Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS MUFRADATUL QUR’AN

(MUSYTARAK/POLISEMI)
Dosen Pengampu : Za'imatil Ashfiya, S.Pd.I., M.Pd.I.

OLEH:
KELOMPOK 10
ZAINUR ROZIKIN 204104010061
MUHAMMAD NUR WAHYUDI 205104010004
ABDUL RADI 204104010065

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
JUNI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan
nikmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “ANALISIS MUFRADATUL QUR’AN (MUSYTARAK/POLISEMI)”
dengan tanpa halangan dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Linguistik Al-Qur’an, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Za'imatil
Ashfiya, S.Pd.I., M.Pd.I. selaku dosen Pengampu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jember, 6 Juni 2022

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... II


DAFTAR ISI..................................................................................................................... III
BAB I ................................................................................................................................. IV
PENDAHULUAN ............................................................................................................ IV
A. Latar Belakang ..................................................................................................... IV
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... IV
C. Tujuan ................................................................................................................... IV
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
A. Pengertian Musytarak/Polisemi............................................................................ 5
B. Sebab-sebab Terjadinya Kata-kata Bermakna Polisemi .................................. 6
C. Analisis Mufradatul Qur’an Musytarak/Polisemi ............................................. 8
BAB III............................................................................................................................. 12
PENUTUP ........................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. melalui perantara malaikat Jibril dan siapapun yang
membacanya akan bernilai ibadah, maka sudah menjadi kewajiban bagi seorang
muslim untuk selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan
menggunakan bahasa Arab dan untuk memahaminya diperlukan kajian ilmu
yang kompleks. Maka dari itu wajib bagi seorang muslim yang ingin
mempelajari Al-Qur’an untuk belajar bahasa Arab.
Salah satunya adalah ilmu dilalah atau semantik yang tercakup di
dalamnya teori polisemi atau musytarak yaitu suatu teori yang mengkaji tentang
satuan ujaran yang memiliki makna lebih dari satu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Polisemi/Musytarak?
2. Apa Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Polisemi/Musytarak?
3. Bagaimana Analisis Mufradatul Qur’an Polisemi/Musytarak?
C. Tujuan
1. Untuk Memahami Arti Polisemi/Musytarak.
2. Untuk Memahami Faktor-faktor Terjadinya Polisemi/Musytarak.
3. Untuk Menganalisis Mufradat Al-Qur’an Tentang Polisemi/Musytarak.

IV
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Musytarak/Polisemi
Secara etimologi kata polisemi dalam Bahasa Indonesia diadopsi dari kata
polysemy dalam Bahasa Inggris, sementara Polysemy diadopsi dari Bahasa Yunani:
“Poly” artinya banyak atau bermacam-macam, dan “Semy” berarti arti.1
Secara terminologi, polisemi menurut Palmer (1976: 65) di dalam Pateda,
adalah: It is olso the case that same word may have a set of diffe rent meanings.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, polisemi adalah: “Bentuk
bahasa (kata, frase dsb.) yang mempunyai makna lebih dari satu”. Senada dengan
itu, oleh Harimurti Kridalaksana mengatakan, Polisemi ialah “Pemakaian bentuk
bahasa seperti kata, frase dsb. dengan makna yang berbeda-beda, misal kata
“Sumber”, bermakna: 1). Sumur, 2). Asal, 3). Tempat suatu yang banyak. Demikian
juga kata “Kambing Hitam”, bisa berarti: 1). Kambing yang hitam, atau 2). Orang
yang dipersalahkan.2
Dengan demikian, karakteristik polisemi adalah “Makna yang lebih dari
satu oleh satu kata”. Misalnya kata “Orang tua” bisa berarti 1). Ayah dan Ibu, dan
2). Orang yang sudah lanjut usia (manula). Demikian juga kata “mata yang dipakai
dalam kata-kata: mata untuk melihat, mata air, mata angaran, mata angin, mata
kucing, mata acara, dll. memiliki hubungan arti yang satu yaitu sesuatu yang
menjadi pusat, inti atau yang mempunyai mata”.3
Dalam kajian linguistik Arab, polisemi sama dengan ‫( إشتراك اللفظى‬isytirâk
al-lafzi). Karena menurut Wâfi, yang dimaksud dengan ‫ إشتراك اللفظى‬adalah: “Satu
kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai sebagai

1
Abdul Karîm Mujâhid, Al-Dilâlah al-Lughawiyah ‘Inda al-‘Arab, (T.Tp: Dâr al-Dhiyâ’
Li An-Nasr wa Al-Tauzî’, T.Th.), 173.
2
Sahkholid Nasution, Pengantar Linguistik Bahasa Arab, (Sidoarjo: CV. LISAN ARABI,
2017), 164.
3
Nasution,164.

