Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Memahami Islam Sebagai Agama Pilihan


Mata Kuliah AIK 1
Dosen Pengampu : Sujino, M.Pd.I

Kelompok 5
Disusun Oleh :
1. 21410012 Muhammad Ramdan Saka
2. 21410017 Arif Farel Pratama
3. 21410007 Rizal Muntaha
4. 21410001 Dea Adenia

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang mahakuasa atas segala limpahan rahmat dan hidayah nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu melancarkan pembuatan makalah
Memahami Islam sebagai agama pilihan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu
saya selaku penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
pembuatan laporan di masa mendatang. Atas perhatian dan waktunya kami ucapkan terimakasih.

Metro, 29 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................................1

B. TUJUAN..............................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................2

A. ISLAM ADALAH AGAMA TAUHID.....................................................................................................2

B. ISLAM ADALAH AGAMA YANG DIRIDHOI OLEH ALLAH SWT......................................................4

C. ISLAM AGAMA YANG RAHAMATAN LIL ALAMIN...........................................................................5

D. ISLAM MERUPAKAN KESATUAN AQIDAH, IBADAH, AKHLAK DAN MUAMALAH.......................7

KESIMPULAN...........................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berpikir tentang Agama, apa sajakah sesungguhnya yang terpikir oleh kita selama ini tentang
apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Agama dan apa pula sesungguhnya yang dimaksud
dengan Islam itu sendiri. Dan sudah sejauh mana kita menempatkan diri kita itu didalamnya.
Agar supaya kita tahu betul betapa dan bagaimana seharusnya kita menempatkan diri kita itu
didalamnya. Karna kalau kita tidak memahami betul apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Agama
itu dan seberapa besar Arti Keberadaannnya itu bagi kita maka tentulah kita tidak akan pernah bisa
menempatkan diri kita itu didalamnya dengan baik. Sama juga halnya dengan kita melakukan sesuatu
dalam hidup ini. Bagaimana mungkin kita akan dapat menjalankan sesuatu itu dengan baik kalau kita
sendiri tidak tahu Tujuannya kemana. Atau, bagaimana mungkin kita dapat menerima sesuatu itu
dengan baik kalau kita sendiri tidak tahu sejauh mana Mamfaatnya itu buat kita. Itulah sebabnya
kenapa kita semua perlu mengetahui hal itu dengan baik. Harapan yang ada perlunya spesifikasi
pembahasan yaitu agama islam, sehingga pilihan yang telah diambil mengetahui betul dasar-dasar
sebagai landasan beragama.

Dalam pembahasan ini akan mencoba menjelaskan Agama islam dipandang dari keyakinan yang
harapannya akan menjadikan titik temu pada agama pilihan.

B. TUJUAN
Pembuatan makalah ini yaitu bertujuan untuk:
A. Mahasiswa mengetahui Islam adalah agama tauhid
B. Mahasiswa mengetahui bahwa Islam adalah agama yang diridhoi Allah
C. Mahasiswa mengetahui Islam adalah agama yang rahamatan lil alamin
D. Mahasiswa mengetahui Islam merupakan kesatuan aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah
E. Penugasan MK AIK 1

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. ISLAM ADALAH AGAMA TAUHID


Islam disebut agama tauhid karena ajaran pokok keimanan murni kepada Allah pada syahadat
yaitu “aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah”. Selain itu ajaran tauhid merupakan misi nabi
dan Rasul, hal ini terdapat dalam surat Al-Anbiya ayat 25, yang berbunyi :

‫ك ِم ْن َّرس ُْو ٍل اِاَّل نُ ْو ِح ْٓي اِلَ ْي ِه اَنَّهٗ ٓاَل اِ ٰلهَ آِاَّل اَنَ ۠ا فَا ْعبُ ُد ْو ِن‬
َ ِ‫َو َمٓا اَرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل‬
٢٥
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan Aku"”
Dalam ajarah tauhid mengandung cita-cita persatuan manusia dibawah kepercayaan kepada
tuhan yang maha esa, yaitu kita adalah satu umat yang hanya menyembah Allah SWT kemudian umat
itu membesar, dan menjadi bersuku-suku.
Allah ta’ala berfirman,

