Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“WAKAF”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktek Ibadah III
Dosen Pengampu : Dr. Itang, M.ag.

Disusun Oleh :
Kelas c
Ekonomi Syariah

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas rahmat, karunia, serta
taufiq dan hidayahnya saya bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Wakaf” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kami mengenai Wakaf. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Serang, 20 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB 1..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan penulisan...................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

D. Pengertian Wakaf..................................................................................................................3

E. Rukun Wakaf........................................................................................................................4

F. Syarat-syarat Wakaf..............................................................................................................5

G. Macam-macam Wakaf..........................................................................................................6

H. Pemilikan Harta Wakaf.........................................................................................................7

I. Pengurus Wakaf : Nadzir atau Mutawalli.............................................................................7

J. Perubahan Status, Penggantian Benda dan Tujuan...............................................................8

K. Penerapan Wakaf di Indonesia.............................................................................................8

L. Perkembangan Wakaf Timur Tengah.................................................................................10

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

A. Kesimpulan.........................................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
salah satu lembaga yang dianjurkan oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh
seseorang sebagai sarana penyaluran rezeki yang diberikan oleh Tuhan kepadanya adalah
wakaf. dalam Islam wakaf merupakan ibadah yang bercorak sosial ekonomi yang cukup
penting. Menurut sejarah Islam, wakaf telah memainkan peran yang sangat penting dalam
meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin, baik di bidang pendidikan, pelayanan
kesehatan, pelayanan sosial dan kepentingan umum, kegiatan keagamaan, pengembangan
ilmu pengetahuan serta peradaban Islam secara umum.
Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama
Islam masuk di Indonesia selain di Indonesia perkembangan wakaf di negara-negara
timur tengah juga sangat baik bahkan di sana wakaf diatur sedemikian rupa sehingga
sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat di negara-negara tersebut. Sebagai salah
satu lembaga keagamaan yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi wakaf telah
banyak membantu pembangunan secaraMenyeluruh di Indonesia dan berbagai negara
lainnya baik dalam pembangunan sumber daya manusia maupun dalam pembangunan
sumber daya sosial. Karena pada kenyataannya sebagian besar rumah ibadah, tempat
pemakaman, perguruan Islam dan lembaga keagamaan keagamaan Islam lainnya
dibangun di atas tanah wakaf. Wakaf mencakup beberapa hal penting yang perlu kita
ketahui seperti rukun wakaf, syarat-syarat wakaf, macam-macam wakaf, penetapan
kepemilikan wakaf, dan juga perkembangan wakaf di Indonesia dan negara-negara lain
yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari wakaf?
2. Jelaskan mengenai rukun wakaf?
3. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat wakaf?

1
4. Jelaskan apa saja macam-macam wakaf
5. Bagaimanakah status kepemilikan harta wakaf?
6. Jelaskan tentang pengurus wakaf dan Apa saja tugas dari pengurus wakaf?
7. Bagaimana status harta wakaf jika terjadi perubahan status penggantian benda dan
tujuan pewakafan?
8. Bagaimana proses penerapan wakaf di Indonesia?
9. bagaimana perkembangan wakaf timur tengah?

C. Tujuan penulisan
makalah ini dibuat agar teman-teman mahasiswa dapat mengerti dan memahami
1. pengertian dari wakaf menurut berbagai sumber.
2. Rukun dalam perwakafan.
3. Syarat-syarat untuk berwakaf.
4. Macam-macam wakaf.
5. status kepemilikan harta wakaf
6. pengurus wakaf dan tugas dari pengurus wakaf.
7. Status harta wakaf jika terjadi perubahan status, penggantian benda dan tujuan
perwakafan.
8. perwakafan di negara Indonesia
9. Perkembangan wakaf di negara-negara timur tengah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

