Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Pertama

ِ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬


ُ‫ض ّل لَه‬ ِ ‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئا‬
ُ‫ي لَهُ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬ َ ‫َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ ّن ِإالّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬
َّ ‫يَاَأيّهَا الّ َذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َح‬
َّ َ‫ق ِم ْنهَا َزوْ َجهَا َوب‬
َ‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجاالً َكثِ ْيرًا َونِ َسا ًء َواتّقُوا هللا‬ َ َ‫اح َد ٍة َوخَ ل‬
ِ ‫س َو‬ ٍ ‫يَآَأيّهَا النَاسُ اتّقُوْ ا َربّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
‫الَ ِذي تَ َسا َءلُوْ نَ بِ ِه َواَْألرْ َحام َ ِإ ّن هللاَ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬
‫يَاَأيّهَا الّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا اتّقُوا هللاَ َوقُوْ لُوْ ا قَوْ الً َس ِد ْيدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوْ بَ ُك ْم َو َم ْن ي ُِط ِع هللاَ َو َرسُوْ لَهُ فَقَ ْد فَا َز‬
‫ َأ ّما بَ ْع ُد‬،‫َظ ْي ًما‬
ِ ‫… فَوْ ًزا ع‬

Jamaah shalat Jumat yang berbahagia

Marilah kita tingkatkan Iman dan takwa kepada Allah karena hanya dengan takwa kita akan mendapatkan
ampunan, pertolongan, dan surga-Nya yang agung.

Kita sekarang berada pada bulan Dzul Qa’dah bulan kesebelas dari bulan Qamariyah, satu dari empat bulan yang
disebut dengan bulan-bulan haram

Pada hari ini kita saksikan bersama persiapan dan pemberangkatan para jamaah calon haji. Kita rasakan bersama
betapa kebahagiaan telah menghiasi wajah mereka dan sejuta harapan telah tertanam di dalam lubuk hati mereka,
manakala saudara-saudara kita tadi meninggalkan kampung halamannya terbang menuju kiblat umat Islam
sedunia, memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tidak ada ibadah seagung ibadah haji, tidak ada suatu agama pun yang memiliki konsep ibadah seperti konsep
ibadah haji agama Islam. Haji mengandung seribu makna, merangkum sejuta hikmah. Karena itu haji merupakan
tiang kelima dari kelima pilar utama dalam Islam.

Di lihat dari sebutannya saja, ibadah ini sudah unik. Tatkala seorang haji tiba di Ka’bah, dan sebelumnya dia sudah
mengetahui bahwa pemilik rumah (Ka’bah) tidak berada di sana, maka dia berputar mengelilingi rumah: Thawaf
mengisyaratkakn bahwa Ka’bah bukanlah maksud dan tujuan. Tetapi tujuannya adalah pemilik rumah ‫رب الكعبة‬..

Begitu pula mencium hajar aswad, bukan berarti dan bukan kerena menyembah batu, melainkan karena mengikuti
sunnah rasul. Karena beliaulah yang mencontohkan kita untuk melakukan yang demikian. Inilah pembeda antara
musyrik dan muslim. Dulu orang musyrik mencium batu karena dengan tujuan menyembah batu. Tetapi sekarang
Muslim mencium batu demi mengikuti sunnah rasul yang diantara hikmahnya adalah seperti apa yang dikatakan
oleh Ibnu Abbas radhiallaahu anhu, “Hajar Aswad adalah bagaikan tangan kanan Allah di muka bumi ini. Maka
barangsiapa yang menjabatnya (menyentuhnya) atau menciumnya maka seolah-olah ia menjabat (tangan) Allah
dan mencium tangan kanan-Nya.”

Karena itu, ketika menyentuhnya(menyentuh hajar aswad) seorang haji harus mengingat bahwa ia sedang berbaiat
kepada Allah (pencipta dan pemilik batu yang telah memerintah untuk menyentuhnya). Berbai’at untuk selalu taat
dan tunduk kepada-Nya, dan harus ingat barang siapa yang menghianati bai’at maka ia berhak mendapatkan murka
dan adzab Allah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.


