Anda di halaman 1dari 29

MUNASABAH AYAT AL-QUR’AN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen pengampu : Dr. Pahrurraji, M. Ud

Disusun oleh kelompok 3 :

1.Khusna Luthvina (22312550)


2.May Salwa Elbasyarah (22312562)
3.Nihayah Ilma Faqihah (22312560)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA (IIQ) 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi Pendidikan dalam profesi keguruan.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa
Robbal ‘ Alamiin.

Tangerang, Februari 2023


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 5
A. Pengertian Munasabah ...................................................................................................... 5
B. Sebab Munculnya Ilmu Munasabah .................................................................................. 6
C. Urgensi Mempelajari Ilmu Munasabah ............................................................................. 7
D. Macam-macam Munasabah Al-Qur’an ............................................................................ 7
E. Upaya Ulama Dalam Menggali Ilmu Munasabah ........................................................... 10
F. Hikmah Mengenal Ilmu Munasabah Al-Qur’an .............................................................. 10
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ xiii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah wahyu Allah swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw.
Sebagai pentunjuk umat Islam yang sampai kini terjaga dan dijaga keabsahannya. Dengan
berbagai metode penilitian dalam menciptakan mushaf Al-Qur’an para peneliti dan juga
pembuatnya menjadikan teliti menjadi dasar utama dalam pembuatan mushaf Al-Qur’an.
Keabsahan Al-Qur’an ini juga menjadi titik berat dalam penafsiran ayat Al-Qur’an
dengan adanya kebenaran yang diraih dari ayat Al-Qur’an ini menjadikan umat Islam tidak
mendapatkan paham yang salah. Maka dari itu para mufassir pasti menjadikan munasabah
ayat Al-Qur’an sebagai molekul terpenting dalam penafsiran Al-Qur’an, karena akan ada
pemahaman yang salah jika tidak melewati proses munasabah ayat tersebut.
Dengan mengenal ilmu munasabah maka akan mempermudah para mufassir atau
bahkan seseorang untuk bisa membuktikan mukjizat Al-Qur’an melalui redaksinya, mengerti
rangkaian mukjizat tersebut melalui korelasi antar ayat yang ada pada al-qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian tentang Munasabah ayat Al-Qur’an


2. Penyebab munculnya ilmu munasabah
3. Urgensi mempelajari ilmu munasabah
4. Macam-macam ilmu munasabah
5. Upaya ulama dalam menggali ilmu munasabah
6. Hikmah mengenal ilmu munasabah ayat

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami munasabah ayat dalam Al-Qur’an


2. Untuk memahami sebab munculnya ilmu munasabah
3. Untuk memahami urgensi mempelajari ilmu munasabah
4. Untuk memahami macam-macam ilmu munasabah
5. Untuk memahami upaya ulama dalam menggali ilmu munasabah
6. Untuk memahami hikmah mengetahui ilmu munasabah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Munasabah
Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt dan mencari kebenaran. Dalam
Al-Qur’an dijelaskan bahwa mencari kebenaran adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh
setiap insan. Seperti dalam surat Al-Maidah ayat 48 ;
ۡ ۤ ۡ ۡ ۡ ‫وا ۡنـ ۡزلن ۤا اِلَ ۡيك ۡالكِتٰب ِِب ۡۡل ِـق مص ِدقا لِما ب‬
‫اح ُك ۡم بـَ ۡيـنَـ ُه ۡم ِِبَا اَنـَزَل ٰاّللُ َوََل تَـتَّبِ ۡع‬ۡ ‫ٰب ومه ۡي ِمنا عل ۡي ِه ف‬
َ ََ ً َ ُ َ ِ ‫ۡي يَ َدي ِه ِم َن الكِت‬ ََ َ ً َ ُ َ َ َ َ َ ََ
ۡ ۡ ۡ ۡ
ِ ‫اَ ۡهوآءه ۡم ع َّما جآء َك ِمن اۡل ِـقؕ لِ ُك ٍّل جعلنَا ِمن ُك ۡم ِش ۡرعةً َّوِمنـهاجا ؕ ولَ ۡو َشآء ٰاّلل ََلـعلَـ ُك ۡم اَُّمةً َّو‬
‫اح َدةً َّوٰلـكِ ۡن‬ ََ ُ َ َ ً َ َ ََ َ َ َ َ َ َُ َ
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ‫لِيـ ۡبـلوك ۡم ِ ِۡف م ۤا اٰتٰٮ ُك ۡم ف‬
‫َجيـ ًعا فَـيُـنَـبِئُ ُك ۡم ِِبَا ُكنـتُ ۡم فِي ِه ََتتَلِ ُف ۡو َن‬ َِ ‫تؕ اِ ََل ٰاّللِ م ۡرِجع ُك ۡم‬
ُ َ
ِ ‫استَبِ ُقوا اۡلَـي ٰـر‬َ َ َُُ َ
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa
kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya,
maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau
mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan” (QS. Al-Maidah [5]:48)
Dari ayat diatas menjelaskan kepada kita bahwa Al-Qur’an telah membawakan kita
pada kebenaran yang haqiqi bahkan daripada kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya. Namun
semakin majunya perkembangan zaman akan semakin berpengaruh pula pada pola pikir
manusia dan masalah-masalah yang terjadi belakangan, maka bukan hal yang salah jika banyak
metode penelitian yang menjadi pusat pembenaran Al-Qur’an dan seisinya agar tidak muncul
paham yang salah terhadap Al-Qur’an itu sendiri. Salah satu metode tersebut adalah ilmu
munasabah, yang menjadi salah satu pengantar paham Al-Qur’an yang termasuk pula pada
salah satu cabang ilmu Al-Qur’an.