D. Pengertian Wakaf
Perkataan waqf, yang menjadi wakaf dalam bahasa Indonesia, berasal dari kata
kerja bahasa Arab wagafa yang berarti menghentikan, berdiam di tempat atau menahan
sesuatu. Wakaf dalam pengertian Ilmu tapvid mengandung makna menghentikan bacaan,
baik seterusnya maupun untuk mengambil nafas sementara. Pengertian wakaf dalam
maknaberdiam di tempat dikaitkan dengan wuquf. Yakni berdiam di Arafah pada tanggal
9 Zulhijjah ketika menunaikan Ibadah Haji. Sedangkan pengertian menahan (sesuatu)
dihubungkan dengan harta kekayaan, itulah yang dimaksud dengan wakaf dalam makalah
ini (Ali, 1988, p. 80). Wakaf adalah menahan harta dan memberikan manfaatnya di jalan
Allah, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah yang ganjarannya tidak terbatas
sepanjang pewakaf in hidup, tetapi terbawa sampai ia meninggal dunia (Suryana, Alba,
Syamsudin, & Asiyah, 1996, p. 131). Wakaf adalah salah satu lembaga yang dianjurkan
oleh ajaran Islam untuk dipergunakan oleh seseorang sebagai sarana penyaluran rezeki
yang diberika oleh Allah kepadanya.
Dari beberapa definisi dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian wakaf adalah
menahan harta yang diberikan Allah yang dikelola oleh suatu lembaga dan hal tersebut
sangat dianjurkan oleh ajaran Islam karena sebagai saran mendekatkan din kepada Allah
yang ganjarannya terbawa sampai si pewakaf meninggal dunia.
Menurut hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim berasal
dari Abu Hurairah, seorang manusia yang meninggal dunia akan berhenti semua pahala
amal perbuatannya, kecuali pahala tiga amalan yaitu
(1) shadaqah jariyah: sedekah yang pahalanya tetap mengalir yang diberikannya selama
hidup.
(2) Ilmu yang bermanfaat bagi orang lain yang diajarkannya selama hayatnya, dan
(3) do 'a anak saleh yakni anak yang membalas guna orang tuanya dan mendoakan ayah-
ibunya meskipun orangtuanya itu telah tiada"

1
E. Rukun Wakaf
1. Pewakaf (wakif)
"Orang yang mewakafkan hartanya, dalam istilah hukum Islam disebut wakif
Seorang wakif haruslah memenuhi syarat untuk mewakafkan hartanya, diantaranya
adalah kecakapan bertindak, telah dapat mempetimbangkan baik buruknya perbuatan
yang dilakukannya dan benar-baner pemilik harta yang diwakafkan itu. Mengenai
kacakapan bertindak, dalam hokum fikih Islam ada dua istilah yang perlu dipahami
perbedaannya yaitubaligh dan rasyid. Pengertian baligh menitikberatkan pada usia,
sedangkan rasyid pada kematangan pertimbangan akal" menurut A.A. Basyir dalam
(Ali. 1988, p. 85).
"Apabila seorang wakif berada dalam keadaan sakit parah keika mewakafkan
hartanya,
perbuatan itu dapat dikiyaskan pada wasiat yang akan berlaku setelah ia meninggal
dunia dan jumlahnya tidak boleh melebihi sepertiga dari jumlah harta kekayaannya,
kecuali perwakfan itu disetujui oleh ahli warisnya. Seorang wakif tidak boleh
mencabut
kembali wakainya dan tidak boleh menuntut agar harta yang sudah diwakafkan
dikembalikan ke dalam hak miliknya. Agama yang dipeluk seseorang tidak menjadi
syarat bagi seorang wakif, artinya seorang nonmuslim pun boleh berwakaf asal
tujuannya tidak bertentangan dengan ajaran Islam" menurut A. Wasit Aulawi dalam
(Ali, 1988, pp. 85-86).

2. Harta yang Diwakafkan (Manqui)


Syarat dari harta yang akan diwakafkan adalah:
a. harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu yang lama, tetapi
haruslah dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna, halal dan sah menurut hukum.
b. harta yang diwakafkan haruslah jelas wujudnya dan batas-batasnya (misal yang
diwakafkan adalah tanah).
c. harta yang diwakafkan harus benar benar kepunyaan wakif dan bebas dari beban
hutang orang lain.

2
d. harta yang diwakafkan dapat berapa benda mati maupun benda bergerak (misal
saham atau surat-surat berharga lainnya) (Ali. 1988, p. 86).

3. Tujuan Wakaf (Mauquf "alaih)


Dalam tujuan harus tercermin siapa yang bethak atis wakaf, misalnya
a. untuk kepentingan umum, seperti (tempat) mendirikan masjid, sekolah, rumah
sakit, dll.
b. untuk menolong fakir miskin, anak yatim seperti mendirikan panti asuhan,dll.
c. tujuan wakaf tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Ibadah seperti
mewakafkan tanahnya untuk kuburan, pasar, lapangan olah raga, dll (Ali, 1988, p.
87).

