Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jlamprang, September 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................1
Daftar Isi ....................................................................................................................................2
BAB I ( PENDAHULUAN )
A.LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 3
B.RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................3
BAB II
A.Pengertian keimanan .............................................................................................................3
B.Unsur unsur keimanan ...........................................................................................................5
a).Iman.....................................................................................................................................5
b)Islam......................................................................................................................................5
c)Ihsan.......................................................................................................................................5
C.BERTAMBAH DAN BERKURANGNYA IMAN
1)Jurusan Wasilahnya ( Perantaranya )...................................................................................6
2)Jurusan Mutallaqnya ( Hubungannya ).................................................................................7
3)Dari segi hasilnya ................................................................................................................7
BAB III PENUTUP
i) Kesimpulan........................................................................................................................7
ii) Penutup..............................................................................................................................7

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap insan yang ingin mendalami agamanya perlu mempelajari ajaran dasar yang terdapat
didalam agama yang dianutnya. Sebagai contoh yaitu agama Islam.
Orang yang beragama Islam mereka harus percaya bahwa adanya Tuhan yang maha Esa, selain
itu mampu mengetahui dasar-dasar ajaran dalam agama Islam. Bukan hanya sekedar percaya
namun harus meyakininya.
Didalam makalah ini akan kami paparkan materi tentang keimanan, yang mencakup beberapa
hal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian keimanan?
2. Bagaimanakah unsur-unsur keimanan?
3. Bagaimanakah bertambahnya dan berkurangnya Iman?

BAB II
PENDAHULUAN
A. Pengertian Keimanan
‫ َبْيَنَم ا َنْح ُن ُج ُلْو ٌس ِع ْنَد َر ُسْو ِل ِهللا صلى هللا عليه و سّلم َذ اَت َيْو ٍم ِإْذ َطَلَع َع َلْيَنا َر ُجٌل َش ِد ْيُد‬: ‫عن ُع َم َر رضي هللا عنه َأيضًا َقاَل‬
‫َبَياِض الِّثَياِب َش ِد ْيُد َس َو اِد الَّشْع ِر َال ُيَر ى َع َلْيِه َأَثُر الَّس َفِر َو َال َيْع ِرُفُه ِم َّنا َأَح ٌد َح َّتى َج َلَس ِإَلى الَّنِبِّي صلى هللا عليه وسلم َفَأْسَنَد‬
