Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Disusun Oleh:
RIZKY SAPUTRA
C1G020230
PERTANIAN/AGRIBISNIS E
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
pendidikan agama islam dengan judul "Memahami Pengertian dan Fungsi Perbankan
Syariah" tepat pada waktunya.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,
S.Th.I., M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam atas
dedikasinya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan benar.Untuk itu tidak lupa
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
RIZKY SAPUTRA
ii
DAFTAR ISI
KAJIAN ISLAM................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I IMAN, ISLAM DAN IHSAN..................................................................................1
A. Pengertian Iman, Islam dan Ihsan.......................................................................1
B. Korelasi Iman, Islam dan Ihsan...........................................................................4
C. Yang Membatalkan Keimanan dan Keislaman Seseorang..............................4
BAB II ISLAM DAN SAINS...........................................................................................6
A. Pendahuluan.......................................................................................................6
B. Pengertian Islam dan Sains.................................................................................7
C. Hubungan Antara Islam dan Sains..................................................................7
D. Sains dan Ayat-ayat Al-Qur’an.........................................................................9
E. Kesimpulan.......................................................................................................12
BAB III. ISLAM DAN PENEGAKAN HUKUM 13
A. Pendahuluan.....................................................................................................13
B. Hakikat Keadilan...............................................................................................16
C. Perwujudan Keadilan Hukum Menurut Islam.................................................18
D. KESIMPULAN 21
iii
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................34
LAMPIRAN 35
iv
BAB I
Artinya : Dari Umar r.a. ia berkata: ketika kami duduk-duduk di sisi Rasulullah Saw
suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat
putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh
dan tidak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia
duduk di hadapan Nabi Saw lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya
(Rasulullah Saw) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?"
Maka bersabdalah Rasulullah Saw: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah
(Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu." Kemudian dia berkata: “Anda benar!“. Kami semua heran, dia yang bertanya
1
dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang
Iman“. Lalu beliau bersabda: "Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk." Kemudian dia berkata: “Anda benar“. Kemudian dia berkata
lagi: “Beritahukan aku tentang Ihsan“. Lalu beliau Saw bersabda: “Ihsan adalah engkau
beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-
Nya, maka Dia melihat engkau.” Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari
kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “. Beliau bersabda:
“Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang
kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba
meninggikan bangunannya." Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.
Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku
berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril
yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian (Islam)“.
1. Iman
Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il), “
امن- يؤمن- ” ايماناyang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan
tenang. Imam AlGhazali memaknakannya dengan kata tashdiq ( ( التصديقyang berarti
“pembenaran”. Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan
lisan dan dilakukan dengan perbuatan. Iman secara bahasa berasal dari kata Asman-
Yu’minu-limaanan artinya meyakini atau mempercayai. Pembahasan pokok aqidah
Islam berkisar pada aqidah yang terumuskan dalam rukun Iman, yaitu:
2
2. Islam
Dalam Muhammad Abduh (2014: 84), menyebutkan bahwa ata Islam berasal
dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata Yang . اسالما- اسلم – يسلمkerja secara
etimologi mengandung makna “Sejahtera, tidak cacat, selamat”. Seterusnya kata salm
dan silm, mengandung arti: Kedamaian, kepatuhan, dan penyerahan diri. Dari kata-kata
ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian: Sejahtera, tidak tercela,
selamat, damai, patuhdan berserah diri. At-Tamimiy (2017: 9) menambahkan bahwa
dari uraian kata-kata di atas pengertian Islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan
berserah diri kepada Allah. Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan
diri (kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan
senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai
kedamaian dan keselamatan hidup, di dunia maupun di akhirat. Islam sebagai agama,
maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun
Islam, yaitu:
3) Menunaikan zakat
4) Puasa Ramadhan
3. Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi`il) yaitu : فعل الحسن
:artinya ( احسن – يحسن – احسا نPerbuatan baik). Para ulama menggolongkan Ihsan
menjadi 4 bagian yaitu:
3
Dari penjelasan di aats, dapat disimpulkan bahwa Ihsan memiliki satu rukun
yaitu engkau beribadah kepada Allah swt seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau
tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari Umar bin alKhaththab Radhiyallahu ‘anhu dalam kisah jawaban Nabi
saw kepada Jibri ketika ia bertanya tentang ihsan, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab: “Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya,
maka bila engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”
4
3. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna selain petunjuk
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, atau meyakini adanya keputusan hukum
yang lebih baik dari pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, seperti lebih
mendahulukan hukum (undang-undang) manusia dari pada hukum beliau.
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Islam adaalah satu-satunya agama yang diakui Allah di sisi-Nya,
sedangkan Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah Islam. Keyakinan tersebut
kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan
rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah
dan barometer tingkat keimanan dan ketaqwaan seorang hamba. Maka Islam tidak sah
tanpa Iman, dan iman pun tidak sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah
mustahil tanpa iman, dan iman pun tidak akan terwujud tanpa adanya Islam.
5
BAB II
A. Pendahuluan
Hubungan antara Islam dan sains dapat diketahui melalui banyak sudut pandang.
Keduanya ini mempunyai pengaruh pada manusia, di antaranya: Islam dan Sains sama-
sama memberikan kekuatan, sains memberi manusia peralatan dan mempercepat laju
kemajuan, Islam menetapkan maksud tujuan upaya manusia dan sekaligus mengarahkan
upaya tersebut. Sains membawa revolusi lahiriah (material), Islam membawa revolusi
batiniah (spiritual). Sains memperindah akal dan pikiran, Islam memperindah jiwa dan
perasaan. Sains melindungi manusia dari penyakit, banjir, badai, dan bencana alam lain.
Islam melindungi manusia dari keresahan, kegelisahan dan rasa tidak nyaman. Sains
mengharmoniskan dunia dengan manusia dan Islam menyelaraskan dengan dirinya.
Hal inilah yang kemudian membuat akal semata tidak memberikan pengaruh
pada manusia, sementara agama selalu meninggikan derajat orang dan mengubah
masyarakat.
Dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum muslim adalah wahyu, Bagi intelektual
muslim, basis spiritual dari kehidupan adalah tentang keyakinan. Demi keyakinan inilah
seorang muslim yang kurang tercerahkan pun dapat mempertaruhkan jiwanya.
Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang bersumber langsung dari Allah telah
memberikan informasi-informasi tentang alam semesta, khususnya yang berhubungan
dengan matahari, bulan dan bumi. Ada 20 ayat yang menyebut kata matahari, dan ada
463 ayat yang menyebut kata bumi serta ada 5 ayat yang menyebut kata bulan. Belum
lagi ayat yang menjelaskan tentang langit, pergantian siang dan malam, serta ayat yang
menyebut tentang bintang-bintang.
6
B. Pengertian Islam dan Sains
Kata Islam memiliki konseptual yang luas, sehingga ia dipilih menjadi nama
agama (din) yang baru diwahyukan Allah. melalui Nabi Muhammad kata Islam secara
umum mempunyai dua kelompok kata dasar yaitu selamat, bebas, terhindar, terlepas
dari, sembuh, meninggalkan. Bisa juga berarti: tunduk, patuh, pasrah, menerima. Kedua
kelompok ini saling berkaitan dan tidak dapat terpisah satu sama lain (Ma’luf, 1975).
Adapun kata Islam secara terminologi dalam Ensiklopedi Agama dan Filsafat
dijelaskan bahwa Islam adalah agama Allah yang diperintahkan-Nya kepada Nabi
Muhammad untuk mengajarkan tentang pokok-pokok ajaran Islam kepada seluruh
manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya (Effendi, 2001)
Kata sains dalam Webste’s New Word Dictonary berasal ari bahasa latin yakni
scire, yang artinya mengetahui. Jadi secara bahasa sains adalah keadaan atau fakta
mengetahui.4 Sains juga sering digunakan dengan arti pengetahuan scientia. Secara
istilah sains berarti mempelajari berbagai aspek dari alam semesta yang teroganisir,
sistematik dan melalui berbagai metode saintifik yang terbakukan. Ruang lingkup sains
terbatas pada beberapa yang dapat dipahami oleh indera (penglihatan, sentuhan,
pendengaran, rabaan, dan pengecapan) atau dapat dikatakan bahwa sains itu
pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian (Hasyim, 2013).
7
mempercepat laju kemajuan, agama menetapkan maksud tujuan upaya manusia dan
sekaligus mengarahkan upaya tersebut. Sains membawa revolusi lahiriah (material),
agama membawa revolusi batiniah (spiritual). Sains memperindah akal dan pikiran,
agama memperindah jiwa dan perasaan. Sains melindungi manusia dari penyakit, banjir,
badai, dan bencana alam lain. Agama melindungi manusia dari keresahan, kegelisahan
dan rasa tidak nyaman. Sains mengharmoniskan dunia dengan manusia dan agama
menyelaraskan dengan dirinya.
Mengingat hal tersebut, Eropa modern membangun sebuah sistem yang realistis,
bahwa pengalaman yang diungkapkan dengan menggunakan akal saja tidak mampu
memberikan semangat yang ada dalam keyakinan hidup, dan ternyata keyakinan itu
hanya dapat diperoleh dari pengetahuan personal yang bersifat spiritual. Hal inilah yang
kemudian membuat akal semata tidak memberikan pengaruh pada manusia, sementara
agama selalu meninggikan derajat orang dan mengubah masyarakat.
Dasar dari gagasan-gagasan tinggi kaum muslim adalah wahyu, wahyu berperan
menginternalisasi (menjadikan dirinya sebagai bagian dari karakter manusia dengan
cara manusia memperlajarinya) aspek-aspek lahiriahnya sendiri. Bagi intelektual
muslim, basis spiritual dari kehidupan adalah tentang keyakinan. Demi keyakianan
inilah seroang muslim yang kurang tercerahkan pun dapat mempertaruhkan jiwanya.
Sains tanpa agama bagaikan lampu terang yang dipegang pencuri yang
membantu pencuri lain untuk mencuri barang berharga di tengah malam. Atau bahkan
sains tanpa agama adalah pedang tajam ditangan pemabuk yang kejam.
8
D. Sains dan Ayat-ayat Al-Qur’an
Ketika kita berbicara tentang sains dan teknologi, maka kita tidak boleh
melupakan peran cendekiawan Islam terhadap khazanah intelektual Timur dan Barat.
Sebagai contoh Ibnu Sina, al-Ghazali, al-Biruni, alTabari, Nasiruddin, Abu al-Wafa, Al-
Battani, dan Omar Khayam yang berasal dari Persia. Al-Kindi, orang Arab, al-
Khawarizmi adalah dari Khiva, al-Farghani dari Trasoxiania (Yordania), al-Farabi dari
Khurasan, al-Zarkali (Arzachel), al-Betragius (al-Bitruji), dan Averroes (Ibn Rusyd)
adalah Arab Spanyol. Kita tidak bisa menafikan sumbangan intelektual Muslim tentang
matematik, ilmu kedokteran, ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu arsitektur, ilmu geografi,
dan lain-lain.
Pada abad pertengahan, dunia Islam telah memainkan peranan penting baik di
bidang sains teknologi. Harun Nasution menyatakan bahwa cendekiawan-cendekiawan
Islam tidak hanya mempelajari sains-teknologi dan filsafat dari buku Yunani, tetapi
menambahkan ke dalam hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan dalam lapangan
sains-teknologi dan hasil pemikiran mereka dalam ilmu Filsafat. Dengan demikian,
lahirlah ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filsuf-filsuf Islam, seperti, al-Farazi (abad VIII)
sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun Astrolabe (alat yang digunakan
untuk mengukur tinggi bintang) dan sebagainya. Para ilmuwan tersebut memiliki
pengetahuan yang bersifat desekuaristik, yaitu ilmu pengetahuan umum yang mereka
kembangkan tidak terlepas dari ilmu agama atau tidak terlepas dari nilai-nilai Islam.
Ibnu Sina misalnya, di samping hafal al-Qur‘an dia dikenal ahli di bidang kedokteran.
al-Biruni, seorang ahli filsafat, astronomi, geografi, matematika, juga sejarah. Ibnu
Rusyd, yang oleh dunia barat dikenal dengan Averous, dia bukan hanya terkenal dalam
bidang filsafat, akan tetapi juga dalam bidang Fiqh. Bahkan kitab fiqih karangannya,
yakni Bidayatul Mujtahid dipakai sebagai rujukan umat Islam di berbagai negara.