4. Lafal atau pernyataan (sighat) wakif


Pernyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan barang atau benda yang
diwakafkan, dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Dengan pernyataan tersebut,
hilanglah hak wakif terhadap bend yang diwakafkannya. Dengan pernyataan wakif
yang merupakan/jah perwakafan tell terjadi, sedangkan pernyataan qabul dari manqu
'alaih yakni orang yang berhak manikmati hasil wakaf itu tidak diperlukan, artinya
dalam wakaf hanya adaijah tanpa ada qabul (All, 1988, p. 87).
Contoh lafal yang diucapkan wakif saat perwakafan: "saya wakatkan tanah milik
saya seluas 200 meter persegi ini, agar dibangun Masjid di atasnya". Pada lafal wakaf
tidak boleh ada unsur ta'lik (syarat), karena maksud dari wakaf adalah pamindahan
kepemilikan untuk selamanya bukan untuk sementara. Contoh lafal wakaf yang tidak
sah: "saya wakafkan tanah sawah milik saya kepada para fakir miskin selama satu
tahun" (Syamsuri, 2004, p. 178).

F. Syarat-syarat Wakaf
Syarat-syarat sahnya perwakafan sesorang adalah sebagai berikut:
1. Perwakafan benda itu tidak dibatasi oleh waktu tertentu melainkan selamanya
2. Tujuannya harus jelas dan disebutkan ketika mengucapkan ijab,

3
3. Wakaf harus segera dilaksanakan segera setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh wakif da
tidak boleh menggantungkan pelaksanaannya, jika pelaksanaan wakaf tertuda hingga
wakif meninggal dunia, hukum yang berlaku adalahwaviar yang kemudian syaratnya,
harta yang diwakafkan tidak boleh lebih dari sepertiga harta peninggalan
4. Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikmar wakaf oleh wakif berlaku seketika
dan selama lamanya.
5. Perlu dikemukakan syarat yang dikeluarkan oleh wakif atas harta yang
diwakafkannya, artinya seorang wakif berhak memberikan syarat akan diapakan harta
yang ia wakafkan selama tidak bertentangan dengan hukum Islam (Ali, 1988, pp. 88-
89)

G. Macam-macam Wakaf
1. Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli atau Wakaf Khusus
Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli atau Wakaf Khusus adalah wakaf yang
diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seorang atau lebih baik keluarga maupun
orang lain (Ali, 1988, p. 90). "Dibeberapa Negara Timur Tengah wakaf semacam ini
menimbulkan banyak masalah terutama jika wakaf tersebut berupa tanah pertanian
sering kali terjadi penyalahgunaan seperti:
a. menjadikan wakaf keluarga ini sebagai alat untuk menghidari pembagian harta
kekayaan pada ahli waris yang berhak menerimanya, setelah wakif meninggal
dunia.
b. wakaf keluarga ini dijadikan alat untuk mengelak dari tuntutan kreditor terhadap
hutang-hutang yang dibuat oleh seseorang, sebelum ia mewakafkan tanahnya itu.
Maka dari itu di beberapa Negara wakaf keluarga ini dihapuskan seperti di Mesir
tahun 1952 wakaf ini dihapuskan karena praktek praktek penyimpangan yang
tidak sesuai ajaran Islam. Selain itu di Indonesia harta pusaka suku Minangkabau
memiliki ciri-ciri seperti wakaf keluarga, harta pusaka tersebut dipertahankan
tidak dibagi-bagi atau diwariskan kepada keturunan secara individual, karena
diperuntukkan bagi kepentingan keluarga menurut Nazaroeddin Rachmat dalam
(Ali, 1988, p. 90).

4
2. Wakaf Umum atau Wakaf Khairi
Wakaf Umum atau Wakaf Khairi adalah wakaf yang diperuntukkan bagi
kepentingan atau kemaslahatan umum, yang sifatnya sebagai lembaga kaegamaan dan
lembaga sosial dalam bentuk Masjid, madrasah, pesantren, rumah sakit, dll. Wakaf
umum inilah yang paling sesuai dengan ajaran Islam dan sangat dianjurkan karena
bagi yang menjalankannya akan memperoleh pahala yang terus mengalir (Ali,
1988, pp. 90-91).