Allah berfirman,

ِ ‫ َوَأتِ ُّموا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هَّلِل‬.

“Dan sempurnakanlah haji dan umrah itu karena Allah”

Karena itu pulalah para ulama menganjurkan bahwa kewajiban pertama bagi calon haji adalah bertaubat. Bertaubat
dari semua dosa dan maksiat, baik calon haji itu seorang petani, pegawai, polisi, artis, dokter, menteri maupun
seorang kiyai, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda.
Inilah yang disyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya,

‫ َوتَ َز َّو ُدوْ ا فَِإ َّن َخ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى‬.


“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa” (Al-Baqarah: 197).

Tentu saja kita sudah memaklumi bahwa takwa itu tidak bisa dicapai kecuali dengan bertaubat dan meninggalkan
segala jenis perbuatan maksiat.

Kalau calon haji sudah bertaubat, maka ia akan mampu memahami dan menjiwai syiar haji yang teramat indah itu.

َ َ‫ لَبَّ ْيكَ الَ َش ِر ْيكَ ل‬، َ‫لَبَّ ْيكَ اللَّهُ َّم لَبَّ ْيك‬.
َ ‫ك لَبَّ ْي‬
‫ك‬

Ia akan menghayati seolah-olah berucap: Ya Allah aku datang, aku datang, memenuhi panggilan-Mu, lalu aku
berdiri di depan pintu-Mu. Aku singgah di sisi-Mu. Aku pegang erat kitab-Mu, aku junjung tinggi aturan-Mu,
maka selamatkan aku dari adzab-Mu, kini aku siap menghamba kepada-Mu, merendahkan diri dan berkiblat
kepada-Mu. Bagi-Mu segala ciptaan, bagi-Mu segala aturan dan perundang-undangan, bagi-Mu segala hukum dan
hukuman tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku tidak peduli berpisah dengan anak dan istriku, meninggalkan profesi dan
pekerjaan, menanggalkan segala atribut dan jabatan, karena tujuanku hanyalah wajah-Mu dan keridhaan-Mu bukan
dunia yang fana dan bukan nafsu yang serakah, maka amankan aku dari adzab-Mu.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Jika calon haji sudah bertaubat, maka ia pasti akan mampu mencapai hakikat haji yang telah digariskan oleh Allah,
dalam firman-Nya, artinya, “Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji,
maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji”. (Al-Baqarah:
197)

Seorang yang beribadah haji tidak boleh melakukan rafats yaitu jima’ (bersenggama) dan segala ucapan dan
perbuatan yang behubungan dengan seksual. Tidak boleh melakukan fusuq yaitu segala bentuk maksiat dan tidak
boleh melakukan jidal yaitu perdebatan yang mengikuti hawa nafsu, bukan untuk mencari kebenaran.

Maka, barang siapa yang telah sukses memenuhi perintah Allah tersebut ia akan mendapatkan haji yang mabrur,
yang di antara tandanya adalah sepulang haji ia tidak akan mengulang maksiat dan dosa-dosa yang lalu. Ia akan
tampil sebagai muslim yang shalih dan muslimah yang shalihah. Maka sekembalinya mereka, bertambah
banyaklah muslim dan muslimah yang taat di sebuah negara, negara itu juga akan semakin aman, makmur, dan
sentosa. Apalagi jika yang pergi haji adalah bapak bupati, para mentri dan pak polisi. Sepulang haji yang kikir
akan menjadi dermawan, yang kasar akan menjadi peramah, dan yang biasanya menyebar kejahatan berubah
menebar salam.

Itu semua manakala hajinya mabrur. Namun kenyataannya adalah bagaikan siang yang dihadapkan dengan malam,
semuanya bertolak belakang, mereka tidak mengambil manfaat dari ibadah haji selain menambah gelar Pak Haji
atau Bu Hajjah. Yang korup tetap korup, yang artis tetap memamerkan auratnya, yang lintah darat tetap lintah
darat, yang jahat tetap jahat.