‫ (اِإل ْس َالُم‬:‫ َفَقاَل َر ُسوُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫ َيا ُمَحَّم ُد َأْخ ِبْر ِني َع ِن اِإل ْس َالم‬: ‫ُر ْك َبَتْيِه ِإَلى ُر ْك َبَتْيِه َو َو َضَع َك َّفْيِه َع َلى َفِخ َذ ْيِه َو َقاَل‬
‫ َو َتُحَّج البْيَت ِإِن ِاْسَتَطعَت ِإلْيِه‬، ‫ َو َتُصْو َم َر َم َض اَن‬،‫ َو ُتْؤ ِتَي الَّز َك اَة‬،‫ َو ُتِقْيَم الَّص َالَة‬،‫َأْن َتْش َهَد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُمَحَّم َد ًا َر ُسْو ُل ِهللا‬
‫ َو اْلَيْو ِم‬،‫ َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه‬،‫ َو َم الِئَك ِتِه‬،‫ َأْن ُتْؤ ِم َن ِباِهلل‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َفَأْخ ِبْر ِنْي َع ِن اِإل ْيَم اِن‬: ‫ َقاَل‬،‫ َفَع ِج ْبَنا َلُه َيْس َأُلُه َو ُيَص ِّد ُقُه‬. ‫ َص َد ْقَت‬: ‫ َقاَل‬.‫َس ِبْيًال‬
‫ َفِإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفِإَّنُه‬،‫ َأْن َتْع ُبَد َهللا َك َأَّنَك َتَر اُه‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َفَأْخ ِبْر ِنْي َع ِن اِإل ْح َس اِن‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َص َد ْقَت‬: ‫ َو ُتْؤ ِم َن ِبالَقَد ِر َخْيِر ِه َو َش ِّر ِه َقاَل‬، ‫اَآلِخ ِر‬
،‫ َأْن َتِلَد اَألَم ُة َر َّبَتَها‬: ‫ َقاَل‬،‫ َفَأْخ ِبْر ِنْي َع ْن َأَم اَر اِتَها‬: ‫ َم ا اْلَم سُئُو ُل َع ْنَها ِبَأْعَلَم ِم َن الَّساِئِل َقاَل‬: ‫ َقاَل‬،‫ َفَأْخ ِبْر ِني َع ِن الَّساَع ِة‬: ‫َيَر اَك َقاَل‬
‫ ُهللا‬: ‫ َيا ُع َم ُر أَتْد ِر ي َمِن الَّساِئُل؟ ُقْلُت‬: ‫َو َأْن َتَر ى اْلُح َفاَة اْلُع َر اَة اْلَع اَلَة ِرَعاَء الَّش اِء َيَتَطاَو ُلْو َن ِفي الُبْنَياِن ُثَّم اْنَطَلَق َفَلِبْثُت َم ِلَّيًا ُثَّم َقاَل‬
‫ َر َو اُه ُم ْس ِلم‬. ‫ َفِإَّنُه ِج ْبِرْيُل َأَتاُك ْم ُيَع ِّلُم ُك ْم ِد ْيَنُك ْم‬: ‫ َقاَل‬، ‫َو َر ُسْو ُلُه َأْعَلُم‬.
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu pula dia berkata; pada suatu hari ketika kami sedang duduk-
duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki
berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas
perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya
di atas pahanya, seraya berkata: ‘Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-
Nya, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke Baitullah Al
Haram jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut berkata:
‘Engkau benar.’ Maka kami pun terheran-heran padanya, dia yang bertanya dan dia sendiri yang
membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi: “Jelaskan kepadaku tentang iman?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Iman itu adalah) Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman
kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata: ‘Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya
lagi: ‘Jelaskan kepadaku tentang ihsan?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Ihsan

