Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Wakaf,
Infaq, Shodaqoh.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Ibu Lizza Diana Manzil,SHI.,MH selaku dosen mata kuliah Fiqih Ibadah yang telah
membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itudengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 5
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 17
B. Saran ......................................................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sedekah bersifat sukarela dan tidak terikat pada syarat-syarat tertentu dalam pengeluarannya
baik mengenai jumlah, waktu dan kadarnya. Sedekah memiliki makna yang luas dalam berbagi. Karena
itu, sedekah tidak terbatas pada pemberian yang bersifat material saja tetapi juga dapat berupa jasa
yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan senyum yang dilakukan dengan ikhlas untuk menyenangkan
orang lain termasuk kategori sedekah. Dzikir pun termasuk dalam sedekah. Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda, “Setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap tahmid
sedekah, setiap amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar sedekah dan menyalurkan syahwatnya
kepada istri sedekah.” (HR Muslim)
Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan
sesuatu. Menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan Islam. Hukum melaksanakan
infak adalah sunnah. Tidak ada batasan jumlah dalam berinfak, semampunya saja. Tidak ada ketentuan
nishab dan waktu juga dalam melakukan infak.
Wakaf berasal dari kata wa-qa-fa ( )وقفyang berarti menahan, berhenti, atau diam. Maksud dari
menahan adalah untuk tidak diperjualbelikan, dihadiahkan, atau diwariskan. Artinya, seseorang
menyerahkan harta miliknya untuk ditahan pokoknya (benda aslinya), namun terus dialirkan
manfaatnya dari waktu ke waktu. Wakaf merupakan wujud taqarrub (mendekatkan diri) seorang hamba
kepada Rabbnya. Karena melaksanakan wakaf hakikatnya adalah menyerahkan kepemilikan harta
manusia menjadi milik Allah untuk dimanfaatkan bagi kemashlahatan umat. Sedangkan definisi wakaf
menurut UU no. 41 tahun 2004 adalah suatu perbuatan hukum oleh pihak yang melakukan wakaf untuk
memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda atau aset miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu untuk keperluan ibadah atau kesejahteraan umum sesuai
ketentuan agama Islam.
Dari definisi tersebut, wakaf juga termasuk ke dalam amal jariyah yang Rasulullah anjurkan
untuk dimiliki oleh setiap umatnya. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Jika seseorang
meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (wakaf),
ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh.” (HR Muslim). Berbeda dengan ibadah harta yang
dapat langsung habis, wakaf diinvestasikan dalam bentuk aset riil dan sosial. Dengan pengelolaan yang
baik, hasil wakaf di aset riil bisa menyokong manfaat aset sosial yang juga dibangun dari wakaf.
Sehingga manfaatnya pun dapat dirasakan lebih lama dan panjang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Kata wakaf sendiri berasal dari kata kerja waqofa (fiil madi),
yaqifu (fiil mudori’), waqfan (isim masdar) yang berarti berhentiatau berdiri. Sedangkan wakaf
manurut syara’ adalah menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan
atau merusakkan bendanya (ainnya) dan digunakan untuk kebaikan.59 Secara terminologis
fiqih tampak diantara para ahli (fuqoha), baik Maliki, Hanafi, Syafi’i maupun Hambali berbeda
pendapat terhadap Batasan pendefinisian wakaf. Realitas dan kenyataan ini disebabkan karena
adanya perbedaan landasan dan pemahaman serta penginterpretasiannya terhadap ketentuan-
ketentuan yang ada dalam berbagai hadits yang menerangkan tentang wakaf.
Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, artinya membelanjakan atau membiayai,
arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah.
Dengan demikian Infaq hanya berkaitan dengaat atau hanya dalam bentuk materi saja, adapun
hukumnya ada yang wajib (termasuk zakat, nadzar),ada infaq sunnah, mubah bahkan ada yang
haram. Dalam hal ini infaq hanya berkaitan dengan materi. Menurut kamus bahasa Indonesia
Infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat Sedangkan menurut
terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaranIslam. Oleh karena
itu Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan
secara hukum. Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada
siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah pengeluaran suka rela yang
dilakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis
harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak
yang ia kehendakinya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan
kepada siapa saja artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut
islilah syari’at, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam
untuk kepentingan umum dan juga bisa diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua,
dan kerabat-kerabat terdekat lainnya.
Secara etimologi, kata shadaqah berasal dari bahasa arab ash- shadaqah. Pada awal
pertumbuhan Islam, shadaqah diartikan dengan pemberian yang disunahkan (shadaqah sunah).
Sedangkan secara terminologi shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya
karena mengharapkan pahala dari Allah SWT. Shadaqah adalah pemberian harta kepada
orangorang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima
shadaqah, tanpa disertai imbalan. Shadaqah atau yang dalam bahasa indonesia sering dituliskan
dengan sedekah memiliki makna yang lebih luas lagi dari zakat dan infaq. Sedekah merupakan
salah satu kewajiban yang dilakukan oleh seorang muslim yangtelah berlebihan hartanya.
Sedekah adalah hak Allah SWTberupa harta yang diberikan oleh seseorang yang kaya kepada
yang berhak menerimanya yaitu fakir dan miskin. Harta itu disebut dengan sedekah karena
didalamnya terkandung berkah penyucian jiwa, pengembangan dengan kebaikan-kebaikan, dan
harapan untuk mendapat.Hal itu disebabkan asal kata sedekah adalah al-Shadaqah yang berarti
tumbuh, suci, dan berkah.
c. Wakaf Musytarak
a. Infak Wajib
Hukum infak pertama yaitu wajib. Infak berhukum wajib ini dikeluarkan agar
seseorang yang melakukan tidak mendapat dosa. Contoh infak wajib adalah membayar mas
kawin. Bukan hanya mas kawin, contoh infak wajib lainnya adalah Kifarat atau kafarat.
Kafarat atau kifarat adalah denda yang harus dibayarkan oleh seorang musim atau
muslimah karena melanggar hukum Allah.
Besaran kifarat ini tergantung dari jenis kesalahan yang dilakukan. Penerima infak
wajib ini bisa siapa saja, termasuk keluarga yang membutuhkan
b. Infak Sunah
Jenis infak yang kedua adalah Sunnah. Infak sunnah ini dikerjakan untuk bertujuan
untuk berbagi kebaikan. Misalnya berinfak untuk keperluan anak yatim dan dhuafa, atau
bisa juga untuk menolong orang lain yang tertimpa masalah. Manfaat Infak Sunnah
sungguh sangat luar biasa. Kita dapat membantu meringankan beban orang lain pada setiap
rezeki yang Allah berikan di uang yang kita bagi kepada sesama.
c. Infak Mubah
Macam Infak selanjutnya adalah infak mubah. Jenis Infak ini sangat sering
dilakukan. Contohnya seperti memberikan harta untuk kegiatan bercocok tanam, atau bisa
juga untuk berbisnis. Infak mubah tentu tidak wajib dilakukan. Setiap orang yang
melakukannya tidak akan berdosa namun juga tidak akan mendapatkan pahala.
d. Infak Haram
Jenis Infak yang terakhur adalah infak haram. Infak haram adalah infak yang
dilarang oleh agama. Misal, berinfak yang tidak ikhlas karena Allah. Contoh lain adalah
berinfak untuk menghalangi syiar agama islam.
