Anda di halaman 1dari 20

TAUHIID RUBUBIYAH

MAKALAH PENDIDIKAN AQIDAH

Dosen Pengampu :
Ustadz Humaidi Tamri, Lc., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok VII :


1. Arip Septiawan
2. Jefri Irsan
3. Miskho Satria Silalahi
4. Muhamad Syafii
5. Suhendar

KULIAH ISLAM AL-MA’WA


2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah Rabb alam semesta, semoga shalawat dan salam
senantiasa dikaruniakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Rasul, Nabi kita
Muhammad Shalallahu ‘Alayhi Wassalam dan kepada keluarganya dan para
sahabatnya.
Ketahuilah sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus Rasul-
Nya Muhammad Shalallahu ‘Alayhi Wassalam membawa petunjuk (pedoman
hidup), dan membawa agama yang benar (Islam). Dan sungguh Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alayhi Wassalam telah menyampaikan dan mengajarkan kepada kita
sebagai umatnya seluruh risalah yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan
dengan jelas dan sempurna. as-salafush shalih yaitu para sahabat, para tabi’in, dan
imam-imam setelah mereka telah berjalan di atas jalannya Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alayhi Wassalam. Dan mereka telah beriman kepada Allah, malaikat -
malaikat Allah, kitab - kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala, para Rasul Allah, dan
mereka beriman kepada hari akhir, serta beriman kepada takdir baik maupun yang
buruk.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kelompok tujuh semester
1 kelompok tujuh mata kuliah Akidah yang dibimbing oleh dosen pengampu Ustadz
Humaidi Lc. MPd haifzahullah. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan
menambah wawasan dan motivasi kepada pembaca tentang Tauhiid Rububiyah.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
masih melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan
kesalahan dalam makalah ini.

Bekasi, 12 November 2021


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Lata Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
2.1 Definisi etimologi dan terminologi................................................................3
2.2 Legitimasi......................................................................................................4
2.3 Argumen memperkuat dan memperdalam pemahaman rububiyah...............8
2.4 Keadaan umat manusia dalam mengimani tauhid rububiyah......................10
2.5 Pengingkar tauhid rububiyah.......................................................................11
2.6 Konsekuensi tauhid rububiyah....................................................................12
2.7 Urgensi dan implementasi tauhid rububiyah ..............................................13
BAB III PENUTUP.................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................16
3.2 Kritik dan saran............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tauhid rububiyah adalah salah satu dari tiga macam tauhid yang harus
senantiasa dijelaskan agar nampak keterkaitan dan perbedaanNya dengan tauhid
lainNya. Sehingga mendukung upaya tercapainya penghambaan yang sesungguhnya
kepada Rabbul ‘alamin.
Kendati demikian, tauhid ini sejatinya adalah jenis tauhid yang telah diyakini
oleh setiap orang. Tidak ada ummat manapun yang menyangkalnya. Bahkan hati
manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap
yang lainNya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah ta’ala :
‫ت َو ْٱْل َ ْرض‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ ‫سلُ ُه ْم أَفِى ه‬
ِ َ‫ٱَّللِ ش ٌَّك ف‬
‫اط ِر ٱل ه‬ ْ َ‫قَال‬
ُ ‫ت ُر‬
“Rasul-rasul mereka berkata, ‘Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah,
Pencipta langit dan bumi?”1
Tidak ada yang mengingkari tauhid jenis ini kecuali sebagian kecil manusia
diakibatkan karna kesombongan, bimbingan yang menyesatkan dan penolakan
terhadap renungan pikiran serta akal sehat.
Maka pembahasan mengenai Tauhid Rububiyah secara benar sangat
diperlukan dalam rangka membantah pemikiran para pengingkar dan memperkuat
keimanan kaum muslimin.

1.2 Rumusan Masalah

1
QS. Ibrahim : 10

1
 Apa itu Tauhid Rububiyah?
 Bagaimana cara kita memahami tentang Tauhid Rububiyah?
 Bagaimana cara kita memperkuat dan memperdalam Tauhid Rububiyah?
 Adakah perbedaan keadaan manusia dulu dan sekarang dalam mengimani
tauhid rububiyah?
 Apa saja pengingkar Tauhid Rububiyah?
 Bagaimana konsekuensi tauhid rububiyah?
 Apa saja urgensi dan implementasi tauhid rububiyah?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


 Lebih Mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang tauhid rububiyah Nya
 Menambah pengetahuan dan keilmuan tentang tauhid rububiyah
 Menguatkan dan meningkatkan pemahaman terhadap tauhid rububiyah
 Mengetahui keadaan umat manusia terdahulu dan sekarang dalam mengimani
tauhid rububiyah
 Memahami pengingkar-pengingkar tauhid rububiyah

1.4 Metodologi Penelitian


Metodologi penyusunan makalah ini dengan mengumpulkan data dari
berbagai sumber literasi dengan beberapa perubahan penulisan yang insya Allah bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Kami berusaha agar isi makalah ini sesuai
dengan Al-Qur’an, As-Sunnah dan pemahaman para salafus shalih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi etimologi dan terminology