5
makna yang denotatif (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).”4 Kata “‫”الخال‬
misalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan, dan onta yang gemuk.5
Ya’qub, mendefinisikan musytarak yaitu: “Setiap kata yang mengandung lebih dari
dua makna, antara yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan.”6
B. Sebab-sebab Terjadinya Kata-kata Bermakna Polisemi
Menurut Simpson (1979: 179) dan Zgusta (1971: 61) dalam Pateda, di
antara penyebab terjadinya kata-kata yang bermakna polisemi adalah:
1. Kecepatan melafalkan leksem, misalnya; (ban tuan) dan (bantuan). Apakah
ban kepunyaan tuan, atau bantuan?.
2. Faktor Gramatikal, misalnya kata (orangtua). Kata ini bisa bermakna
ayah/ibu, atau orang yang sudah tua.
3. Faktor leksikal, yang dapat bersumber dari (1). Sebuah kata yang mengalami
perubahan pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan munculnya makna
baru. Misalnya kata makan yang biasa dihubungkan dengan kegiatan
manusia atau binatang memasukkan sesuatu ke dalam perut, tetapi kini kata
makan dapat digunakan pada benda tak bernyawa sehingga muncullah urutan
kata makan sogok, rem tidak makan, makan angin, makan riba, dimakan api,
pagar makan tanaman. (2). Digunakan pada lingkungan/konteks yang
berbeda, misalnya kata operasi, bagi seorang dokter dihubungkan dengan
pekerjaan membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan nyawa; bagi
militer dikaitkan dengan kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau
memberantas kejahatan; dan bagi Departemen Tenaga Kerja dihubungkan
dengan salah satu kegiatan yang akan atau sedang dilaksanakan. Seperti
dalam kalimat: “Departemen Tenaga Kerja sedang melakukan operasi purna
bhakti agar setiap perusahaan mematuhi peraturan ketenagakerjaan.

4
Âli Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lughah, (Kairo: Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah,1962),
183.
5
Wâfi, Fiqhu al-Lughah, 183.
6
Imil Badi’ Ya’qûb, Fiqh al-Lughah wa Khashâishuhâ, (Beirut: Dâr al-Tsaqâfah al-
Islâmiyah, T.Th.), 178.

6
4. Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya leksem (item), kini digunakan
leksem (butir) atau (usur).
5. Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata. Maksudnya
dengan satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai ide atau
perasaan yang terkandung di dalam hatinya. Seperti kata (mesin) yang
biasanya dihubungkan dengan (mesin jahit). Manusia kemudian
membutuhkan kata yang mengacu kepada mesin yang menjalankan pesawat
terbang, mobil, motor, maka muncullah urutan kata (mesin pesawat) dan
(mesin mobil).
6. Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik
perubahan bentuk maupun perubahan makna. Tentu saja hal ini berhubungan
faktor poin ke-5 di atas.7
Faktor lain yang menyebabkan banyaknya polisemi dalam bahasa Arab
antara lain:
1. Lebih diakibatkan oleh adanya macam-macam dialek dalam Bahasa Arab
tersebut. Sementara banyaknya dialek lebih diakibatkan oleh banyaknya
kabilah, dan setiap kabilah memiliki dialek masing-masing. Macam-macam
dialek ini dikodifikasikan dalam beberapa mu’jam, sehingga tersusunlah
macam-macam kata dengan berbagai makna yang terkandung di dalamnya,
bahkan satu kata dapat dipastikan mengandung lebih dari satu arti. Disinilah
letak polisemi dalam bahasa Arab.
2. Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam Bahasa Arab, baik itu terjadi
karena naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-Harfi
(pergantian huruf). Melalui proses ini banyak kata-kata yang menyatu
dengan arti kata lain yang berbeda artinya. Sebagai contoh: kata “‫ ”النغمة‬jama’
dari kata “‫ ”النغم‬berubah bunyi dengan mengganti huruf “‫ ”غ‬dengan huruh “‫”ء‬
karena kedekatan makhraj sehingga dibaca “‫( ”النأمة‬bunyi atau suara) yang
dimaksudkan juga sama dengan “‫( ”النغمة‬irama). Contoh lain adalah kata

7
Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Cet, I, 214.