‫ز َل َم َعهُ ُم‬- َ -‫ ِذ ِري َْن ۖ َواَ ْن‬- ‫ ِري َْن َو ُم ْن‬- ‫ث هّٰللا ُ النَّبِ ٖيّ َن ُمبَ ِّش‬ َ ‫ َدةً ۗ فَبَ َع‬-‫اح‬ِ ‫ان النَّاسُ اُ َّمةً َّو‬- َ -‫َك‬
‫ ِه اِاَّل الَّ ِذي َْن‬- ‫ف فِ ْي‬-
َ -َ‫اختَل‬ ْ ‫ا‬--‫ ِه ۗ َو َم‬- ‫اختَلَفُ ْوا ِف ْي‬ ْ ‫اس ِف ْي َما‬ ِ َّ‫ق لِيَحْ ُك َم بَي َْن الن‬ ِّ ‫ب بِ ْال َح‬
َ ‫ْال ِك ٰت‬
‫ا‬--‫وا لِ َم‬-ْ -ُ‫ْن ٰا َمن‬-َ ‫ َدى هّٰللا ُ الَّ ِذي‬- َ‫ا ۢ بَ ْينَهُ ْم ۚ فَه‬--ً‫ت بَ ْغي‬ُ ‫ ۤا َء ْتهُ ُم ْالبَي ِّٰن‬-‫ا َج‬--‫ ِد َم‬-‫وهُ ِم ۢ ْن بَ ْع‬-ْ -ُ‫اُ ْوت‬
‫هّٰللا‬
٢١٣ ‫اط ُّم ْستَقِي ٍْم‬ ٍ ‫ص َر‬ ِ ‫ق بِا ِ ْذنِ ٖه ۗ َو ُ يَ ْه ِديْ َم ْن يَّ َش ۤا ُء اِ ٰلى‬ ِّ ‫اختَلَفُ ْوا ِف ْي ِه ِم َن ْال َح‬
ْ
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para
nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka
Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang mereka
perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada
mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki
antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran
tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus” [QS. Al-Baqarah [2]: 213]
Inti dari ajaran tauhid yaitu :
 Mengakui tuhan yang maha esa

2
 Berserah diri kepadanya
 Melakukan perintahnya
 Menghindari larangan-larangan yang tercantum dalam kitab suci

Keimanan dan sikap tauhid dalam beribadah dan menyembah semata kepadanya disebut dengan
tauhid Uluhiyah. Bersamaan dengan tauhid uluhiyah itu, kepada-Nya pula kita berlindung, memohon
pertolongan dan meminta berkah dengan menyampaikan doa tanpa perantara, karena sesungguhnya
dia maha dekat dan memperkenankan doa hambanya.
Sikap tauhid bentuk ini, disebut dengan tauhid Rububiyah. Sikap tauhid ini menanamkan sikap
berserah diri, tawakkal, berdoa, dan berlindung semata kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman,
ٰ ‫ولَ ْو َش ۤاء هّٰللا ُ لَجعلَهُم اُمةً َّواح َدةً َّو ٰلك ْن يُّ ْدخ ُل م ْن يَّ َش ۤا ُء في رحْ مت ۗه و‬
ْ ‫الظّلِ ُم‬
‫و َن‬-- َ ِٖ َ َ ْ ِ َ ِ ِ ِ َّ ْ َ َ َ َ
‫هّٰلل‬
َ -ُ‫ اَ ِم اتَّ َخ ُذ ْوا ِم ْن ُد ْونِ ٖ ٓه اَ ْولِيَ ۤا ۚ َء فَا ُ هُ َو ْال َولِ ُّي َوه‬٨ ‫صي ٍْر‬
‫و‬- ِ َ‫َما لَهُ ْم ِّم ْن َّولِ ٍّي َّواَل ن‬
٩ ࣖ ‫يُحْ ِي ْال َم ْو ٰتى َۖوهُ َو َع ٰلى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر‬

Artinya : ”Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi
Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang
dhalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong. (8) Atau
patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah ?. Maka Allah, Dialah Pelindung (yang
sebenarnya) dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (9) QS. Asy-Syura [42]: 8-9