Secara etimologi, Rabb adalah bentuk mashdar, berasal dari ‫ ربه – يرب‬yang

berarti ‫ام‬ ‫شأ َ ال ه‬


ِ ‫شي َء من َحا ٍل ِإلَى َحا ٍل ِإلَى َحا ِل الت ه َم‬ ‫( نَ ه‬mengembangkan sesuatu dari satu
keadaan pada keadaan lain, sampai pada keadaan yang sempurna).
Jadi Rabb adalah kata mashdar yang dipinjam untuk fa’il (pelaku). Kata-kata
ar-Rabb tidak disebut sendirian, kecuali untuk Allah yang menjamin kemaslahatan
seluruh makhluk. Adapun jika diidhafahkan (ditambahkan kepada yang lain), maka
hal itu bisa untuk Allah ta’ala dan bisa untuk lainNya. Seperti Firman Allah ta’ala,
َ‫رب العَٰ لَ ِمين‬
ِ
“Rabb semesta alam”.2
Adapun secara terminology, Tauhid Rububiyah berarti mentauhidkan segala
apa yang dilakukan Allah ta’ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan
mematikan, serta mengimani bahwasanya Dia adalah Raja, Penguasa, dan Rabb yang
mengatur segala urusan.
Allah ta’ala berfirman:
‫ا َ ََل لَهُ ْالخ َْل ُق َو ْاَلَ ْم ُۗ ُر ت ََٰب َركَ ه‬...
َ‫ّٰللاُ َرب ْالعَٰ لَ ِميْن‬
“...ingatlah, segala penciptaan dan perintah hanya menjadi hak Allah. Mahasuci
Allah, Rabb semesta alam.”3
ُ ‫ّٰللاُ َرب ُك ْم لَهُ ْال ُم ْل ُۗكُ َواله ِذيْنَ ت َ ْد‬
‫ع ْونَ ِم ْن د‬ َٰ ‫ط ِمي ُۗ ٍْر‬
‫ُُذ ِل ُك ُم ه‬ ْ ِ‫ْونِهُ َما يَ ْم ِل ُك ْونَ ِم ْن ق‬
“yang (berbuat) demikian itu adalah Allah Rabbmu, milik-Nyalah kerajaan. Dan
orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tidak mempunyai apa-apa
walaupun setipis kulit ari. “4

2
QS. Al-Fatihah : 2
3
QS. Al-A’raaf : 54
4
QS. Az-Zumar : 62

3
Allah ta’ala berfirman:

ْ ‫ّٰللاُ خَا ِل ُق ُك ِل ش‬
... ٍ‫َيء‬ ‫َه‬
“Allah pencipta segala sesuatu...”4
Mengimani bahwasanya Dia adalah pemberi rizki bagi setiap manusia,
binatang dan makhluk lainnya. Allah ta’ala berfirman:
... ‫ّٰللاِ ِر ْزقُ َها‬
‫علَى ه‬ ِ ‫َو َما ِم ْن دَ ۤابه ٍة فِى ْاَلَ ْر‬
َ ‫ض ا هَِل‬
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya
dijamin Allah rizkinya...”5
Dan mengimani bahwasanya Dia adalah Penguasa dan Pengatur alam
semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Dia yang memuliakan dan
menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu, Pengatur adanya siang dan malam,
Yang menghidupkan dan Yang mematikan.
Allah menyatakan pula tentang keesaan-Nya dalam Rububiyah-Nya atas
segala alam semesta. Firman Allah Ta’ala:
َ‫ب ْالعَٰ لَ ِميْن‬
ِ ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِ هَّللِ َر‬
“Segala puji bagi Allah Rabb (Penguasa) seluruh alam.”
2.2 Legitimasi
Sudah menjadi kepastian, setiap yang baru tentu ada yang mengadakan. Ini
adalah sesuatu yang dimaklumi setiap orang melalui fitrah, bahkan hingga oleh anak-
anak. Jika seorang anak dipukul oleh seseorang ketika ia tengah lalai dan tidak
melihatnya, ia pasti akan berkata, “Siapa yang telah memukulku?” Kalau dikatakan
kepadanya, “Tidak ada yang memukulmu,” maka akalnya tidak dapat menerimanya.
Bagaimana mungkin ada pukulan tanpa ada yang melakukannya. Kalau dikatakan
kepadanya, “Si fulan yang memukulmu,” maka kemungkinan ia akan menangis
sampai bisa membalas memukulnya. Karena itu Allah Ta’ala berfirman :
َ‫َيءٍ ا َ ْم ُه ُم ْالخَا ِلقُ ْو ُۗن‬ َ ‫ا َ ْم ُخ ِلقُ ْوا ِم ْن‬
ْ ‫غي ِْر ش‬
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang
mmenciptakan (diri mereka sendiri)?”6
Ini adalah pembagian yang membatasi, yang disebutkan Allah Ta’ala dengan

