Anda di halaman 1dari 14

BILANGAN SAAT MENCUCI ANGGOTA WUDHU

Disusun guna memenuhi tugas individu mata kuliah Masail Fiqhiyah

Dosen pengampu: Bapak Mahbub Khoerurizal, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
Mariyah Al Qibtyah 19.1.20

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-BAROKAH

KARAWANG

2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah yang maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Jumlah Tiga kali-Tiga
kali dalam berwudhu ini dengan baik meskipun sangat banyak kekurangan di
dalamnya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Nabi
Muhammad Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam. Dan juga saya berterima kasih
kepada Bapak Mahbub Khoerurizal, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pengampu
mata kuliah Masail Fiqhiyah yang telah memberikan tugas kepada kami.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita terhadap Masail Fiqhiyah. saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan
yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya berharap adanya kritikan
dan saran demi perbaikan makalah yang saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Karawang, 27 Januari 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II ................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Dalil dari Al-Qur’an dan Hadits bilangan saat mencuci anggota wudhu.
B. Hukum bilangan saat mencuci anggota whudu menurut 4 madzhab.... 5
C. Sebab terjadinya perselisihan bilangan saat mencuci anggota whudu 6
D. Pendapat siapakah yang paling kuat menurut pemakalah dan intisari . 7
BAB III................................................................................................................................ 9
PENUTUP .......................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan perintah agama Islam, khususnya dalam
menjalankan sholat ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Diantara
hal yang patut kita perhatikan adalah hal yang berkaitan dengan sah
atau tidaknya kita dalam menjalankan ibadah sholat tersebut. Karena
apabila salah satu dari rukun dalam kita menjalankan sholat tidak
dapat terpenuhi maka tidak mustahil sholat kita tidak sah bahkan bisa
batal.Karena salah satu rukun sholat ialah suci dari hadats besar
dan hadats kecil, maka sudah sepantasnyalah sebelum kita
menjalankan ibadah sholat, kita berwudhu dahulu. Namun
bagaimanakah wudhu yang baik itu? Yang sesuai dengan syariat
Islam ? Dan hal apa saja yang dapat membatalkan wudhu itu ? Di sini
penulis mencoba untuk mengupas tentang hal-hal yang bisa
membatalkan wudhu dalam berbagai pandangan ulama fiqih. Dilihat
dari berbagai pendapat para Imam Mazhab. Memang masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik itu dari referensi maupun
dari dalil-dalil yang penulis hadirkan.Namun itu tidak mengurangi niat
dari penulis untuk mencoba sedikit berbagi pengetahuan dan
semaksimal mungkin penulis mencoba untuk memberikan yang
terbaik demi sempurnanya makalah ini.Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran, ide, kritik yang beersifat membangun guna
sempurnanya penulisan makalah ini pada kemudian hari.Semoga setelah
membaca makalah ini, para pembaca yang budiman mendapat
gambaran tentang hal yang berkaitan dengan perihal yang membatalkan
wudhu. Dan semakin mengerti tentang hukum-hukum Islam

1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana dalil dari Al-Qur’an dan Hadits tentang bilangan saat
mencuci anggota whudu?
2. Bagaimana hukum bilangan saat mencuci anggota whudu menurut 4
madzhab?
3. Apa sebab terjadinya perselisihan bilangan saat mencuci anggota
whudu?
4. Pendapat siapakah yang paling kuat menurut pemakalah dan intisari?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui dalil dari Al-Qur’an dan Hadits bilangan saat
mencuci anggota whudu
2. Agar mengetahui hukum bilangan saat mencuci anggota whudu
menurut 4 madzhab
3. Agar mengetahui sebab terjadinya perselisihan bilangan saat mencuci
anggota whudu
4. Agar mengetahui Pendapat siapakah yang paling kuat menurut
pemakalah dan intisari

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dalil dari Al-Qur’an dan Hadits bilangan saat mencuci anggota
whudu
1. Dalil Al-Qur’an
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫س ُح ْوا بِ ُر ُء ْو ِسكُم‬ َ ‫ق َوا ْم‬ َّ ‫ٰٰۤيـاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمن ٰۤ ُْوا اِذَا قُ ْمت ُ ْم اِلَى ال‬
ِ ‫ص ٰلوةِ فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْوهَكُ ْم َواَ ْي ِديَكُ ْم ِالَى ا ْل َم َرا ِف‬
‫سف ٍَر اَ ْو َجآ َء اَ َح ٌد‬َ ‫ع ٰلى‬َ ‫ط َّه ُر ْوا ۗ َواِ ْن كُ ْنت ُ ْم مَّرْ ضٰٰۤ ى اَ ْو‬ َّ ‫َوا رْ ُجلَكُ ْم اِلَى ا ْلـ َك ْعبَي ِْن ۗ َواِ ْن كُ ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَ ا‬
ُ‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْيكُ ْم ِم ْنه‬ َ ‫طيِبًا َفا ْم‬ َ ‫ص ِع ْيدًا‬ َ ِ‫ِم ْنكُ ْم ِم َن ا ْلغَآئِ ِط اَ ْو ٰل َم ْست ُ ُم الن‬
َ ‫سآ َء َف َل ْم ت َِجد ُْوا َمآ ًء َفتَيَ َّم ُم ْوا‬
َ‫علَ ْيكُ ْم لَ َع َّلكُ ْم تَ ْشكُ ُر ْون‬ َ ُ‫ج َّو ٰلـك ِْن ي ُِّر ْي ُد ِلي‬
َ ‫ط ِه َركُ ْم َو ِليُتِ َّم نِ ْع َمتَ ٗه‬ ٍ ‫علَ ْيكُ ْم م ِْن َح َر‬
َ ‫ّٰللا ِليَجْ َع َل‬
ُ ‫ۗ َما ي ُِر ْي ُد ه‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan


sholat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu
junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika
kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik
(suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur." (QS. Al-
Ma'idah 5: Ayat 6)

2. Dalil Hadits
Para ulama telah bersepakat bahwa membasuh anggota badan
hanya wajib satu kali jika mencukupi, sementara yang kedua dan
ketiga adalah sunnah, dengan dalil hadits shahih:

"Bahwa beliau SAW berwudhu satu kali-satu kali”

"Beliau SAW berwudhu dua kali-dua kali”

3
"Bahwa beliau SAW berwudhu tiga kali-tiga kali”

Di antara praktik lengkap wudhu Rasulullah saw adalah kesaksian


dari shahabat Utsman bin Affan ra, sebagaimana dijelaskan dalam hadits
berikut:
Dari Humran bahwa Utsman ra meminta air wudhu.
1. Lalu ia membasuh kedua telapak tangannya 3 kali.
2. Lalu berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung dan
menghembuskannya keluar.
3. Kemudian membasuh wajahnya 3 sekali.
4. Lalu membasuh tangan kanannya hingga siku-siku 3 kali dan tangan
kirinya pun begitu pula.
5. Kemudian mengusap kepalanya.
6. Lalu membasuh kaki kanannya hingga kedua mata kaki 3 kali dan
kaki kirinya pun begitu pula.
Kemudian ia berkata: “Saya melihat Rasulullah saw berwudhu seperti
wudhu-ku ini. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, Abdurrazzaq, ‘Adni, dan Daruquthni).

Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa ada seorang
lelaki mendatangi Nabi SAW., lalu bertanya, “Rasulullah, bagaimana cara
bersuci itu?.” Maka beliau meminta supaya diambilkan air dalam ember lalu
beliau membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian
beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali. Membasuh kedua lengannya
tiga kali. Setelah itu beliau mengusap kepalanya, kemudian memasukkan
dua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya dan mengusap bagian luar
daun telinganya dengan kedua ibu jarinya, sementara kedua ibu jarinya
mengusap bagian dalam telinganya. Lalu beliau membasuh kedua kakinya
sebanyak tiga kali-tiga kali. Beliau kemudian bersabda, “Demikianlah cara

4
berwudhu. Barang siapa yang menambah atau menguranginya, sungguh ia
telah berbuat jelek atau zalim.” atau “berbuat zalim atau melakukan
kejelekan.” (HR. Abu Dawud)ssss

B. Hukum bilangan saat mencuci anggota whudu menurut 4 madzhab


1. Menurut Mazhab Syafi’i
Imam Syafi’i berpendapat bahwa barangsiapa berwudhu tiga kali-
pada sebagian riwayat dari Utsman tentang tata cara wudhu Nabi
SAW diungkapkan:
*Sesungguhnya beliau SAW rnengusap kepalanya sebanyak tiga kali”.
Imam Syafi’i memperkuat wajibnya menerima tambahan ini dengan
keumuman riwayat yang menjelaskan bahwa beliau SAW berwudhu
satu kali-satu kali, dua kali-dua kali, atau tiga kali-tiga kali, karena yang
dipahami dari ungkapan ini -walaupun dari lafazh sahabat- adalah
memahaminya untuk segenap anggota wudhu, hanya saja riwayat
tambahan tersebut tidak terdapat dalam Ash-Shahihain, karenanya
jika riwayat tersebut shahih maka wajib diambil, dengan alasan bahwa
sesuatu yang tidak dijelaskan maka bukanlah hujjah bagi yang
rnenyebutkannya.
Kemudian kebanyakan ulama menetapkan wajib dalam
memperbaharui air untuk mengusap kepala dengan landasan qiyas
terhadap anggota wudhu yang lain, dan diriwayatkan dari lbnu
Majislryun" bahwa dia berkata, "Jika airnya sudah habis maka rambut
diusap dengan basahan jenggot," inilah pendapat yang dipilih oleh
Hubaib" Malilq dan Syafi’i.
2. Menurut Mazhab Hanafi
Minimal basuhan itu adalah satu kali, meskipun ada pendapat
yang menyatakan dua kali. Karena pada dasarnya suatu perintah yang
tidak menunjukkan makna berulang-ulang maka ia memadai apabila
dilakukan satu kali.

5
3. Menurut Mazhab Maliki
Membasuh yang diperintahkan dalam al-Quran (al-Maidah: 6) tidak
akan terlaksana maksud membasuh kecuali dengan mengosok. Oleh
karena itu, sekedar mengalirkan air ke anggota badan tidak dapat
dianggap sebagai perbuatan membasuh, kecuali apabila disertakan
dengan mengosok-gosoknya.
Mereka mengqiyaskan perbuatan bersuci dari hadas kecil dengan
najis yang susah dibersihkan kecuali dengan menggosoknya. Mereka
juga mengqiyaskan dengan mandi junub yang disebutkan dalam
alQur’an (al-Maidah: 6).
Perbuatan menggosok anggota pada waktu berwudu dilakukan
dengan menggunakan telapak tangan. Menggosok anggota ketika
wudu adalah dengan cara menyapu satu anggota ke anggota yang
lain dengan cara yang sederhana.
4. Menurut Mazhab Hambali
Fardhu wudhu 6
1. Membasuh wajah termasuk madhamadhah dan istinsyaq,
2. Membasuh kedua tangan dan juga kedua siku,
3. Mengusap seluruh kepala termasuk kedua telinga,
4. Membasuh kedua kaki dan juga kedua mata kaki,
5. Tertib, dan
6. Muwalah.

C. Sebab terjadinya perselisihan bilangan saat mencuci anggota whudu


Perbedaan mereka dalam menerima tambahan yang ada pada satu
hadits, jika diriwayatkan dari satu jalur periwayatan maka kebanyakan
ulama tidak akan memandangnya, karena kebanyakan hadis yang
menjelaskan bahwa Rasulullah SAW berwudhu tiga kali-tiga kali datang
dari hadits Utsman juga yang lainnya, dan dalam kebanyakan riwayat
tersebut dinukil keterangan bahwa beliau hanya mengusap satu kali,

6
padahal pada sebagian riwayat dari Utsman tentang tata cara wudhu Nabi
SAW diungkapkan:
*Sesungguhnya beliau SAW rnengusap kepalanya sebanyak tiga kali”

D. Pendapat siapakah yang paling kuat menurut pemakalah dan intisari


Menurut saya pendapat yang paling kuat adalah imam syafi’I karena
Imam Syafi'i berkata, "Ini bukanlah ikhtilaf, melainkan karena Rasulullah
Saw, jika berwudhu terkadang tiga kali dan terkadang satu kali. Sebab
yang sempurna dan patut dipilih adalah yang tiga kali. Sementara yang
satu kali adalah sekadar cukup (sah). Itulah sebabnya, saya menyatakan
mustahab bagi seseorang yang berwudhu untuk mewudhukan wajahnya,
kedua tangannya, dan kedua kakinya, tiga kali tiga kali; serta mengusap
kepalanya tiga kali, dengan mengusap kepala secara keseluruhan.
Tapi jika dia hanya mengusap kepalanya satu kali, serta membasuh
wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya satu kali, dengan melakukan
semua itu, maka itu sudah cukup baginya. Kalau dia hanya mengusap
kepalanya satu kali sekehendak tangannya, maka itu sudah cukup
baginya. Dan itu adalah batas minimal yang harus dia lakukan. Kalau dia
mewudhukan sebagian anggota tubuhnya satu kali, lalu mewudhukan
sebagian anggota tubuhnya yang lain dua kali, lalu mewudhukan
sebagian anggota tubuhnya yang lain lagi tiga kali, maka itu sudah cukup
baginya. Karena ketika yang satu kali sudah cukup pada semuanya, maka
itu juga cukup bagi sebagiannya."
Imam Syafi'i berkata, "Malik mengabari kami, dari Amr bin Yahya al-
Mazini, dari ayahnya, dari Abdullah bin Zaid, bahwa Rasulullah Saw.
berwudhu dengan membasuh wajah beliau tiga kali, lalu kedua tangan
beliau dua kali dua kali, lalu mengusap kepala beliau menggunakan
kedua tangan beliau dengan mengedepankan tangan itu lalu
membelakangkannya. Beliau memulai dari bagian depan kepala beliau.
Kemudian menggerakkannya ke arah kuduk beliau, lalu

7
menggerakkannya kembali ke tempat semula. Setelah itu beliau
membasuh kedua kaki beliau."
Imam Syafi'i berkata, "Saya tidak menyatakan mustahab jika
seseorang yang berwudhu mewudhukan anggota tubuhnya lebih dari tiga
kali. Tapi kalau dia melebihkan itu, saya tidak menyatakan bahwa itu
makruh, insya Allah ta'ala. Jika seseorang mewudhukan wajahnya dan
kedua tangannya, kemudian dia berhadats, maka dia harus mengulangi
wudhunya dari awal."

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Imam Syafi’i memperkuat wajibnya menerima tambahan ini dengan
keumuman riwayat yang menjelaskan bahwa beliau SAW berwudhu satu
kali-satu kali, dua kali-dua kali, atau tiga kali-tiga kali, karena yang
dipahami dari ungkapan ini -walaupun dari lafazh sahabat- adalah
memahaminya untuk segenap anggota wudhu, hanya saja riwayat
tambahan tersebut tidak terdapat dalam Ash-Shahihain, karenanya jika
riwayat tersebut shahih maka wajib diambil, dengan alasan bahwa
sesuatu yang tidak dijelaskan maka bukanlah hujjah bagi yang
rnenyebutkannya.
Sebab terjadinya perselisihan bilangan saat mencuci anggota whudu
Perbedaan mereka dalam menerima tambahan yang ada pada satu
hadits, jika diriwayatkan dari satu jalur periwayatan maka kebanyakan
ulama tidak akan memandangnya, karena kebanyakan hadis yang
menjelaskan bahwa Rasulullah SAW berwudhu tiga kali-tiga kali datang
dari hadits Utsman juga yang lainnya, dan dalam kebanyakan riwayat
tersebut dinukil keterangan bahwa beliau hanya mengusap satu kali,
padahal pada sebagian riwayat dari Utsman tentang tata cara wudhu Nabi
SAW diungkapkan: *Sesungguhnya beliau SAW rnengusap kepalanya
sebanyak tiga kali” Pendapat siapakah yang paling kuat menurut
pemakalah dan intisari Menurut saya pendapat yang paling kuat adalah
imam syafi’I karena Imam Syafi'i berkata, "Ini bukanlah ikhtilaf, melainkan
karena Rasulullah Saw, jika berwudhu terkadang tiga kali dan terkadang
satu kali.

9
B. Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan karya
ilmiah (Makalah) ini, baik itu dari kesalahan tanda baca, bahasa dan
sebagainya. Maka, atas dasar kekurangan itu diharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun. Agar ada perubahan yang lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ajib, M. (2019). fiqih wudhu versi madzhab syafi'i. jakarta selatan: Rumah
fiqih publishing.
Az-Zuhaili, W. (n.d.). Fiqih islam wa adillatuhu.
Majd, A. A. (n.d.). Bidayatul Mujtahid.
Mughniyah, M. J. (n.d.). Fiqih empat madzhab. penerbit lentera.

11

Anda mungkin juga menyukai