Anda di halaman 1dari 3

Oleh : Ilham Lukmanul hakim

َ ِ ‫ق لِيُ ْظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّد ْي ِن ُكلِّ ِه َو َكفَى بِاهَّلل‬


‫ش ِه ْيدًا‬ ِّ ‫س ْولَهُ بِا ْل ُهدَى َو ِد ْي ِن ا ْل َح‬ ُ ‫س َل َر‬َ ‫ي َأ ْر‬ ْ ‫لح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذ‬
َ ‫ْا‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫س ْولُهُ اللَّ ُه َّم‬ ُ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ ‫ش ِر ْي َك لَهُ وَأ‬َ َ‫ش َه ُد َأنْ الَِإلهَ ِإالَّهَّللا ُ َو ْح َدهُ ال‬ ْ ‫َأ‬
‫س ْي بِتَ ْق َوى هَّللا ِ َوقَا َل هَّللا ُ تَ َعالَى‬ ِ ‫ فَيَا ِعبَا َد هَّللا ِ ُأ ْو‬:ُ‫ َأ َّما بَ ْعد‬، َ‫ص َحابِ ِه َأ ْج َم ِعيْن‬
ِ ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف‬ ْ ‫َو َعلَى آلِ ِه َوَأ‬
‫ َوقَا َل‬، َ‫سلِ ُم ْون‬ ْ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُنَّ ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم‬ َّ ‫ يَآَأيُّ َها الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هَّللا َ َح‬:‫فِ ْي ِكتَابِ ِه ا ْل َك ِر ْي ِم‬
َ َّ‫ق الن‬
‫اس‬ ِ ِ‫سنَةَ تَ ْم ُح َها َو َخال‬ َّ ‫ق هَّللا َ َح ْيثُ َما ُك ْنتَ َوَأ ْتبِ ِع ال‬
َ ‫سيَِّئةَ ا ْل َح‬ ِ َّ‫ اِت‬:‫سلَّ َم‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫النَّبِ ُّي‬
‫س ٍن‬ َ ‫ق َح‬ ٍ ُ‫بِ ُخل‬

Segala puji bagi Allah pemilik langit dan bumi serta apa saja yang ada diantara keduanya. Dialah
Allah yang mengetahui segala yang masuk kedalam bumi, dan apa yang keluar daripadanya.
Allahlah yang mengetahui segala yang turun dari langit, dan apa yang naik kepadanya. Shalawat
serta salam tak lelah senantiasa kita ucapkan kepada Muhammad Rasululalh saw, yang
kepadanya umat manusia mengambil percontohan terbaik.

Hadirin sidang jum’ah yang berbahagia


Dalam QS. Adz-Dzariat (52) ayat 56 Allah berfirman bahwasanya manusia dan jin tidak
diciptakan kecuali untuk beribadah kepada Allah. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah yang
ikhlas, sebagaimana dijelaskan pada QS. Al-Bayinah (98) : ayat 5 berikut :

َ ِ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ەۙ ُحنَفَ ۤا َء َويُقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َويُْؤ تُوا ال َّز ٰكوةَ َو ٰذل‬
‫ك ِديْنُ ْالقَيِّ َم ۗ ِة‬ ‫هّٰللا‬
ِ ِ‫َو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُدُوا َ ُم ْخل‬
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata
karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
Ikhlas berarti beramal, beraktifitas, dan beribadah semata-mata hanya mengharap ridha Allah
semata. Karena ikhlas berarti bekerja untuk Allah, maka sudah barang tentu setiap pekerjaan ia
laksanakan dengan sebaik-baiknya, dengan etos kerja yang tinggi. Apabila mendapat upah dari
hasil kerja, maka ia belanjakan kepada yang halal dan dengan cara yang halal pula.