4
QS. Az-Zumar: 62
5
QS. Hud: 6
6
QS. Ath-Thur: 35

4
sighat istifham inkari (bentuk pertanyaan menyangkal), guna menjelaskan bahwa
mukaddimah ini sudah menjelaskan aksioma (kebenaran yang nyata), yang tidak
mungkin lagi diingkari. Dia berfirman, “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu
pun?” Maksudnya tanpa pencipta yang menciptakan mereka, ataukah mereka
menciptakan diri mereka sendiri? Tentu tidak. Kedua hal itu sama-sama batil. Maka
tidak ada kemungkinan lain kecuali mereka mempunyai pencipta yang menciptakan
mereka yaitu Allah Ta’ala, dan tidak ada lagi pencipta lainNya. Allah Ta’ala
berfirman :
‫َٰهذَا خ َْل ُق ه‬
ُُۗ ُ‫ّٰللاِ فَا َ ُر ْونِ ْي َماذَا َخلَقَ اله ِذيْنَ ِم ْن د ُْو ِنه‬
“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah
diciptakan oleh (sesembahanmu) selain Allah...”7
ِ ‫ا َ ُر ْونِ ْي َماذَا َخلَقُ ْوا ِمنَ ْاَلَ ْر‬
‫ض‬
“perlihatkan kepadaku apa yang telah mereka ciptakan dari bumi”8
‫ش َر َك ۤا َء َخلَقُ ْوا َكخ َْل ِقهُ فَتَشَابَهَ ْالخَل‬
ُ ِ‫َيءٍ وُْا َ ْم َج َعلُ ْوا ِ هَّلل‬ ‫علَ ْي ِه ُۗ ْم قُ ِل ه‬
ْ ‫ّٰللاُ خَا ِل ُق ُك ِل ش‬ ِ ‫ُه َو ْال َو‬
ُ ُ‫احد‬
َ ‫َُق‬
ُ ‫ْال َق هه‬
‫ار‬
“ Apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan
seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan
mereka?” Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia Tuhan
Yang Maha Esa, Mahaperkasa.”9
‫ّٰللاِ لَ ْن ي ْهخلُقُ ْوا ذُبَاب‬ ُ ‫ا هولَ ِو اجْ ت َ َمعُ ْوا لَهُُا هِن اله ِذيْنَ ت َ ْد‬
‫ع ْونَ ِم ْن د ُْو ِن ه‬
“Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat menciptakan
seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya.”10
َ َ‫ّٰللاِ ََل يَ ْخلُقُ ْون‬
‫شيْـًٔا و‬ ‫ع ْونَ ِم ْن د ُْو ِن ه‬ َ َ‫ُه ْم ي ُْخلَقُ ْو ُۗن‬
ُ ْ‫َُواله ِذيْنَ يَد‬
“Dan (berhala-berhala) yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat
sesuatu apa pun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.”11
َ‫اَفَ َم ْن ي ْهخلُ ُق َك َم ْن هَل َي ْخلُ ُۗ ُق اَفَ ََل تَذَ هك ُر ْون‬
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan sama dengan yang tidak dapat

7
QS. Luqman: 11
8
QS. Al-Ahqaf: 4
9
QS. Ar-Ra’d: 16
10
QS. Al-Hajj: 73
11
QS. An-Nahl: 20

5
menciptakan (sesuatu)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.”12
Sekalipun sudah ditantang berulang-ulang seperti itu, namun tidak
seorangpun mengaku bahwa dia telah menciptakan sesuatu. Pengakuan atau dakwaan
saja tidak ada, apalagi menetapkan dengan bukti. Jadi, ternyata benar hanya Allah-
lah Sang Pencipta, dan tidak ada sekutu bagiNya.
Teraturnya semua urusan alam, juga kerapiannya adalah bukti paling kuat
yang menunjukan bahwa pengatur alam ini hanyalah Tuhan yang satu, yang tidak
bersekutu ataupun berseteru. Allah Ta’ala berfirman :
‫َب ُكل ا َِٰل ٍۢ ٍه ِب َما َخلَقَ َولَ َعل‬
َ ‫ّٰللاُ ِم ْن هولَ ٍد هو َما َكانَ َم َعهُ ِم ْن ا َِٰل ٍه اِذا لهذَه‬
‫ض ُه ْم َُ َما ات ه َخذَ ه‬ُ ‫ا َب ْع‬
‫ض‬ ُۗ ٍ ‫ع َٰلى َب ْع‬
َ
“Allah tidak mempunyai anak, dan tidak ada tuhan (yang lain) bersama-
Nya, (sekiranya tuhan banyak), maka masing-masing tuhan itu akan membawa apa
(makhluk) yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan
mengalahkan sebagian yang lain.”
Tuhan yang haq harus menjadi pencipta sejati. Jika ada tuhan lain dalam
kerajaaanya, tentu tuhan itu juga bisa mencipta dan berbuat. Ketika itu pasti ia tidak
akan rela ada tuhan lain bersamanya. Bahkan, seandainya ia mampu mengalahkan
temannya dan menguasai sendiri kerajaan dan ketuhanan, tentu telah ia lakukan.
Apabila ia tidak mampu mengalahkannya, pasti ia hanya akan mengurus kerajaan
miliknya. Sebagaimana raja-raja di dunia mengurus kerajaanya sendiri-sendiri. Maka
terjadilah perpecahan, sehingga harus terjadi salah satu dari tiga perkara berikut ini:
a. Salah satunya mampu mengalahkan yang lain dan menguasai alam
sendirian.
b. Masing-masing berdiri sendiri dalam kerajaan dan pencipataan, sehingga
terjadi pembagian (kekuasaan).
c. Kedua-duanya berada dalam kekuasaan seorang raja yang bebas dan
berhak berbuat apa saja terhadap keduanya. Dengan demikian maka dialah
yang menjadi tuhan yang haq, sedangkan yang lain adalah hambanya.
Dan kenyataannya, dalam alam ini tidak terjadi pembagian (kekuasaan) dan
ketidakberesan. Hal ini menunjukan pengaturnya adalah Satu dan tak seorangpun