Secara Etimologi kata Al-Munasabah berasal dari Bahasa arab yakni )‫)املناسبة‬ yang
berarti kecocokan, kepantasan, dan kesesuaian Kata Al-Munasabah memiliki akar makna dari
kata Al-Irtibat )‫(اَلرتباط‬ yang berarti hubungan atau pertalian dan As-Sabab )‫(السبب‬ yang

berarti sebab.1 Al-Munasabah juga memiliki kata sinonim atau persamaan yakni )‫ (املقاربة‬dan
)‫ (املشاكلة‬yang masing-masing memiliki arti berdekatan dan persamaan.

1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), Hal.
1412

5
Adapun secara terminologi ahli-ahli ilmu Al-Quran menyatakan bahwa munasabah
sesuai dengan harfiahnya berarti segi-segi hubungan atau persesuaian Al-Qur’an antara bagian
yang satu dengan bagian yang lainnya dalam berbagai bentuk.2
Al-Imam Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan dalam kitabnya yang berjudul
Al-Itqon fi-Ulumil Qur’an, makna Munasabah dalam harfiahnya yakni,

‫" املشاكلة واملقاربة ومرجعها يف اَلايت وحنوها إَل معىن رابط بينها عام أو خاص عقل أو حسي أو خيايل أو‬
" ‫غري ذلك من أنواع العالقات أو التالزم الذهين كالسبب واملسبب والعلة واملعلول والنظرين والضدين وحنوه‬
Bahwa Munasabah adalah sebuah bentuk persamaan, sesuatu yang berdekatan, dan
refrensi atau rujukan dalam ayat-ayat dan sejenisnya kepada satu makna yang saling berkaitan
diantara mereka secara umum ataupun khusus, secara rasional atau intuisi atau juga imajinasi
dan sebagainya dari segi hubungan sebab akibat, illat dan ma’lul, serta dua teori persamaan
dan perbedaan.3
Dapat disimpulkan bahwa munasabah adalah bentuk tali hubung yang menghubungkan
ayat, kalimat, atau sekelompok ayat satu dengan yang lainnya sehingga membentuk hasil
gambaran bahwasanya Al-Qur’an adalah wahyu yang terbentuk secara utuh dan menyeluruh
(holstik).

B. Sebab Munculnya Ilmu Munasabah


Di era modern hari ini timbul berbagai macam permasalahan dan teori-teori
pembenaran sehingga melahirkan banyak pemikiran dan pemahaman baru, hingga itu
menjadikan tolak ukur para ahli Al-Qur’an dalam melestarikan keabsahan Al-Qur’an dan
menjamin kebenaran baik daalam bentuk fisik ataupun isi materi dan pemahaman Al-Qur’an.
Dengan menjamin keabsahan dan kelestarian Al-Qur’an muncul lah metode-metode atau ilmu-
ilmu cabang yang bertujuan untuk tetap menjadikan Al-Qur’an sebagai mukjizat tuhan yang
terbentuk secara utuh dan menyeluruh tanpa adanya penyelewengan atau kesalah pahaman
dalam mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an. Maka dari itu, beberapa alasan atau sebab asal muasal
munculnya ilmu munasabah adalah sebagai berikut :
1. Karena semakin berkembangnya permasalahan dan kehidupan manusia dari zaman ke
zaman
2. Ditemukannya beberapa peristiwa yang terjadi saling berlainan
3. Karena Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt secara taugifi (atas petunjuk dan kehendak
Allah swt)
Dengan adanya sebab asal muasal diatas, maka lahirlah ilmu munasabah yang bertujuan
untuk mencari hasil gambaran terbaik tentang keseimbangan dan kesinambungan ayat Al-
Qur’an yang satu dengan yang lainnya.

