DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT,karena tanpa rahmat dan ridhonya, kita tid
ak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bpk Drs. Suratman, M.Ag. sebagai dosen
pengampuh Mata Kuliah Fikih yang membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah i
ni kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membant
u dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini dalam makalah ini kami
menjelaskan tentang “ INFAQ, SODAQOH, DAN JARIYAH JENIS-JENIS INFAQ,
SODAQOH, DAN JARIYAH ”
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Ma
ka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya m
akalah yang sempurna.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman judul..........................................................................................................i
Kata pengantar........................................................................................................................ii
Daftar isi.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
Latar Belakang.......................................................................................................................1
Rumusan masalah...................................................................................................................2
Tujuan penulisan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
Pengertian infaq......................................................................................................................3
Dasar hukum infaq.................................................................................................................3
Jenis - jenis infaq....................................................................................................................4
Pengertian shodaqoh..............................................................................................................7
Dasar hukum shodaqoh..........................................................................................................9
Jenis - jenis shodaqoh.............................................................................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................................10
Kesimpulan.............................................................................................................................10
Saran.......................................................................................................................................10
Daftar pustaka........................................................................................................................11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harta yang kita miliki adalah milik Allah SWT. Kelak kita akan ditanya dari
mana dan untuk apa harta tersebut. Banyak manusia lupa daratan dengan harta.
Mereka membelanjakannya untuk perkara yang sia-sia, bahkan merusak dirinya
dan agama serta merusak umat. Maka bagaimana kita harus membelanjakan harta
agar harta itu bermanfaat untuk kita di dunia dan di akhirat?
Kita harus menafkahkan harta kita menuju jalan Allah karena kita di dunia
tidak mampu menghabiskan semua harta yang kita miliki. Berapakah ukuran
rumah untuk kebutuhan istirahat kita? Berapa liter atau kilogram beras yang kita
butuhkan? Berapa helai baju yang kita butuhkan? Bahkan kalau kita tinjau
penyakit manusia di dunia, penyebabnya ialah urusan dunia, karena makanan
juga. Bukankah penyakit gula, darah tinggi, asam urat, kolesterol penyebabnya
karena kelebihan makanan? Ketika kita di dunia tidak mampu menghabiskan harta
yang kita miliki, apakah ketika kita meninggal dunia, kita mampu membawanya
ke alam barzakh?
Ibnu Katsir berkata, “Allah SWT memisalkan penggandaan pahala bagi orang
yang berinfaq menuju jalan Allah SWT dan ikhlas mencari ridha-Nya, bahwa satu
kebaikan digandakan minimalnya sepuluh kali, hingga tujuh ratus kali. Infaq itu
digunakan untuk ketaatan kepada Allah, untuk jihad melawan orang kafir, untuk
membeli kuda dan senjata, dan lainnya. Penggandaan ini mendorong jiwa orang
agar senang berinfaq karena imbalannya tujuh ratus kali. Maka berarti amal shalih
seorang hamba dikembangkan oleh Allah SWT seperti halnya penanam benih di
tanah yang subur akan memetik buah yang banyak.” (Tafsir Ibn Katsir 1/691).
Oleh karena itu dalam makalah ini akan kita bahas lebih mendalam apa pengertian
dari infaq, shodaqoh, dan jariyah.
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INFAQ
Secara bahasa kata infaq di dalam bahasa Indonesia berarti
pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya untuk kebaikan.1 Kata infaq
tersebut berasal dari bahasa arab ( ) إنفاق. Akar kata dan tasrif-nya adalahأو
قJ إنف,قJ ينف,قJ نف,اJا نفاقJنفق, yang berarti sesuatu yang habis2. Dalam al-Munjid,
dikatakan bahwa نفق, نفاقboleh juga berarti dua lubang atau berpura-pura
dan di dalam agama ia dikenal dengan istilah munafiq3. Dihuraikan, bahwa
infaq ini digunakan untuk harta maupun barang kepemilikian lain,
terkadang dalam bentuk perintah wajib ataupun anjuran4.