H. Pemilikan Harta Wakaf


Menurut para ahli hukum (fikih) Islam sebelum harta diwakatkan, pemiliknya adalah
orang yang mewakafkannya. Dan setelah harta tersebut diwakafkan kepemilikanya harta
kembali kepada Allah SWT. Dan manfaatnya menjadi hak Mauqu 'alaih (Ali, 1988, p.
91)

I. Pengurus Wakaf : Nadzir atau Mutawalli


Nadzir adalah seseorang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan
mengurus harta wakaf sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya. Jika Nadzir
itu adalah perorangan, para ahli menentukan beberapa syarat yaitu:
1. telah dewasa,
2. berakal sehat.
3. dapat dipercaya,
4. mampu menyelenggarakan segala urusan yang berkenaan dengan harta wakaf,
menurut A.A. Basyir dalam (Ali, 1988, p. 92).

Hak-hak seorang wakaf yaitu:

1. Nadzir wakaf berhak melakukan hal yang mendatangkan kebaikan bagi wakaf yang
bersangkutan, namun tidak berhak menggadaikan harta wakaf dan menjadikannya
sebagai jaminan hutang

5
2. Nadzir wakaf berhak mendapatkan upah atas jerih payahnya mengurus harta wakaf,
selama melaksanakan tugasnya dengan baik, Besarnya upah ditentukan oleh wakif
biasanya sepersepuluh atau seperdelapan dari hasil tanah atau harta yang diwakafkan.
Yang berhak menetukan Nadzir wakaf adalah wakif, menurut A.A. Basyir dan
Abdurraoef dalam (Ali, 1988, p. 92)

J. Perubahan Status, Penggantian Benda dan Tujuan


Menurut para ahli hukum (fikih) Ishum, perubahan status dapat dilakukan karena
didasarkan pada pandangan agar manfaat wakaf itu tetap terus berlangsung sebagai
Shadaqah Jariyah, tidak mubazir, tidak rusak, dan tetap berfungsi sebagai mana mestinya.
Karena misal
1. tanah wakaf ditukar ditempat lain, status tanah wakaf tidak berubah ia tetap adalah
tanah wakaf yang berubah hanya tempatnya.
2. sebagian kecil dari sebuah bangunan yang diwakafkan rusak sehingga tidak dapat
dimanfaatkan lalu diambil bagian bangunan yang rusak untuk mendirikan bangunan
yang baru yang lebi sederhana agar tetap dapat dimanfaatkan secara optimal.
3. sebuah bangunan yang awalnya diperuntukkan bagi anak yatim diubah menjadi
sekolah atau madrasah karena tempat untuk anak yatim sudah ada yang baru. Semua
hal itu bisa dilakuku asal tujuannya agar tanah atau harta wakaf dapat dimanfaatkan
dengan optimal (Ali, 1988, p. 93).

K. Penerapan Wakaf di Indonesia


Di Indonesia wakaf diatur sacara formal oleh Negara dalam sebuah lembaga yaitu
Badan Wakaf Indonesia (BWI), dimana Ikrar atau Ijab wakaf dilakukan oleh wakif di
depan pejabat yang berwenang, yaitu Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai
Pejabat Pembuat Akta Tanah Wakaf, kemudian dikeluarkan akta wakaf, jika wakaf itu
dalam bentuk tanah maka oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional atau biasa disebut
Agraria dikeluarkan sertifikat wakaf berdasarkan akta wakaf yang dibuat KUA. Dengan
dibuatnya akti dan sertifikat wakaf tersebut. maka harta wakaf itu terlindungi dari

6
penyalahgunaan atau gugatan pihak lain (Suryana, Alba, Syamsudin, & Asiyah, 1996, p.
131).
1. Tata Cara Perwakafan Tanah di Indonesia
Tata cara Perwakafan Tanah dan Pendaftarannya:
a. calon wakif harus melengkapi surat-surat yang diperlukan bagi perwakafan tanah
yaitu sertifikat tanah, surat keterangan dari Kepala desa dan Camat bahwa tanah
tersebut benar-benar milik wakif dan bebas dari sengketa,
b. wakif mengucapkan ijab kepada nadzir didepan kepala KUA dan dihadiri minimal
dua orang saksi.
c. wakif yang tidak dapat hadir karena sakit parah dapat menuliskan ijabnya lalu di
bacakan didepan nadzir dan kepala KUA.
d. Pejabat membuat Akta Ikrar wakaf.
e. kapala KUA atas mana nadzir mengajukan permohonan pendaftaran tanah wakar
kepada Bupati atau Kepala Daerah.
f. dengan telah didaftarkan dan dicatatnya tanah wakaf tersebut dalam sertifikat
tanah milik yang diwakafkan, maka tanah wakaf itu telah mempunyai pembuktian
yang kuat (Syamsuri, 2004, pp. 180-181)

2. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang Wakaf Uang


Pada tanggal 11 Mei 2002 M atau 28 Shafar 1423 H. Majelis Ulama Indonesia telah
menetapkan Fatwa tentang wakaf uang yaitu:
a. Wakaf Uang Cash Wakaf Waqf al-Nuqu adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
b. Termasuk kedalam Pengertian uang adalah surat-surat berharga.
c. Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh).
d. Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara Syar'iy,
e. Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestarinnya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, dan atau diwariskan. (Amin, Sam, AF Hasanuddin, & Sholeh, 2011,
p. 424).

7
Menurut Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke-III tahun 2009
tetang Masail Fiqhiyyah Mu'ashirah, Masalah yang terkait dengan Wakaf Ketentuan
Hukum Nomor 2 yaitu: Wakaf Uang boleh diubah menjadi wakaf benda, atau
sebaliknya wakaf benda boleh diubah menjadi wakaf uang dengan syarat:

a. manfaatnya lebih besar.


b. keadaan memaksa untuk itu.
c. benda wakaf boleh dijual dengan ketentuan adanya hajah dalam menjaga maksud
wakif, hasil penjualannya harus digunakan untuk membeli harta benda lain
sebagai wakaf pengganti, kemanfaatan wakaf pengganti tersebut minimal sepadan
dengan benda wakaf sebelumnya.
d. alih fungsi benda wakaf dibolehkan sepanjang kemaslahatannya lebih dominan,
e. Nadzir ikut mengerti benar tugas dan tanggung jawabnya sebagai nadzir. Ia juga
wajib menguasai norma-norma investasi. Selama Nadzir mengikuti norma-
normanya, maka kerugian investasinya tidak menjadi tanggung jawabnya (Amin,
Sam, AF., Hasanuddin, & Sholeh, 2011, pp. 886-887)

3. Perkembangan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia tentang wakaf


Peraturan perundang-undangan tentang wakaf telah dikeluarkan oleh departemen
agama di zaman kemerdekaan. Antara lain tahun 1953 tantang petunjuk mengenai
wakaf, tahun 1956 tentang petunjuk mengenai wakaf yang bukan kemesjidan dan
prosedur perwakafan tanah. Dalam pasal 49 Undang-Undang Pokok Agraria
disebutkan tentang hak-hak tanah untuk keperluan suci dan sosial Pada tanggal 17
mei 1997 pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah No. 28 tentang perwakafan
tanah milik diiringi dengan seperangkat peraturan pelaksanaannya oleh Departemen
Agama dan Departemen Dalam Negeri dan beberapa Instruksi Gubernur Kepala
Daerah (Ali, 1988, pp. 78-79), Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf:

L. Perkembangan Wakaf Timur Tengah


Walaupun wakaf merupakan lembaga Islam yang hukumnya sunnah, namun
lembaga ini dapat berkembang dengan baik di beberapa Negara Timur Tengah seperti

8
Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Bangladesh, Abu Dhabi, dll. Karena di beberpa Negara
tersebut wakaf selain berupa strana dan prasarana ibadah dan pendidikan, juga berupa
tanah pertanian, perkebunan, flat, uang saham, real estat, dan lain-lain yang dikelola
secara produktif dengan manajemen yang baik sehingga manfaatnya sangat dirasakan
bagi pihak-pihak yang memerlukannya untuk mewujudkan kesejahteraan umat (Mahfud,
2010, pp. 170-171)

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Wakaf adalah menahan harta yang diberikan Allah yang dikelola oleh suatu lembaga dan
hal tersebut sangat dianjurkan oleh ajaran Islam karena sebagai saran mendekatkan diri
kepada Allah yang ganjarannya terbawa sampai si pewakaf meninggal dunia.