2
Suma Amin Muhammad, Ulumul Qur’an, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), Hal. 236
787 .‫ ص‬,)‫ م‬2013 ,‫ دار السالم‬:‫ (َجهرية مصر العربية – القاهرة – اَلسكندرية‬,‫ اإلتقان يف علوم القران‬,‫ اإلمام اۡلافظ جالل الدين السيوطي‬3

6
C. Urgensi Mempelajari Ilmu Munasabah
Dengan adanya ilmu munasabah maka baik bagi para mufassir atau seseorang untuk
tetap memahami maksud dan tujuan ayat Al-Quran dengan pemahaman yang baik dan benar.
Para mufassir menjadikan ilmu munasabah sebagai hal yang penting dalam penelitin tafsiran
Al-Qur’an, bahkan bukan hanya mufassir yang diperbolehkan dalam mempergunakan ilmu
munasabah namun orang yang ingin memahami Al-Qur’an lebih dalam pun diperbolehkan
mempelajari tentang ilmu munasabah tersebut.4
Adanya ilmu munasabah akan sangat membantu para mufassir untuk bisa memahami
isi kandungan ayat Al-Qur’an secara kontekstual, mereka dapat mengerti hasil gambaran
kesinambungan ayat-ayat Al-Qur’an bahkan meluas. Maka dapat disimpulkan dalam beberapa
hal mengenai urgensi mempelajari ilmu munasabah Al-Qur’an, antara lain :
1. Dapat memahami maksud dan tujuan Al-Qur’an dengan pemahaman yang baik dan
benar
2. Dapat membantu para mufassir mepelajari kandungan ayat secara kontekstual
3. Dapat mengerti hasil gambaran kesinambungan ayat-ayat atau surat-surat Al-Qur’an
secara meluas

D. Macam-macam Munasabah Al-Qur’an


Ilmu Munasabah adalah salah satu cabang Ulumul Qur’an yang dipakai oleh para
mifassir tentunya, namun dari Ilmu Munasabah itu sendiri memiliki banyak macam kategori
keilmuan didalamnya, berikut macam-macam munasabah Al-Qur’an terbagi menjadi empat,5
yakni sebagai berikut :
a) Munasabah antara awal dan akhir ayat
Dapat ditemukan dalam surah at-taubah ayat 5 yang berbunyi :
ِ ِ
‫ص ُرْوُه ْم َواقْـعُ ُد ْوا‬ ْ ‫ث َو َج ْدمُّتُْوُه ْم َو ُخ ُذ ْوُه ْم َو‬
ُ ‫اح‬ َ ْ ‫فَاذَا انْ َسلَ َخ ْاَلَ ْش ُه ُر ا ْۡلُُرُم فَاقْـتُـلُوا الْ ُم ْش ِرك‬
ُ ‫ۡي َحْي‬
ْۗ ٍۚ
‫الزٰكوةَ فَ َخلم ْوا َسبِْيـلَ ُه ْم اِ َّن ٰاّللَ َغ ُف ْوٌر َّرِحْيم‬ َّ ‫ص ٍّد فَاِ ْن ََتبـُ ْوا َواَقَ ُاموا‬
َّ ‫الص ٰلوةَ َواٰتَـ ُوا‬ َ ‫ََلُْم ُك َّل َم ْر‬
“Apabila telah habis bulan-bulan haram, maka perangilah orang-
orang musyrik di mana saja kamu temui, tangkaplah dan kepunglah
mereka, dan awasilah di tempat pengintaian. Jika mereka bertobat dan
melaksanakan salat serta menunaikan zakat, maka berilah kebebasan
kepada mereka. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”
(QS. At-Taubah [9]:5)
Potongan ayat ini sering kali digunakan oleh para golongan radikal, atau
teroris untuk dijadikan sandaran mereka dalam melakukan kejahatan
dan mengatasnamakan agama Islam. Namun dengan adanya munasabah
ini, menjadikan para mufassir atau ahli-ahli Al-Qur’an untuk

4
Yusuf M. Kadar, Studi Al-Qur’an, (Pekanbaru: AMZAH, 2010), Hal.111
5
Anwar Abu, Ulumul Qur’an, (Pekanbaru: AMZAH, 2009), Hal. 65