3
adalah) Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau
tidak bisa melihat-Nya, sungguh Diamelihatmu.” Dia berkata: “Beritahu kepadaku kapan
terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidaklah orang yang ditanya
lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata: “Jelaskan kepadaku tanda-tandanya!” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Jika seorang budak wanita melahirkan tuannya dan jika
engkau mendapati penggembala kambing yang tidak beralas kaki dan tidak pakaian saling
berlomba dalam meninggikan bangunan.” Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemudian laki-
laki itu pergi, aku pun terdiam sejenak.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya
kepadaku: “Wahai ‘Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?” Aku pun menjawab: “Allah dan
Rasul-Nya lebih tahu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dia adalah Jibril yang
datang untuk mengajarkan agama ini kepada kalian.” (HR Muslim)

Iman menurut bahasa ialah mashdar (akar kata) dari amana, yu’minu, imanan. Ibnu Faris
berkata, “Amana yang terdiri dari hamzah, mim, dan nun memiliki dua makna yang saling
berdekatan. Pertama, maknanya adalah amanah yang merupakan kebalikan kata khianat, yang
berarti tentramnya hati. Kedua, maknanya adalah membenarkan, kedua makna ini berdekatan.
Namun ada juga iman yang mempunyai makna membenarkan, seperti tashdiq= membenarkan.
Menurut istilah sebagian ahli ilmu, ialah tashdiqur rasuli fi ma ja-a bihi ‘an robbihi=
membenarkan Rasul terhadap apa yang didatangkan dari Tuhannya.
Al Qashtalany berkata : “Iman, sebagai yang telah ditegaskan oleh At Taftazany, ialah
tunduk kepada penetapan seseorang dan memandang pembawa kabar itu seorang yang benar.”
Maka hakikat tashdiq, bukan hanya dalam hati sekedar membenarkan saja, namun mematuhinya.
Karena itu, iman tidak lepas dari hukum Islam. Kedua-duanya bersatu pada ma shadaq (pada
hakikat), walaupun berlainan pengertiannya. Pengertian iman, membenarkan dengan hati,
sedang Islam, mengerjakan dengan anggota.
Iman menurut pendapat ulama salaf dan khalaf, baik mutakallimin maupun muhadditsin
ialah mengucapkan dengan lidah yakni mengucapkan kalimat syahadat dan mengamalkannya.
Makna ini sesuai dengan pendapat salaf yang menetapkan bahwasanya Iman, ialah
“mengiktikadkan dengan hati, menuturkan dengan lidah dan mengerjakan dengan anggota”.
Golongan hanafiyah atau golongan maturidiyah berkata iman itu membenarkan dengan
hati dan mengikrarkan dengan lidah.
Jadi Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan serta
membuktikannya dengan amal perbuatan.
Adapun perbuatan sebagai bagian dari iman itu terdiri dari 73 hingga 79 cabang, yang
tertingggi adalah ucapan dan terendah adalah menyingkirkan gangguan-gangguan yang ada di
jalan umum seperti; batu, duri, pecahan kaca, dan sesuatu yang berbau busuk atau semisalnya.
Hadis riwayat sahih Muslim dalam Kitabul Iman disebutkan iman itu lebih dari 70 atau
lebih dari 60 cabang. Yang paling utama adalah ucapan laailahaillallah dan yang paling ringan
ialah membuang kotoran dari jalan, dan rasa malu adalah cabang dari iman. Hal ini ditunjuk oleh
sabda Nabi saw:

‫َاْلَحَياُء ُش ْعـَبٌة ِم َن اِإل ْيَم اِن‬


“Malu itu adalah suatu cabang dari iman”.

4
B. Unsur-Unsur Keimanan
a. Iman
}‫ {رواه مسلم‬.‫اِاْل ْيَم اُن َاْن ُتْؤ ِم َن ِباِهلل َو َم اَل ِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه َو اْلَيْو ِم اَالِخ ِر َو ُتْؤ ِم َن ِبالَقَد ِر َخْيِر ِه َو َش ِّر ِه‬
Keimanan itu ialah percaya (beriman) kepada Allah, kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab
suci-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan percaya bahwa takdir baik dan buruk adalah dari-
Nya.
Selain itu Nabi. Saw. menerangkan dalam hadits jibril bahwa ada lima dasar pokok iman:
Mengimani adanya Allah, mengimani sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, mengimani adanya
malaikat Allah, mengimani bahwa kita akan menjumpai atau melihat Allah di akhirat,
mengimani Rasul-rasul-Nya, Mengimani bahwa semua makhluk akan bangkit dari kubur.[6]