B. ISLAM ADALAH AGAMA YANG DIRIDHOI OLEH ALLAH SWT


Allah ta’ala berfirman,

‫اِنَّ ال ِّدي َْن ِع ْندَ هّٰللا ِ ااْل ِسْ اَل ُم‬


Artinya : “Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam.” QS. Ali Imron [3]:19
Ayat yang mulia ini menegaskan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan
diridhoi oleh Sang Pencipta; Allah tabaraka wa ta’ala, karena Dia-lah yang telah menetapkan hal itu di
dalam kitab-Nya yang mulia Al-Qur’anul Karim, maka tidak ada jalan lain untuk beribadah kepada-Nya
kecuali harus masuk Islam, yaitu agama yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,

3
satu-satunya agama yang masih mengikuti ajaran utama para nabi dan rasul ‘alaihimussalaam
terdahulu.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Dan firman Allah ta’ala “Sesungguhnya agama
yang diridhoi di sisi Allah hanya Islam” adalah pengabaran dari Allah ta’ala bahwa tidak ada agama
yang diterima di sisi-Nya dari siapa pun selain Islam, yaitu ajaran yang mengikuti agama para Rasul
yang Allah ta’ala utus pada setiap masa, sampai diakhiri dengan Muhammad shallallahu’alaihi wa
sallam, dimana Allah ta’ala telah menutup semua jalan untuk sampai kepada-Nya kecuali melalui jalan
Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam.
Oleh karena itu, barangsiapa yang berjumpa dengan Allah ta’ala setelah pengutusan
Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam dalam keadaan tidak mengikuti agama beliau, maka tidak akan
diterima agamanya

C. ISLAM AGAMA YANG RAHAMATAN LIL ALAMIN


Secara etimologis, Islam berarti “damai”, sedangkan rahmatan lil ‘alamin berarti “kasih sayang
bagi semesta alam”. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan lil’alamin adalah Islam yang
kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi
manusia maupun alam.
Rahmatan lil’alamin adalah istilah qur’ani dan istilah itu sudah terdapat dalam Al-Qur’an , yaitu
sebagaimana firman Allah :

١٠٧ ‫ك اِاَّل َرحْ َمةً لِّ ْل ٰعلَ ِمي َْن‬


َ ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن‬

Artinya : ”Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam (rahmatan liralamin)”. QS. Al-Anbiya’ [21]: 107
Ayat tersebut menegaskan bahwa kalau Islam dilakukan secara benar dengan sendirinya akan
mendatangkan rahmat, baik itu untuk orang Islam maupun untuk seluruh alam. Rahmat adalah karunia
yang dalam ajaran agama terbagi menjadi dua ; rahmat dalam konteks rahman dan rahmat dalam
konteks rahim. Rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat amma kulla syak, meliputi segala hal,
sehingga orang-orang nonmuslim pun mempunyai hak kerahmanan.
Rahim adalah kerahmatan Allah yang hanya diberikan kepada orang Islam. Jadi rahim itu
adalah khoshshun lil muslimin. Apabila Islam dilakukan secara benar, maka rahman dan rahim Allah
akan turun semuanya. Dengan demikian berlaku hukum sunnatullah, baik muslim maupun non-muslim
kalau mereka melakukan hal-hal yang diperlukan oleh kerahmanan, maka mereka akan
mendapatkanya. Kendatipun mereka orang Islam, tetapi tidak melakukan ikhtiar kerahmanan, maka

4
mereka tidak akan mendapatkan hasilnya. Dengan kata lain, kurnia rahman ini berlaku hukum
kompetitif. Misalnya, orang Islam yang tidak melakukan kegiatan ekonomi, maka mereka tidak bisa dan
tak akan menjadi makmur. Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmanan adalah non-muslim,
maka mereka akan mendapatkan kemakmuran secara ekonomi. Karena dalam hal ini mereka
mendapat sifat kerahmanan Allah yang berlaku universal (amma kulla syak).

