Dosen Pengampu :
Muslih M.Ag.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
TUJUAN ............................................................................................ 4
BAB II : PEMBAHASAN................................................................... 5
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu objek penting lainnya dalam kajian ‘Ulumul Qur’an adalah
perbincangan mengenai mukjizat. Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan
manusia bahwa para rasul itu merupakan utusan yang mendapat dukungan dan
bantuan dari langit. Mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai
fungsi yang sama, yaitu memainkan peranannya dan mengatasi kepandaian
kaumnya juga membuktikan kekuasaan Allah.
Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an, sempat menyeret para
teolog klasik dalam perdebatan yang berkepenjangan, terutama antara teolog dari
kalangan Mu’tazilah dan para teolog dari kalangan Ahlussunnah mengenai
mukjizat.
Maka dengan adanya persoalan di atas, penulis tertarik untuk menguraikan
serta menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan mukjizat menurut
pandangan muktazilah dan ahlusunnah. Oleh sebab itu, penulis mengangkat
permasalahan ini dalam bentuk makalah dengan judul “mukjizat menurut
Muktazilah dan Ahlusunnah”.
B. Rumusan Masalah
1. Mukjizat menurut Ahlus Sunnah
2. Mukjizat menurut Mu’tazilah
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Mukjizat menurut Ahlusunnah
2. Untuk Mengetahui Mukjizat menurut Mu’tazilah
3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta memperkenalkan pandangan
mukjizat menurut Ahlus Sunnah dan Mu’tazilah dan mengetahui perbedaan
pandangan antara dua kelompok ini
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MUKJIZAT MENURUT AHLUS SUNNAH
As- sunnah berarti hadis . berlainan halnya dengan kaum mu’tazilah percaya
dan menerima hadis- hadis shahih tanpa memilih dan tanpa interpretasi. Golongan
ini menentang kaum mu’tazilah dan menganut mazhab Syafi’i.
Sebagian ulama berpendapat, sebagian kecil atau sebagian besar dari al-
qur’an, tanpa harus satu surah penuh, juga merupakan mukjizat berdasarkan firman
Allah Swt:
۟ ُِيث ِمثْ ِل ِ ٓۦه إِن كَان
َ َٰ وا
َص ِدقِين ۟ ُ فَ ْليَأْت
ٍۢ وا بِ َحد
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Qur'an itu jika
mereka orang-orang yang benar”.(At-thur ayat 34)
Satu golongan ulama berpendapat, al-qur’an itu mukjizat dengan
balagahnya yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya. Sebagian
mereka berpendapat, al-qur’an itu mukjizat karena ia mengandung bermacam-
macam ilmu dan hikmah yang sangat dalam.
Ulama lainnya berpendapat kemukjizatan cukup dengan satu surat lengkap,
sekalipun hanya surat pendek. Atau dengan satu atau beberapa ayat.
Setelah melalui penelitian yang cermat, akhirnya Manna al Qaththan
memutuskan kadar kemukjizatan Al-Qur’an itu mencakup tiga Aspek yaitu, aspek
bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri’ (penetapan hukum).
5
Dengan demikian kemukjizatan Al-Qur’an bukan karena Al-Qur’an sendiri
tetapi karena faktor lain diluar Al-Qur’an yang menjaga ketat Al-Qur’an sehingga
bangsa Arab tidak dapat melakukan rivalitas terhadapnya, walaupun pada dasarnya
mereka mampu melakukannya. Pernyataan itu rupanya didasarkan pada
kesimpulan logika bahwa orang yang mampu menyusun satu atau dua kalimat yang
baik, niscaya akan mampu menyusun lebih banyak lagi dari itu.
Demikian juga Abu Hasan ‘Ali ibn Isa al-Rumani, yang juga tokoh besar
Mutazilah melihat lebih jauh lagi yakni bahwa Allah S.W.T. mengalihkan
perhatian manusia sehingga mereka tidak mempunyai keinginan menyusun suatu
karya untuk menandingi Al-Qur’an, dan membuat orang tidak tertarik melakukan
rivalitas terhadap Kitab Suci ini.
Dengan demikian, menurut kedua tokoh mu’tazilah ini, kemukjizatan al-
qur’an itu terletak pada faktor luar al-qur’an sendiri. Yakni bahwa Allah melarang
umat manusia melahirkan karya setingkat al-qur’an , padahal diantara mereka ada
yang mampu melakuannya. Demikian kesimpulan al-baqilani terhadap pendapat
kedua tokoh diatas.
Pendapat tokoh-tokoh besar mu’tazilah itu tidak terlepas dari penghargaan
mereka terhadap kemampuan akal manusia. Tetapi, pendapat diatas kemudian
dikritik keras oleh para ulama diluar mu’tazilah, dan juga dari sebagian ulama
mu’tazilah sendiri yang melihat kemukjizatan al-qur’an dari sudut informasi-
informasi ajarannya, ilustrasi, dan kebahasaannya.
Mu’tazilah menyatakan keseluruhan al Qur’an merupakan mukjizat, bukan
sebagian atau beberapa bagian saja.
Al Zarkasyi mengkritisi pendapat saharfah tersebut dengan argument antara
lain:
1. Firman Allah Swt :
ُ ان ََل يَأْتُونَ ِبمِ ثْ ِلِۦه َولَ ْو َكانَ بَ ْع
ٍۢ ض ُه ْم ِلبَ ْع
ض ۟ ُ علَ َٰ ٓى أَن يَأْت
ِ وا ِبمِ ثْ ِل َٰ َهذَا ْٱلقُ ْر َء َ نس َو ْٱل ِج ُّن
ُ ٱْل ِ قُل لَّئ ِِن ٱجْ ت َ َم َع
ِْ ت
َ
ظ ِه ًۭيرا
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
6
membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain”. (Al-Isra Ayat:88 )
Ayat diatas memperlihatkan kelemahan bangsa Arab menyusun
karya besar yang sejajar dengan Al-Qur’an . Dan kalau Allah Swt. melarang
mereka maka yang mu’ji ( melemahkan ) itu bukanlah Al-Qur’an, tetapi
justru Allah Swt. Padahal ayat diatas menantang mereka menyusun karya
sejajar dengan Al-Qur’an, bukan untuk menandingi kebesaran Tuhan.
2. Bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terhadap masyarakat Arab saat itu berupa
karya spesifik, yaitu dari segi isi dan pembahasannya belaka, mungkin saja
mereka mampu, tetapi dari segi isi dan ilustrasinya, mereka akan sangat
mengalami kesukaran, dan tidak akan mampu.
3. Al-Qur’an mengemukakan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan
datang dalam kehidupan dunia ini, disamping berita-berita alam akhirat
yang akan dialami manusia kelak. Segala yang dikemukakan Al-Qur’an
tersebut, kemudian terbukti dalam perjalanan hidup manusia ini. Seperti
Allah Swt. menceritakan bahwa umat Islam akan menjadi penguasa dimuka
bumi ini seperti firman Nya:
ف ٱلَّذِينَ مِ ن قَ ْب ِل ِه ْم َ َض َك َما ٱ ْستَ ْخل ِ ت لَيَ ْستَ ْخ ِلفَنَّ ُه ْم فِى ْٱْل َ ْر
ِ ص ِل َٰ َح ۟ ُعمِ ل
َّ َٰ وا ٱل ۟ ُٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمن
َ وا مِ ن ُك ْم َو َّ َعد َ َو
ۚ شي ًْۭـاَ ض َٰى لَ ُه ْم َولَيُبَ ِدلَنَّ ُهم ِم ٍۢن بَ ْع ِد خ َْوفِ ِه ْم أ َ ْم ًۭنا ۚ يَ ْعبُدُونَنِى ََل يُ ْش ِر ُكونَ بِى َ َٱرتْ َولَيُ َم ِكن ََّن لَ ُه ْم دِينَ ُه ُم ٱلَّذِى
ٓ
ََو َمن َكف ََر بَ ْعدَ َٰذَلِكَ فَأ ُ ۟و َٰلَئِكَ هُ ُم ْٱل َٰفَ ِسقُون
“Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan
barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik”. (An Nur Ayat:55 )
7
4. Al-Qur’an juga mengemukakan kisah-kisah masa lalu yang tidak terangkat
dalam cerita - cerita rakyat Arab, seperti kisah Nabi-Nabi sebelum Nabi
Muhammad Saw. Seperti kisah nabi nuh, nabi luth, dan nabi harun, serta
kisah-kisah nabi lain dan perlawanan masyarakatnya terhadap dakwah
mereka, dan akibat-akibat dari perlawanan mereka.
8
BAB III
KESIMPULAN
Dari kesimpulan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa i’jaz Al-Qur’an
merupakan ilmu Al-Qur’an yang membahas kekuatan susunan lafal dan kandungan
Al-Qur’an dan menjadikan tidak mampu atau melemahkan bagi penantangnya.
Ciri-ciri dari gaya bahasa Al-Qur’an sendiri dapat dilihat dari 3 aspek, di
anataranya: pertama, Susunan kata dan kalimat Al-Qur’an, meliputi nada, dan
lagamnya yang unik, singkat dan padat, memuaskan para pemikir dan orang awam,
memuaskan akal dan jiwa, keindahan dan ketepatan maknanya. Kedua,
Keseimbangan redaksi. Ketiga, Ketelitian redaksinya.
Ketiga aspek inilah yang dimiliki Al-Qur’an dan dapat melemahkan para
penantang kebenarannya, yang sekaligus juga merupakan bukti-bukti
kebenarannya, serta kebenaran Rasul pembawa ajarannya. Jadi dapat di simpulkan
dari pemaparan diatas bahwa
Kaum Mu’tazilah berpendapat : Keseluruhan Al-Qur’an merupakan
mukjizat, bukan sebagian atau beberapa bagian saja. Yang merupakan faktor luar
atau eksternal dalam Al-Qur’an pun juga mereka anggap sebagai mukjizat.
Kaum Ahlus Sunnah berpendapat : Sebagian kecil atau sebagian besar dari
Al-Qur’an, tanpa harus satu surah penuh, juga merupakan mukjizat. Yang
merupakan faktor dalam atau internal dalam Al-Qur’an pun juga mereka anggap
sebagai mukjizat.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir. Bandung: CV. Pustaka Setia. Cet.I. 2000
Hamzah, Muchottob. Studi Al-Qur’an Komprehensif. Jogjakarta: Gama Medi.
Cet.I. 2003
Al- Qattan, Manna Khalil. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an 2. Jakarta: PT. Rineka
Cipta. Cet. I. 1995
Al- Qattan, Manna Khalil. Study Ilmu- Ilmu Qur’an. Jakarta: Litera Antar Nusa.
Cet.I. 1992
Shihab, H.M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an . Bandung : Mizan. Cet.I. 1992
AS- Shalih , Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu AL-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Cet. I. 1990
10