DOSEN PEMBIMBING :
Rahmah, M. Si
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
TA.2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang maha menentukan setiap detail
takdir sekaligus menetapkan segala hikmah disebaliknya. Semata-mata demi
kebaikan dan keadilan pada hamba-hamba-Nya. Shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada manusia terbaik sepanjang sejarah manusia, sang khatamul
anbiya’, Muhammad Al-Musthafa, beserta keluarga, sahabat dan seluruh umat
yang senantiasa istiqamah menapaki risalahnya yang paripurna, hingga akhir
zaman. Alhamdulillah puji syukur kepada Allah yang selalu memberikan nikmat
kepada hambanya dengan penuh kasih saya Allah maha mengetahui segala
sesuatu baik yang ghaib maupun yang nyata, dan sesungguhnya kesempurnaan itu
hanya milik-Nya. Rasa syukut yang mendalam dari penulis kepada piak yang
terlibat juga kepada dosen pembimbing mata kuliah Fiqih Muamalah ibu Rahmah,
M. Si, dalam proses pembelajaran ini sungguh banyak sekali kekukrangan, salah
dan khilaf karnanya bimbingan, arahan dan kritik yang membangun penulis
harapkan agar dapat dievaluasi dan diperbaiki kemudian hari
Penulis
ii
Daftar isi
BAB I................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.........................................................................................................iv
Rumusan Masalah.....................................................................................................iv
Tujuan Penulisan.......................................................................................................iv
PEMBAHASAN...........................................................................................................iv
Dasar Hukum ‘Ariyah...............................................................................................iv
Syarat, Tempo Pembayaran......................................................................................vii
Barang Yang Diperbolehkan Dalam Transaksi Pinjam Meminjam..........................viii
BAB II...............................................................................................................................ix
Daftar Pustaka....................................................................................................................x
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Rumusan Masalah
A. landasan hukum
B. syarat tempo pembayaran
C. barang yang diperbolehkan dalam transaksi pinjam meminjam
D. dan kaidah setiap pinjaman yang mendatangkan keuntungan adalah
riba.
Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui dasar hukum ‘Ariyah
b. Untuk mengetahui hukum ‘Ariyah
c. Untuk mengetahui rukun dan syarat ‘Ariyah
d. Untuk mengetahui macam – macam ‘Ariyah
e. Untuk mengetahui status barang tanggungan
f. Untuk mengetahui berakhirnya akad ‘Ariyah
g. Tugas mata kuliah Fiqih Muamalah tentang PINJAM-MEMINJAM
PEMBAHASAN
iv
Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila
kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai
kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan 1. Bertakwalah kepada
Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya. QS. Al-Ma'idah Ayat 2
b. Hadits
لَّ َمJ ِه َو َسJلَّى هَّللا ُ َعلَ ْيJ ص ْ َع بِ ْال َم ِدينَ ِة ف
َ تَ َعا َر النَّبِ ُّيJ اس ٌ ْت َأنَسًا يَقُو ُل َكانَ فَ َز ُ َح َّدثَنَا آ َد ُم َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ ع َْن قَتَا َدةَ قَا َل َس ِمع
ال َما َرَأ ْينَا ِم ْن َش ْي ٍء َوِإ ْن َو َج ْدنَاهُ لَبَحْ رًا َ َب فَلَ َّما َر َج َع ق َ فَ َرسًا ِم ْن َأبِي طَ ْل َحةَ يُقَا ُل لَهُ ْال َم ْن ُدوبُ فَ َر ِك
Dalam hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad yang jayyid dari Shafwan bin
Umayah “ ِدJْك ع َْن َعب ٌ ِريJ َّدثَنَا َشJارُونَ َحJَ ُد بْنُ هJ َّدثَنَا يَ ِزيJااَل َحJَب ق ٍ بِيJلَ َمةُ بْنُ َشJنُ بْنُ ُم َح َّم ٍد َو َسJَح َّدثَنَا ْال َح َس
َ ِ ص ْف َوانَ ْب ِن ُأ َميَّةَ ع َْن َأبِي ِه َأ َّن َرسُو َل هَّللا
اJJهُ َأ ْد َرا ًعJ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ا ْستَ َعا َر ِم ْن َ يز ب ِْن ُرفَي ٍْع ع َْن ُأ َميَّةَ ْب ِن
ِ ْال َع ِز
دَا َد َوفِي ِر َوايَتِ ِهJق َمضْ ُمونَةٌ قَا َل َأبُو دَا ُود َوهَ ِذ ِه ِر َوايَةُ يَ ِزي َد بِبَ ْغ ٌ يَوْ َم ُحنَ ْي ٍن فَقَا َل َأغَصْ بٌ يَا ُم َح َّم ُد فَقَا َل اَل بَلْ َع َم
بِ َوا ِس ٍط تَ َغيُّ ٌر َعلَى َغي ِْر هَ َذا
v
pinjaman kepada orang lain dua kali, kecuali seperti sedekahnya yang pertama.