Sedangkan hak atas syurga ada pada sifat rahimnya Allah Swt, maka yang mendapat
kerahiman ini adalah orang mukminin. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa rahmatan
lil’alamin adalah bersatunya karunia Allah yang terlingkup di dalam kerahiman dan kerahmanan Allah.
Dalam konteks Islam rahmatan lil’alamin, Islam telah mengatur tata hubungan menyangkut
aspek teologis, ritual, sosial, dan humanitas. Dalam segi teologis, Islam memberi rumusan tegas yang
harus diyakini oleh setiap pemeluknya, tetapi hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk memaksa non-
muslim memeluk agama Islam (Laa Ikrooha Fiddiin). Begitu halnya dalam tataran ritual yang memang
sudah ditentukan operasionalnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunah.
Namun dalam konteks kehidupan sosial, Islam sesungguhnya hanya berbicara mengenai
ketentuan-ketentuan dasar atau pilar-pilarnya saja, yang penerjemahan operasionalnya secara detail
dan komprehensif tergantung pada kesepakatan dan pemahaman masing-masing komunitas, yang
tentu memiliki keunikan berdasarkan keberagaman lokalitas nilai dan sejarah yang dimilikinya.
Entitas Islam sebagai rahmat lil’alamin mengakui eksistensi pluralitas, karena Islam
memandang pluralitas sebagai sunnatullah, yaitu fungsi pengujian Allah pada manusia, fakta sosial,
dan rekayasa sosial (social engineering) kemajuan umat manusia.
Pluralitas, sebagai sunnatullah telah banyak diabadikan dalam al-Qur’an, di antaranya firman
Allah dalam surat Ar-Rum ayat 22 :

‫وانِ ُك ۗ ْم اِ َّن فِ ْي‬-


َ -‫نَتِ ُك ْم َواَ ْل‬- ‫ف اَ ْل ِس‬
ُ ‫اختِاَل‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ْ ‫ض َو‬ ُ ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖه َخ ْل‬
ِ ‫ق السَّمٰ ٰو‬
٢٢ ‫ت لِّ ْل ٰعلِ ِمي َْن‬ َ ِ‫ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh pada yang demikan itu benar- benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”.
Juga firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13 :

‫ َل‬-ِ‫ع ُْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕٕى‬-----‫ر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُش‬-----


ٍ ‫ا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك‬-----َ‫ٰيٓاَيُّه‬
١٣ ‫ارفُ ْوا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ َّن هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر‬
َ ‫لِتَ َع‬
5
Artinya : “Hai manusia, sungguh kami menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan
dan menjadikan kalian berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal.
Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa.
Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Ayat-ayat tersebut menempatkan kemajemukan sosial sebagai syarat diterminan (conditio sine
qua non) dalam penciptaan makhluk.
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menyerukan perdamaian dan kasih-sayang, antara lain
surat Al-Hujurat ayat 10 yang memerintahkan kita untuk saling menjaga dan mempererat tali
persaudaraan. Allah SWT berfirman :

ْ -‫وا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُم‬--ُ‫اِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُ ْو َن اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِح ُْوا بَي َْن اَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّق‬
‫و َن‬-
١٠ ࣖ
Artinya : “Sungguh orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

D. ISLAM MERUPAKAN KESATUAN AQIDAH, IBADAH, AKHLAK DAN MUAMALAH

1. Aqidah
Aqidah secara bahasa berarti ikatan. Setelah terbentuk menjadi kata, aqidah berarti perjanjian
yang teguh, terpatri dan tertanam kuat di dasar hati yang paling dalam.
Allah Swt. telah menerangkan kepada manusia lewat ayatnya yang mulia, bahwa manusia sejatinya
telah mengikrarkan janji suci ketika berada di dalam rahim ibunya. Ikrar yang menyatakan bahwa Allah
adalah satusatunya sembahan yang berhak disembah. Ikrar inilah yang menjadi dasar aqidah manusia
yang mengaku beriman kepada Allah Swt. Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an:

ُ ‫َواِ ْذ اَ َخ َذ َرب َُّك ِم ۢ ْن بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِم ْن ظُه ُْو ِر ِه ْم ُذرِّ يَّتَهُ ْم َواَ ْشهَ َدهُ ْم َع ٰلٓى اَ ْنفُ ِس ِه ۚ ْم اَلَس‬
‫ْت‬
١٧٢ ‫بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَالُ ْوا بَ ٰل ۛى َش ِه ْدنَا ۛاَ ْن تَقُ ْولُ ْوا يَ ْو َم ْالقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا َع ْن ٰه َذا ٰغفِلِي ۙ َْن‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini
Tuhanmu? "Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." QS. Al-A’raf [7]: 172

6
Aqidah berhubungan erat dengan keimanan. Iman secara umum dipahami sebagai sesuatu
yang diyakini dalam hati, diucapkan pada lisan, dan dilaksanakan dengan perbuatan. Islam membagi
enam pilar utama keimanan yang disebut sebagai Rukun Iman.