7
menjelaskan dan menerangkan bahwa hal itu tidak benar karena adanya
kesinambungan antara awal dan akhir ayat tersebut.
Awal ayat tersebut menyebutkan bahwa Allah swt memperbolehkan
bahkan adanya perintah untuk menangkap, mengepung, dan memerangi
orang kafir dimana pun mereka berada, namun di akhir ayat tersebut
perintah ini diiringi oleh perintah Allah untuk membebaskan mereka
jika, bertaubat dan melaksanakan ibadah kepada Allah swt.
Maka dapat disimpulkan bahwa, jika ada seseorang yang memahami Al-
Qur’an hanya dari sepotong ayat maka mereka akan mendapatkan
paham yang salah.
b) Munasabah antara satu ayat dengan ayat sebelumnya
Contoh dari macam munasabah yang satu ini juga terdapat pada surah
At-Taubah ayat 4, yang berbunyi sebagai berikut:

‫اه ُرْوا َعلَْي ُك ْم اَ َح ًد فَاَُِّتمْٓوا اِلَْي ِه ْم‬


ِ َ‫اََِّل الَّ ِذين عاه ْد مُّت ِمن الْم ْش ِركِۡي ُُثَّ ََل يـْنـ ُقصوُكم َشيـًا َّوََل يظ‬
ُ ْ ْ ْ ُْ َ ْ َْ ُ َ ْ َ َ َ ْ
‫ۡي‬ ِ ‫عه َدهم اِ َٰل مدَِّتِِ ْۗم اِ َّن ٰاّلل ُُِي م‬
َ ْ ‫ب الْ ُمتَّق‬ َ ْ ُ ْ ُ َْ
“kecuali orang-orang musyrik yang telah mengadakan perjanjian
dengan kamu dan mereka sedikit pun tidak mengurangi (isi perjanjian)
dan tidak (pula) mereka membantu seorang pun yang memusuhi kamu,
maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya.
Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang bertakwa” (QS. At-Taubah
[9]:4)
Dengan ayat 3, yang berbunyi sebagai berikut:
ِ ِ ۤ ِ ‫َواَذَا ٌن ِم َن ٰاّللِ َوَر ُس ْولِه اِ ََل الن‬
‫ۡي ە‬َ ْ ‫َّاس يـَ ْوَم ا ْۡلَ ِج ْاَلَ ْك ََِب اَ َّن ٰاّللَ بَِر ْيءٌ م َن الْ ُم ْش ِرك‬
‫اعلَ ُمْٓوا اَنَّ ُك ْم َغ ْريُ ُم ْع ِج ِزى ٰاّللِ َْۗوبَ ِش ِر الَّ ِذيْ َن‬ ِ ٍۚ ِ
ْ َ‫َوَر ُس ْولُه ْۗفَا ْن تـُْبـتُ ْم فَـ ُه َو َخ ْريٌ لَّ ُك ْم َوا ْن تَـ َولَّْيـتُ ْم ف‬
‫اب اَلِْي ٍّم‬
ٍّ ‫َك َفروا بِ َع َذ‬
ُْ
“Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada
umat manusia pada hari haji akbar, bahwa sesungguhnya Allah dan
Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik. Kemudian jika kamu
(kaum musyrikin) bertobat, maka itu lebih baik bagimu; dan jika kamu
berpaling, maka ketahuilah bahwa kamu tidak dapat melemahkan Allah.
Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang kafir (bahwa mereka
akan mendapat) azab yang pedih” (QS. At-Taubah [9]:3)
Munasabah ayat ini terlihat pada surah At-Taubah ayat 4 yang
menjelaskan bahwa Allah swt. memberikan kesempatan kepada orang-
orang musyrik dalam memenuhi janjinya dan kesepakatannya untuk
tidak membantu musuh agama Islam. Sedangkan, dalam surah At-

8
Taubah ayat 3, dengan jelas Allah swt akan memberikan azab yang
sangat pedih kepada orang-orang musyrik
Munasabah ayat ini dibantu oleh kata pengecualian yakni “kecuali”
yang dalam tata bahasa Arab, pengecualian atau yang disebut dengan
Al-Istisna’ )‫ (اَلستثناء‬yang dipergunakan untuk mengecualikan sesuatu
dari kelompoknya, jadi dapat disimpulkan bahwa orang-orang musyrik
seluruhnya akan mendapatkan azab yang sangat pedih kecuali kepada
orang-orang musyrik yang memenuhi janjinya untuk tidak membantu
musuh Islam karena Allah swt akan memberikan kesempatan kepada
mereka.
c) Munasabah antara kelompok ayat dengan kelompok ayat lainnya