12
QS. An-Nahl: 17

6
menentang-Nya. Dan bahwa Rajanya adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Tunduknya makhluk-makhluk untuk melaksanakan tugasnya sendiri-sendiri
serta mematuhi peran yang diberikan-Nya. Tidak ada satu pun makhluk yang
membangkang dari melaksanakan tugas dan fungsinya di alam semesta ini. Inilah
yang dijadikan Hujjah oleh Nabi Musa ‘alaihissalam ketika ditanya fir’aun,
٥٠‫ش ْيءٍ خ َْلقَهُ ث ُ هم َه َٰدى‬ َٰ ‫ِي اَع‬
َ ‫ْطى ُك هل‬ ْْٓ ‫ قَا َل َربنَا الهذ‬٤٩ ‫قَا َل فَ َم ْن هرب ُك َما َٰي ُم ْوسَٰ ى‬
“Dia (Fir‘aun) berkata, “Siapakah Tuhanmu berdua, wahai Musa?” Dia
(Musa) menjawab, “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan bentuk
kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk.”13
Jawaban Musa ‘alaihissalam sungguh tepat dan telak, “Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian
memberinya petunjuk.” Maksudnya, Tuhan kami yang telah menciptakan semua
makhluk dan memberi masing-masing makhluk suatu ciptaan yang pantas untuknya;
mulai dari ukuran, besar, kecil dan sedangnya serta seluruh sifat-sifatnya.
Kemudian menunjukan kepada setiap makhluk tugas dan fungsinya. Petunjuk
ini adalah hidayah yang sempurna, yang dapat disaksikan pada setiap makhluk.
Kamu dapati setiap makhluk melaksanakan apa yang menjadi tugasnya, apakah itu
dalam mencari manfaat atau menolak bahaya, sampai hewan ternak pun diberi-Nya
sebagian dari akal yang membuatnya mampu melakukan yang bermanfaat baginya
dan mengusir bahaya yang mengancamnya, dan juga melakukan tugasnya dalam
kehidupan. Ini seperti Firman Allah ta’ala,
ُ‫َيءٍ َخلَقَه‬
ْ ‫سنَ ُك هل ش‬ ْْٓ ‫الهذ‬
َ ْ‫ِي اَح‬
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya.”14
Jadi yang telah menciptakan semua makhluk dan memberinya sifat
penciptaan yang baik, yang manusia tidak bisa mengusulkan yang lebih baik lagi,
juga yang telah menunjukan kepada kemaslahatannya masing-masing adalah Tuhan
yang sebenarnya. Mengingkari-Nya adalah mengingkari wujud yang paling agung.
Dan hal itu merupakan kecongkakan atau kebohongan yang terang-terangan.

Allah Ta’ala memberi semua makhluk segala kebutuhannya di dunia,

13
QS. Thaha: 49-50
14
QS. As-Sajdah: 7

7
kemudian menunjukan cara-cara pemanfaatannya. Dan tidak syak lagi jika Dia telah
memberi setiap jenis makhluk suatu bentuk dan rupa yang sesuai dengannya. Dia
telah memberi setiap laki-laki dan perempuan bentuk yang sesuai dengan jenisnya,
baik dalam pernikahan, perasaan dan unsur sosial. Juga telah memberi setiap anggota
tubuh bentuk yang sesuai untuk suatu manfaat yang telah ditentukanNya. Semua ini
adalah bukti-bukti nyata bahwasannya Allah Ta’ala adalah Tuhan bagi segala
sesuatu, dan Dia yang berhak disembah, bukan yang lain.
ِ ‫علَى أَنههُ َو‬
ُ‫احد‬ َ ‫تَدُل‬ ٌ‫َوفِي ُك ِل شَيءٍ لَهُ آيَة‬
“Pada setiap benda terdapat bukti bagi-Nya.
Yang menunjukan bahwa Dia adalah Esa.”