7
“‫( ”الجذوة‬bara api) yang diartikan dengan “ ‫( ”الجثوة‬tumpukan batu, tumpukan
debu), dengan mengganti “ ‫ ”ذ‬dengan “ ‫ ”ث‬oleh karena kedekatan makhraj.
3. Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis,
karena adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut
menjadi kata hakiki. Seperti kata ‫ عين‬yang artinya "mata" diartikan dengan
‫( الجارية‬pelayan, gadis), ‫ عين‬diartikan dengan ‫" األفضل األشياء وأحسنها‬sesuatu
yang paling utama dan yang paling baik." Juga ‫ عين‬diartikan dengan "mata
uang emas atau perak."
4. Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada dua kata yang sama
bentuknya. Dari bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena
perbedaan bentuk masdar-nya. Contoh kata ‫ وجد الشيئ وجودا أو وجدانا‬karena
masdar-nya ‫ وجودا أو وجدانا‬, maka diartikan “menemukan.” Sementara “ ‫” وجد‬
yang masdar-nya ‫ موجودة‬maka diartikan dengan “marah”. Sedangkan fiil
yang sama yang mashdar-nya “ ‫ ” وجودا‬diartikan dengan “‫”تنافى فى حبه‬
diartikan dengan “kehilangan/putus cinta”.8
C. Analisis Mufradatul Qur’an Musytarak/Polisemi
1. Musytarak yang mempunyai arti beberapa makna seperti lafadz ‫األمة‬
mempunyai beberapa makna di antaranya:
ْ ََ ْ َ َ َُّ ْ ُ َ َّ َ ْ ُ ْ َّ َُّ ٰٓ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ ْ ََّ ْ َ َ
ْ‫يحب ُس ٗهۗ الا َي ْو َم َيأت ْيهم‬
ِ ِ ِ ‫﴿ولىِٕن اخرنا عنهم العذاب ِالى ام ٍة معدود ٍة ليقولن ما‬ -

َ ُْ ْ َ َْ ْ ُ َ َّ ْ َ َ َ ْ ُ ْ َ ًْ ُ ْ َ َ َْ
)8 :11/‫﴾ (هود‬٨ ࣖ ‫ليس مصروفا عنهم وحاق ِب ِهم ما كانوا ِب ٖه يسته ِزءون‬

“Sungguh, jika Kami tangguhkan azab dari mereka sampai waktu tertentu, niscaya
mereka akan berkata, “Apakah yang menghalanginya?” Ketahuilah, ketika datang
kepada mereka, azab itu tidaklah dapat dipalingkan dari mereka. Mereka dikepung oleh
(azab) yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya.” (Hud/11:8)9

Dalam lafadz )‫ (أمة‬diartikan (‫ )األمد‬menyediakan dan (‫ )والحين‬ketika.

8
Imil Badi’ Ya’qûb, Fiqh al-Lughah, 180-181.
9
Kemenag RI, Qur’an Kemenag In Microsoft Word, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Qur’an, 2019).

8
َ ْ ْ ُ َ ً َ ‫َ َ َُّ ً َ ً ّ ه‬ ْ َّ
:16/‫ ﴾ ( النحل‬١٢٠َۙ‫لِّل ح ِن ْيفاۗ َول ْم َيك ِم َن ال ُمش ِر ِك ْين‬
ِ ِ ‫﴿ ِان ِاب ٰر ِه ْي َم كان امة قا ِنتا‬ -

)120

“Sesungguhnya Ibrahim adalah imam (sosok anutan) yang patuh kepada Allah, hanif
(lurus), dan bukan termasuk orang-orang musyrik.”10 (An-Nahl/16:120)
Dalam lafadz (‫ )أمة‬diartikan (‫ )اإلمام الذي يُقتدى به‬seorang imam yang
diikuti.

َ ُ َ ٰ ٰ ٰٓ َ َّ ُ ٰٓ َ َ ٰ َ ْ َ َّ ُ َ ْ
﴾ ٢٢ ‫﴿ َبل قال ْوْٓا ِانا َوجدنآْ ا َبا َۤءنا على اَّم ٍة َّواِ نا على اث ِر ِه ْم ُّم ْهتد ْون‬ -

)22 :43/‫( الزخرف‬

Bahkan, mereka berkata, “Sesungguhnya kami telah mendapati nenek moyang kami
menganut suatu agama dan kami hanya mengikuti jejak mereka.”11 (Az-Zukhruf/43:22)
Dalam lafadz (‫ )أمة‬diartikan (‫ )الدين‬agama dan (‫ )الملة‬kepercayaan.