Menurut Ibn Faris Ibn Zakariyah, kata infaq secara bahasa
mempunyai dua makna pokok, yakni yang pertama adalah terputusnya
sesuatu atau hilangnya sesuatu, dan yang kedua adalah tersembunyinya
sesuatu atau samarnya sesuatu5. Dengan demikian maka makna yang
releven dengan pengertian di sini adalah makna yang pertama. Karena
pada penelitian dalam skripsi ini ialah membahas tentang amaliah infaq,
yaitu mendermakan atau memberi kepada sesama. Adapun alasan penulis
untuk permaknaan pertama adalah, seseorang yang menafkahkan hartanya
secara lahiriyah akan hilang di sisinya, dan tidak ada lagi hubungan antara
harta dengan pemiliknya.
Dari penjelasan di atas, maka dapat penulis jelaskan bahwa infaq
menurut pengertian bahasa adalah pemberian harta benda kepada orang
lain yang akan habis atau hilang dan terputus dari kepemilikan seseorang
1
W.J.S. Poerwadarminta, “Kamus Besar Bahasa Indinesia”, Jakarta : Balai Pustaka, (1989), 330.
2
Mahmud Yunus, “Kamus Arab Indonesia”, Jakarta : Hidakarya Agung, (1992), 463.
3
Louis Ma‟luf, “al-Munjid fi al-Lughah”, Beirut : Dar al-Masyriq, (1977), 828.
4
Ar-Ragib al-Asfahaniy, “Al-Mufradat Fi Garibil Quran”, Beirut : Dar al-Ma‟rifah, (2005), 504.
5
Ibn Faris Bin Zakariyah, “Mu’jam Maqayis al-Lughah”, Mesir : Mustafa al-Baby al-Halabiy Wa
Awladuh, (1972), vol 5, 454.
3
bagi yang memberi. Dengan ungkapan lain, sesuatu yang beralih ke tangan
'orang lain atau akan menjadi milik orang lain.
Secara terminologi infaq memiliki beberapa batasan, sebagai
berikut :
4
nafkahi istri dan keluarga menurut kemampuannya (QS ath-Thalaq: 7). Da
lam membelanjakan harta itu hendaklah yang dibelanjakan adalah harta ya
ng baik, bukan yang buruk, khususnya dalam menunaikan infaq (QS al-Ba
qarah [2]: 267)10.
Kemudian Allah menjelaskan bagaimana tatacara membelanjakan
harta. Allah Swt. berfirman tentang karakter ’Ibâdurrahmân: yang artinya
“Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak isrâf dan
tidak (pula) iqtâr (kikir); adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian.”(QS al-Furqan [25]: 67). Selain itu Allah Swt. juga berfir
man:Berikanlah kepada keluarga-keluarga dekat haknya, juga kepada oran
g miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kalian mengham
bur-hamburkan (hartamu) secara boros. (QS al-Isra’ [17]: 26).11
Ibn Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibn al-Juraij dan kebanyakan mufass
ir menafsirkan isrâf (foya-foya) sebagi tindakan membelanjakan harta di d
alam kemaksiatan meski hanya sedikit. Isrâf itu disamakan dengan tabdzîr
(boros). Menurut Ibn Abbas, Ibn Mas'ud dan jumhur mafassirin, tabdzîr ad
alah menginfaqkan harta tidak pada tempatnya. Ibn al-Jauzi dalam Zâd al-
Masîr mengatakan, Mujahid berkata, "Andai seseorang menginfaqkan selu
ruh hartanya di dalam kebenaran, ia tidak berlaku tabdzîr. Sebaliknya, and
ai ia menginfaqkan satu mud saja di luar kebenaran, maka ia telah berlaku
tabdzîr."
10
Ibnu Katsir. Tafsir al Qur`an Al Azhim Juz II. (Darul Ma’rifah. Beirut. Cetakan III. 1989), 51.
11
Ibnu Katsir. Tafsir al Qur`an Al Azhim Juz II. (Darul Ma’rifah. Beirut. Cetakan III. 1989), 52..
5
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. “
6
a. Infaq Mubah yaitu mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti
berdagang, bercocok tanam.
b. Infaq Wajib yaitu mengeluarkan harta untuk perkara wajib seperti
membayar mahar (maskawin), menafkahi istri, menafkahi istri yang
ditalak dan masih dalam keadaan iddah.
c. Infaq Haram yaitu mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan
oleh Allah yaitu : Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam,
sebagaimana diatur dalam al Qur‘an Surat al Anfal ayat 36 :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta
itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan.
Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.”
d. Infaq Sunnah yaitu mengeluarkan harta dengan niat sadaqah.
D. DEFINISI SHODAQOH
Sedekah berasal dari kata bahasa Arab yaitu صدقةyang berarti suat
u pemberian yang diberikan oleh seorang kepada orang lain secara spontan
dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti su
atu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang men
gharap ridho Allah SWT dan pahala semata. Sedekah secara bahasa berasa
l dari huruf ق ص, د, serta dari unsur al-Sidq yang berarti benar atau jujur,
artinya sedekah adalah membenarkan sesuatu. Sedekah menunjukkan kebe
naran penghambaan seseorang kepada Allah SWT12.
Sedekah tidak terbatas pada hal bersifat materi saja akan tetapi juga
pada hal yang bersifat non materi seperti yang dijelaskan pada sabda Nabi
SAW “setiap ruas yang aktif dari kamu itu harus disedekahi. Maka setiap t
asbih itu nilainya sedekah, setiap tahmid sedekah, setiap tahlil itu Dari pen
gertian diatas, dapat diartikan bahwa sedekah merupakan ibadah yang sifat
nya lentur, artinya tidak dibatasi oleh waktu ataupun batasan sedekah, setia
p takbir itu sedekah dan amar makruf nahi munkar itu juga sedekah.”
12
Taufiq Ridha, Perbedaan Ziwaf (Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, tt), 01.
7
Para ulama dan ahli hukum Islam ketika membahas sasaran zakat,
atau yang dikenal dengan mustahiq al-zakah, atau ashnaf, atau mustahiq, s
elalu merujuk pada surah At-Taubah ayat 60. Dimana dalam ayat ini diseb
utkan delapan golongan yang menerima zakat, yaitu fakir, miskin, „amilin,
mu‟allaf, al-riqab, al-gharimin, sabilillah, dan ibnu sabil13.
Namun dalam hal shadaqah, cakupan penerima shadaqah lebih luas
Penerima shadaqah yang dianjurkan, yaitu: anak dan keluarga, kerabat ya
ng mahram dan bukan mahram, tetangga, delapan golongan, anak yatim, ja
nda, anak-anak berprestasi yang kekurangan biaya melanjutkan sekolah, d
an membangun fasilitas yang bermanfaat untuk umum, seperti sarana ibad
ah, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain selama tidak melanggar syariat14.
Dari segi hal yang dishadaqahkan, shadaqah yang diberikan tidak t
erbatas pada harta secara fisik, perkataan yang baik, tenaga, memberi maaf
kepada orang lain, memberi pertolongan kepada yang membutuhkan baik
materi atas sumbangsih ide atau pikiran, memberi solusi atas suatu masala
h, melainkan juga mencakup semua kebaikan15.
E. DASAR HUKUM SHODAQOH
a. Al-Qur'an
13
Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 47.
14
Reza Pahlevi Dalimunthe, 100 Kesalahan dalam Sedekah (Jakarta: PT Agro Media Pustaka, 201
0), 16.
15
Ibid, 13.
16
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu (Puasa, I’tikaf, Zakat, Haji dan Umrah) (Jakarta: Ge
ma Insani, 2010), III: 389.
8
Artinya “Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata:
“Hai al Aziz, Kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan Ka
mi datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakan
lah sukatan untuk Kami, dan bershadaqahlah kepada Kami, sesungguhnya
Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bershadaqah” 17. {Q.S. Yus
uf (12): 88}.