Seperti yang tertuang dalam QS. An-Anfal ayat 36,bahwa "Sesungguhnya orang-
orang yang kafir itu, menginfakkan harta mereka untuk menghalang-halangi (orang) dari
jalan Allah. Mereka akan (terus) menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal
sendiri, dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang
kafir itu akan dikumpulkan". Oleh karena itu, berinfak untuk sesuatu kejelekan sangat
dilarang oleh Allah, dan termasuk ke dalam kelompok infak haram.
a. Uang
b. Makanan
c. Barang
Selain bersedekah dengan materi, sedekah juga bisa dilakukan dalam bentuk
non materi. Seperti memberikan ilmu yang dimiliki, tenaga, bahkan hanya dengan
sebuah senyuman.
a. Ilmu
Memberikan ilmu yang kita miliki adalah salah satu bentuk sedekah. Bahkan ini
termasuk ke dalam sedekah jariyah. Artinya bahwa kamu akan selalu mendapatkan
pahala dari ilmu yang sudah kamu sampaikan pada orang lain. Bahkan ketika kamu
sudah meninggal, pahala dari ilmu itu tetap akan mengalir.
Selain itu, membagi ilmu yang dimiliki akan membuat kamu menjadi terus
mengingat ilmu tersebut. Maksudnya bukan mengingat bahwa kita sudah membagi ilmu
tersebut. Akan tetapi, kamu akan mengingat mengenai ilmunya. Jadi, selain kamu
membantu orang lain melalui ilmu tersebut, secara tidak langsung kamu juga sudah
membantu dirimu sendiri. Ilmu adalah sesuatu yang tidak akan habis oleh waktu. Tidak
hanya ilmu-ilmu penting mengenai suatu teori. Kamu bisa memberikan semua ilmu
yang kamu miliki. Ilmu adalah hal yang sangat bermanfaat dan memberikan banyak
pengaruh. Bersedekah dengan ilmu tidak akan membuat kamu merasa rugi. Justru kamu
akan menjadi bagian dari ilmu yang orang lain miliki. Jadi, jangan ragu untuk selalu
memberikan ilmu yang kamu miliki.
b. Tenaga
Jangan menganggap remeh suatu tenaga. Jika kamu mengeluarkan tenaga untuk
membantu orang lain, itu hal tersebut termasuk kegiatan sedekah. Contohnya seperti
tetangga yang sedang renovasi rumah. Kemudian kamu ikut membantunya. Maka
secara tidak langsung kamu sudah bersedekah. Selain membantu meringankan
pekerjaan tetangga, kamu juga sudah sedekah tenaga. Hal lain yang termasuk ke dalam
sedekah tenaga adalah menolong orang lain. Contohnya ketika seorang nenek yang
membutuhkan bantuan untuk membawa belanjaan atau ingin menyebrang. Ketika kamu
membantunya, maka kamu sudah bersedekah melalui tenagamu kepada nenek tersebut.
c. Senyum
Tidak perlu khawatir jika tidak memiliki materi atau sesuatu non materi untuk
bersedekah. Kamu tetap bisa melakukan sedekah. Caranya adalah dengan tersenyum.
Cara yang sangat mudah dan ringan untuk dilakukan.
Rasulullah SAW pernah mengatakan, bahwa ketika kita tersenyum, maka kita
memberikan sedekah kepada orang lain. Perkataan Rasulullah SAW tersebut berada
dalam HR Tirmidzi dan Abu Dzar. Ketika kamu tersenyum, kamu akan memancarkan
segala energi positif. Sehingga orang yang menerima senyum akan mendapatkan energi
positif yang kamu pancarkan pula. Tidak hanya melakukan sedekah, kamu juga dapat
memberikan kebahagian kepada seseorang melalui senyuman. Meskipun terbilang
sederhana dan mudah dilakukan, tetapi banyak manfaat dari tersenyum yang bisa
didapatkan. Jadi, tidak ada lagi ya alasan kamu untuk tidak bersedekah. Jangan khawatir
jika tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan, karena kamu tetap bisa sedekah jangan
melalui sebuah senyuman.
Meskipun memiliki beberapa perbedaan arti dan pelaksanaannya, keempaT ibadah tersebut
memiliki manfaat yang sama. Manfaat tersebut tentu saja akan diterima tidak hanya di dunia
melainkan juga di akhirat nantinya. Apa sajakah manfaat tersebut? Berikut ini adalah
informasinya:
Salah satu manfaat dari keempat ibadah tersebut adalah untuk memudahkan orang
lain yang memiliki kesulitan. Karena pada dasarnya, keempat ibadah tersebut dilakukan
untuk membantu mengurangi masalah atau kesulitan yang dimiliki oleh orang lain atau
lingkungan. Zakat memang wajib dilakukan bagi yang telah memenuhi syarat. Tetapi, zakat
yang telah diberikan nantinya juga akan digunakan untuk membantu orang yang kesulitan
secara ekonomi tidak seperti orang yang memenuhi syarat zakat.
Dalam hidup bermasyarakat tentu saja akan ada kesenjangan sosial yang secara
nyata terlihat. Tentu saja rezeki setiap orang telah diatur secara berbeda oleh Allah SWT.
Dengan melakukan salah satu dari keempat ibadah di atas, dapat mempererat kembali
kehidupan sosial di masyarakat antara yang memiliki ekonomi menengah ke atas dengan
menengah ke bawah. Apalagi jika kita merupakan seseorang yang mampu untuk
melaksanakan wakaf yang nantinya dapat membantu. Tidak hanya beberapa orang saja yang
dapat dibantu, tapi seluruh masyarakat yang membutuhkan. Tentu saja hal ini dapat
membangun rasa persaudaraan dalam masyarakat.
Salah satu manfaat dari keempat amalan ibadah tersebut adalah dapat menguatkan
tali persaudaraan. Banyak hal baik yang bisa didapat ketika sedang melakukan keempat
amalan ibadah tersebut. Baik menambah tali persaudaraan saat bersedekah maupun infaq
atau juga menambah keharmonisan dengan berzakat dan wakaf. Dalam prakteknya, ketika
melakukan keempat amalan ibadah tersebut kita akan saling bertemu, mengobrol, dan lain
sebagainya. Dengan begitu, jiwa sosial dan persaudaraan tersebut dapat terjalin dengan baik
karena diawali juga oleh hal yang baik.
Salah satu manfaat yang diinginkan oleh umat muslim dari keempat amalan ibadah
tersebut adalah masuk surga. Ada banyak cara untuk mendapatkan kesempatan masuk
surga, yaitu salah satunya dengan menjalankan salah satu keempat amalan ibadan tersebut.
Karena keempat amalan tersebut merupakan amalan yang baik dan Allah menjanjikan pintu
surga bagi siapapun umatnya yang berbuat kebajikan dan memanfaatkan segala
kesalahannya.
h. Penghapus Dosa
Manfaat lain dari melakukan keempat amalan tersebut adalah sebagai
penghapusnya dosa-dosa atas perbuatan buruk yang pernah dilakukan selama hidup di
dunia. Dengan melakukan keempat amalan tersebut secara ikhlas dan sukarela serta hanya
mengharapkan ridho dari Allah SWT, semoga saja dosa kita dapat diampuni. Ini juga
merupakan salah satu cara untuk melakukan taubat yang sesungguh-sungguhnya dengan
melakukan amalan baik sebanyak-banyaknya dengan ikhlas dan sukarela.
Meskipun memiliki perbedaan zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf secara arti, tetapi
manfaat dari keempat ibadah tersebut adalah untuk memberkahi dan menyucikan jiwa serta
harta yang dimiliki. Dengan melakukan keempat amalan ibadah tersebut, dapat merasakan
ketenangan jiwa dan menyadari bahwa harta yang dimiliki merupakan sebuah titipan.
j. Bekal di Akhirat
Tidak hanya di dunia, keempat amalan ibadah tersebut nantinya juga menjadi bekal
di akhirat sebagai penolong atas segala amal perbuatan yang kita lakukan di dunia. Dalam
beberapa hadis juga menyebutkan bahwa dengan melaksanakan salah satu dari keempat
amal ibadah tersebut, yaitu sedekah akan mendapatkan perlindungan dari panasnya terik
matahari di Padang Mahsyar.