Dalam Al-Qur’an dengan tegas Allah swt menjelaskan bahwa orang-


orang yang beriman sangatlah beruntung daripada orang-orang kafir
atau orang-orang musyrik yang menyekutukan-Nya. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah di dalam surah Al-Qashash. Dalam surah ini
terdapat macam munasabah antara awal dan akhir ayat, lebih spesifik
pada kelompok ayat pada permulaan surah (ayat 1-32) yang
menjelaskan tentang perjuangan Nabi Musa melawan orang-orang kafir
para pengikut Fir’aun dan kelompok ayat pada akhir surah (ayat 83-88)
yang menceritakan tentang kabar gembira kepada Nabi Muhammad
bahwa akan bebasnya beliau dari tekanan kaumnya. Keduanya sama-
sama membahas tentang kerugian yang dialami oleh kaum kafir dan
keberuntungan bagi orang-orang beriman. Maka dengan sangat jelas,
Munasabah ayat ini terlihat melalui kelompok-kelompok ayat Al-
Qur’an yang memiliki satu tujuan makna yang sama.
d) Munasabah antara akhir surah dengan awal surah sesudahnya
Munasabah ini dapat dilihat dalam akhir surah Al-Waqi’ah, yang
berbunyi:

‫ك الْ َع ِظْي ِم‬


َ ِ‫فَ َسبِ ْح ِِب ْس ِم َرب‬
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
Mahabesar” (QS. Al-Waqiah [56]:96)
dan awal surah Al-Hadid, yang berbunyi:

ٍِۚ ‫ت َو ْاَلَْر‬
‫ض َوُه َو الْ َع ِزيْـ ُز ا ْۡلَكِْي ُم‬ َّ ‫َسبَّ َح ِّٰللِ َما ِِف‬
ِ ‫الس ٰم ٰو‬

“Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana” (QS. Al-Hadid [57]:1)
Dalam surah Al-Waqi’ah, Allah swt memerintahkan umat-Nya untuk
bertasbih kepada Allah dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha
Besar dan dalam surah Al-Hadid Allah swt juga memerintahkan semua

9
makhluk Allah yang berada di langit dan bumi untuk bertasbih dan
menyatakan kebesaran Allah. Keduanya sama-sama membahas tentang
kebesaran dan kekusaan Allah swt. Dan Allah memerintahkan umat
manusia untuk bertasbih kepada-Nya.

E. Upaya Ulama Dalam Menggali Ilmu Munasabah


Dalam dunia Ulumul Qur’an tentu sangatlah banyak metode yang dipakai oleh para ahli
Al-Qur’an, dan Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini menjadi salah satunya namun tidak bisa
dipungkiri bahwa tidak semua ahli Al-Qur’an mempergunakannya.
Seorang alim ulama kelahiran Kairo yang ahli dalam bidang fiqih dan sejarah bernama
Abu Abdillah Badruddin Muhammad bin Bahadir bin Abdullah Az-Zarkasyi Al-Mishri atau
yang biasa dikenal dengan Imam Az-Zarkasyi, beliau adalah salah satu tokoh yang menghargai
adanya Ilmu Munasabah. Menurutnya “Al-Munasabah adalah cabang ilmu Ulumul Qur’an
yang sangatlah memiliki kedudukan yang mulia atau ‘Ilmun Syarif, dengan adanya ilmu
munasabah ini seseorang dapat diketahui kadar kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang
dimiliknya”.
Alim Ulama lainnya bernama Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi seorang pengarang kitab
Mafatihul-Ghaib Fi-Tafsiril Qur’an ini menyatakan bahwa,

"‫" اكثر لطائف القران مودعة يف الرتتيبات و الروابط‬


Yang berarti, kebanyakan pembendaharaan Al-Qur’an terletak pada tata urutan dan tali
hubungnya. Selain itu, Al-Qadhi Abu Bakr Ibn Al-Arabi pengarang kitab Sirajul-Muridin wa
Sirajul-Muhtadin juga menyatakan dalam kitabnya bahwa kesinambungan ayat-ayat Al-Qur’an
antara satu dengan yang lainnya ini membentuk suatu ikatan kesatuan sehingga seperti
membentuk satu kalimat yang indah.6