b. Islam
Islam menurut bahasa adalah tunduk dan patuh yang berasal dari bahasa arab ‘aslama
yuslimu, islaman.[7] Sedangkan menurut syara’ ada dua: Pertama, derajat di atas iman, yaitu
mengakui dengan lidah. Dengan pengakuan lidah itu di peliharalah darah, dan di aggaplah dia
orang islam, tidak di anggap orang kafir lagi, baik pengakuan lidah itu disertai iktikaf hati,
ataupun tidak. Kedua, derajatnya di atas iman, yaitu selain dari pengakuan lidah,
mengiktikadkan pula dengan hati dan mengerjakan dengan anggota tubuh serta menyerahkan
diri kepada Allah dalam segala yang di qadhakan Allah dan di takdirkan-Nya. [8]
‫ {رواه البخارى‬. ‫َاِإل ْس َالُم َاْن َتْع ُبَد َهللا َو َال ُتْش ِرَك ِبِه َشْيًئا َو ُتِقْيَم الَّصَالَة َو ُتَؤ ِّد َي اَّز َكاَة اْلَم ْفُرْو َض َة َو َتُصْو َم َر َم َض اَن وَتُحَّج اْلَبْيَت‬
}‫ومسلم‬
Islam itu ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu,
mendirikan shalat, menunaikan zakat yang diwajibkan, berpuasa dalam bulan Ramadhan, dan
menunaikan ibadah haji ke Baitul Haram (Masjidil haram dan sekitarnya)[9]
Tegaslah bahwasannya Islam ialah menyerahkan diri kepada Allah, menundukkan jiwa
Kepada Allah, serta mengakui kehinaan dan kehambaan diri seraya mengerjakan dengan
anggota tubuh dan panca indera segala yang bersangkutan dengan ketundukan itu.
c. Ihsan
Ihsan menurut bahasa berarti mengerjakan sesuatu yang memberi manfaat kepada orang
lain. Sedangkan menurut syara, ihsan itu bermakna ikhlas atau lebih tegas dalam Sabda Nabi
Saw.
‫َاْن َتْع ُبَد َهللا َك َأَّنَك َتَر اُه َفِإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفِأنُه َيَر اَك‬.
“Engkau mengibadati Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya,
maka sesungguhnya Allah melihat engkau”.
Keikhlasan menuntut kita membaikkan amal yang dikerjakan. Tegasnya, ihsan itu ialah
jiwa amalan zhahir dan batin. Hal ini memberi pengertian bahwa kita diharuskan beribadah
kepada Allah seperti kita memandang-Nya dengan mata sehingga kita terus-menerus
membaguskan ibadah. Jika belum seperti itu maka hendaklah kita yakin bahwa Allah melihat
kita. Hal ini akan mendorong kita untuk tetap berlaku Ihsan (mengerjakan sesuatu dengan baik
dan ikhlas dalam beribadah).[10]
Jadi dapat disimpulkan dari ketiga unsur keimanan tersebut bahwa Iman ialah keyakinan
dan juga pengikraran, Islam ialah bentuk praktik dari Iman, dan Ihsan ialah Konsistensi antara
Iman dan Islam.