2. Ibadah
Ibadah secara harfiah berarti ketaatan manusia kepada Allah karena didorong oleh aqidah
tauhid. Majelis Tarjih Muhammadiyah mendefinisikan ibadah sebagai upaya menjalankan segala
perintah Allah dan menjauh segala laranganNya, dan mengamalkan segala sesuatu yang diizinkan
oleh
Allah. Allah telah berfirman di dalam Al-Qur’an:

‫ ُد‬- ‫ٓا اُ ِر ْي‬--‫ق َّو َم‬ َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


ٍ ‫ َمٓا اُ ِر ْي ُد ِم ْنهُ ْم ِّم ْن رِّ ْز‬٥٦ ‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
٥٨ ‫ق ُذو ْالقُ َّو ِة ْال َمتِي ُْن‬ُ ‫ اِ َّن هّٰللا َ هُ َو ال َّر َّزا‬٥٧ ‫ُّط ِع ُم ْو ِن‬ ْ ‫اَ ْن ي‬

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Sku tidak menghendaki supaya
mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezeki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” QS. Adz-Dzariyat [51]: 56-58
Ibadah kemudian terbagi menjadi dua, yaitu ibadah umum (Ghairu Mahdhah) ialah segala amalan
yang dilakukan diridhoi oleh Allah, sedangkan ibadah khusus (Mahdhah) ialah yang dilakukan karena
telah menjadi ketetapan dan perintah Allah (sunnatullah).

3. Akhlak
Secara bahasa akhlak memiliki banyak arti yang diambil dari bahasa Arab, yaitu: (1) perangai,
tabiat, dan adat yang diambil dari kata dasar khuluqun, (2) kejadian, buatan, dan ciptaan yang
diambil dari kata dasar khalqun. Adapun akhlak secara istilah adalah perbuatan atau tingkah laku
yang terdorong dari jiwanya tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.
Allah telah berfiman di dalam Al-Qur’an:

٨ ‫فَا َ ْلهَ َمهَا فُج ُْو َرهَا َوتَ ْق ٰوىهَ ۖا‬


Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” QS. Asy-
Syams [91]: 8
Akhlak dalam pendidikan Islam memiliki tiga ruang lingkup, di antaranya:
a. Akhlak Terhadap Allah

7
b. Akhlak Terhadap Makhluk
c. Akhlak Terhadap Alam

4. Muamalah
Muamalah atau aturan-aturan dasar tentang hubungan antar manusia adalah hal yang
mendapat perhatian besar dalam agama Islam. Terdapat banyak ayat di dalam al-Qur’an yang
memuat tentang hubungan antar manusia atau muamalah. Muamalah adalah tuntunan hidup
manusia yang mengatur kehidupan sosial di tengah kehidupan manusia lainnya, karena itu
muamalah mengatur banyak hal dalam kehidupan sosial manusia.
Allah telah berfiman di dalam Al-Qur’an

‫ا ِء‬-ۤ -َ‫ة َواِ ْيت‬-ِ ‫ ٰلو‬- ‫الص‬ ‫ هّٰللا‬-‫ ٌع َع ْن ذ ْك‬-‫ ارةٌ َّواَل ب ْي‬-‫ ا ٌل اَّل تُ ْله ْيهم تج‬-‫رج‬
ِ -َ‫ر ِ َواِق‬-
َّ ‫ام‬- ِ ِ َ َ َ ِ ِْ ِ َ ِ
٣٧ ۙ ‫ْصا ُر‬ َ ‫ال َّز ٰكو ِة ۙيَ َخافُ ْو َن يَ ْو ًما تَتَقَلَّبُ فِ ْي ِه ْالقُلُ ْوبُ َوااْل َب‬
Artinya: “Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut
kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” QS. An-Nur [24]; 37
Ruang lingkup muamalah ini mencakup pada memberi kepada sesama, nasihat dan wasiat
dalam kebaikan, dan menuntut ilmu, mengajarkan, dan mengamalkannya.