Apakah mungkin orang yang beramal dengan ikhlas melaksanakan amalnya itu dengan asal-
asalan? Jawabannya adalah tidak mungkin, karena lillah sama sekali bertentangan dengan asal-
asalan.
Bekerja dengan etos kerja rendah hanya mungkin terjadi bila ia melakukan perkerjaannya itu
dengan maksud yang fana, bila ia bekerja dengan maksud selain kepada Allah. Kepada kepala
panitia kerja bakti misalnya, ia bekerja giat apabila dilihat saja.

Sedangkan ikhlas adalah bekerja untuk Allah. Karena sadar Allah maha melihat, maka ia tidak
tidak membutuhkan perhatian manusia manapun. Karena tahu Allah maha hidup, tentu Allah
akan selalu ada, berbeda dengan makhluk yang memiliki batas waktu di dunia. Karena Allah
yang memberikan hidup, segala kenikmatan, dan fasilitas di dunia untuk manusia, tentu saja ia
pun akan beramal dengan etos kerja yang tinggi sebagai tanda syukur.
Lagi pula, manusia mana yang berani terang-terangan bekerja untuk Allah tapi tidak
mengerahkan segala kemampuan yang ia miliki? Niat ikhlas diiringi usaha yang sebaik-baiknya
adalah dua ikatan yang tak dapat lepas dari hamba yang ikhlas.

Bagaimana dengan orang yang bekerja dan mendapatkan upah, seperti guru, dokter, dosen,
apakah mereka tidak ikhlas? Takmir masjid dan pengurus ormas yang menjalankan tugasnya
tanpa mendapat upah apakah otomatis ikhlas?

Upah tidak ada kaitannya dengan keikhlasan. Ikhlas atau tidak seseorang tergantung pada niat
dan kualitas usahanya. Niat ikhlas dan usaha yang sebaik-baiknya adalah syarat terpenuhinya
kriteria ikhlas. Pekerjaan sukarela bisa saja bernilai tidak ikhlas bila dilakukan dengan
serampangan. Sebaliknya profesi yang mendatangkan upah, bisa saja bernilai ikhlas apabila
dilakukan dengan niat ikhlas dan usaha yang sungguh-sungguh.

Kriteria selanjutnya adalah peruntukan hasil usaha. Seorang pedagang yang mendapat untung
dari hasil jual belinya haruslah dibelanjakan kepada yang halal, dengan cara yang halal pula. Bila
itu seorang pelajar, maka ilmunya itu ia manfaatkan bukan hanya untuk keuntungan diri sendiri,
tapi juga memberi manfaat pada sesama.

Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah


Kebalikan dari ikhlas adalah riya. Riya dalam bahasa Arab berasal dari kata ‫ رأى – يرى‬yang
berarti melihat. Sehingga Riya memiliki arti beramal karena ingin dilihat oleh orang lain.
Beramal karena ingin mendapat pujian, harta, jabatan, popularitas dan segala hal selain kepada
Allah.

Riya menjadikan amal ibadah kehilangan nilai pahalanya di sisi Allah. Seperti tanah di atas batu
yang sirna tersapu hujan. Hilang tidak membekas. Berlelah-lelah beribadah ternyata tidak
ditemukan hasilnya saat hari perhitungan.

Sedangkan ikhlas bagaikan kebun subur di dataran tinggi. Apabila hujan lebat, maka bertambah
subur tanamannya. Kalaupun hujan hanya sekedar gerimis saja, maka itupun sudah mencukupi
kebutuhan tanaman untuk tumbuh dengan optimal.

Walaupun riya dapat menghilangkan nilai pahala dari amal yang dikerjakan, namun bukan
berarti karena takut riya maka amal ibadah itu lebih baik tidak dilakukan saja. Kuncinya adalah
kebiasaan. Bila sudah terbiasa melakukan suatu ibadah, maka perasaan riya itupun akan terus
terkikis hingga tidak tersisa lagi.