Artinya “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah teng
gang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedek
ahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui 18”. {Q.S. Al-Baqarah
(2): 280}.
b. As Sunnah
“Barang siapa yang bershadaqah seharga biji kurma dari us
aha yang baik – Allah juga tidak menerima amal selain yang baik –
maka Allah akan menerima shadaqah itu dengan tangan kananNya,
lalu menyerahkannya kepada pelakunya seperti salah seorang kalia
17
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005),
246..
18
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 47
9
n menyerahkan mas kawinnya hingga shadaqah itu seumpama gun
ung19” (H.R. Ahmad)
“Shadaqah itu memadamkan dosa sebagaimana air memada
mkan api20”. (H.R. Abu Ya'la)
F. JENIS-JENIS SHODAQOH
1. Sedekah Materi
Memberi uang, makanan, minuman, atau takjil berbuka
puasa kepada orang-orang yang berpuasa, merupakan contoh s
edekah materi. Maka dapat dipahami, sedekah materi adalah se
suatu yang memiliki wujud dan kita bagikan ke orang lain.Sed
ekah ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dari Zaid bi
n Khalid Al-Juhani, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabd
a:
2. Sedekah Non-Materi
Jika tidak mampu memberikan sedekah materi, Moms t
etap bisa bersedekah sesuai dengan anjuran dalam Al Qur'an d
an hadits. Sedekah non-materi sangatlah mudah, bisa berupa:
Tenaga
Pikiran
Nasihat
Sekadar senyum tulus kepada sesama
10
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah, perintahmu kepada b
erbuat baik dan mencegah kemungkaran adalah sedekah, petunjukmu
kepada seseorang yang tersesat adalah sedekah, menuntunmu kepada
orang yang kabur penglihatannya adalah sedekah, kamu menyingkirk
an batu, duri, dan tulang dari jalan (yang dapat membahayakan peng
guna jalan) adalah sedekah, dan engkau menuangkan air dari ember
mu ke ember saudaramu adalah sedekah,” (HR At-Tirmidzi).
2. Sedekah Jariyah
Jenis yang terakhir adalah sedekah jariyah. Keutamaan sedeka
h ini adalah, pahalnya terus mengalir meskipun orang yang bersedeka
h telah meninggal, karena barang yang disedekahkan masih dimanfaat
kan.
Membangun masjid
Membuat pesantren
Pengembangan ilmu
Membangun fasilitas umum
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infaq adalah pemberian harta benda kepada orang lain yang akan
habis atau hilang dan terputus dari kepemilikan seseorang bagi yang
11
memberi. Dengan ungkapan lain, sesuatu yang beralih ke tangan 'orang
lain atau akan menjadi milik orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Besar Bahasa Indinesia. 1989. Jakarta : Balai Pustaka.
12
Hafidhuddin, Didin. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq Dan Sedekah. 1998. Jakarta :
Gema Insani Press.
Zakariyah, Bin, Ibn Faris. Mu’jam Maqayis al-Lughah. 1972. vol 5. Mesir : Mustafa al-
Baby al-Halabiy Wa Awladuh.
IAIN Syarif Hidayatullah, Tim Penyusun Tim Penyusun. Ensiklopedia Islam Indonesia.
1992. Jakarta : Djambatan.
Ali, Daud, Mohammad. Sistem Ekonomi Islam; Zakat Dan Wakaf, 1988 Jakarta : UI-
Press
Al-Qur'anul kariim
Katsir, Ibnu. Tafsir al Qur`an Al Azhim Juz II. Cetakan III. 1989. Darul Ma’rifah. Beirut.
Ridha, Taufiq. Perbedaan Ziwaf . Jakarta: Tabung Wakaf Indonesia, 01.
Dalimunthe, Pahlevi, Reza. 2010. 100 Kesalahan dalam Sedekah . Jakarta: PT Agro Media
Pustaka.
Asnaini. 2008. Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelaj
ar.
Az-Zuhaili, Wahbah. 2010. Fiqih Islam wa Adillatuhu (Puasa, I’tikaf, Zakat, Haji dan Umr
ah). Jakarta: Gema Insani III
Qardhawi, Yusuf. 2013. Shadaqah Cara Islam Mengentaskan Kemiskinan, terj. Dadang S
obar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
13