Maka tidak heran jika rafats, fusuq dan jidal marak di mana-mana. Sampai-sampai terjadi krisis moral, krisis
kemanusiaan, krisis politik, krisis lingkungan, krisis ekonomi dan krisis sosial.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.


Demikianlah sekelumit tentang makna haji, haji mabrur dan potret haji kita. Semoga Allah merahmati kita untuk
bisa berkunjung ke baitullah dan menjadikan haji kita yang dahulu dan yang akan datang menjadi haji yang
mabrur dan semoga dijauhkan dari haji yang maghrur (tertipu)

‫ َأقُ ْو ُل قَ ْولِ ْي هَ َذا‬.‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬ِ ‫آن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن ْاآليَا‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬
َ ‫ار‬
َ َ‫ب‬
‫ب فَا ْستَ ْغفِر ُْوهُ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬
ٍ ‫وَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِمي َْن ِم ْن ُكلِّ َذ ْن‬.
َ
‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫ت َأ ْع َمالِنَا‪،‬‬
‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُر ْه َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا ِ‬
‫ْك لَهُ‬ ‫ي لَهُ‪َ .‬أ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري َ‬ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد َ‬
‫َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم ِ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫َوَأ ْشهَ ُ˜د َأ َّن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ َ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُ َّن ِإالَّ َوَأنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‬
‫ال تَ َعالَى‪ :‬يَا َأيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح َّ‬
‫‪َ .‬كثِ ْيرًا‪ .‬قَ َ‬
‫ق هللاَ يَجْ َعل لَّهُ َم ْخ َرجًا}‬ ‫{و َمن يَتَّ ِ‬
‫ال تَ َعالَى‪َ :‬‬ ‫َوقَ َ‬
‫ْظ ْم لَهُ َأجْ رًا}‬
‫ق هللاَ يُ َكفِّرْ َع ْنهُ َسيَِّئاتِ ِه َويُع ِ‬‫{و َمن يَتَّ ِ‬‫ال‪َ :‬‬ ‫َوقَ َ‬
‫ُصلُّ ْو َن َعلَى‬ ‫صالَ ِة َوال َّسالَ ِم َعلَى َرس ُْولِ ِه فَقَ َ‬
‫ال‪ِ{ :‬إ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ ي َ‬ ‫ثُ َّم ا ْعلَ ُم ْوا فَِإ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بِال َّ‬
‫‪.‬النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َمنُ ْوا َ‬
‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا تَ ْسلِ ْي ًما}‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد‬ ‫صلَّي َ‬
‫ْت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫آل ِإب َْرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك‬ ‫ار ْك َ‬
‫ت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬ ‫َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬
‫‪.‬ح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫َ‬
‫ت اَْألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا ِ‬
‫ت‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك َس ِم ْي ٌع‬ ‫ت‪َ ،‬و ْال ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫‪.‬قَ ِريْبٌ‬
‫ق َحقًّا َوارْ ُز ْقنَا اتِّبَا َعهُ‪َ ،‬وَأ ِرنَا ْالبَ ِ‬
‫اط َل با َ ِطالً َوارْ ُز ْقنَا اجْ تِنَابَهُ‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا‬ ‫اَللَّهُ َّم َأ ِرنَا ْال َح َّ‬

‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫‪.‬ح َسنَةً َوفِي ِ‬ ‫َ‬
‫ان َرب َِّك َربِّ ْال ِع َّز ِة‬
‫ين ِإ َما ًما‪ُ .‬سب َْح َ‬‫اجنَا َو ُذرِّ يَّاتِنَا قُ َّرةَ َأ ْعي ٍُن َواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِ َ‬
‫َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن َأ ْز َو ِ‬
‫صفُ ْو َن‪َ ،‬و َسالَ ٌم َعلَى ْال ُمرْ َسلِي َْن َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬ ‫‪َ .‬ع َّما يَ ِ‬
‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم‪َ .‬وَأقِ ِم ال َّ‬
‫صالَةَ˜‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫َو َ‬

Anda mungkin juga menyukai