5
Iman, Islam, Ihsan bersatu hakikatnya dan terjalin rapi satu sama lainnya. Perjalinannya
seperti perjalinan anasir-anasir air dari yang berjalin dan bersatunya anasir-anasir itu,
berwujudlah air, bukan sebagai bersatunya kertas rokok dengan temabakau.
C. Bertambah dan Berkurangnya Iman
Tiap-tiap sesuatu yang mungkin bertambah, niscaya ada kemungkinan pula berkurang.
Yang menjadi pembahasan disini ialah bertambah atau berkurangnya iman. Tetapi adakah
bertambahnya itu tasdiq saja ataukah tasdiq dengan amalnya?. Kedua-duanya dapat terjadi, yaitu
keduanya mungkin bertambah dan berkurang. Hanya saja berkurangnya itu ada batasnya. Dan
iman itu tidak akan berkurang sebelum bertambah.
Jadi bertambah dan berkurangnya iman itu, adalah diluar dari pada batas iman yang
semestinya. Jika bertambahnya iman menurut tasdiq dan juga amalnya maka hal itu telah jelas
untuk kita, karena bila seseorang itu telah bertambah amal dan ibadahnya berarti tasdiqnya telah
bertambah dari semula. Dan jika bertambahnya iman menurut tasdiqnya saja maka terjadi
berbagai pendapat. Menurut ulama masyhur mengatakan bahwa bertambahnya iman menurut
tasdiqnya saja maka itu sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi anehnya tasdiq sajapun juga dapat
bertambah dan berkurang. Hal ini diperoleh dari 3 jurusan:
1. Jurusan wasilahnya ( perantaranya )
Bertambah atau berkurangnya tasdiq dari jurusan wasilah yaitu karena kuat dan
lemahnya dalil atau bukti yang membawa kita kepada tasdiq tersebut. Misalnya, suatu benda
yang mendapat pukulan dari benda lain yang lebih keras dan lebih tajam, niscaya mendapat
bekas yang lebih mendalam. Sebaliknya jika keadaan itu hanya sepintas lalu saja, niscaya
bekasnya tidak akan mendalam dan bertambah, bahkan mungkin bekas tersebut akan lenyap
dengan cepat atau lambat tergantung dalamnya bekas tersebut.
Jadi dapat disimpulkan jika kita menyaksikan sesuatu hanya sekali saja, tentu berbeda
dengan yang memperhatikannya berulang-ulang setiap saat. Sudah tentu yang selalu dilihat itu
akan jauh dari perasaan syak atau ragu, dan tentu akan bertambah jelas dan yakin.
2. Jurusan muta’allaqnya ( Hubungannya )
Yaitu bagaimana perhubungan dan pertaliannya yang kita percayai dengan dalil dan bukti-bukti.
Tiap-tiap sesuatu yang kita ketahui kadang-kadang hanya sepintas lalu saja tetapi kadang-
kadang juga dengan luas dan mendalam benar, sehingga tidak saja garis-garis besarnya, tetapi
sampai garis kecilnya.
Jadi, apabila kita mengetahui sesuatu dengan luas dan mendalam, walaupun tidak menyebabkan
kuatnya paham kita, tetapi telah menambah banyaknya pengetahuan kita. Jika banyak
pengetahuan maka hubungannya dengan yang diyakimi akan lebih banyak pula.
Jelaslah sudah bahwa keyakinan dan kepercayaan itu dapat pula bertambah kuantitasnya,
sekalipun tambahnya itu bukan pada mutu atau kwalitas.
3. Dari segi hasil
Bertambah dan berkurangnya iman ditinjau dari segi hasilnya yaitu amal seseorang yang
baru mendapat suatu teori berkat hasil pikirannya, tentu akan lebih puas dan yakin apabila teori
yang didapat itu sering dipraktikkan.
Demikianlah gambarannya orang yang banyak membiasakan taat kepada Allah, niscaya
bertambahlah iman dan kepercayaannya. Sebaliknya orang-orang yang sering meninggalkan
perintah Allah tentu akan lemah dan berkuranglah imannya.

6
BAB III
PENUTUP
i. Kesimpulan
Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan serta membuktikannya dengan
amal perbuatan.
Adapun perbuatan sebagai bagian dari iman itu terdiri dari 73 hingga 79 cabang, yang tertingggi
adalah ucapan dan terendah adalah menyingkirkan gangguan-gangguan yang ada di jalan umum
seperti; batu, duri, pecahan kaca, dan sesuatu yang berbau busuk atau semisalnya. Hadis riwayat
sahih Muslim dalam Kitabul Iman disebutkan iman itu lebih dari 70 atau lebih dari 60 cabang.
Yang paling utama adalah ucapan laailahaillallah dan yang paling ringan ialah membuang
kotoran dari jalan, dan rasa malu adalah cabang dari iman.
Unsur-unsur keimanan ada tiga yaitu: Iman, Islam, Ihsan. Ketiga unsur tersebut saling berikatan
secara rapi.
Bertambah dan berkurangnya Iman dapat di gambarkan atau dilihat melalui tiga jurusan, yaitu:
jurusan wasilahnya, jurusan muta’allaqnya, dan dari segi hasilnya.

ii. Penutup
Demikianlah makalah ini kami susun, dengan terselasainya penyusunan makalah ini
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Kami juga mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini ada kekurangan
atau kesalahan, karena manusia tidak luput dari kesalahan, dan kami juga memohon partisipasi
dari pembaca untuk mengkritik serta memberi saran, sehingga kedepannya dapat menyusun
makalah lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai