NIKAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tematik yang diampu oleh
Dosen Hj Ibanah Suhrowardiyah Shiam Mubarokah, S.Th.I., M.A.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...............................................................................................1
Kata Pengantar......................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
Bab II Pembahasan..........................................................................................5
A. Pengertian Nikah..............................................................................................5
B. Analisis Tematik tentang Nikah dalam Al-Qur`an...........................................5
Bab III Penutup..............................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................ 12
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. melalui Malaikat Jibril sebagai petunjuk dan pemberi kabar
gembira kepada seluruh umat manusia. Al-Qur’an merupakan pedoman dan
sebuah penjelasan mengenai ajaran-ajaran Islam.
Dalam upaya memahami al-Qur’an, maka berkembanglah tafsir. Tafsir
al-Qur’an sebagai interpretasi terhadap teks al-Qur’an sudah ada ataupun
dimulai sejak zaman ketika Nabi Muhammad hidup hingga wafatnya sampai
saat ini. Dalam perjalanannya tafsir terhadap al-Qur’an mengalami
perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda dari masa ke masa.
Upaya dan metode yang digunakan dalam menafsirkan al-Qur’an juga
bermacam-macam. Salah satunya adalah metode tematik atau yang biasa
dikenal sebagai metode maudlu’i. Metode ini banyak digunakan untuk
menjawab problematik umat dengan tema tertentu sehingga langsung mengenai
sasaran. Salah satu yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang Nikah.
Tidak dapat dipungkiri, kita sebagai manusia tidak terlepas dari
manusia lain karena hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Untuk
memenuhi kebutuhannya juga manusia membutuhkan manusia lain, maka hal
ini mendorong manusia untuk hidup berdampingan antara laki-laki dan
perempuan dengan bercita-cita mempunyai keturunan yang sholih sholihah,
maka dari itu pembahasan Nikah di makalah ini perlu sangat dipahami cukup
mendalam.
B. Rumusan Masalah
1. apa itu Nikah ?
2. Bagaimana Nikah di dalam Al-Qur’an ?
C. Tujuan
1. Menganalisis Nikah di dalam Al-Qur’an.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Nikah
Didalam alqur’an kata nikah di sebut sebanyak 23 kali 1, kata Nikah
menurut bahasa diartikan dengan Berkumpul menjadi satu. Sedangkan menurut
syara’, Nikah diartikan dengan “Akad yang menghalalkan persetubuhan” dengan
menggunakan lafadz nikah atau tajwiz. Menurut pendapat as-Shahih bahwa kata
nikah secara hakikat mempunyai makna akad, sedangkan majaznya adalah
“Persetubuhan”. Sunnah menikah bagi orang yang sangat “Butuh bersetubuh”
Sekalipun dalam hal ini dia masih sibuk dengan ibadahnya, dengan catatan ia
mampu memikul biaya untuk mahar, pakaian musim makan minum untuk istrinya
yang telah menyerahkan dirinya kepada suami dan nafkah sehari semalam setiap
harinya. Hukum sunnah menikah tersebut berdasarkan pada beberapa hadits yang
tertera dalam kitab Sunan, dimana sejumlah hadits-hadits tersebut dijelaskan di
dalam kitab saya yang berjudul Ihkamu Ahkamin Nikah. Disamping itu melakukan
pernikahan juga dapat menjaga agama seseorang dan melanggengkan keturunan.2
Al maidah ayat 5
َ ت َو ۡٱل ُم ۡح
ُ صن َٰـ
{ ت ِ ت ِمنَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمن َٰـ َ ب ِح ࣱّل لَّ ُكمۡ َوطَ َعا ُم ُكمۡ ِح ࣱّل لَّهُمۡۖ َو ۡٱل ُم ۡح
ُ صن َٰـ َ وا ۡٱل ِكتَ ٰـ ُ ۖ ۡٱلیَ ۡو َم ُأ ِح َّل لَ ُك ُم ٱلطَّیِّبَ ٰـ
۟ ُت َوطَ َعا ُم ٱلَّ ِذینَ ُأوت
ر بِٱِإۡل ی َم ٰـ ِنBۡ Bُخ دَا ࣲۗن َو َمن یَ ۡكف ِ ب ِمن قَ ۡبلِ ُكمۡ ِإ َذ ۤا َءات َۡیتُ ُموه َُّن ُأجُو َره َُّن ُم ۡح
Bۡ صنِینَ غ َۡی َر ُم َس ٰـفِ ِحینَ َواَل ُمتَّ ِخ ِذ ۤی َأ ۟ ُِمنَ ٱلَّ ِذینَ ُأوت
َ وا ۡٱل ِكتَ ٰـ
َ} فَقَ ۡد َحبِطَ َع َملُهۥُ َوهُ َو فِی ۡٱلـَٔا ِخ َر ِة ِمنَ ۡٱل َخ ٰـ ِس ِرین
[Surat Al-Ma'idah: 5]
Dalam ayat ini ada 3 macam hal yang halal bagi orang mukmin:
1
Muhammad fu’ad ‘abd Al-Baql, Al mu’jam al-mufahras li alfas al-qur’an al-karim
2
Fathulmuin bab nikah hal 97
5
1. Makanan yang baik-baik, seperti yang dimaksud pada ayat keempat.
Menerangkan bahwa diperbolehkannya memakan makanan yang baik-baik itu
tidak merubah.
2. Makanan ahli kitab, makanan disini menurut Jumhur ulama' ialah sembelihan
orang-orang yahudi dan nasrani karena mereka pada waktu itu mempunyai
kepercayaan bahwa haram hukumnya memakan binatang yang disembelih dengan
menyebut nama selain Allah. Selama mereka masih mempunyai kepercayaan
seperti itu, maka sembelihan mereka tetap halal.
6
Didalam ayat ini ditegaskan larangan bagi seorang Muslim mengawini
perempuan musyrik dan larangan mengawinkan perempuan Mukmin dengan laki-
laki musyrik, kecuali kalau mereka telah beriman. Walaupun mereka itu cantik dan
rupawan, gagah, kaya, dan lainnya. Budak perempuan atau budak laki-laki yang
mukmin lebih baik untuk dikawini daripada mereka. Dari pihak perempuan yang
beriman tidak sedikit pula jumlahnya yang cantik, menarik hati, dan berakhlak.
Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: karena hartanya, karena
keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah perempuan
yang beragama, maka engkau akan beruntung. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim
dari Abu Hurairah)
7
kedalam bahaya dunia, dan menjerumuskannya ke dalam neraka di akhirat, sedang
ajaran-ajaran Allah kepada orang-orang Mukmin selalu membawa kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat.
An nur ayat 32
Pada ayat ini Allah menyerukan kepada semua pihak yang memikul
tanggung jawab atas kesucian dan kebersihan akhlak umat, agar mereka
menikahkan laki-laki yang tidak beristri, baik duda atau jejaka da perempuan yang
tidak bersuami baik gadis atau janda. Demikian pula terhadap hamba sahaya laki-
laki atau perempuan yang sudah patut dinikahkan, hendaklah diberikan pula
kesempatan yang serupa. Seruan ini berlaku untuk semua para wali (wali nikah)
seperti bapak, paman dan saudara yang memikul tanggung jawab atas keselamatan
keluarganya, berlaku pula untuk orang-orang yang memiliki hamba sahaya,
janganlah mereka menghalangi anggota keluarga atau budak yang dibawah
kekuasaan mereka untuk nikah, asal saja syarat syarat untuk nikah itu sudah
dipenuhi. Dengan demikian terbentuklah keluarga yang sehat, bersih, dan
terhormat. Dari keluarga inilah terbentuk suatu umat dan pastilah umat atau bangsa
itu akan menjadi kuat dan terhormat pula. Oleh sebab itu pula Rasulullah saw.
bersabda:
8
Bila diantara orang-orang yang mau nikah itu ada yang dalam keadaan
miskin sehingga belum sanggup memenuhi semua keperluan pernikahannya dan
belum sanggup memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya, hendaklah orang-
orang yang seperti itu didorong dan dibantu untuk melaksanakan niat baiknya itu.
Janganlah kemiskinan seseorang menjadi alasan untuk mengurungkan pernikahan,
asal saja benar-benar dapat diharapkan daripadanya kemauan yang kuat untuk
melangsungkan pernikahan. Siapa tahu dibelakang hari Allah akan membukakan
baginya pintu rezeki yang halal, baik, dan memberikan kepadanya karunia dan
rahmat-Nya. Sesungguhnya Allah mahaluas rahmat-Nya dan kasih sayang-Nya,
Mahaluas ilmu pengetahuan-Nya. Dia melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki sesuai
dengan hikmat kebijaksanaan-Nya.
Ada tiga macam orang yang Allah berkewajiban menolongnya: orang yang
nikah dengan maksud memelihara kesucian dirinya, hamba sahaya yang berusaha
memerdekakan dirinya dengan membayar tebusan kepada tuannya, dan orang yang
berperang di jalan Allah. (Riwayat Ahmad)
An nur ayat 33
9
[Surat An-Nur: 33]
Bila arahan pada ayat sebelumnya ditujukan kepada para wali atau pihak
yang dapat membantu pernikahan, arahan pada ayat ini ditujukan kepada pria agar
tidak mendesak wali untuk buru-buru menikahkannya. Dan orang-orang yang tidak
mampu menikah hendaklah menjaga kesucian diri-Nya dengan berpuasa atau
dengan aktivitas lain, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan
karunia-Nya dan memberi mereka kemudahan untuk menikah. Dan jika hamba
sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian, yaitu kesepakatan untuk
memerdekakan diri dengan membayar tebusan, hendaklah kamu buat perjanjian
kepada mereka jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, yaitu jika kamu
tahu mereka akan melaksanakan tugas dan kewajiban mereka, mampu menjaga
diri, serta mampu menjalankan tuntunan agama mereka, dan berikanlah kepada
mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu: berupa zakat
untuk membantu pembebasan mereka dari perbudakan. Dan janganlah kamu paksa
hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri
menginginkan kesucian, hanya karena kamu hendak mencari keuntungan
kehidupan duniawi dari pelacuran itu. Barang siapa memaksa mereka untuk
memaksa melakukan perbuatan tercela itu, maka sungguh, Allah Maha
Pengampun terhadap perempuan-perempuan yang dipaksa itu, Maha Penyayang
kepada mereka setelah mereka dipaksa, dan dia akan memikulkan dosa kepada
orang yang memaksa mereka.
An Nisa’ ayat 22
Dalam ayat ini menjelaskan larangan bagi seorang anak untuk menikahi
mantan istri ayahnya meskipun anak tersebut sholeh dan ayahnya pun telah
meninggal. Karena hal tersebut perbuatan keji dan hina.
10
dapat mengundang kebencian anak terhadap anaknya. Karena pada umumnya
menikahi perempuan yang sudah dicerai suaminya akan menimblkan suatu
kebencian kepada suami sebelumnya. Oleh karena itu diharamkannya menikahi
istri-istri nabi SAW bagi umat ini. Kedudukan beliau sama dengan ayah, bahkan
beliau lebih besar haknya dan lebih agung dibanding kan hak ayah, berdasarkan
kesepakatan ulama.
An Nisa ayat 23
ۖ۟
{ ۡب ۚنَ َو ۡسَٔـلُ ۟وا ٱهَّلل َ ِمنBی ࣱب ِّم َّما ۡٱكت ََسBَص
ِ ُوا َولِلنِّ َس ۤا ِء ن صی ࣱب ِّم َّما ۡٱكتَ َسب َّ ََواَل تَتَ َمنَّ ۡو ۟ا َما ف
َ ض َل ٱهَّلل ُ بِ ِهۦ بَ ۡع
َ ِّض ُكمۡ َعلَ ٰى بَ ۡع ࣲۚض ل
ِ َلرِّجا ِل ن
ضلِ ِۤۚۦه ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُك ِّل ش َۡی ٍء َعلِی ࣰما
ۡ َ} ف
Firman Allah SWT yang mulia merupakan ayat yang menjelaskan tentang
wanita-wanita yang haram nikahi baik karena hubungan nasab, persusuan atau
pernikahan.
11
Wanita-wanita yang disebutkan dalam ayat ini yakni : Ibu kandung, anak
perempuan, saudara perempuan, saudara ayah yang perempuan, saudara ibu yang
perempuan, anak perempuan dari saudaramu yang laki-laki ataupun perempuan,
ibu yang menyusuimu, saudara perempuan yang sesusuan, ibu istrimu (mertua),
anak perempuan dari istri (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu, dan istri yang
telah kamu campuri tetapi jika kamu belum mencampuri dan sudah kamu ceraikan
maka tidak berdosa kamu, istri anak kandungmu (menantu).
12
menjadi mahram. Dalilnya hadist dari Aisyah “Tidaklah menjadi mahram satu
kali sedotan atau dua kali sedotan” (H.R. Muslim). Ini adalah pendapat Imam
Ahmad, Ishaq bin Rahawaih, Abu Ubaid, dan Abu Tsaur. Pendapat tersebut
diriwayatkan dari Ali, Aisyah, Ummu Al Fadhl, Ibnu Az Zubair, Sulaiman bin
Yasar, Said bin Zubair dan yang lainnya. Ketiga, Tidak menjadikan mahram jika
kurang dari lima kali penyusuan. Dalilnya adalah Hadist dari Aisyah bahwa dia
berkata “Dahulu termasuk diantara ayat yang diturunkan adalah tentang sepuluh
kali susuan yang dimaklumi menjadikan adanya mahram, kemudian ayat tersebut
di Nasakh dengan lima kali susuan yang dimaklumi. Pendapat ini dipegang oleh
Imam As Syafi’i.