2.3 Argumen memperkuat dan memperdalam pemahaman rububiyah


Iman kepada Rububiyyah Allah merupakan asas dan pokok dari sebuah
keimanan, yakni dengan kita meyakini bahwa Allah adalah Rabb dan pemilik segala
sesuatu, Dialah satu-satunya pencipta, pengatur segala sesuatu, dan Dialah satu-
satunya yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Semua sesembahan selain
Dia adalah sesembahan yang batil, dan beribadah kepada selain-Nya adalah
kebatilan. Allah Ta’ala berfirman, :

ُّ ‫ُوأ َ َّنُهللاَُه َوُالعَ ِل‬


ُ‫يُالُ َكبِير‬ َ ‫اطل‬
ِ َ‫ُوُالب‬ ِ َ‫ُوأ َ َّنُ َمايَدعون‬
َ ‫ُمنُدونِ ِهُه‬ َ ‫ذَلِكَ ُبِأ َ َّنُهللاَُه َوُال َح ُّق‬
“(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah,
Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari
Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi
Maha Besar”15
Dan juga firman Allah Ta'ala, :
ُ َ‫ُُمن‬
ِ ‫ى‬
َّ ‫ُو َمُنُيخ ِرجُٱل َح‬ َ َٰ ‫ُوٱْلَب‬
َ ‫ص َر‬ َّ ‫ضُأ َ َّمنُيَم ِلكُٱل‬
َ ‫سم َع‬ ِ ‫ُوٱْلَر‬
َ ‫س َما ٓ ِء‬
َّ ‫مُمنَ ُٱل‬
ِ ‫قلُ َمنُيَرزقك‬
َُ‫ُٱَّللُُۚفَقلُأَفَ ََلُتَتَّقون‬ َ َ‫ُو َمنُيدَبِرُٱْلَم َرُُۚف‬
َّ َ‫سيَقولون‬ َ ‫ُمنَ ُٱل َح ِى‬
ِ َ‫ُِويخ ِرجُٱل َميِت‬
َ ‫ٱل َميِت‬
“ Katakanlah Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi,
atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka
akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-

15
QS Al-Hajj: 26

8
Nya”.16
Dan bagaimanakah cara kita untuk membuktikan kebenaran Rububiyyah
Allah Subhanahu wataa'la. Hal ini dapat dibuktikan dengan dalil akal, hissi
(inderawi), fitrah, dan dalil syariat. Dalil akal yang menunjukkan akan adanya Allah
Ta'ala, Adalah dengan adanya seluruh makhluk yang ada di semesta ini, baik yang
terlihat maupun yang tak terlihat oleh kasat mata manusia, Tidak mungkin semua
makhluk itu mengadakan dirinya sendiri atau ada begitu saja dengan sendirinya tanpa
ada yang menciptakannya.
Adapun petunjuk fitrah juga menyatakan keberadaan Allah Ta'ala. Seluruh
makhluk telah diciptakan untuk beriman kepada penciptanya tanpa harus diajari
sebelumnya. Tidak ada makhluk yang berpaling dari fitrah ini kecuali hatinya
termasuki oleh sesuatu yang dapat memalingkannya dari fitrah itu. Hal ini
berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah (Islam, ed), lalu orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi”17
Indera yang kita miliki juga bisa menunjukkan tentang keberadaan Allah.
Kita semua bisa menyaksikan dikabulkannya permohonan orang-orang yang berdoa
dan ditolongnya orang-orang yang kesusahan. Ini menunjukkan secara qath’i (pasti)
akan adanya Allah. Demikian pula ayat-ayat (tanda-tanda) para nabi yang dinamakan
mukjizat yang disaksikan oleh manusia atau yang mereka dengar merupakan bukti
yang nyata akan adanya Dzat yang mengutus mereka, yaitu Allah Ta’ala. Sebab,
kemukjizatan-kemukjizatan itu di luar jangkauan manusia pada umumnya, yang
memang sengaja diberlakukan oleh Allah Ta’ala untuk mengokohkan dan
memenangkan para rasul-Nya.
Sedangkan dari pandangan syariat juga menyatakan keberadaan dan
kerubiyahan Allah Ta'ala. Sebab kitab-kitab samawi seluruhnya menyatakan
demikian. Apa saja yang dibawa oleh kitab-kitab samawi, berupa hukum-hukum
yang menjamin kemaslahatan makhluk merupakan bukti bahwa hal itu datang dari
Rabb yang Maha Bijaksana dan Maha Tahu akan kemaslahatan makhluk-Nya.
Berita-berita yang berkenaan dengan alam yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut

16
QS Yunus: 31
17
HR. Bukhari dan Muslim.

9
merupakan bukti bahwa kitab-kitab itu berasal dari Rabb yang Maha Kuasa untuk
mencipta apa yang diberitakan itu.
Kemudian buah keimanan yang akan di dapatkan oleh seseorang ketika ia
paham akan kerubiyahan Allah adalah, Rasa terwujudnya ketauhidan kepada Allah
Ta’ala, di mana tidak ada tempat bergantung selain Allah dalam rasa harap dan takut
, serta tidak ada yang berhak disembah selain Allah. Kemudian Sempurnanya
kecintaan kepada Allah Ta’ala dan pengagungan terhadap-Nya sesuai dengan nama-
nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang mulia.