F. Hikmah Mengenal Ilmu Munasabah Al-Qur’an


Para mufassir pastilah memiliki pilihannya masing-masing untuk mendapatkan metode
penilitian yang terbaik bagi mereka, dan tidak bisa dipaksakan untuk menyetujui beberapa
metode lain yang dipakai oleh mufassir lainnya. Namun dapat dilihat bahwa tidak ada satupun
metode penelitian Al-Qur’an atau cabang ilmu Ulumul Qur’an yang bertujuan untuk
menyebabkan penyelewengan makna dan maksud tujuan Al-Qur’an atau kesalahpahaman,
seluruhnya memiliki satu visi dan misi yang sama-sama mengandung kebaikan bagi Al-Qur’an
kitab suci ummat agama Islam.
Namun, dengan adanya Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini dapat menjadikan para mufassir
atau orang-orang yang sedang menelaah Al-Qur’an dapat memiliki gambaran yang lebih jelas
mengenai makna, maksud dan tujuan Al-Qur’an. Dengan Ilmu Munasabah ini mereka dapat
menelaah Al-Qur’an lebih jauh dan luas lagi, walaupun beberapa Alim Ulama mengatakan
bahwa Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini dapat menyebabkan para mufassir berlebihan dalam

785 .‫ ص‬,)‫ م‬2013 ,‫ دار السالم‬:‫ (َجهرية مصر العربية – القاهرة – اَلسكندرية‬,‫ اإلتقان يف علوم القران‬,‫ اإلمام اۡلافظ جالل الدين السيوطي‬6

10
mencari makna Al-Qur’an, namun lebih banyak kebaikan yang dapat diraih dari Ilmu
Munasabah ini, berikut beberapa hikmah yang dapat diambil dari Ilmu Munasabah Al-Qur’an
yakni ;
1. Mempermudah para mufassir untuk mendapatkan gambaran mengenai makna, maksud
dan tujuan Al-Qur’an dengan lebih jelas dan luas
2. Memberikan informasi yang lebih akurat dengan adanya hasil gambaran dari
munasabah ayat Al-Qur’an
3. Mengurangi bahkan menghilangkan kesalahpahaman isi ayat Al-Qur’an

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan semakin majunya perkembangan zaman akan semakin berpengaruh pula pada
pola pikir manusia dan masalah-masalah yang terjadi belakangan, maka bukan hal yang salah
jika banyak metode penelitian yang menjadi pusat pembenaran Al-Qur’an dan seisinya agar
tidak muncul paham yang salah terhadap Al-Qur’an itu sendiri. Salah satu metode tersebut
adalah ilmu munasabah, yang menjadi salah satu pengantar paham Al-Qur’an yang termasuk
pula pada salah satu cabang ilmu Al-Qur’an.
dengan adanya Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini dapat menjadikan para mufassir atau
orang-orang yang sedang menelaah Al-Qur’an dapat memiliki gambaran yang lebih jelas
mengenai makna, maksud dan tujuan Al-Qur’an. Dengan Ilmu Munasabah ini mereka dapat
menelaah Al-Qur’an lebih jauh dan luas lagi, walaupun beberapa Alim Ulama mengatakan
bahwa Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini dapat menyebabkan para mufassir berlebihan dalam
mencari makna Al-Qur’an, namun lebih banyak kebaikan yang dapat diraih dari Ilmu
Munasabah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

As-Suyuthi, Al-Imam Al-Hafidz Jalaluddin. 2013. Al-Itqon fi-Ulumil Qur’an.


Iskandaria: Darus Salam
Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta:
Pustaka Progresif
Muhammad, Kadar Yusuf. 2010. Studi Al-Qur’an. Pekanbaru: AMZAH
Abu Anwar. 2009. Ulumul Qur’an. Pekanbaru: AMZAH
Amin, Muhammad Suma. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: RajaGrafindo Persada

‫ (َجهرية مصر العربية – القاهرة‬,‫ اإلتقان يف علوم القران‬,‫اإلمام اۡلافظ جالل الدين السيوطي‬
)‫ م‬2013 ,‫ دار السالم‬:‫اَلسكندرية‬

xiii
MUNASABAH AYAT
AL-QUR'AN
Our Team

Khusna Luthvina Nihayah Ilma Faqihah


22312250 May Salwa Elbasyarah 22312560
22312562
Latar Belakang
Al-Qur’an adalah wahyu Allah swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Sebagai pentunjuk
umat Islam yang sampai kini terjaga dan dijaga keabsahannya, Dengan berbagai metode penilitian
dalam menciptakan mushaf Al-Qur’an para peneliti dan juga pembuatnya menjadikan teliti menjadi
dasar utama dalam pembuatan mushaf Al-Qur’an.

Maka dari itu para mufassir pasti menjadikan munasabah ayat Al-Qur’an sebagai molekul terpenting
dalam penafsiran Al-Qur’an, karena akan ada pemahaman yang salah jika tidak melewati proses
munasabah ayat tersebut.