5. Hubungan Antara Aqidah, Ibadah, Muamalah, dan Ahklak

Hubungan aqidah dengan akhlak


Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup
inidiperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk
alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas manusia.
“ Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak “Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim
adalah aqidah yang benar terhadap alam dan kehidupan, Karena akhlak tersarikan dari aqidah dan
pancaran dirinya. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan
benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah.
ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan yang seharusnya dilakukan manusia
kepada yang lainya, yang disebut dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa
memperkuat aqidah dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan
dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik apabila
seseorang telah memiliki akhlak yang baik.
8
Contohnya :
Jika berjanji harus ditepati yaitu apabila seorang berjanji maka harus ditepati. Jika orang
menepati janji maka seseorang telah menjalankan aqidahnya dengan baik. Dengan menepati janji
seseorang juga telah melakukan ibadah. Pada dasarnya setiap perbuatan yang dilakukan manusia
arus didasari denga aqidah yang baik.
Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam juga
lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia akan
dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh
bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya. Pendidikan akhlak yang bersumber
dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus
mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka
mendapatkan ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari allah
Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat
terwujud apabila seseorang telah memegang konsep-konsep yang berhubungan dengan aqidah.
Dengan dijalankanya konsep-konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik.
Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.
Jika perbedaan dalam fiqih dimaksudkan untuk memberikan kemungkinan, maka kesalehan
tentu saja bukan dalam menjalankan fiqih, betapapun sulitnya. Yang paling saleh diantara kita
bukanlah orang yang bersedekap pada waktu berdiri shalat, bukan juga yang meluruskan tangannya,
karena kedua cara shalat itu merupakan ijtihat para ulama dengan merujuk pada hadis yang berbeda.
Yang durhaka juga bukan yang mandi janabah sebelum tidur, atau yang tidur dulu baru mandi janabah,
karena kedua-duanya dijalankan Rasullah Saw. Fikih tidak bisa dijadikan ukuran kemuliaan, tetapi
kemuliaan seseorang di lihat dari kemuliaan akhlaknya.

Hubungan aqidah dengan ibadah


Akidah menempati posisi terpenting dalam ajaran agama Islam. Ibarat sebuah bangunan,
maka perlu adanya pondasi yang kuat yang mampu menopang bangunan tersebut sehingga bangunan
tersebut bisa berdiri dengan kokoh. Demikianlah urgensi akidah dalam Islam, Akidah seseorang
merupakan pondasi utama yang menopang bangunan keislaman pada diri orang tersebut. Apabila
pondasinya tidak kuat maka bangunan yang berdiri diatasnya pun akan mudah dirobohkan.
Selanjutnya Ibadah yang merupakan bentuk realisasi keimanan seseorang, tidak akan dinilai
benar apabila dilakukan atas dasar akidah yang salah. Hal ini tidak lain karena tingkat keimanan
seseorang adalah sangat bergantung pada kuat tidaknya serta benar salahnya akidah yang diyakini