2.4 Keadaan umat manusia dalam mengimani rububiyah


Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan
mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan
oleh Allah, Allah lah yang memberi rizqi, Allah yang mendatangkan musibah, Allah
yang meggerakan bintang-bintang, dll.
Dinyatakan dalam Al Qur’an :

َ ُّ‫ُِوالن‬
ُ‫ور‬ ُّ ‫ُو َج َعل‬
َ ‫َُالظُل َمات‬ َ ‫ض‬َ ‫ُِواْلَر‬ َّ ‫َُّللُِالَّذِيُ َخلَقَ ُال‬
َ ‫س َم َاوات‬ َّ ِ ‫ال َحمد‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
mengadakan gelap dan terang.”18

Dan perhatikan baik-baik, tauhid rububiyah ini diyakini semua orang baik
mukmin, maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah
dan beribadah kepada Allah. Hal ini dikabarkan dalam Al Qur’an :
َّ ‫سأَلت َهمُ َمنُ َخلَقَهمُلَيَقول َّن‬
ُ‫َُللا‬ َ ُ‫َولَئِن‬
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah),
’Siapa yang telah menciptakan mereka?’,niscaya mereka akan menjawab
‘Allah’.”19
ُ‫َللا‬ َُّ ‫ُوالقَ َم َرُلَيَقول‬
َّ ُ‫ن‬ َ ‫س‬ َُّ ‫س َّخ َرُال‬
َ ‫شم‬ َ ‫ُو‬
َ ‫ض‬َ ‫ُِواْلَر‬ َّ ‫سأَلت َهمُ َمنُ َخلَقَ ُال‬
َ ‫س َم َاوات‬ َ ُ‫َولَئِن‬
“Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah),
’Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga

18
QS. Al-An’am: 1.
19
QS. Az-Zukhruf: 87.

10
bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’.”20
Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallahu’alaihi
wasallam bernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah
diberi nama demikian, Rasulullah shallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir.
Jadi, tauhid rububiyah ini di akui oleh semua orang, baik yang mukmin
maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Tidak ada umat manapun yang
menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah di fitrahkan untuk mengakuiNya,
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Sebagaimana perkataan para
Rasul yang di firmankan Allah :
ِ ‫ُِواْلَر‬
ُ‫ض‬ َ ‫س َم َاوات‬
َّ ‫اط ِرُال‬ َّ ِ‫قَُالَتُرُسلهمُأَف‬
ِ َ‫يَُللاُِش ٌَّكُف‬
“Berkata Rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah,
Pencipta langit dan bumi ?”21

2.5 Pengingkar tauhid rububiyah


Mengingkari tauhid rububiyah, berarti tidak mengakui bahwasannya Allah
lah yang menciptakan bumi dan langit, tidak mengakui bahwasannya Allah lah yang
menurunkan segala rizqi untuk seluruh makhluk yang ada di bumi dan dilangit, tidak
mengakui bahwasannya Allah lah yang mengatur alam semesta ini, dan seterusnya.
Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun
demikian dihatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Nabi Musa
‘alaihis salam kepadanya :
َ ‫يُْلَظنُّكَ ُ َياُفِر‬
ُ‫عُون‬ َ ِ‫ُو ِإن‬
َ ‫صائِ َر‬ ِ ‫ُِوُاْلَر‬
َ ‫ضُ َب‬ َ ‫س َم َاوات‬ َ ‫ع ِلمتَ ُ َماُأَنزَ لَُهَؤ ََل ِءُ ِإ ََّل‬
َّ ‫ُربُّ ُال‬ َ ُ‫قَُالَُلَقَد‬
ُ‫ورا‬
ً ‫َمثب‬
“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada
yang menurunkan mu`jizat-mu`jizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan
bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan sesungguhnya aku mengira kamu, hai
Fir`aun, seorang yang akan binasa.”22
Ia juga menceritakan tentang Fir’aun dan kaumnya:

َ ‫اُواست َيقَنَت َهاُأَنفسهمُظل ًم‬


ُُ‫اُوعل ًّوا‬ َ ‫َو َج َحدواُ ِب َه‬

20
QS. Al-Ankabut: 61
21
QS. Ibrahim: 10
22
QS. Al-Isra: 102

11
“Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman dan kesombongan
(mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya.” (An Naml : 14)
Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti
Komunis. Mereka hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan
tetapi pada hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada
satu makhluk pun yang ada tanpa Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada
yang membuatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun kecuali pasti ada yang
mempenga-ruhinya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

َ ‫ُِواْلَر‬
َ ‫ضُبَل‬
(36) َُ‫َُلُيوقِنون‬ َّ ‫( ُأَمُ َخلَقواُال‬35) َُ‫واُمنُغَي ِرُشَيءٍ ُأَمُهمُالخَا ِلقون‬
َ ‫س َم َاوات‬ ِ ‫أَمُُخ ِلق‬
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan
bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).”23

Adapun pengingkaran adanya Tuhan oleh orang-orang komunis saat ini


hanyalah karena kesombongan dan penolakan terhadap hasil renungan dan pemikiran
akal sehat. Siapa yang seperti ini sifatnya maka dia telah membuang akalnya dan
mengajak orang lain untuk menertawakan dirinya.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Orang-orang komunis tidak
mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka
lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyyah.”24
2.6 Konsekuensi tauhid rububiyah
Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah berkata,
“Kemudian, sesungguhnya keimanan seorang hamba kepada Allah sebagai Rabb
memiliki konsekuensi mengikhlaskan ibadah kepada-Nya serta kesempurnaan
perendahan diri di hadapan-Nya.”

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),

َ ‫ُُواَنَا‬
٩٢ُ-ُُ‫ُُربُّكمُُفَاعبدُو ِن‬ َّ ً ‫احدَة‬ َّ ً‫ُهذِهُُُٓٓٓا َّمتكمُُا َّمة‬
ِ ‫ُُو‬ َٰ ‫ا َِّن‬

23
QS. Ath-Thur: 35-36
24
Lihat kitab minhaj firqatun najiyyah

12
“Dan Aku adalah Rabb kalian, maka sembahlah Aku.”25
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya),
٢١ُ–ُ َ‫نَُُمنُقَب ِلكمُلَ َعلَّكمُتَتَّقو َۙن‬
ِ ‫ُوالَّذِي‬
َ ‫اُربَّكمُالَّذِيُ َخلَقَكم‬
َ ‫َٰ ٓياَيُّ َهاُالنَّاسُاعبدو‬
“Wahai umat manusia, sembahlah Rabb kalian.”26
Keberadaan Allah sebagai Rabb seluruh alam memiliki konsekuensi bahwa
Allah tidak akan meninggalkan mereka dalam keadaan sia-sia atau dibiarkan begitu
saja tanpa ada perintah dan larangan untuk mereka. Akan tetapi, Allah menciptakan
mereka untuk mematuhi-Nya dan Allah mengadakan mereka supaya beribadah
kepada-Nya. Maka orang yang berbahagia diantara mereka adalah yang taat dan
beribadah kepada-Nya. Adapun orang yang celaka adalah yang durhaka kepada-Nya
dan lebih memperturutkan kemauan hawa nafsunya.
Barangsiapa yang beriman terhadap rububiyah Allah dan ridha Allah
sebagai Rabb maka dia akan :
 Ridha terhadap perintah-Nya,
 Ridha terhadap larangan-Nya,
 Ridha terhadap apa yang dibagikan kepadanya,
 Ridha terhadap takdir yang menimpanya,
 Ridha terhadap pemberian Allah kepadanya,
Dari penjelasan Syaikh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa tauhid
rububiyah memiliki banyak konsekuensi, diantaranya adalah:
 Mengikhlaskan ibadah kepada Allah semata
 Tunduk dan ridha kepada perintah dan larangan Allah
 Ridha terhadap rizki yang Allah berikan kepada dirinya
 Ridha terhadap musibah yang ditakdirkan Allah menimpa dirinya
 Tetap ridha meskipun Allah tidak memberikan kepadanya apa yang
diinginkan olehnya.

Dengan demikian, seorang yang mengimani rububiyah Allah semestinya


beribadah kepada Allah saja, tidak kepada selain-Nya. Beramal karena-Nya, bukan
karena ingin mendapatkan pujian atau semata-mata untuk mendapatkan kesenangan

25
QS. Al Anbiya: 92
26
QS. Al-Baqarah: 21

13
dunia.

2.7 Urgensi dan implementasi tauhid rububiyah


a. Urgensi Tauhid Rububiyyah
Pertama, Urgensi tauhid Rububiyyah adalah sumber
kebahagiaan.sesungguhnya kebahagiaan hanya bisa di raih oleh seorang manusia jika
ia bersandar dan bertumpu kepada tuhan yang maha kuasa atas segalanya.
Kedua, Urgensi tauhid rububiyah adalah landasan dari tauhid Uluhiyyah.
Tidaklah terjadi kekeliruan dan penyimpangan dalam tauhid Uluhiyyah melainkan
karena adanya kekeliruan dan penyimpangan dalam tauhid Rububiyyah. Misalnya,
banyak orang melakukan penyembelihan untuk jin di laut atau di gunung yang ini
merupakan kesyirikan dalam tauhid Uluhiyyah dimana praktik itu terjadi karena
keyakinan bahwa jin tersebut memiliki kemampuan untuk mengatur laut dan gunung.
Keyakinan seperti ini adalah kesalahan dalam penerapan tauhid Rububiyyah, karena
sesungguhnya yang mengatur seluruh alam semesta hanyalah Allah semata.
Ketiga, Pembahasan tauhid Rububiyyah menjadi semakin penting di zaman
sekarang ini ketika orang – orang semakin tersibukan dengan dunia, sehingga
semakin jauh dari Rabb mereka. Akhirnya ketergantungan mereka terhadap materi
keduniaan semakin kuat.
Keempat, demikian pula di zaman terakhir ini semakin banyak kemunculan
pihak yang memperjuangkan pemahaman ateis (menafikan eksistensi pencipta alam
semesta). Hal ini semakin menguatkan urgensi mempelajari tauhid Rububiyyah dan
menanamkannya kepada masyarakat umum. Betapa banyak syubhat yang tersebar,
baik melalui internet, buku dan lain – lain, yang terbaca oleh masyarakat yang tidak
memiliki dasar yang kuat tentang islam, sehingga akhirnya mereka pun ragu terhadap
Islam. Sebagian mereka secara tidak sadar telah terjatuh pada pembatal ke islaman.
Bahkan ada pula yang sangat terang – terangan yang menyatakan dirinya telah
menjadi ateis.

Sabda Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam, yang artinya :


“Bersegeralah mengerjakan amal – amal (saleh) sebelum muncul fitnah
– fitnah yang seperti potongan malam yang gelap gulita. Seseorang di pagi

14
hari beriman dan sore hari menjadi kafir. Atau di sore hari beriman dan paginya
menjadi kafir. Ia menjual agamanya dengan menukarkannya dengan perbendaharaan
dunia.”

Urgensi Memahami Tauhid


Rububiyyah

Tauhid Ar - Pembahasan Munculnya orang


Rububiyyah Tauhid Ar - tauhid Ar - - orang yang
adalah sumber Rububiyyah Rububiyyah memperjuangkan
kebahagiaan adalah landasan menjadi semakin pemahaman ateis
dari tauhid Al - penting di zaman ( menafikan
Uluhiyyah sekarang ini eksistensi
ketika orang – pencipta alam
orang semakin semesta ). Hal ini
tersibukan semakin
dengan dunia, menguatkan
sehingga urgensi
semakin jauh dari mempelajari
Rabb mereka. tauhid
Akhirnya Rububiyyah dan
ketergantungan menanamkannya
mereka terhadap kepada
materi keduniaan masyarakat
semakin kuat. umum

b. Implementasi Tauhid Rububiyah


Tauhid rububiyah merupakan mengesakan Allah dengan meyakini seluruh
kejadian-kejadian yang hanya Allah bisa lakukan sebagai satu-satunya Dzat yang
berhak disembah. Dalam tauhid rububiyah seseorang menyatakan dengan tegas
bahwa Allah adalah Rabb, Raja, Pemilik, Pencipta atas seluruh makhluk yang ada.
Dengan begitu pula seseorang meyakini bahwa hanya Allah Dzat yang mengatur dan
yang bisa merubah segalanya.
Tauhid rububiyah dapat diyakini melalui kejadian-kejadian yang hanya bisa
dilakukan oleh Allah. Contohnya seperti menciptakan makhluk, menghidupkan
makhluk, mematikan makhluk, memberi serta membagi rizki kepada seluruh
makhluk, mengubah takdir, atau mendatangkan manfaat dan pertolongan kepada
makhluk bahkan menolak dan mendatangkan segala mudharat atau kerusakan.

Dengan tauhid rububiyah ini juga seseorang mengimani bahwa hanya Allah
lah Dzat yang dapat mengawasi, mengatur, menguasai, menghukumi sesuatu dan
masih banyak lagi hal yang menunjukkan keesaan Allah. Seorang hamba juga wajib

15
meyakini bahwa tak ada lagi sesuatu yang berhak disembah dan dapat menandingi
kuasa Allah dalam bentuk apapun.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Tauhid Rububiyah berarti mentauhidkan segala apa yang dilakukan Allah


ta’ala, baik mencipta, memberi rizki, menghidupkan dan mematikan, serta
mengimani bahwasanya Dia adalah raja, penguasa, dan rabb yang mengatur segala
urusan. Iman kepada Rububiyyah Allah merupakan asas dan pokok dari sebuah
keimanan. Tauhid Rububiyah ini diakui oleh semua orang, baik yang mukmin
maupun yang kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Mengingkari tauhid rububiyah,
berarti tidak mengakui bahwasannya Allah lah yang menciptakan bumi dan langit,
tidak mengakui bahwasannya Allah lah yang menurunkan segala rizqi untuk seluruh
makhluk yang ada di bumi dan dilangit, tidak mengakui bahwasannya Allah lah yang
mengatur alam semesta ini, dan seterusnya. Tidak ada umat manapun yang
menyangkalnya. Bahkan hati manusia sudah di fitrahkan untuk mengakuiNya,
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya. Dengan demikian, seorang yang
mengimani rububiyah Allah semestinya beribadah kepada Allah saja, tidak kepada
selain-Nya. Beramal karena-Nya, bukan beramal kepada selain-Nya.

3.2 Kritik dan saran

Demikian makalah ini kami buat. Semoga apa yang kami diskusikan dapat
menambah rasa syukur kita kepada Allah dan menambah pengetahuan kami. Adapun
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang masih perlu kami
sempurnakan. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dan kami ucapan terima kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA
Al Wushabiy, Muhammad bin ‘Abdul wahhab. 2009. Al Qaulul Mufid Penjelasan
Tantang Tauhid.Sleman:Darul ‘Ilmi.
Al Fauzan, Shalih bin Fauzan. 2015. Kitab Tauhid 1.Jakarta:Darul Haq.
Jawas, Yazid bin Abdul Qadir. 2014. Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah.Jakarta:Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
As Suhaimi, Abdussalam bin Salim. 2018. Kitab Al Firqotin Najiyyah
Andirja, Firanda. 2021. Majmu’ al-Fatawa, vol. V, hlm. 105, dan al-Fatawa al-
Hamawiyyah al-Kubra, hlm. 523.
https://almanhaj.or.id/3265-tauhid-rububiyyah.html
https://www.al-mubarok.com/2013/06/24/pengakuan-orang-musyrik-terhadap-
tauhid-rububiyah/
https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html

17

Anda mungkin juga menyukai