2. Rukun wakaf adalah: Pewakaf (wakif) adalah Orang yang mewakafkan hartanya, Harta
yang Diwakarkan (Mauquf). Tujuan Wakaf (Mauqur 'alaih) dan yang terakhir adalah
Lafal atau pemyataan (sighat) wakif contoh sighat: "saya wakafkan tanah milik saya
seluas 200 meter persegi ini, agar dibangun Masjid di atasnya".

3. Syarat-syarat sahnya perwakafan sesorang adalah sebagai berikut:


(a) Perwakafan benda itu tidak dibatasi oleh waktu tertentu melainkan selamanya.
(b) Tujuannya harus jelas dan disebutkan ketika mengucapkan ijab.
(c) Wakaf harus segera dilaksanakan segera setelah ikrar wakaf dinyatakan oleh wakif.
(d) Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf oleh wakif berlaku seketika
dan selama-lamanya.
(e) Perlu dikemukakan syarat yang dikeluarkan oleh wakif atas harta yang
diwakafkannya.

4. Wakaf ada dua macam yaitu:


(a) Wakaf Keluarga atau Wakaf Ahli atau Wakaf Khusus: Wakaf Keluarga atau Wakaf
Ahli atau Wakaf Khusus adalah wakaf yang diperuntukkan bagi orang orang tertentu,
seorang atau lebih, baik keluarga maupun orang lain.
(b) Wakaf Umum atau Wakaf Khairi : Wakaf Umum atau Wakaf Khairi adalah wakaf
yang diperuntukkan bagi kepentingan atau kemaslahatan umum.

10
5. Status kepemilikan harta wakaf Sebelum harta diwakafkan, pemiliknya adalah orang
yang mewakafkannya. Dan setelah harta tersebut diwakafkan kepemilikanya harta
kembali kepada Allah SWT. Dan manfaatnya menjadi hak Mauqu 'alaih

6. Pengurus Wakaf disebut dengan Nadzir atau Mutawalli. Nadzir adalah seseorang atau
badan yang memegang amanat untuk memelihra dan mengurus harta wakaf sebaik-
baiknya sesuan dengan wajud dan mujuannya.
Syarat untuk menjadi seorang Nadzir adalah:
(a) telah dewasa,
(b) berakal sehat.
(c) dapat dipercaya,
(d) mampu menyelenggarakan segala urusan yang berkenaan dengan harta wakaf

7. Jika terjadi perubahan status, penggantian benda dan tujuan perwakafan karena
didasarkan pada pandangan agar manfaat wakaf itu tetap terus berlangsung sebagai
Shadaqah Jariyah tidak mubazir, tidak rusak, dan tetap berfungsi sebagai mana mestinya
maka status harta wakaf itu tetap sebagai harta wakaf.

8. Di Indonesia wakaf diatur sacara formal oleh Negara dalam sebuah lembaga yaitu Badan
Wakaf Indonesia (BWI), dimana Ikrar atau Ijab wakaf dilakukan oleh wakif di depan
pejabat yang berwenang, yaitu Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai Pejabat
Pembuat Akta Tanah Wakaf, kemudian dikeluarkan akta wakaf, jika wakaf itu dalam
bentuk tanah maka oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional atau biasa disebut Agraria
dikeluarkan sertifikat wakaf berdasarkan akta wakaf yang dibuat KUA. Dengan
dibuatnya akta dan sertifikat wakaf tersebut, maka harta wakaf itu terlindungi dari
penyalahgunaan atau gugatan pihak lain.

9. Wakaf berkembang dengan baik di beberapa Negara Timur Tengah seperti Mesir,
Yordania. Saudi Arabia, Bangladesh, Abu Dhabi, dll. Karena di beberpa Negara tersebut
wakaf selain berupa sarana dan prasarana ibadah dan pendidikan, juga berupa tanah
pertanian, perkebunan, flat, uang saham, real estat, dan lain-lain yang dikelola secara

11
produktif dengan manajemen yang baik sehingga manfaatnya sangat dirasakan bagi
pihak-pihak yang memerlukannya untuk mewujudkan kesejahteraan umat.

12

Anda mungkin juga menyukai