ُ َ َ َ ُ َ َّ َ ّ ً َُّ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ
‫اس ي ْسق ْون ە َو َوجد ِم ْن د ْو ِن ِه ُم‬
ِ ‫الن‬ ‫﴿ ولما ورد ماۤء مدين وجد علي ِه امة ِمن‬ -

ٌ َ َ َ َ ّ َ ْ ُ ‫ْ َ ََ ْ َ ُ ْ ٰ َ َ َ َ ْ ُ ُ َ َ ََ َ َْ ْ َ ه‬
‫الرعا ُۤء َوا ُب ْونا ش ْيخ‬
ِ ‫امراتي ِن تذود ِنِۚ قال ما خطبكماۗقالتا لا نس ِقي حتى يص ِدر‬
َ
)23 :28/‫ ﴾ ( القصص‬٢٣ ‫ك ِب ْي ٌر‬

Ketika sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan orang
yang sedang memberi minum (ternaknya) dan dia menjumpai di belakang mereka ada
dua orang perempuan sedang menghalau (ternaknya dari sumber air). Dia (Musa)
berkata, “Apa maksudmu (berbuat begitu)?” Kedua (perempuan) itu menjawab, “Kami
tidak dapat memberi minum (ternak kami) sebelum para penggembala itu memulangkan
(ternaknya), sedangkan ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut usia.” 12 (Al-
Qasas/28:23)

10
Kemenag RI
11
Kemenag RI
12
Kemenag RI

9
Dalam lafadz (‫ )أمة‬diartikan (‫ )الجماعة من الناس‬sekumpulan orang.
َ ُ ْ ّ َ ْ َ ُ ٌ ُ ٰٓ َ
)159 :7/‫ ﴾ ( الاعراف‬١٥٩ ‫﴿ َو ِم ْن ق ْو ِم ُم ْوسى اَّمةَّي ْهد ْون ِبالح ِق َو ِب ٖه َيع ِدل ْون‬ -
Di antara kaum Musa terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia)
dengan (dasar) kebenaran dan dengan itu (pula) mereka berlaku adil.13 (Al-A'raf/7:159)
Dalam lafadz (‫ )أمة‬diartikan (‫ )الفرقة‬sekelompok (‫ )الطائفة‬sekte-sekte. Dan
itulah salah satu lafadz Musytarak dalam al-Qur’an yaitu lafadz ‫ أمة‬yang
mempunyai beberapa makna.

2. Musytarak yang mempunyai arti berlawanan. Contohnya seperti lafadz (‫)عسعس‬


mempunyai beberapa makna di antaranya:

َ َ َ َّ
)17 :81/‫ ﴾ ( التكوير‬١٧ َۙ‫﴿ َوال ْي ِل ِاذا ع ْسع َس‬ -

demi malam apabila telah larut,14(At-Takwir/81:17)


Dalam lafadz (‫ )عسعس‬diartikan (‫ )أقبل‬mendekati (‫ )أدبر‬mengatur

ََّ َ َ ُّ
)18 :81/‫ ﴾ ( التكوير‬١٨ َۙ‫﴿ َوالص ْب ِح ِاذا تنف َس‬ -

demi subuh apabila (fajar) telah menyingsing,15 (At-Takwir/81:18)


Sumpah tersebut bisa bermakna sumpah demi malam yang berlalu dan
sumpah demi siang yang akan datang.
3. Musytarak yang mempunyai dua makna. Contoh di antaranya:
َْ ْ ُ ْ َ َ َ َ ‫َ َّ ْ َ َ َ ُ ْ ْ َ َ َ ْ ََّ ُ ْ ُ ُ َ َ َ َّ ه‬
﴾ ٦٩ ࣖ ‫﴿ وال ِذين جاهدوا ِفينا لنه ِدينهم سبلناۗ واِ ن الِّل لمع المح ِس ِنين‬ -

)69 :29/‫( العنكبوت‬

13
Kemenag RI
14
Kemenag RI
15
Kemenag RI

10
Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-
benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan16. (Al-'Ankabut/29:69)
Dalam lafadz (‫ )الجهاد‬bisa bermakna orang-orang yang berjihad dalam
menegakkan syariat Islam, atau bisa juga bermakna orang-orang yang
berperang dalam Islam.
ّّ َ ْ َ ٌ َْ ُ ُ ََّ َ
)51-50 :74/‫ ﴾ ( المدثر‬٥١ ۗ‫ فَّرت ِم ْن ق ْس َو َر ٍة‬٥٠ َۙ‫﴿ كانه ْم ح ُم ٌر ُّم ْستن ِف َرة‬
seakan-akan mereka keledai liar yang terkejut, lari dari singa.17 (Al-Muddassir/74:50-51)
Dalam lafadz (‫ )قَس َْو َرة‬bisa berarti (‫ )الرامي‬pemanah dan bisa bermakna
(‫ )األسد‬singa.
4. Musytarak yang mempunyai arti sebenarnya dan kiasan contohnya:
ُّ َ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َّ َ َ
ُ‫الن ُج ْوم‬ ْ َْ ْ َ َ ٰ ٰ َّ ْ َ ٗ ُ ُ ْ َ َ ‫َ َ ْ َ َ ََّ ه‬
‫﴿ الم تر ان الِّل يسجد له من ِفى السمو ِت ومن ِفى الار ِض والشمس والقمر و‬