Begitu tingginya nilai ilmu dalam peradaban manusia, Allah menegaskan dalam
al-Qur‘an bahwa Dia akan meninggikan derajat orangorang yang berilmu dan beriman
sebagaimana dalam Al-Mujadalah ayat 11, Allah Berfirman:
ُ ح هّٰللا ُ لَـ ُكمۡ ۚ َواِ َذا قِ ۡي َل ا ْن ُش ُز ۡوا فَا ْن ُش ُز ۡوا يَ ۡرفَ ِع هّٰللا ۡ ۡ ِ ِٰۤياَيُّهَا الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡۤوا اِ َذا قِ ۡي َل لَـ ُكمۡ تَفَ َّسح ُۡوا فِى ۡال َم ٰجل
ِ س فَاف َسح ُۡوا يَف َس
تؕ َوهّٰللا ُ بِ َما ت َۡع َملُ ۡونَ َخبِ ۡي
ٍ الَّ ِذ ۡينَ ٰا َمنُ ۡوا ِم ۡن ُكمۡ ۙ َوالَّ ِذ ۡينَ اُ ۡوتُوا ۡال ِع ۡل َم َد َر ٰج
9
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat di atas menunjukkan kepada kita betapa Islam memberikan perhatian yang
besar terhadap ilmu. Apapun bentuk ilmu itu, selama bisa memberikan kemanfaatan,
maka ilmu tersebut harus dicari. Allah dan Rasul-Nya tidak menyebut suatu disiplin
ilmu tertentu yang menjadi penyebab seseorang akan diangkat derajatnya oleh Allah,
demikian juga tidak menyebut dengan menunjuk ilmu-ilmu tertentu untuk dipelajari.
Islam dan Sains tidak saling bertentangan, bahkan sebaliknya yakni memiliki
keselarasan. Ada banyak ayat yang telah ditafsirkan oleh cendekiawan atau pengkaji al-
Qur’an terkait dengan kesesuaiannya dengan sains. Salah satu yang telah diteliti untuk
menguatkan argumentasi di atas adalah ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kesesuaian
dengan teori Heliosentris. Teori ini beranggapan bahwa matahari adalah merupakan
pusat peredaran planet-planet, termasuk di dalamnya adalah bumi, sedangkan bulan
adalah mengelilingi bumi yang kemudian bersama-sama bumi berputar mengelilingi
matahari. Sedangkan matahari hanyalah berputar mengelilingi sumbunya saja.
Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang bersumber langsung dari Allah telah
memberikan informasi-informasi tentang alam semesta, khususnya yang berhubungan
dengan matahari, bulan dan bumi. Ada 20 ayat yang menyebut kata matahari, dan ada
463 ayat yang menyebut kata bumi serta ada 5 ayat yang menyebut kata bulan. Belum
lagi ayat yang menjelaskan tentang langit, pergantian siang dan malam, serta ayat yang
menyebut tentang bintang-bintang.
Secara khusus Allah menjelaskan perjalanan matahari dalam surat Yāsīn ayat
38:
يز ْٱل َعلِ ِيم َ َِوٱل َّش ْمسُ تَجْ ِرى لِ ُم ْستَقَ ٍّر لَّهَا ۚ ٰ َذل
ِ ك تَ ْق ِدي ُر ْٱل َع ِز
10
Sedangkan mengenai gerak bumi, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Naml
ayat 88:
Artinya : Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan
Selain itu, ada juga kajian yang telah menafsirkan ayat al-Qur’an yang memiliki
kesesuaian dengan ilmu geologi yang ditulis oleh Izzatul Laila. Ia mengatakan bahwa
lempeng-lempeng litosfer bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Pada tempat-
tempat tertentu saling bertemu dan pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa
bumi. Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga
lempeng: Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia. Bila dua lempeng bertemu maka terjadi
tekanan (beban) yang terus menerus. Dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan
tekanan (beban) maka lepaslah beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, akhirnya
dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi. Sebagaimana termaktub dalam Surat al-
Zalzalah ayat 1–4:
Artinya : “Apabila bumi ‘digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat).’ Dan bumi
telah ‘mengeluarkan beban-beban beratnya.’ Dan manusia bertanya: ‘Mengapa bumi
(jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.”
Beban berat yang dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi merupakan suatu
proses geologi yang berjalan bertahun-tahun. Begitupun seterusnya, setiap selesai beban
dilepaskan, kembali proses pengumpulan beban terjadi. Proses geologi atau ‘berita
geologi’ ini dapat direkam baik secara alami maupun dengan menggunakan peralatan
11
geofisika ataupun geodesi. Sebagai contoh adalah gempa-gempa yang beberapa puluh
atau ratus tahun yang lalu, peristiwa pelepasan beban direkam dengan baik oleh
terumbu karang yang berada dekat sumber gempa. Pada masa modern, pelepasan energi
ini terekam oleh peralatan geodesi yang disebut GPS (Global Position System).
E. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa antara Islam dan
sains tidak bertentangan satu sama lain. Bahkan, antara Islam dan sains memiliki
keselarasan dan dapat mempertegas antara satu dan yang lainnya.Keselarasan Islam dan
sains dapat dibuktikan dengan banyak hal. Salah satunya dengan produk berupa tokoh-
tokoh Islam yang cemerlang dan memiliki kontribusi dalam bidang sains. Beberapa
nama terkenal Islam tersebut diantaranya Ibnu Sina yang memiliki kontribusi dalam
banyak bidang seperti kedokteran, filsafat, dan lain sebagainya. Selain itu juga, ayat-
ayat al-Qur’an, sumber utama dalam Islam, memiliki keselarasan dengan penemuan-
penemuan sains masa kini. Beberapa diantaranya seperti ayat-ayat tentang bulan,
bintang, dan matahari. Al-Qur’an telah lama memuat ayat-ayat yang berbicara tentang
hal tersebut, dan telah dibuktikan kebenarannya oleh sains modern.
12
BAB III.
A. Pendahuluan
Keadilan merupakan harapan dan dambaan setiap orang dalam tatanan
kehidupan sosial. Setiap negara maupun lembaga-lembaga dan organisasi di
manapun mempunyai visi dan misi yang sama terhadap keadilan, walaupun
persepsi dan konsepsi mereka bisa saja berbeda. Karena dalam pemahaman mereka
keadilan sebagai konsep yang relatif dan tolok ukur yang sangat beragam antara
satu negara dengan negara lain, dan masing-masing ukuran keadilan itu
didefinisikan dan ditetapkan oleh masyarakat sesuai dengan tatanan sosial
masyarakat yang bersangkutan. Menurut Majid Khadduri, (1999: 1), sumber
keadilan itu ada dua: keadilan positif dan keadilan revelasional. Keadilan positif
adalah konsep-konsep produk manusia yang dirumuskan berdasarkan kepentingan-
kepentingan individual maupun kepentingan kolektif mereka. Skala keadilan
berkembang melalui persetujuan-persetujuan diam-diam maupun tindakan formal,
sebagai produk interaksi antara harapan-harapan dan kondisi yang ada. Sedangkan
keadilan revelasional adalah bersumber dari Tuhan yang disebut dengan keadilan
Ilahi. Keadilan ini dianggap berlaku bagi seluruh manusia, terutama bagi pemeluk
agama yang taat. (Wahbah Zuhayli. 1991: 41)
13
“keadilan” dengan kata al-Adl, dalam berbagai bentuk katanya disebut sebanyak
28 kali, kata al-Qisth dalam berbagai shighahnya disebut sebanyak 27 kali, dan
kata al-Mizan yang mengandung makna yang relevan dengan keduanya disebut 23
kali. Banyaknya ayat Al-Qur`an yang membicarakan keadilan menunjukkan bahwa
Allah Swt. adalah sumber keadilan dan memerintahkan menegakkan keadilan di
dunia ini kepada para rasul dan seluruh hambaNya. Walaupun tidak ada satupun
ayat Al-Qur`an yang secara eksplisit menunjukkan bahwa al-‘Adl merupakan sifat
Allah, namun banyak ayat yang menerangkan keadilanNya (M. Quraisy Shihab,
2000: 149). Oleh karena itu, dalam kajian al-Asma al-Husna, al-Adl merupakan
salah satu asma Allah, tepatnya asma yang ke- 30 dari 99 al-Asma al-Husna itu.
Melalui sifat keadilan ini Allah menyuruh untuk lebih meyakini dan mendekatkan
diri kepadaNya dan mendorong manusia berakhlak dengan sifat adil Allah itu, dan
juga mendorong mereka dengan sungguh-sungguh untuk meraih sifat adil itu,
menghiasi diri, dan berakhlak dengan keadilan itu (M. Quraisy Shihab, 2000: 32-
33).
“…Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia
adalah kerabat(mu)…”
14
Pada Q.S al-An’am ayat 152 ini juga Allah Swt memerintahkan agar mengelola
harta anak yatim dengan baik, dan agar menyempurnakan takaran dan timbangan
dengan adil
۟ ُُوا ما َل ْٱليَتِ ِيم إاَّل بٱلَّتِى ِهى أَحْ َسنُ َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ أَ ُش َّد ۥهُ ۖ َوأَوْ ف
ِ وا ْٱل َك ْي َل َو ْٱل ِمي َزانَ بِ ْٱلقِس ۟
… ْط َ ِ ِ َ َواَل تَ ْق َرب
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
bermanfaat - adil hingga sampai dewasa. Dan sempurnakan takaran dan timbangan
dengan adil…"
Pada hakikatnya, perintah keadilan itu meliputi aspek-aspek kehidupan
manusia. Majid Khadduri (1999: 13-14), mengklasifikasikan keadilan ke dalam 8
aspek yang sangat luas: keadilan politik, keadilan teologis, keadilan fillosofis,
keadilan etis, keadilan legal, keadilan di antara bangsa-bangsa, dan keadilan sosial.
Oleh karena itu, pakar muslim pada umumnya melakukan kajian secara spesifik,
seperti Murtadha Muttahari mengkaji keadilan Allah. Para teorilisi politik Islam
memasukkan kajian keadilan ke dalam sub kajian politik. M. Dhiauddin Rais yang
menulis buku Teori Politik Islam masukkan kajian keadilan ke dalam Prinsip dasar
Negara, dan Muhammad Abdul Qadir Abu Fariz, dalam bukunya Sistem Politik
Islam, mengistilahkan keadilan sebagai salah satu dari pilar politik Islam, yang
empat; yakni kedaulatan Milik Allah, Keadilan dan Persamaan, Ketaatan kepada
Pemerintah, dan Syura (musyawarah). Sementara itu, M. Quraisy Shihab dalam buku
“Wawasan Islam” juga membahas Keadilan dan Kesejahteraan sebagai salah satu
tema kajiannya.
Kajian dalam makalah ini tidak mencakup seluruh aspek keadilan tersebut,
hanya diarahkan ke dalam bidang keadilan hukum. Tujuan yang hendak dicapai
adalah mengungkapkan bagaimana keadilan hukum itu dalam ajaran Islam.
Adapun metode dalam penulisan ini adalah menghimpun bahan dari berbagai
literatur yang relevan kemudian diungkapkan bahasan secara singkat dan
menyeluruh. Hasil tulisan ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran kepada
para pembaca, sehingga dapat diketahui bagaimana konsep Islam dalam hal
keadilan hukum menurut persfektif Islam.
15
B. Hakikat Keadilan
Kata “adil” dalam Bahasa Indonesia, berarti ”tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan
tidak sewenang-wenang ” (Depdikbud, 1990: 6-7). Dalam bahasa Arab, keadilan
berarti kesamaan, berasal dari kata kerja (fi’il) ‘adala dan mashdarnya adalah al-‘adl
dan al-idl. Al-‘adl untuk menunjukkan sesuatu yang hanya ditangkap oleh bashirah
(akal fikiran), dan al-‘idl untuk menunjukkan keadilan yang bisa ditangkap oleh
panca indera. Contoh yang pertama adalah keadilan di bidang hukum, dan contoh
yang kedua antara lain: keadilan dalam timbangan, ukuran, dan hitungan (al-
Asfahani, 1972: 336). M. Quraisy Shihab (1996: 111) mengatakan bahwa keadilan
yang berarti kesamaan memberi kesan adanya dua pihak atau lebih, karena kalau
hanya satu pihak, tidak akan terjadi adanya persamaan. Makanya kata al-‘adl,
diungkapkan oleh Al-Qur`an antara lain dengan kata al-‘adl, al-qisth, dan al-
mizan. Sementara itu, Majid Khadduri (1999: 8) menyebutkan, sinonim kata
al-‘adl; al-qisth, al-qashd, al-istiqamah, al-wasath, al-nashib, dan al-hishsha. Kata
adil itu mengandung arti: pertama; meluruskan atau duduk lurus, mengamandemen
atau mengubah, kedua; melarikan diri, berangkat atau mengelak dari satu jalan
yang keliru menuju jalan lain yang benar, ketiga sama atau sepadan atau
menyamakan, dan keempat; menyeimbangkan atau mengimbangi, sebanding atau
berada dalam suatu keadaan yang seimbang.
“…dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil…”
16
Al-adl pada ayat ini, menurut Quraisy Shihab (1996: 114), berarti
persamaan, dalam arti bahwa seorang hakim harus memperlakukan sama antara
orang-orang yang berperkara, karena perlakuan sama antara para pihak yang
berperkara itu merupakan hak mereka. Murtadha Muthahari (1992: 56), dalam
pengertian yang sama, mengatakan bahwa keadilan dalam arti persamaan ini bukan
berarti menafikan keragaman kalau dikaitkan dengan hak kepemilikan. Persamaan itu
harus diberikan kepada orang-orang yang mempunyai hak kepemilikan yang sama.
Jika persamaan itu diberikan kepada orang-orang yang mempunyai hak
kepemilikan yang berbeda, yang terjadi bukan persamaan tapi kezaliman. Al-
Qur`an mengisahkan dua orang berperkara yang datang kepada Nabi Dawud AS
untuk mencari keadilan. Orang pertama memiliki sembilan puluh sembilan ekor
kambing betina, sedang orang ke dua memiliki seekor. Orang pertama mendesak
agar ia diberi pula yang seekor itu agar genap menjadi seratus ekor. Keputusan
Nabi Dawud AS, bukan membagi kambing itu dengan jumlah yang sama, tapi
menyatakan bahwa pihak pertama telah berlaku aniaya terhadap pihak yang
kedua.
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).”
17
Keadilan di sini mengandung pengertian keseimbangan sunnatullah yang berlaku di
seluruh langit.
18
۟ ت إلَ ٰ ٓى أَ ْهلِهَا َوإ َذا َح َك ْمتُم بَ ْينَ ٱلنَّاس أَن تَحْ ُك ُم ۟
َوا بِ ْٱل َع ْد ِل ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ِٓۦه ۗ إِ َّن ٱهَّلل َ َكان ِ ِ ِ ِ َإِ َّن ٱهَّلل َ يَأْ ُم ُر ُك ْم أَن تُ َؤ ُّدوا ٱأْل َ ٰ َم ٰن
صيرًاِ ََس ِمي ۢ ًعا ب
Dalam praktek ajaran Islam, suatu peristiwa setelah penaklukan kota Mekah,
ada seorang perempuan keturunan suku Quraisy dari Bani Makhzum melakukan
pencurian. Menurut ketentuan Islam, hukuman yang harus dijatuhkan terhadap
pencuri adalah potong tangan (Q.S. 5/al-Maidah: 38). Mengetahui betapa beratnya
hukuman tersebut, maka salah seorang pemuka Quraisy menemui Usamah bin Zaid
meminta agar Usamah menemui Nabi SAW untuk menyampaikan permohonan
suku Makhzum ini kepada Nabi agar wanita tersebut diberi dispensasi, dibebaskan
dari hukuman pidana tersebut. Mendengar permintaan Usamah ini, Nabi SAW.
balik bertanya kepada Usamah, apakah mereka ini meminta syafa'at bagi seseorang
dalam kejahatan yang telah jelas hukumannya dari Allah. Kemudian serta merta
Nabi SAW. berdiri seraya memberikan penjelasan singkat: “Sesungguhnya
kebinasaan umat sebelummu bahwa jika terjadi pencurian yang dilakukan orang
dari golongan bangsawan, mereka dibebaskan tidak dihukum, tetapi jika pencurian
dilakukan oleh orang lemah (rakyat biasa) mereka melaksanakan hukumannya,
maka Nabi SAW mengucapkan sumpah, Demi Allah jika Fatimah anak
Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.
19
pidana yang dilakukan seorang kepala negara, karena hukum itu tidak
mengandaikan terjadinya tindakan pidana dari seorang kepala negara. Para pembuat
undang-undang menganggap pribadi kepala negara sebagai orang yang dilindungi
dan tidak dapat disentuh oleh hukum. (Abdurrachman Qadir: 131 – 133). Para
fuqaha telah sepakat bahwa para penguasa dan pemimpin tertinggi negara tetap bisa
dikenakan hukum seperti halnya kebanyakan orang, tanpa perbedaan apapun. Jadi,
tidak ada perbedaan antara pimpinan besar yang menjadi kepala negara dan orang
biasa dalam perlakuan hukum. Kedudukannya sebagai kepala negara tidak dapat
menyelamatkan dari ancaman hukuman bila terbukti bersalah.
20
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa keadilan sosial dalam
aspek hukum ditandai dengan adanya persamaan semua orang dihadapan hukum,
selain itu hukum ada di atas segalanya dan setiap orang dilindungi hak-haknya.
D. Kesimpulan
Keadilan dalam Islam paling tidak mencakup empat makna; keadilan dalam
arti sama atau persamaan, keadilan dalam arti seimbang (proporsional), keadilan
dalam arti memberikan hak kepada pemiliknya, dan keadilan Ilahi. Keadilan
diperintahkan kepada para Rasul dan amanat kepada manusia, sebagai pengemban
keadilan dari Allah yang Maha Adil.Semua orang di mata hukum mesti
diperlakukan secara adil tanpa ada perbedaan dari segi fungsi dan jabatan serta
strata, walaupun memungkinkan bahwa semakin tinggi jabatan seseorang yang
melanggar hukum akan diberi hukuman yang lebih berat. Sebaliknya orang yang
kurang/tidak berperstasi di bidang ekonomi, berhak mendapat santunan di bidang
ekonomi berhak mendapat santunan dari pemerintah Islam, baik dari harta zakat,
atau lainnya.
21
BAB IV
Amar ma‟ruf nahi mungkar terdapat empat penggalan kata yang apabila
dipisahkan satu sama lain mengandung pengertian sebagai berikut amar, ma‟ruf, nahi,
mungkar, yang artinya menyuruh yang baik dan melarang yang buruk. Secara
terminologi, Salaman Al-Audah mengemukakan bahwa amar ma‟ruf nahi mungkar
adalah, segala sesuatu yang diketahui oleh hati dan jiwa tenteram kepadanya, segala
sesuatu yang di cintai oleh Allah. Sedangkan nahi mungkar adalah yang dibenci oleh
jiwa, tidak disukai dan dikenalnya serta sesuatu yang dikenal keburukannya secara
syar‟i dan akal. Sedangkan Imam besar Ibn Taimiyah RA menjelaskan bahwa amar
ma‟ruf nahi mungkar merupakan tuntunan yang diturunkan Allah dalam kitabkitabnya,
disampaikan rasul-rasulNya, dan merupakan bagian dari syari‟at Islam.
a. Definisi al-Ma’ruf
Menurut bahasa, pengertian al-ma‟ruf berkisar pada segala hal yang dianggap
baik oleh manusia dan mereka mengamalkannya serta tidak mengingkarinya.
Disebutkan dalam Al-Mu‟jamul Wasith bahwa al-„urfu pengertiannya sama dengan al-
ma‟ruf yaitu lawan dari al-mungkar, serta segala hal yang dikenal (dianggap baik) oleh
manusia dalam adat dan muamalah mereka. Ibnul Atsir RA (wafat 606 H) mengatakan.
“al-ma‟ruf ) adalah satu nama yang mencakup segala apa yang dikenal berupa ketaatan
kepada Allah, pendekatan diri kepada-Nya, berbuat baik kepada manusia, dan
(melaksanakan) segala apa yang disunnahkan oleh syari‟at berupa berbagai kebaikan
22
dan (meninggalkan) apa yang dilarang olehnya berupa segala macam kejelekan.” Ibnul
Jauzi RA (wafat 597 H) mengatakan, “al-ma‟ruf adalah apa yang dikenal kebenarannya
oleh setiap orang yang berakal, dan lawannya adalah kemungkaran. Ada yang
mengatakan bahwa al-ma‟ruf adalah ketaatan kepada Allah dan kemungkaran adalah
berbuat maksiat kepada-Nya.”
b. Definisi al-Munkar
Menurut bahasa, pengertian al-mungkar berkisar pada segala hal yang dianggap
jelek oleh manusia, mereka mengingkari serta menolaknya.
Sedang menurut syari‟at, al-mungkar adalah segala hal yang diingkari, dilarang,
dan dicela oleh syari‟at serta dicela pula orang yang melakukannya. Masuk juga dalam
definisi mungkar yaitu segala bentuk kemaksiatan dan bi‟ad, dan yang pertama masuk
dalam pengertian ini adalah syirik (menyekutukan Allah serta mengingkari keesaan,
rububiyyah, nama-nama, dan sifat-sifat Allah).
1. Amar ma‟ruf nahi mungkar adalah tugas para nabi dan rasul dari yang pertama
hingga terakhir.
Firman Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 36 yang artinya : “Dan sungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): „Sembahlah Allah (saja),
dan jauhilah Thaghut itu‟.”
23
menyembah selain-Nya, dan ada siapa pun, dan jauhilah Thaghut, yakni segala segala
macam yang melampaui batas, seperti penyembahan berhala dan kepatuhan tirani”
2. Amar ma‟ruf nahi munkar merupakan sifat dari nabi Muhammad, sayyidul
mursalin, imam para nabi yang terdapat dalam Taurat dan Injil
“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada
pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al
Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Setelah menyebut sifat Nabi Muhammad sebagai peribadi dan di dalam kitab
suci, dilanjutkannya penjelasan tentang beliau menyangkut ajaranya, yakni bahwa Dia,
yakni Nabi Muhammad selalu menyuruh mereka, yakni mereka Yahudi Nasrani kepada
yang ma‟ruf, yakni memerintahkan untuk mengerjakan dan mengajak kepada kebaikan
serta adat istiadat yang diakui baik oleh masyarakat dan mencegah mereka dari yang
24
mungkar yakni mendekati dan mengerjakan apa yang dinilai buruk oleh agama dan
istiadat.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa amar ma‟ruf nahi munkar merupakan sifat
pribadi dari Nabi Muhammad, Sayyidul mursalin, imam para nabi yang terdapat dalam
Taurat dan Injil, untuk membantu seluruh umat mendapatkan keuntungan didunia dan
akhirat.
Dalam hadis diatas menunjukkan bahwa menyuruh manusia yang ma‟ruf dan
mencegah manusai dari perbuatan yang mungkar termasuk dalam perkara yang penting
untuk dilaksanakan.
4. Menghidupkan hati
Diantara keutamaan amar ma‟ruf nahi mungkar ialah menghidupkan hati, karena
hati yang mengetahui perbuatan yang ma‟ruf lalu ia mengerjakannya dan mengetahui
kemungkaran lalu ia mengingkarinya, maka hatinya akan hidup. Berbeda dengan orang
yang hatinya tidak mengetahui perbuatan ma‟ruf dan mungkar, maka ia akan binasa.
25
Al-Hafizh Ibnu Rajab RA (wafat 795 H) berkata, “Atsar ini mengisyaratkan
bahwa mengetahui yang ma‟ruf dan mungkar dengan hati hukumnya adalah fardhu
(wajib) atas setiap orang. Barangsiapa yang tidak mengetahuinya maka ia akan binasa.
Sebagaimana firman Allah, dalam QS. Al-Hajj ayat 40-41 yang artinya :
26
C. Hukum Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Amar ma‟aruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah
kepada umat Islam sesuai dengan kemampuannya. Dalil wajibnya amar ma‟ruf nahi
mungkar terdapat dalam al-Quran, as-Sunnah serta Ijma‟ Ulama.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”
Amar ma‟ruf nahi mungkar diwajibkan atas umat-umat terdahulu.
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).”
Ayat ini secara tidak langsung menerangkan bahwa amar ma‟ruf nahi mungkar
telah dilaksanakan pada masa Luqman as, yang masa tersebut sebelum zaman kelahiran
Rasulullah. Ini juga menunjukkan bahwa pengwajiban amar ma‟ruf nahi mungkar
sudah sebelumnya dipatuhi.
27
c. Dalil dari Ijma‟ Ulama
Sedangkan ijma‟ ulama dijelaskan sebagai berikut:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung.”
Menurut Tafsir Al-Misbah ayat diatas menceritakan bahwa kalaulah tidak semua
anggota masyarakat dapat melaksanakan amar ma‟ruf nahi mungkar, maka hendaklah
ada di antara kamu wahai orang-orang yang beriman segolongan umat, yakni kelompok
28
yang pandangannya mengarah kepadanya untuk diteladani dan didengar nasihatnya
yang terus menerus tanpa bosan dan lelah kepada kebajikan, yakni petunjuk-petunjuk
Ilahi, menyuruh masyarakat kepada yang ma‟ruf, yakni nilai-nilai luhur serta adat
istiadat yang diakui baik oleh masyarakat mereka, selama hal itu tidak bertentangan
dengan nilai-nilai ilahiyah dan mencegah mereka dari yang mungkar; yakni yang dinilai
buruk lagi diingkari oleh akal yang sehat masyarakat mereka yang mengindahkan
tuntutan ini dan yang sungguh tinggi lagi jauh martabat kedudukkannya itulah orang-
orang yang beruntung, mendapatkan apa yang mereka dambakan dalam kehidupan
dunia dan akhirat.37
Jika telah jelas bahwa Allah memerintahkan agar menyeru yang ma‟ruf dan
mencegah yang mungkar tersebut harus sampai kepada yang mukallaf di seantero dunia,
karena yang demikian tidak termasuk syarat penyampaian risalah. Yang penting
bagaimana mereka itu (mukallaf) dapat menyampaikannya. Jika kemudian mereka
melalaikan dan tidak berusaha menyampaikannya kepada penduduk dunia ini, sekalipun
pelaksanaannya masih tetap saja dalam tugasnya, maka kelalaian itu datang dari mereka
sendiri, dan bukan dari penyerunya.
Kewajiban amar ma‟ruf nahi munkar bukan merupakan kewajiban umat secara
keseluruhan, tetapi wajib kifayah, seperti ditunjukkan ayat di atas.
Sebagaimana kita pahami bahwa jihad merupakan pelengkap amar ma‟ruf nahi
mungkar. Apabila yang bertugas untuk itu tidak melakukan kewajiban jihad, semua
yang berkemampuan berdosa sesuai dengan kemampunya. Karena jihad itu adalah
wajib bagi semua manusia menurut potensinya masing-masing sebagaimana yang
dimaksud oleh Rasulullah. Berikut adalah:
29
1. Timbulnya kerusakan dimuka bumi
2. Menyebabkan turunnya siksa Allah.
3. Doa tidak dikabulkan.
4. Mendapatkan laknat dari Allah.
5. Jatuh dalam kebinasaan dan membuat hati menjadi sakit bahkan mati.
6. Dikuasai oleh musuh-musuh Islam.
BAB V
A. Pendahuluan
Manusia setapak demi setapak menjalani tahap kehidupan-nya dari alam
kandungan, alam dunia, alam kubur dan alam akhirat. Tahap-tahap tersebut harus
dijalani sampai akhirnya kita akan menemui alam akhirat yaitu suatu tempat untuk
memperhitungkan amalan-amalan kita saat di Dunia. Maka tatkala kita mendengar ayat-
ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang memberitakan tentang keadaan hari Akhir,
hendaklah hati kita menjadi takut dan mata kita menjadi menangis sehingga menjadi
dekatlah hati kita kepada Allah. Sebelum hari akhir itu terjadi maka akan muncul
berbagai fitnah di akhir zaman. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah
mengabarkan kepada umatnya tentang fitnah-fitnah akhir zaman agar mereka selalu
berhati-hati dan selalu bertakwa serta berpegang teguh terhadap apa yang telah
dilakukan oleh para pendahulu sebelumnya. Dalam tulisan ini akan dibahas
tentangpengertian fitnah dan fitnah-fitnah yang akan terjadi di akhir zaman.
Saat ini kita telah sampai pada zaman akhir. Semua tanda-tanda yang disebutkan
oleh Nabi Muhammad saw benar-benar tampak nyata di hadapan kita pada zaman
sekarang ini. Salah satu tanda dari akhir zaman adalah banyaknya fitnah. Sebagaimana
sabda Nabi :
30
َ ِ س ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا
ٌلzلَّ َم َو ْيz ِه َو َسzلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيzص َ ُق َح َّدثَنَا ابْنُ لَ ِهي َعةَ ع َْن أَبِي يُون َ َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ إِ ْس َحا
ُّد ْنيَاz ض ِم ْن ال ْ ب فِتَنًا َكقِطَع اللَّ ْي ِل ْال ُم
ٍ َرzظلِ ِم يُصْ بِ ُح ال َّر ُج ُل ُم ْؤ ِمنًا َويُ ْم ِسي َكافِرًا يَبِي ُع قَوْ ٌم ِدينَهُ ْم بِ َع ِ لِ ْل َع َر
َ ب ِم ْن َش ٍّر قَ ْد ا ْقتَ َر
ِ
ه خَ بَ ِط ال َّشوْ َك ِةzِ ِك قَا َل َح َس ٌن فِي َح ِديث ِ ْض َعلَى ْال َج ْم ِر أَوْ قَا َل َعلَى ال َّشو ِ ِك يَوْ َمئِ ٍذ بِ ِدينِ ِه َك ْالقَاب
ُ قَلِي ٍل ْال ُمتَ َم ِّس
Yahya bin Ishaq telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Abu Yunus dari
Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "celaka bagi
bangsa Arab, telah dekat munculnya fitnah seperti gelapnya malam, di pagi hari
seseorang dalam keadaan mukmin dan sore hari telah menjadi kafir, orang-orang
menjual agamanya dengan kenikmatan dunia, pada hari itu sedikit yang berpegang
dengan agamanya, seperti seorang yang memegang bara api, -atau beliau mengatakan: -
"seperti memegang duri." Hasan menyebutkan dalam haditsnya, "menginjak duri." (HR.
Ahmad)
B. Pengertian Fitnah
Kata fitnah berarti musibah, cobaan, dan ujian. Kata ini disebutkan secara
berulang didalam al-Qur’an pada hampir 70 ayat (lihat al-Mu’jam al-Mufahras), dan
seluruh maknanya berkisar pada ketiga makna di atas. Kata fitnah bisa juga bermakna
sesuatu yang mengantarkan kepada adzab Allah, seperti firman-Nya dalam QS. at-
Taubah ayat 49:
“Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi
berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah
bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-
benar meliputi orang-orang yang kafir.”
31
2. Fitnah kebodohan, kerakusan, dan kekacauan dengan dicabutnya ilmu agama
dari hati manusia.
Ilmu akan dicabut dari hati manusia dengan cara diwafatkannya para ulama’ ahli
ilmu agama. Maka setelah itu akan terjadilah kebodohan dimana-mana dan akan ada
muncul da’i-da’I yang menyeru ke dalam neraka jahanam.
Hal ini merupakan tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat. Sebagaimana yang
telah di kabarkan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam yang ketika itu datang
seorang Badui kepada beliau dan berkata, “Kapankah hari kiamat akan terjadi?” Beliau
menjawab dengan sabdanya: “Apabila telah disia-siakannya amanah, maka tunggulah
hari kiamat! Orang tersebut kembali bertanya, ‘Bagaimana disia-siakannya, wahai
Rasulullah?’ beliau menjawab, ‘Apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang
bukan ahlinya, maka tungguhlah hari kiamat.’” (HR. Bukhari)
Hal tersebut telah muncul di zaman ini seperti yang bisa kita amati seksama, yaitu
banyaknya para pemimpin yang tidak melaksanakan amanahnya dengan baik. Mereka
malah menyelewengkan amanah itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya
seperti halnya korupsi yang telah merajalela dimana-mana. Hal itu termasuk bentuk
penyelewengan amanah yang seharusnya disampaikan kepada rakyat.
4. Fitnah harta.
32
sallam bersabda: “Sesungguhnya di antara tanda hari kiamat ialah; diangkat ilmu
(agama), tersebar kejahilan (terhadap agama), arak diminum (secara leluasa), dan
zahirnya zina (secara terang-terangan)”.(HR. al-Bukhari no. 78 dan Muslim no. 4824)
Maka kita semua harus berhati-hati pada fitnah-fitnah tersebut, karena hal tersebut akan
menghancurkan semua umat. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Dan
takutlah kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di antara kalian
semata dan ketahuilah, bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih.” (QS. al-Anfal:
25)
33
DAFTAR PUSTAKA
https://www.risalahislam.com/2018/01/pengertian-iman-islam-dan-ihsan-
trilogi.html
Alfiah & Zalyana. (2011). Hadis Tarbawi, Yogyakarta: Nusa Media Yogyakarta.
Effendi, "Ensiklopedi Agama dan Filsafat", Cet I, (Palembang: Univ. Brawijaya), 2001.
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid 1, Cet 1 (Jakarta: UI
Press) ,1979
Khadduri, Majid, 1999, Teologi Keadilan Perspektif Islam, Surabaya, Risalah Gusti
Bagir, Muhammad. Terjemah Ihya Ulumuddin, Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bandung:
Mizan Media Utama, 2003.
Al-Ghunaimi, Abdul Akhir. Amar Makruf Nahi Mungkar. Solo: Aqwan, 2012
https://www.kompasiana.com/putex/5e10cb10d541df2b826d5012/iman-dalam-
pandangan-islam?page=all
https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html
34
LAMPIRAN
۞ َإِ َّن هَّللا َ يَأْ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل ِ حْ َسا ِن َوإِيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي ۚ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
ِ َُوإِ َذا َمسَّ ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ ضُ ٌّر َدعَا َربَّ ۥهُ ُمنِيبًا إِلَ ْي ِه ثُ َّم إِ َذا َخ َّولَ ۥهُ نِ ْع َمةً ِّم ْنهُ نَ ِس َى َما َكانَ يَ ْدع ُٓو ۟ا إِلَ ْي ِه ِمن قَ ْب ُل َو َج َع َل هَّلِل ِ أَندَادًا لِّي
ض َّل
ِ ك ِم ْن أَصْ ٰ َح
ِ َّب ٱلن
ار َ عَن َسبِيلِِۦه ۚ قُلْ تَ َمتَّ ْع بِ ُك ْف ِر
َ َّك قَلِياًل ۖ إِن
Terjemah Arti: Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon
(pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan
memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia
berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah:
"Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu
termasuk penghuni neraka".
ُّا ٰيَتِنَٓا إِاَّل ُكلzََٔص ٌد ۚ َو َما يَجْ َح ُد بِٔـ ِ ِٱلظلَ ِل َد َع ُو ۟ا ٱهَّلل َ ُم ْخل
ِ َصينَ لَهُ ٱل ِّدينَ فَلَ َّما نَ َّج ٰىهُ ْم إِلَى ْٱلبَ ِّر فَ ِم ْنهُم ُّم ْقت ُّ َوإِ َذا َغ ِشيَهُم َّموْ ٌج َك
ٍ ُار َكف
ور ٍ َّخَ ت
Terjemah Arti: Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka
menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah
menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan
yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang
tidak setia lagi ingkar.
اس هَ َذا َع َذابٌ أَلِي ٌم ٍ ِفَارْ تَقِبْ يَوْ َم تَأْتِي ال َّس َما ُء بِدُخَ ا ٍن ُمب
َ َّين يَ ْغ َشى الن
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa dukhan (kabut) yang nyata. yang meliputi
manusia. Inilah azab yang pedih” (QS. Ad Dukhan ayat 10 – 11).
35
36