3
“Dari Anas bin Malik ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Pada malam aku diisrakan aku melihat di atas pintu surga tertulis
'Sedekah akan dikalikan menjadi sepuluh kali lipat, dan memberi pinjaman
dengan delapan belas kali lipat'. Maka aku pun bertanya: "Wahai Jibril, apa
sebabnya memberi hutang lebih utama ketimbang sedekah?" Jibril menjawab:
"Karena saat seorang peminta meminta, (terkadang) ia masih memiliki (harta),
sementara orang yang meminta pinjaman, ia tidak meminta pinjaman kecuali
karena ada butuh.4
c. Hukum ‘Ariyah
vi
1) Syarat yang berhubungan dengan mu’ir (yang meminjamkan) di antaranya
adalah sebagai berikut :
Berakal dan mumayyiz. Baligh tidak menjadi syarat sah. Oleh karena itu,
hukumnya sah anak kecil melaksanakan ‘ariyah asalkan ada izin dari orang
tuanya. Pendapat ini dikemukakan oleh Hanafiyah. Sedangkan menurut Mazhab
Syafi’i selain keduanya (berakal dan mumayyiz) juga ditambah dengan baligh.
Sehingga ‘ariyah tidak sah apabila dilakukan oleh orang gila atau anak kecil yang
belum mumayyiz. Orang tersebut tidak dimahjur (di bawah
perlindungan/pengawasan). Maka tidak sah ‘ariyah yang dilaksanakan di bawah
perlindungan, seperti pemboros dan pailit. Orang yang meminjamkan merupakan
pemilik manfaat barang yang akan dipinjamkan. Maka sah meminjamkan barang
sewaan dan barang wasiat karena mereka memiliki hak atas kepemilikan manfaat
barang tersebut.8
8
Abdul Rahman Ghazaly., dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2010), hlm.
9
Abdurrohman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘ala Al-Mazahibi Al-Arba’ah, Juz 2,(Kairo: Dar Al-Hadis,
2004), hlm. 206
vii
Setiap ungkapan yang menunjukan keridhaan pemilik dan kebolehan
memanfaatkan barang tanpa adanya pengganti, baik dengan ucapan, perbuatan,
isyarat, atau saling memberi. Pendapat ini dikemukakan oleh Hanafiyah,
Malikiyah, dan Hanabilah. Sedangkan menurut Syafi’iyah harus mutlak berbentuk
ucapan, tidak boleh yang selainnya. 10Adapun tulisan yang disertai niat dan
isyaratnya orang yang tidak bisa berbicara hukumnya sah.
a. Berakhirnya waktu yang sudah disepakati khusus dalam akad peminjaman yang
dibatasi oleh waktu (muqayyad).
c. Hilang akalnya salah satu pihak baik orang yang meminjamkan maupun yang
dipinjamkan.
e. Rusak atau hilangnya barang yang dipinjamkan dengan adanya keharusan untuk
memperbaiki barang apabila rusak dan mengganti barang apabila hilang.11
10
26 Enang Hidayat, Op. Cit., hlm. 58-59
11
Enang Hidayat, Op. Cit., hlm. 63.
12
Beirut: Darul Kitab Al-Ilmiah, 2003)
viii
Syafi’iyah mengemukakan bahwa pada prinsipnya tidak ada tanggung jawab bagi
peminjam untuk menganti rugi apabila barang tersebut digunakan sesuai izin dan
ketentuan yang diatur dari pemilik barang. Namun, apabila peminjam
menggunakan barang tersebut di luar izin dan ketentuan yang diatur dari pemiliki
barang. Maka peminjam harus mengganti kehilangan ataupun kerusakan pada
barang pinjaman.
BAB II
Kesimpulan
ix
a. Syarat yang berhubungan dengan mu’ir (yang meminjamkan) : Berakal dan
mumayyiz. Orang tersebut tidak dimahjur (di bawah perlindungan/pengawasan).
Orang yang meminjamkan merupakan pemilik manfaat barang yang akan
dipinjamkan.
Daftar Pustaka
Hadits Abu Daud Nomor 3092 HR Ibnu Majah No.2421, Ibnu Hibban dan Baihaqi HR
Ibnu Majah No.2422 dan Baihaqi
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam (Hukum Fiqih Lengkap), Cet. 42, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2009), hlm. 323