Hadis riwayat tersebut dari Shahih Bukhari yang berbunyi, “Ada tujuh kelompok
yang nantinya akan dilindungi oleh Allah di hari yang tidak ada tempat lain untuk berteduh
kecuali dalam naungan-Nya. Salah satunya adalah seseorang yang bershodaqoh dengan
sembunyi-sembunyi.”
Salah satu manfaat yang diperoleh dari melakukan keempat ibadah tersebut adalah
melembutkan hati yang keras. Ini merupakan salah satu obat hati yang bisa dilakukan disaat
terkadang rasa sombong dan egois sedang menyelimuti hati. Ini merupakan anjuran yang
diberikan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya yang pernah bertanya bagaimana cara
meluluhkan hati yang keras. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Jika engkau ingin
meluluhkan hati engkau maka berikanlah makanan kepada orang yang miskin dan usaplah
dengan lembut anak yatim.”
l. Menumbuhkan Jiwa Sosial yang Tinggi
Ada banyak yang berkata bahwa melakukan perbuatan baik juga dapat kecanduan.
Dengan rutin melakukan salah satu amalan dari keempat ibadah tersebut, siapa tau kita
menjadi lebih semangat untuk terus melakukannya dimanapun dan kapanpun. Dengan rutin
melakukannya, secara berangsur jiwa sosial yang ada dalam diri kita akan tumbuh dengan
lebih baik. Dengan begitu, tidak hanya mendapatkan ketenangan jiwa melainkan juga jiwa
bersosialisasi antar sesama yang jauh lebih baik lagi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara terminologi, wakaf diartikan sebagai penahan hak milik atas materi benda (al-‘ain)
untuk tujuan menyedekahkan manfaat (al-manfa’ah) (al-Jurjani:328).
Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman baik dalam keadaan lapang maupun
dalam keadaan sempit (Qs. Ali Imran: 143).
Sedangkan sedekah jika ditinjau dari segi terminology syari’at, pengertian sedekah sama
dengan infak termasuk juga ketentuan dan hukumnya.tak hanya menyangkut hal uang
namun juga yang bersifat non materil.
2. Macam macam wakaf yaitu wakaf ahli, wakaf khairi, wakaf musytarak, wakaf benda tidak
bergerak, wakaf benda bergerak selain uang. Macam macam infaq, infaq wajib, infaq sunah,
infaq mubah, infaq haram. Macam macam shodaqoh, shodaqoh materi berupa uang,
makanan, barang, memberi makan hewan. Shodaqoh non materi yaitu ilmu, tenaga,
senyum.
3. tujuan Infak dan Sedekah, Pada banyak riwayat dikatakan bahwa infak dan sedekah bukan
mengurangi harta, bahkan sebaliknya, menjadi banyak dan berkah. Dalam hal lain juga
disampaikan bahwa infak dan sedekah dapat menghindarkan orang dari bala dan
kesempitan.
B. Saran
Depag. Proyek peningkatan sarana keagaman zakat dan wakaf. Jakarta: pedoman
zakat,t.th
Muhammad Daud Ali. Sistem Ekonomi islam zakat dan wakaf. Jakarta: UI press, 1998
Uyun, Quratul. "Zakat Infam shadaqah dan wakaf sebagai konfigurasi filantropi
islam". Jurnal Islamuna 2, no 2 (2015), diakses pada 5 maret 2020
Arifin, Gus. Zakat, Infak dan sedekah. Jakarta: Elex media Komputindo, 2011.
Hadir, M Fuad. Fikih Zakat, Infaq dan sedekah. Modul 1 Ekonomi Ziswaf,2019, diakses
pada 12 Maret 2020