِّ بَا َو ِّ‬
‫صةً‪ ،‬و َع ْن‬ ‫ْالفِتَ ِن َما ظَهَ َر ِم ْنها َو َما بَطَ َن َع ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا َخا َّ‬
‫ين‪َ .‬ربَّنا آتِنا في‬ ‫ساِئ ِر بِاَل ِد ْال ُم ْسلِ ِمي َْن َعا َّمةً يا َربَّ ْال َعالَ ِم َ‬
‫ار ِعبا َد هللاِ‪،‬‬ ‫اب النَّ ِ‬ ‫ال ّدنيا َح َسنَةً َوفي اآْل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل واِإْل حْ سان وِإيتا َء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى‬
‫وال ُم ْن َك ِ˜ر َو ْالبَ ْغ ِي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‪.‬‬
‫َع ِن ْالفَحْ شا ِء ْ‬
‫فَ ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‪َ ،‬وا ْش ُكرُوهُ˜ على نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم‪،‬‬
‫ْط ُك ْم‪َ ،‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ َع َّز َوَأ َج َّل َوَأ ْكبَ ُر‬ ‫َواسَْئلُوهُ ِم ْن فَضْ لِ ِه يُع ِ‬

Anda mungkin juga menyukai