Disusun oleh :
Mariyah Al Qibtyah 19.1.20
KARAWANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah yang maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Jumlah Tiga kali-Tiga
kali dalam berwudhu ini dengan baik meskipun sangat banyak kekurangan di
dalamnya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Nabi
Muhammad Shollallaahu ‘Alaihi Wasallam. Dan juga saya berterima kasih
kepada Bapak Mahbub Khoerurizal, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen pengampu
mata kuliah Masail Fiqhiyah yang telah memberikan tugas kepada kami.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalankan perintah agama Islam, khususnya dalam
menjalankan sholat ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Diantara
hal yang patut kita perhatikan adalah hal yang berkaitan dengan sah
atau tidaknya kita dalam menjalankan ibadah sholat tersebut. Karena
apabila salah satu dari rukun dalam kita menjalankan sholat tidak
dapat terpenuhi maka tidak mustahil sholat kita tidak sah bahkan bisa
batal.Karena salah satu rukun sholat ialah suci dari hadats besar
dan hadats kecil, maka sudah sepantasnyalah sebelum kita
menjalankan ibadah sholat, kita berwudhu dahulu. Namun
bagaimanakah wudhu yang baik itu? Yang sesuai dengan syariat
Islam ? Dan hal apa saja yang dapat membatalkan wudhu itu ? Di sini
penulis mencoba untuk mengupas tentang hal-hal yang bisa
membatalkan wudhu dalam berbagai pandangan ulama fiqih. Dilihat
dari berbagai pendapat para Imam Mazhab. Memang masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik itu dari referensi maupun
dari dalil-dalil yang penulis hadirkan.Namun itu tidak mengurangi niat
dari penulis untuk mencoba sedikit berbagi pengetahuan dan
semaksimal mungkin penulis mencoba untuk memberikan yang
terbaik demi sempurnanya makalah ini.Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran, ide, kritik yang beersifat membangun guna
sempurnanya penulisan makalah ini pada kemudian hari.Semoga setelah
membaca makalah ini, para pembaca yang budiman mendapat
gambaran tentang hal yang berkaitan dengan perihal yang membatalkan
wudhu. Dan semakin mengerti tentang hukum-hukum Islam
1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana dalil dari Al-Qur’an dan Hadits tentang bilangan saat
mencuci anggota whudu?
2. Bagaimana hukum bilangan saat mencuci anggota whudu menurut 4
madzhab?
3. Apa sebab terjadinya perselisihan bilangan saat mencuci anggota
whudu?
4. Pendapat siapakah yang paling kuat menurut pemakalah dan intisari?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui dalil dari Al-Qur’an dan Hadits bilangan saat
mencuci anggota whudu
2. Agar mengetahui hukum bilangan saat mencuci anggota whudu
menurut 4 madzhab
3. Agar mengetahui sebab terjadinya perselisihan bilangan saat mencuci
anggota whudu
4. Agar mengetahui Pendapat siapakah yang paling kuat menurut
pemakalah dan intisari
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dalil dari Al-Qur’an dan Hadits bilangan saat mencuci anggota
whudu
1. Dalil Al-Qur’an
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
س ُح ْوا بِ ُر ُء ْو ِسكُم َ ق َوا ْم َّ ٰٰۤيـاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمن ٰۤ ُْوا اِذَا قُ ْمت ُ ْم اِلَى ال
ِ ص ٰلوةِ فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْوهَكُ ْم َواَ ْي ِديَكُ ْم ِالَى ا ْل َم َرا ِف
سف ٍَر اَ ْو َجآ َء اَ َح ٌدَ ع ٰلىَ ط َّه ُر ْوا ۗ َواِ ْن كُ ْنت ُ ْم مَّرْ ضٰٰۤ ى اَ ْو َّ َوا رْ ُجلَكُ ْم اِلَى ا ْلـ َك ْعبَي ِْن ۗ َواِ ْن كُ ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَ ا
ُس ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْيكُ ْم ِم ْنه َ طيِبًا َفا ْم َ ص ِع ْيدًا َ ِِم ْنكُ ْم ِم َن ا ْلغَآئِ ِط اَ ْو ٰل َم ْست ُ ُم الن
َ سآ َء َف َل ْم ت َِجد ُْوا َمآ ًء َفتَيَ َّم ُم ْوا
َعلَ ْيكُ ْم لَ َع َّلكُ ْم تَ ْشكُ ُر ْون َ ُج َّو ٰلـك ِْن ي ُِّر ْي ُد ِلي
َ ط ِه َركُ ْم َو ِليُتِ َّم نِ ْع َمتَ ٗه ٍ علَ ْيكُ ْم م ِْن َح َر
َ ّٰللا ِليَجْ َع َل
ُ ۗ َما ي ُِر ْي ُد ه
2. Dalil Hadits
Para ulama telah bersepakat bahwa membasuh anggota badan
hanya wajib satu kali jika mencukupi, sementara yang kedua dan
ketiga adalah sunnah, dengan dalil hadits shahih:
3
"Bahwa beliau SAW berwudhu tiga kali-tiga kali”
Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa ada seorang
lelaki mendatangi Nabi SAW., lalu bertanya, “Rasulullah, bagaimana cara
bersuci itu?.” Maka beliau meminta supaya diambilkan air dalam ember lalu
beliau membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali. Kemudian
beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali. Membasuh kedua lengannya
tiga kali. Setelah itu beliau mengusap kepalanya, kemudian memasukkan
dua jari telunjuknya ke dalam kedua telinganya dan mengusap bagian luar
daun telinganya dengan kedua ibu jarinya, sementara kedua ibu jarinya
mengusap bagian dalam telinganya. Lalu beliau membasuh kedua kakinya
sebanyak tiga kali-tiga kali. Beliau kemudian bersabda, “Demikianlah cara
4
berwudhu. Barang siapa yang menambah atau menguranginya, sungguh ia
telah berbuat jelek atau zalim.” atau “berbuat zalim atau melakukan
kejelekan.” (HR. Abu Dawud)ssss
5
3. Menurut Mazhab Maliki
Membasuh yang diperintahkan dalam al-Quran (al-Maidah: 6) tidak
akan terlaksana maksud membasuh kecuali dengan mengosok. Oleh
karena itu, sekedar mengalirkan air ke anggota badan tidak dapat
dianggap sebagai perbuatan membasuh, kecuali apabila disertakan
dengan mengosok-gosoknya.
Mereka mengqiyaskan perbuatan bersuci dari hadas kecil dengan
najis yang susah dibersihkan kecuali dengan menggosoknya. Mereka
juga mengqiyaskan dengan mandi junub yang disebutkan dalam
alQur’an (al-Maidah: 6).
Perbuatan menggosok anggota pada waktu berwudu dilakukan
dengan menggunakan telapak tangan. Menggosok anggota ketika
wudu adalah dengan cara menyapu satu anggota ke anggota yang
lain dengan cara yang sederhana.
4. Menurut Mazhab Hambali
Fardhu wudhu 6
1. Membasuh wajah termasuk madhamadhah dan istinsyaq,
2. Membasuh kedua tangan dan juga kedua siku,
3. Mengusap seluruh kepala termasuk kedua telinga,
4. Membasuh kedua kaki dan juga kedua mata kaki,
5. Tertib, dan
6. Muwalah.
6
padahal pada sebagian riwayat dari Utsman tentang tata cara wudhu Nabi
SAW diungkapkan:
*Sesungguhnya beliau SAW rnengusap kepalanya sebanyak tiga kali”
7
menggerakkannya kembali ke tempat semula. Setelah itu beliau
membasuh kedua kaki beliau."
Imam Syafi'i berkata, "Saya tidak menyatakan mustahab jika
seseorang yang berwudhu mewudhukan anggota tubuhnya lebih dari tiga
kali. Tapi kalau dia melebihkan itu, saya tidak menyatakan bahwa itu
makruh, insya Allah ta'ala. Jika seseorang mewudhukan wajahnya dan
kedua tangannya, kemudian dia berhadats, maka dia harus mengulangi
wudhunya dari awal."
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Imam Syafi’i memperkuat wajibnya menerima tambahan ini dengan
keumuman riwayat yang menjelaskan bahwa beliau SAW berwudhu satu
kali-satu kali, dua kali-dua kali, atau tiga kali-tiga kali, karena yang
dipahami dari ungkapan ini -walaupun dari lafazh sahabat- adalah
memahaminya untuk segenap anggota wudhu, hanya saja riwayat
tambahan tersebut tidak terdapat dalam Ash-Shahihain, karenanya jika
riwayat tersebut shahih maka wajib diambil, dengan alasan bahwa
sesuatu yang tidak dijelaskan maka bukanlah hujjah bagi yang
rnenyebutkannya.
Sebab terjadinya perselisihan bilangan saat mencuci anggota whudu
Perbedaan mereka dalam menerima tambahan yang ada pada satu
hadits, jika diriwayatkan dari satu jalur periwayatan maka kebanyakan
ulama tidak akan memandangnya, karena kebanyakan hadis yang
menjelaskan bahwa Rasulullah SAW berwudhu tiga kali-tiga kali datang
dari hadits Utsman juga yang lainnya, dan dalam kebanyakan riwayat
tersebut dinukil keterangan bahwa beliau hanya mengusap satu kali,
padahal pada sebagian riwayat dari Utsman tentang tata cara wudhu Nabi
SAW diungkapkan: *Sesungguhnya beliau SAW rnengusap kepalanya
sebanyak tiga kali” Pendapat siapakah yang paling kuat menurut
pemakalah dan intisari Menurut saya pendapat yang paling kuat adalah
imam syafi’I karena Imam Syafi'i berkata, "Ini bukanlah ikhtilaf, melainkan
karena Rasulullah Saw, jika berwudhu terkadang tiga kali dan terkadang
satu kali.
9
B. Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan karya
ilmiah (Makalah) ini, baik itu dari kesalahan tanda baca, bahasa dan
sebagainya. Maka, atas dasar kekurangan itu diharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun. Agar ada perubahan yang lebih baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ajib, M. (2019). fiqih wudhu versi madzhab syafi'i. jakarta selatan: Rumah
fiqih publishing.
Az-Zuhaili, W. (n.d.). Fiqih islam wa adillatuhu.
Majd, A. A. (n.d.). Bidayatul Mujtahid.
Mughniyah, M. J. (n.d.). Fiqih empat madzhab. penerbit lentera.
11