Perlu dicatat hendaknya masa penyusuan itu dilakukan dalam usia kecil
dibawah 2 tahun seperti Q.S. al Baqarah : 233. Menurut Jumhur Ulama dan Imam
empat, yang menyebabkan terjadinya mahram adalah air susu dari pihak ayah
persusuan (Laban al fahl). Maksudnya status mahram itu merembet kepada pihak
ibu, paman dari pihak ayah, dan paman dari pihak ibu susuan. Sedangkan menurut
Ulama salaf, mahram persusuan itu berlaku khusus pada ibu saja, Namun yang
paling kuat adalah pendapat Jumhur Ulama.
Al Ahzab 55
13
Ayat ini menjelaskan kebolehan seorang perempuan untuk tidak berhijab
dihadapan bapak mereka, ana-anak laiki-laki mereka saudara laki-laki mereka,
keponakan laki-laki mereka, baik dari saudara laki-laki ataupun perempuan,
wanita-wanita yang beriman, hamba sahaya mereka, karena adanya tekad kuat
membantu mereka. Dan untuk wanita-wanita janganlah melanggar larangan yang
telah Allah tetapkan sesungguhnya allah melihat segala sesuatu. Dalam ayat ini
menjelaskan kebolehan istri nabi SAW membuka hijabnya didpan orang-orang
telah disebutkan di atas.
14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan ayat-ayat yang telah diuraikan di atas dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa pernikahan selain sebagai pemenuhan kebutuhan
seksual, juga bermakna pertalian yang syah antara seorang laki-laki dan
perempuan yang hidup bersama, dengan tujuan membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan, serta mencegah perzinahan dan menjaga ketentraman jiwa.
Pada prinsipnya ayat-ayat tersebut di atas mengandung anjuran menikah dan
menikahkan orang-orang yang tidak bersuami dan tidak beristri, termasuk juga
budak-budak yang sudah layak dan sudah cukup usia hendaklah dibantu dalam
melaksanakan keinginannya. Apabila mereka belum mampu untuk menikah maka
bersabarlah dengan menahan dir dari hawa nafsu. Kemudian tidak diperkenankan
berlaku tidak adil terhadap perempuan yatim yang ada di bawah perwalian
seseorang dengan menikahi mereka tanpa membayar mahar, dan
mencampuradukkan harta mereka dengan harta si wali.
Allah SWT mensyari’atkan pernikahan itu untuk mengatur manusia dengan
tujuan mulia dan manfaat yang besar.Dan Allah memerintah untuk memudahkan
jalannya pernikahan karena pernikahan cara yang tepat untuk mereproduksi
keturunan, sehingga tersebar luas penduduk bumi dengan keturunan yang benar.
Allah tidak menghendaki ada kekacauan di antara laki-laki dan perempuan, yang
saling meninggalkan dan melantarkan seperti yang terjadi pada binatang. Tetapi
dengan meletakkan peraturan tepat yang melindungi martabat manusia dan
melestarikan kehormatan. Sehingga tercipta hubungan laki-laki dan perempuan
dengan hubungan yang bersih dan murni atas dasar saling ridla. Dengan ini wanita
akan merasa dilindungi dan aman.
Ada beberapa point yang perlu di perhatikan yakni
Menikahlah ketika dirimu sudah siap/bisa memberi nafkah dan bisa
bertanggung jawab
Perempuan dinikahi karena 4 hal, yakni hartanya, keturunannya,
kecantikannya dan agamanya.
Larangan menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman
( meskipun menarik hati )
Larangan menikahi mantan istri dari ayah/bapak
Ketika menikah allah akan melapangkan rezekinya sesuai hadist Abu
Hurairah.
Larangan menikahi Orang musyrik.
Allah SWT mengajak ke surga
15
B. Saran
Dari tugas makalah ini, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya
yang sudah kami harapkan dan sampaikan. Semoga kita dapat mengamalkan ilmu
pengetahuan dari makalah ini. Penulis juga memohon kritik dan saran yang
membangun untuk pengembangan makalah ini selanjutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad fu’ad ‘abd Al-Baql, Al mu’jam al-mufahras li alfas al-qur’an al-karim
17