ُّ ْ َ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ َّ َ ٌ ْ َ َ َّ َ ّ ٌ ْ َ َ ُّ َ َّ َ ُ َ َّ َ ُ َ ْ َ
‫اسۗ وك ِثير حق علي ِه العذابۗ ومن ي ِه ِن‬ ِ ‫الجبال والشجر والدواۤب وك ِثير ِمن الن‬ ِ ‫و‬

َ َ َ ُ َ ْ َ َ ‫َّ ه‬ ْ ُّ ْ ٗ َ َ َ ‫ه‬
)18 :22/‫ ﴾ ( الحج‬١٨ ۗ ُ ُ
۩ ‫الِّل فما له ِمن مك ِر ٍمۗ ِان الِّل يفعل ما يشاۤء‬

Tidakkah engkau mengetahui bahwa bersujud kepada Allah siapa yang ada di langit dan siapa
yang ada di bumi, juga matahari, bulan, bintang, gunung, pohon, hewan melata, dan
kebanyakan manusia? Akan tetapi, banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Siapa
yang dihinakan Allah tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sesungguhnya Allah
melakukan apa yang Dia kehendaki. (Al-Hajj/22:18)18
Dalam lafadz (‫ )يسجد‬jika dilihat dari makna hakikat yaitu menempatkan
kening di atas bumi, sedangkan makna majazinya yaitu mengagungkan.19

16
Kemenag RI
17
Kemenag RI
18
Kemenag RI
Saida Gani dan Berti Arsyad, “FENOMENA AL-ISYTIRĀK AL-LAFZĪ DALAM AL-
19

QUR’AN,” ‘A Jamiy Jurnal Bahasa dan Sastra Arab 06, No.1 (Juni 2017): 12-14.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Polisemi adalah leksem yang mengandung makna ganda. Karena makna ganda
seperti itulah maka pendengar atau pembaca ragu-ragu menafsirkan makna
leksem atau kalimat yang didengar atau yang dibacanya. Sebagai contoh kata
‘paku’. Kata ini bisa bermakna paku yang digunakan memaku pagar, peti. Atau
juga bisa bermakna ‘sayur paku’. Untuk menghindarkan kesalahpahaman, tentu
kita harus melihat konteks kalimat, atau bertanya pada pembicara apakah yang
ia maksudkan dengan kata yang bermakna polisemi tersebut.
2. Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya polisemi/musytarak, antara lain:
(a) Kecepatan melafalkan leksem, (b) Faktor Gramatikal, (c) Faktor leksikal, (d)
Faktor pengaruh bahasa asing, (e) Faktor pemakai bahasa yang ingin
menghemat penggunaan kata, (f) Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka
untuk menerima perubahan, baik perubahan bentuk maupun perubahan makna.
3. Di dalam al-Qur’an musytarak terbagi menjadi 4 antara lain: (a) Musytarak
yang mempunyai arti beberapa makna seperti lafadz ‫األمة‬mempunyai beberapa
makna, (b) Musytarak yang mempunyai arti berlawanan. (c) Musytarak yang
mempunyai dua makna, (d) Musytarak yang mempunyai arti sebenarnya dan
kiasan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Gani, Saida dan Berti Arsyad. “FENOMENA AL-ISYTIRĀK AL-LAFZĪ DALAM


AL-QUR’AN.” ‘A Jamiy Jurnal Bahasa dan Sastra Arab 06, No.1 (Juni
2017).
Mujâhid, Abdul Karîm. Al-Dilâlah al-Lughawiyah ‘Inda al-‘Arab. T.Tp: Dâr al-
Dhiyâ’ Li An-Nasr wa Al-Tauzî’, T.Th..
Nasution, Sahkholid. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Sidoarjo: CV. LISAN
ARABI, 2017.
Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 2001, Cet, I.
RI, Kemenag. Qur’an Kemenag In Microsoft Word. Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2019.
Wâfi, Âli Abd. al-Wâhid. Fiqhu al-Lughah. Kairo: Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah,
1962.
Ya’qûb, Imil Badi’. Fiqh al-Lughah wa Khashâishuhâ. Beirut: Dâr al-Tsaqâfah al-
Islâmiyah, T.Th.

13

Anda mungkin juga menyukai