Dengan mengenal ilmu munasabah maka akan mempermudah para mufassir atau bahkan seseorang
untuk bisa membuktikan mukjizat Al-Qur’an melalui redaksinya, mengerti rangkaian mukjizat tersebut
melalui korelasi antar ayat yang ada pada al-qur’an
Secara Etimologi kata Al-Munasabah berasal dari Bahasa arab yakni (‫ )المناسبة‬yang
berarti kecocokan, kepantasan, dan kesesuaian Kata Al-Munasabah memiliki akar
makna dari kata Al-Irtibat yang berarti hubungan atau pertalian dan As-Sabab yang
berarti sebab Al-Munasabah juga memiliki kata sinonim atau persamaan yakni
(‫ )المقاربة‬dan (‫ )المشاكلة‬yang masing-masing memiliki arti berdekatan dan persamaan.

Adapun secara Terminologi ahli-ahli ilmu Al-Quran menyatakan bahwa munasabah


sesuai dengan harfiahnya berarti segi-segi hubungan atau persesuaian Al-Qur’an
antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya dalam berbagai bentuk.
Al-Imam Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Al-Itqon
fi-Ulumil Qur’an, makna Munasabah dalam harfiahnya yakni :

Bahwa Munasabah adalah sebuah bentuk persamaan, sesuatu yang berdekatan, dan refrensi atau
rujukan dalam ayat-ayat dan sejenisnya kepada satu makna yang saling berkaitan diantara
mereka secara umum ataupun khusus, secara rasional atau intuisi atau juga imajinasi dan
sebagainya dari segi hubungan sebab akibat, illat dan ma’lul, serta dua teori persamaandan
perbedaan.

Dapat disimpulkan bahwa munasabah adalah bentuk tali hubung yang menghubungkan ayat,
kalimat, atau sekelompok ayat satu dengan yang lainnya sehingga membentuk hasil gambaran
bahwasanya Al-Qur’an adalah wahyu yang terbentuk secara utuh dan menyeluruh.
B. Sebab Munculnya Ilmu Munasabah

Beberapa alasan atau sebab asal muasal munculnya ilmu munasabah adalah sebagai berikut :

1. Karena semakin berkembangnya permasalahan dan kehidupan manusia dari zaman ke zaman
2. Ditemukannya beberapa peristiwa yang terjadi saling berlainan
3. Karena Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt secara taugifi
(atas petunjuk dan kehendak Allah swt)

Dengan adanya sebab asal muasal diatas, maka lahirlah ilmu munasabah yang bertujuan untuk
mencari hasil gambaran terbaik tentang keseimbangan dan kesinambungan ayat Al- Qur’an
yang satu dengan yang lainnya.
C. Urgensi Mempelajari Ilmu Munasabah

Adanya ilmu Munasabah akan sangat membantu para mufassir untuk bisa memahami isi
kandungan ayat Al-Qur’an secara kontekstual, mereka dapat mengerti hasil gambaran
kesinambungan ayat-ayat Al-Qur’an bahkan meluas. Maka dapat disimpulkan dalam
beberapa hal mengenai urgensi mempelajari ilmu munasabah Al-Qur’an, antara lain :

1. Dapat memahami maksud dan tujuan Al-Qur’an dengan pemahaman yang baik dan benar
2. Dapat membantu para mufassir mepelajari kandungan ayat secara kontekstual
3. Dapat mengerti hasil gambaran kesinambungan ayat-ayat atau surat-surat Al-Qur’an
secara meluas.
D. Macam-macam Munasabah Al-Qur’an

macam-macam munasabah Al-Qur’an terbagi menjadi empat,5 yakni sebagai berikut :

Munasabah antara awal dan akhir ayat Dapat ditemukan dalam surah at-taubah ayat 5
Munasabah antara satu ayat dengan ayat sebelumnya, Contoh dari macam munasabah yang satu ini juga
terdapat pada surah At-Taubah ayat 4
Munasabah antara kelompok ayat dengan kelompok ayat lainnya, Hal ini dijelaskan dalam firman Allah di
dalam surah Al-Qashash. Dalam surah ini terdapat macam munasabah antara awal dan akhir ayat, lebih
spesifik pada kelompok ayat pada permulaan surah (ayat 1-32) yang menjelaskan tentang perjuangan Nabi
Musa melawan orang-orang kafir para pengikut Fir’aun dan kelompok ayat pada akhir surah (ayat 83-88) yang
menceritakan tentang kabar gembira kepada Nabi Muhammad bahwa akan bebasnya beliau dari tekanan
kaumnya.
Munasabah antara kelompok ayat dengan kelompok ayat lainnya, Hal ini
dijelaskan dalam firman Allah di dalam surah Al-Qashash. Dalam surah ini
terdapat macam munasabah antara awal dan akhir ayat, lebih spesifik
pada kelompok ayat pada permulaan surah (ayat 1-32) yang menjelaskan
tentang perjuangan Nabi Musa melawan orang-orang kafir para pengikut
Fir’aun dan kelompok ayat pada akhir surah (ayat 83-88) yang
menceritakan tentang kabar gembira kepada Nabi Muhammad bahwa akan
bebasnya beliau dari tekanan kaumnya.

Munasabah antara akhir surah dengan awal surah sesudahnya, Munasabah


ini dapat dilihat dalam akhir surah Al-Waqi’ah.
E. Upaya Ulama Dalam Menggali Ilmu Munasabah

Dalam dunia Ulumul Qur’an tentu sangatlah banyak metode yang dipakai oleh para ahli Al-
Qur’an, dan Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini menjadi salah satunya namun tidak bisa
dipungkiri bahwa tidak semua ahli Al-Qur’an mempergunakannya.

Seorang Alim ulama kelahiran Kairo yang ahli dalam bidang fiqih dan sejarah bernama Abu
Abdillah Badruddin Muhammad bin Bahadir bin Abdullah Az-Zarkasyi Al-Mishri atau yang
biasa dikenal dengan Imam Az-Zarkasyi, beliau adalah salah satu tokoh yang menghargai
adanya Ilmu Munasabah. Menurutnya “Al-Munasabah adalah cabang ilmu Ulumul Qur’an
yang sangatlah memiliki kedudukan yang mulia atau ‘Ilmun Syarif, dengan adanya ilmu
munasabah ini seseorang dapat diketahui kadar kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang
dimiliknya”.
Alim Ulama lainnya bernama Al-Imam Fakhruddin Ar-Razi seorang pengarang
kitab Mafatihul-Ghaib Fi-Tafsiril Qur’an ini menyatakan bahwa,

kebanyakan pembendaharaan Al-Qur’an terletak pada tata urutan dan tali


hubungnya. Selain itu, Al-Qadhi Abu Bakr Ibn Al-Arabi pengarang kitab Sirajul-
Muridin wa Sirajul-Muhtadin juga menyatakan dalam kitabnya bahwa
kesinambungan ayat-ayat Al-Qur’an antara satu dengan yang lainnya ini
membentuk suatu ikatan kesatuan sehingga seperti membentuk satu kalimat
yang indah.
F. Hikmah Mengenal Ilmu Munasabah Al-Qur’an

Dengan adanya Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini dapat menjadikan para mufassir atau orang-orang yang sedang
menelaah Al-Qur’an dapat memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai makna, maksud dan tujuan Al-Qur’an.
Dengan Ilmu Munasabah ini mereka dapat menelaah Al-Qur’an lebih jauh dan luas lagi, walaupun beberapa Alim
Ulama mengatakan bahwa Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini dapat menyebabkan para mufassir berlebihan dalam
mencari makna Al-Qur’an, namun lebih banyak kebaikan yang dapat diraih dari Ilmu Munasabah ini, berikut
beberapa hikmah yang dapat diambil dari Ilmu Munasabah Al-Qur’an yakni:

1. Mempermudah para mufassir untuk mendapatkan gambaran mengenai makna, maksud dan tujuan Al-Qur’an
dengan lebih jelas dan luas
2. Memberikan informasi yang lebih akurat dengan adanya hasil gambaran dari munasabah ayat Al-Qur’an
3. Mengurangi bahkan menghilangkan kesalahpahaman isi ayat Al-Qur’an
Kesimpulan
Dengan semakin majunya perkembangan zaman akan semakin berpengaruh pula pada pola pikir manusia
dan masalah-masalah yang terjadi belakangan, maka bukan hal yang salah jika banyak metode penelitian
yang menjadi pusat pembenaran Al-Qur’an dan seisinya agar tidak muncul paham yang salah terhadap Al-
Qur’an itu sendiri. Salah satu metode tersebut adalah ilmu munasabah, yang menjadi salah satu pengantar
paham Al-Qur’an yang termasuk pula pada salah satu cabang ilmu Al-Qur’an.

Dengan adanya Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini dapat menjadikan para mufassir atau orang-orang yang
sedang menelaah Al-Qur’an dapat memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai makna, maksud dan
tujuan Al-Qur’an. Dengan Ilmu Munasabah ini mereka dapat menelaah Al-Qur’an lebih jauh dan luas lagi,
walaupun beberapa Alim Ulama mengatakanbahwa Ilmu Munasabah Al-Qur’an ini dapat menyebabkan
para mufassir berlebihan dalam mencari makna Al-Qur’an, namun lebih banyak kebaikan yang dapat diraih
dari Ilmu Munasabah ini.

Anda mungkin juga menyukai