9
orang tersebut. Sehingga dalam diri seorang muslim antara akidah, keimanan serta amal ibadah
mempunyai keterkaitan yang sangat kuat antara ketiganya.
Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka keimanannya akan semakin kuat, sehingga dalam
pelaksanaan praktek ibadah tidak akan terjerumus pada praktek ibadah yang salah. Sebaliknya apabila
akidah seseorang telah melenceng maka dalam praktek ibadahnya pun akan salah kaprah, yang
demikian inilah akan mengakibatkan lemahnya keimanan.
Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan
adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengabdian dari
seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.
Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, sejak kelahirnya telah dibekali dengan akal
pikiran serta perasaan (hati). Manusia dengan akal pikiran dan hatinya tersebut dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang benar, dapat mempelajari bukti-bukti kekuasaan Allah, sehingga
dengannya dapat membawa diri mereka pada keyakinan akan keberadaan-Nya. Oleh karena itu, tidak
ada alasan bagi manusia untuk tidak mengakui keberadaan Allah SWT. karena selain kedua bekal
yang dimiliki oleh mereka sejak lahir, Allah juga telah memberikan petunjuk berupa ajaran agama yang
didalamnya berisikan tuntunan serta tujuan dari hidup mereka di dunia.
Ibadah mempunyai hubungan yang erat dengan aqidah. Antaranya :
Ibadah adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah sebenarnya yang telah
membawa manusia untuk beribadat kepada Allah swt.
Aqidah adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan seseorang manusia bagaimana
baik pun tidak akan diterima oleh Allah swt.
Aqidah merupakan tenaga penggerak yang mendorong manusia melakukan ibadat serta menghadapi
segala cabaran dan rintangan.
Akidah adalah merupakan pondasi utama kehidupan keislaman seseorang. Apabila pondasi utamanya
kuat, maka bangunan keimanan yang terealisasikan dalam bentuk amal ibadah orang tersebut pun
akan kuat pula.
Amal ibadah tidak akan bisa benar tanpa dilandasi akidah yang benar. amal ibadah dinilai
benar apabila dilakukan hanya untuk Allah semata dengan ittiba’ Rasul SAW.
Manusia diberi bekali akal pikiran agar dengan akal pikiran tersebut mereka dapat
membedakan mana yang hak dan mana yang batil, mempelajari tanda-tanda kekuasaan Allah,
menganalisa hakikat kehidupannya sehingga dia tahu arah dan tujuan dirinya diciptakan di dunia. Akal
pikiran dan perasaan inilah yang membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain. Oelh karena itu
manusia dipercaya untuk menjadi khalifah Allah di Bumi.

10
Hubungan aqidah dengan muamalah
Pola pikir, tindakan dan gagasan umat Islam hendaknya selalu bersendikan pada aqidah
Islamiyah. Ungkapan “buah dari aqidah yang benar (Iman) tidak lain adalah amal sholeh” harus
menjadi spirit dan etos ummat Islam. Pribadi yang mengaku muslim mestinya selalu menebar amal
shalih sebagai implementasi keimanannya di manapun mereka berada. Tidak kurang 60 ayat Al Qur’an
menerangkan korelasi antara keimanan yang benar dengan amal sholeh ini. Ayat-ayat tersebut
menegaskan bahwa perintah beriman kepada Allah dan hari akhir selalu diikuti dengan perintah untuk
melaksanakan amal shalih. Inilah makna operatif dari ungkapan “al-Islamu ‘aqidatun wa jihaadun”,
bahwa kebenaran Islam itu harus diyakini sekaligus juga diperjuangkan pengamalannya secara
sungguh-sungguh dalam konteks kemaslahatan dan bebas dari perilaku teror.
Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal
tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu peraturan
yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang
mengatur hubungan antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki
dampak sosial yang baik. Untuk dapat mewujudkan aqidah yang kuat yaitu dengan cara ibadah yang
benar dan juga muamalah yang baik, maka diperlukan suatu adanya.
Aqidah adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang lain: akhlaq,
ibadah dan Muamalat. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji
dan muamalat yang membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan
pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan
menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang baik akan memelihara aqidah.
Dengan kata lain, ibadah adalah pelembagaan aqidah dalam konteks hubungan antara
makhkluq dengan Khaliq; akhlaq merupakan buah dari aqidah dalam kehidupan yang etis dan egaliter;
dan muamalah sebagai implementasi aqidah dalam masyarakat yang bermartabahat dan menebar
maslahat. Karena itu, agar aqidah tumbuh dan berkembang, aqidah harus operatif dan fungsional. Di
Indonesia kita menyaksikan beberapa ormas Islam yang telah berhasil mengembangkan amal usaha
atau unit pelayanan umat seperti Panti sosial dan anak yatim, lembaga pendidikan dan pondok
pesantren, balai pengobatan dan rumah sakit, lembaga pengumpul dan penyalur zakat serta lembaga-
lembaga sosial keagamaan lainnya. Lembaga atau unit pelayanan umat tersebut, meminjam istilah M.
Amin Abdullah, merupakan bentuk faith in action, buah keimanan yang aktif dan salah satu bentuk
pengejawantahan ‘tauhid sosial’ atau ‘theologi pembangunan’. Sayanya, tidak sedikit buah faith in
action tersebut yang terjebak pada bebagai kepentingan mulai dari ekonomi hingga politik.