ِ ‫اركَ هَّللا ُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ا ْلقُ ْرآ ِن ا ْل َع ِظ ْي ِم َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ْاَأليَا‬
‫ت َو ِذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْ\ي‬ َ َ‫ب‬
َ‫ار َح ْم َوَأ ْنتَ َخ ْي ُر ال َّرا ِح ِميْن‬ ْ ‫س ِم ْي ُع ا ْل َعلِ ْي ُم َوقُ ْل َّر ِّب ا ْغفِ ْر َو‬
َّ ‫َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتُهُ ِإنَّهُ ه َُو ال‬
Khutbah Kedua
ُ‫ش َه ُد َأنْ الَِإلهَ ِإالَّهَّللا ُ َو ْح َده‬ ْ ‫ َأ‬،‫ست َِعيْنُ َعلَى ُأ ُم ْو ِر ال ُّد ْنيَا َوال ِّد ْي ِن‬ ْ َ‫ َوبِ ِه ن‬، َ‫لح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِميْن‬
َ ‫ْا‬
‫ص َحابِ ِه‬ ْ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأ‬ َ ‫س ْولُهُ اللَّ ُه َّم‬ ُ ‫ش َه ُد َأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ ‫ش ِر ْيكَ لَهُ وَأ‬ َ َ‫ال‬
‫س ْي بِتَ ْق َوى\ هَّللا ِ َوقَا َل هَّللا ُ تَ َعالَى فِ ْي ِكتَابِ ِه ا ْل َك ِر ْي ِم‪:‬‬ ‫َأ ْج َم ِعيْنَ ‪َ ،‬أ َّما بَ ْعدُ‪ :‬فَيَا ِعبَا َد هَّللا ِ ُأ ْو ِ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِ‬
‫سلِ ُم ْونَ‬ ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُم ْوتُنَّ ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْ‬‫يَآَأيُّ َها الَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هَّللا َ َح َّ‬
‫‪Hadirin sidang jum’ah rahimakumullah‬‬
‫‪Melakukan sesuatu dengan ikhlas tidaklah mudah, perlu dilatih dan‬‬
‫‪butuh dibiasakan. Semoga kita selalu diberi kemudahan untuk terus‬‬
‫‪belajar ikhlas dan dijauhkan dari riya’.‬‬

‫ص َحابِ ِه َأ ْج َم ِعيْنَ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأ ْ‬ ‫لح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِميْنَ ‪ ،‬اللَّ ُه َّم َ‬‫‪ْ .‬ا َ‬
‫ت ِإنَّ َك َ‬
‫س ِم ْي ٌع‬ ‫ت ْاَأل ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َو ْاَأل ْم َوا ِ‬ ‫ت َوا ْل ُمْؤ ِمنِ ْي َ\ن وا ْل ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫سلِ َما ِ‬‫سلِميْنَ َوا ْل ُم ْ‬ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغفِ ْر ِل ْل ُم ْ‬
‫ت‬
‫اجا ِ‬‫اض َي ا ْل َح َ‬‫ت فَيَاقَ ِ‬ ‫ب ال َّدع َْوا ِ‬ ‫ب ُم ِج ْي ُ‬ ‫‪.‬قَ ِر ْي ٌ‬
‫س ًعا َو َع َمالً ُمتَقَبَّالً‬ ‫‪.‬اللَّ ُه َّم ِإنَّا نَسَْئلُكَ ِع ْل ًما نَفِ ًعا َو ِر ْزقًا َوا ِ‬
‫سنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫اب النَّا ِر‬ ‫سنَةً َوفِي ْاَأل ِخ َر ِة َح َ‬ ‫‪.‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َ‬ ‫َ‬
‫سلِيْنَ َوا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َر ِّب ا ْل َعالَ ِميْنَ‬ ‫سالَ ٌم َعلَى ا ْل ُم ْر َ‬ ‫صفُ ْونَ َو َ‬ ‫س ْب َحانَ َربِّ َك َر ِّب ا ْل ِع َّز ِة َع َّما يَ ِ‬ ‫ُ‬

Anda mungkin juga menyukai