11
Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi penyangga seluruh sendi keber-Islaman, aqidah
harus dijaga, dipelihara dan dipupuk sehingga bisa hidup subur dalam pribadi setiap Muslim.
Pentingnya memelihara aqidah ini juga tersirat dalam Sirrah Nabawiyah. Saat membangun masyarakat
Islam di Makkah dan Madidah selama 23 tahun Rasulullah Muhammad SAW tidak kenal lelah
membina aqidah umatnya. Mengingat pentingnya aqidah ini bisa dimengerti bila setiap surat dalam Al
Quran mengandung pokok-pokok ajaran keimanan.
Di tengah pasar bebas nilai dan ideologi saat ini, upaya merevitalisasi aqidah serasa
memperoleh momentum. Mudah tergiurnya sebagian umat pada faham atau aliran-aliran yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam merupakan efek dari lemahnya aqidah mereka. Ketidak
peduliaan sebagian umat Islam terhadap kerusakan lingkungan dan kebobrokan moral juga indikasi
rapuhnya bangunan aqidah. Mulai memudarnya etos dan jiwa voluntarisme di kalangan umat dan
semakin menguatnya syahwat duniawi adalah konsekuensi logis dari redupnya aqidah. Saatnya
sekarang membenahi dan merevitalisasi aqidah agar umat memiliki pondasi yang benar, kokoh dan
fungsional. Dengan bekal ini faith in action bisa dilipatgandakan untuk menghadirkan pesona Islam
yang lebih “ihsan pada kemanusiaan.”
Ajaran islam yang mengatur prilaku manusia baik dalam kaitanya sebagai makhluk dengan
tuhannya maupun dalam kaitannya sebagai sesama mahluk, dalam term fiqih atau ushul alfiqh disebut
dengan syariah. Sesuai dengan aspek yang diaturnya, syariah ini terbagi kepada dua yakni ibadah
dan muamalah. Ibadah adalah syariah yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya,
sedangkan muamalah adalah syariah yang mengatur hubungan antara sesama manusia. Pada
gilirannya kegiatan ekonomi sebagai salah satu bentuk dari hubungan antara manusia ia bukan bagian
dari aqidah, akhlaq dan ibadah melainkan bagian dari muamalah. Namun demikian masalah ekonomi
tidak lepas dari maspek aqidah, akhlak maupun ibadah sebab dalam prespektif islam prilaku ekonomi
harus selalu diwarnai oleh nilai-nilai aqidah, aklak dan ibadah.

12
KESIMPULAN

Islam adalah petunjuk Allah kepada alam kemanusiaan. Islam bukan hanya untuk satu
golongan atau bangsa tertentu, bukan pula hanya untuk satu negeri tertentu. Semua Nabi Tuhan pada
setiap zaman telah mendakwahkan Islam, dan yang terakhir dan tersempurna ialah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad bangsa Arab untuk seluruh umat manusia. Beliau telah memenuhi amanat
yang dibebankan atas pundaknya dengan cara yang sebaik-baiknya, dan beliau telah menbina
kebudayaan atas dasar ajaran Islam.
Aqidah adalah pondasi keber-Islaman yang tak terpisahkan dari ajaran Islam yang lain: akhlaq,
ibadah dan Muamalat. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah yang benar, akhlaq yang terpuji
dan muamalat yang membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara aqidah dengan
pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan simbiosis. Artinya, ketaatan
menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan bermuamalah yang baik akan memelihara aqidah.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/392236701/Islam-Agama-Tauhid-docx
https://id.scribd.com/presentation/502433569/Islam-Agama-Yang-Diridhoi-Allah
https://www.merdeka.com/quran/ali-imran/ayat-19
http://eprints.umm.ac.id/39113/3/BAB%20II.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai