Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LAZIS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Bank Dan
Lembaga Keuangan Syariah

DOSEN PENGAMPU

Tedy iswoyo, S.E, M.E.I

DISUSUN OLEH:

NAMA : AULIA DEWI CANTIKA

NPM : 22650014

D3 PERBANKAN DAN KEUANGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“LAZIS”. Sholawat serta salam disampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, semoga mendapatkan syafa’at-Nya di hari akhir nanti. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Slamet Tedy Siswoyo, S.E, M.E.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Bank dan
Lemba Keuangan Syariah. Penulis berharap semoga makalah ini akan membawa
manfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................i

KATA PENGANTAR ..........................................................................ii

2
DAFTAR ISI .........................................................................................iii

BAB I .....................................................................................................1

PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................2
C. Tujuan Masalah ..........................................................................2
D. Manfaat .......................................................................................2

BAB II ....................................................................................................4

PEMBAHASAN ...................................................................................4

A. Pengertian Zakat, Infaq, Shodaqoh ............................................4


B. Sejarah Zakat ..............................................................................5
C. Lembaga Pengelola ZIS .............................................................6
D. Kendala Pengembangan ZIS ......................................................8
E. Strategi Pengembangan ZIS........................................................10
F. Lazis Dan BWI ...........................................................................12

BAB III ..................................................................................................15

PENUTUP .............................................................................................15

A. Kesimpulan .................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

3
Indonesia adalah negara yang sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan. Sudah lebih dari enam puluh satu tahun Indonesia
merdeka, dan pembangunan di segala bidang terus digalakkan
dalam mengisi kemerdekaan.
Hakekat Pembangunan nasional adalah membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya,
dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
materiil spirituil berdasarkan Pancasila. Dalam upaya mencapai
tujuan pembangunan nasional tersebut, maka diperlukan peran
serta masyarakat Indonesia seluruhnya.
Umat Islam Indonesia sebagai kelompok mayoritas di negeri ini
mempunyai potensi besar untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan nasional guna meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi umat Islam yang
dapat digali, dikembangkan, dan didayagunakan adalah penyediaan
dana pembangunan di bidang sosial keagamaan, yaitu, zakat, infaq,
dan shadaqah, dan merupakan alternatif pemecahan dalam
memberantas kemiskinan yang masih menjadi masalah bangsa dan
negara kita.
ZIS (Zakat, Infaq dan Shadaqah) merupakan asset umat Islam
yang sangat luar biasa. Ia memiliki banyak kemanfaatan, baik bagi
yang menunaikannya (muzakki) maupun bagi penerimanya
(mustahiq ), serta bagi keberhasilan berbagai sektor keagamaan
Islam. Namun karena selama ini dalam pengelolaannya masih ada
yang melakukannya secara tradisional, maka pendayagunaan zakat,
infaq, dan shadaqah terasa belum memenuhi harapan yang
diisyaratkan dalam firman Allah SWT dan tuntunan Nabi
Muhammad SAW.
Allah SWT menghendaki agar terjadinya keseimbangan hidup
dalam masyarakat. Karena itu mereka wajib saling tolong
menolong, yang kuat atau berlebih wajib membantu yang lemah
atau sedang menderita. Oleh sebab itu di samping Allah telah

4
menentukan siapa yang wajib berzakat, termasuk pula pemberian
infaq atau shadaqah, Allah juga mengatur secara tegas mengenai
penyaluran ZIS kepada delapan golongan, sebagaimana ditegaskan
dalam Al Qur’an surat at-Taubah ayat 60.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Zakat, Infaq, dan Shodaqoh?
2. Bagaimana sejarah Zakat?
3. Apa lembaga pengelola ZIS?
4. Apa kendala pengembangan ZIS?
5. Bagaimana strategi pengembangan ZIS?
6. Apa yang dimaksud Lazis dan BWI?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Zakat, Infaq, dan Shodaqoh.
2. Untuk mengetahui sejarah Zakat.
3. Untuk mengetahui lembaga pengelola dan proses
pengelolaan ZIS.
4. Untuk mengetahui kendala dalam pengembangan ZIS.
5. Untuk mengetahui strategi pengembangan ZIS.
6. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Lazis dan BWI.

D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini bagi penulis adalah
untuk mengetahui lebih luas tentang Lazis yang ada di indonesia,
seperti pengertian laziz, sejarahnya, bentuk dan jenisnya, kendala
yang terjadi pada ZIS dalam proses pengembangan serta untuk
mengetahui bagaimana strategi ZIS dalam proses pengembangan.
Penulisan makalah ini juga memiliki maanfaat bagi pembaca
sebagai bahan referensi tentang Reksadana Syariah dan diharapkan
dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi mahasiswa/I D3
Perbankan dan Keuangan atau masyarakat luas pada umumnya

5
ilmu pengetahuan sistem keuangan islam dalam bidang zakat.
Infaq, dan shodaqoh.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

6
Zakat berasal dari bahasa Arab yang artinya menyucikan.
Zakat adalah bentuk sedekah kepada umat islam. Zakat
diperlakukan dalam islam sebagai kewajiban atau seperti pajak. Di
dalam rukun Islam, berzakat ada di urutan ketiga, setelah sholat.
Meskipun zakat diwajibkan bagi umat islam, tidak semua orang
bisa berzakat. Ada beberapa syarat untuk berzakat, misalnya
memiliki harta yang cukup atau tidak kekurangan. Zakat adalah
sebuah praktik ibadah di mana orang Islam memberikan 2,5% dari
hartanya untuk disumbangkan kepada yang membutuhkan. Saat
ini, di sebagian besar negara yang bermayoritas umat Islam,
memberikan zakat bersifat sukarela, namun ada juga beberapa
negara yang zakat nya diurus juga oleh pemerintah. Di negara
seperti Inggris misalnya, orang-orang Islam di sana membayarkan
zakat dengan memberikannya langsung ke badan amal.

Infaq sebenarnya diambil dari kata anfaqa-yunfiqu yang artinya


membelanjakan atau membiayai. Sementara itu, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, infaq adalah upaya mengeluarkan harta
yang mencakup zakat dan non zakat. Lain halnya menurut
terminologi syariat, infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta,
pendapatan, atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan dalam ajaran Islam.Jadi, infaq bisa didefinisikan
sebagai upaya menjalankan perintah Allah SWT dengan cara
membelanjakan harta yang bertujuan untuk kebaikan. Dengan
demikian, dapat dikatakan infaq berbeda dengan shodaqoh. Sebab,
infaq tidak mengenal nisab dan jumlah harta yang ditentukan
berdasarkan hukum. Pemberian harta ini juga tidak harus diberikan
kepada mustahiq tertentu, melainkan bisa diberikan kepada siapa
saja yang dikenal maupun tidak dikenal.

Pengertian Shodaqoh dalam bahasa Arab yaitu “shadaqah”,


berasal dari kata sidq (sidiq) yang berarti “kebenaran”. Menurut

7
peraturan BAZNAS No.2 tahun 2016, sedekah adalah harta atau
non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar
zakat untuk kemaslahatan umum. Sedekah merupakan amalan yang
dicintai Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ayat Al-
Qur’an yang menyebutkan tentang sedekah, salah satunya dalam
surat Al-Baqarah ayat 271. Secara istilah shadaqah atau sedekah
adalah mengamalkan harta di jalan Allah dengan ikhlas tanpa
mengharapkan imbalan, dan semata-mata mengharapkan ridha-Nya
sebagai bukti kebenaran iman seseorang.  Istilah lain sedekah
adalah derma dan donasi.

B. SEJARAH ZAKAT
Pada tahun ke-9 Hijriyah mulai ada kewajiban tentang zakat,
sedangkan shodaqoh dan fitrah pada tahun ke-2 Hijriyah. Akan
tetapi ada ulama yang berpendapat bahwa kewajiban tentang zakat
ada sebelum tahun ke-9 Hijriyah. Pada awalnya zakat bersifat
sukarela dan belum ada peraturan ketentuan khusus tentang zakat,
pada tahun ke-9 Hijriyah kemudian disusun peraturan dan standar
tentang zakat karena pada waktu itu islam telah kuat. Pada masa itu
pengelola zakat tidak mendapatkan gaji resmi tapi mendapatkan
bayaran dari dana tersebut.

Zakat pada masa itu merupakan salah satu pendapatan negara,


berbeda dengan pajak dan tidak diperlakukan seperti pajak. Zakat
merupakan kewajiban dan salah satu rukun islam, pengeluaran
untuk zakat ada pada Al Quran surat At taubah ayat 60.

Pada zaman Rasulullah zakat dikenakan pada benda-benda berikut:


1. Benda logam yang terbuat dari emas dan perak seperti koin,
perkakas, ornamen, atau dalam bentuk lainnya.
2. Binatang ternak seperti unta, sapi, domba, dan kambing.

8
3. Berbagai jenis barang dagangan termasuk budak dan
hewan.
4. Hasil pertanian termasuk buah-buahan.
5. Luqta, harta benda yang ditinggalkan musuh.
6. Barang temuan.

C. LEMBAGA PENGELOLA ZIS


Zakat, infak dan shadaqah (ZIS) merupakan kewajiban bagi
umat islam yang mampu, sesuai dengan syariat islam guna dan
diberikan kepada yang berhak menerimanya. Seperti yang
diungkapkan oleh Soemitra (2009:403) “Zakat berarti kewajiban
seorang (muslim) untuk mengeluarkan nilai bersih dari
kekayaannya yang tidak melebihi nisab, diberikan kepada mustahik
dengan beberapa syarat yang telah ditentukan”. Tujuan utama
ditunaikannya ZIS adalah untuk meningkatkan keadilan dan
kesejahteraan masyarakat. untuk mencapai tujuan tersebut dalam
rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, ZIS harus dikelola
secara maksimal dengan pengelolaan yang baik sesuai dengan
syariat islam. Pengelolaan sesuai dengan syariat islam yaitu
pengelolaan ZIS harus dikelola sesuai hukum islam.

Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,


dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. Zakat sendiri artinya adalah harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
Islam. Zakat berbeda dengan infak dan sedekah. Infak adalah harta
yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat
untuk kemaslahatan umum. Sedekah adalah harta atau nonharta
yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat
untuk kemaslahatan umum.

9
Pengelolaan zakat dalam konsep islam diserahkan kepada
waliyul amr yang dalam konteks ini adalah pemerintah, dan
pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengambilan zakat Mustafa Edwin Nasution (2006) juga
mengungkapkan dalam bidang pengelolaan zakat Nabi Muhammad
saw, memberikan contoh dan petunjuk operasional. Pengelolaan
yang operasional dapat dilihat pada pembagian struktur amil zakat,
yang terdiri dari (1) petugas yang mencatat para wajib zakat, (2)
petugas yang menaksir, menghitung zakat, (3) petugas yang
menarik, mengambil zakat dari para muzakki, (4) petugas yang
menghimpun dan memelihara harta, dan (5) petugas yang
menyalurkan zakat pada mustahiq (orang yang berhak menerima
zakat).
Pengelolaan zakat terus berkembang seiring dengan kondisi
politik dan ekonomi Indonesia. Pengelolaan zakat di Indonesia
sudah memasuki dimensi baru dalam pengaturannya, yaitu
Undang-undang No 38 Tahun 1999 yang dicabut dan kemudian
diganti oleh Undang-undang baru yaitu Undang-undang No 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, yang di dalamnya
mengatur segala kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dana ZIS.
Dalam pengelolaan sesuai dengan Undang-undang No 23 Tahun
2011 Tentang Pengelolaan Zakat, pemerintah telah mengatur
lembaga yang bergerak dalam pengelolaan zakat, yakni Badan
Amil Zakat (BAZ) yang berada di bawah nauangan pemerintah dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) dengan mendapat legislasi dari
Menteri Agama.
Lembaga amil zakat merupakan bagian dari Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dalam arti bahwa setiap transaksi atau
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
yang telah diaudit harus dilaporkan kepada Badan Amil Zakat

10
Nasional (BAZNAS) secara berkala. Bentuk badan hukum
Lembaga Amil Zakat yaitu yayasan, karena Lembaga Amil Zakat
termasuk organisasi nirlaba dan badan hukum yayasan dalam
melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk memupuk laba.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan badan lembaga yang
terpercaya, penyaluran zakat melalui amil zakat adalah salah satu
cara yang efisien dan efektif, karena LAZ lebih mengetahui dimana
saja daerah-daerah kemiskinan yang lebih membutuhkan, siapa-
siapa saja yang harus diprioritaskan dalam memperoleh dana
Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS). Suatu LAZ harus dapat dikelola
dengan amanah dan jujur, transparan dan professional.

D. KENDALA PENGEMBANGAN ZIS


Zakat, Infaq, dan Shodaqoh memiliki potensi yang besar
menanggulangi permasalahan di Indonesia dalam seperti
penanggulangan kemiskinan, akses pendidikan dan kesehatan bagi
para mustahik zakat, namun implementasi zakat di Indonesia
dihadapkan kepada sejumlah permasalahan. Sudewo (2004)
memaparkan hal-hal yang secara umum menjadi problem dalam
pengumpulan zakat yang maksimal yakni regulasi dan political
will yang kurang mendukung, ketidakpercayaan para muzaki
terhadap lembaga pengelola zakat yang ada baik swasta maupun
terutama pemerintah, hingga masalah internal organisasi
pengelola zakat sendiri, seperti kurang accountable, lack of
transparency, dan masalah manajerial.

Hasil penelitian Indrijatiningrum (2005) menyatakan bahwa


beberapa persoalan utama adalah gap yang sangat besar antara
potensi zakat dan realisasinya, hal ini disebabkan masalah
kelembagaan pengelola zakat dan masalah kesadaran
masyarakat, serta masalah sistem manajemen zakat yang belum
terpadu. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan

11
strategi yang dapat mengatasi ancaman dan tantangan yang
dihadapi dan memperbaiki kelemahan OPZ secara keseluruhan.
Prioritas kebijakan yang perlu dilakukan yaitu penerapan sanksi
bagi muzaki yang tidak berzakat, meningkatkan kualitas sumber
daya manusia untuk meningkatkan keprofesionalismean,
kredibilitas, akuntabilitas, dan transparansi OPZ dan
menyinergikan pelaksanaan sistem pajak dan zakat secara
nasional.

Mintarti (2012) menyatakan bahwa salah satu masalah utama


dalam pengelolaan ZIS adalah masih lemahnya sumber daya
manusia (SDM) amil. Kebanyakan amil tidak menjadikan
pekerjaannya sebagai profesi atau pilihan karier, tapi sebagai
pekerjaan sampingan atau pekerjaan paruh waktu.

Selanjutnya Huda, Anggraini dan Ali (2014) dalam


penelitiannya bahwa terdapat tiga macam prioritas masalah
pengelolaan zakat yang dibagi berdasarkan lembaga pemangku
kepentingan (stakeholder) pengelolaan zakat, yaitu:
a. Prioritas masalah yang ada dalam regulator
1. perbedaan pendapat (khilafiyah) mengenai fikih
zakat;
2. rendahnya koordinasi antara regulator dengan
OPZ;
3. rendahnya peran Kementerian Agama dalam
pengelolaan zakat;
4. zakat belum menjadi obligatory system.
b. Prioritas masalah pada OPZ
1. jumlah Lembaga Amil Zakat yang terlalu
banyak;
2. mahalnya biaya promosi;

12
3. rendahnya efektivitas program pendayagunaan
zakat;
4. rendahnya sinergi antar stakeholder zakat
5. terbatasnya sumber daya manusia (SDM) amil
zakat.
c. Prioritas masalah pada muzaki/mustahik

1. mustahik yang cenderung Konsumtif;


2. rendahnya kepercayaan muzaki kepada OPZ dan
regulator;
3. rendahnya kesadaran muzaki dalam menunaikan
zakat secara benar sesuai syariat;
4. rendahnya pengetahuan muzaki tentang fikih zakat

E. STRATEGI PENGEMBANGAN ZIS


Pentingnya manajemen strategi dalam suatu lembaga yaitu
untuk memajukan, mengelola, dan mengoptimalkan tujuan suatu
lembaga dengan cara yang tepat. Lembaga Amil Zakat harus
mampu mengoptimalkan strategi pengembangan dana zakat, infaq,
shadaqah (ZIS) yang baik, sehingga masyarakat yakin untuk
mempercayakan dana tersebut agar dikelola dan bermanfaat.
Pengembangan dana zakat, infaq, shadaqah merupakan bentuk
pendayagunaan zakat yang pendistribusiannya bersifat produktif
sebagai modal usaha mustahik, bahwa mustahik harus
mengembalikan modal usaha, itu sifatnya sebagai strategi untuk
mengedukasi mereka agar mau bekerja keras sehingga usahanya
berhasil. Sesungguhnya pengembalian itu menjadi infaq dari hasil
usaha mereka, kemudian digulirkan lagi kepada mustahik lain.
Dengan demikian, pemetik manfaat zakat itu semakin bertambah.

Lembaga amil zakat merupakan bagian dari Badan Amil Zakat


Nasional (BAZNAS) dalam arti bahwa setiap transaksi atau
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

13
yang telah diaudit harus dilaporkan kepada Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) secara berkala. Bentuk badan hukum
Lembaga Amil Zakat yaitu yayasan, karena Lembaga Amil Zakat
termasuk organisasi nirlaba dan badan hukum yayasan dalam
melakukan kegiatannya tidak berorientasi untuk memupuk laba.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan badan lembaga yang
terpercaya, penyaluran zakat melalui amil zakat adalah salah satu
cara yang efisien dan efektif, karena LAZ lebih mengetahui dimana
saja daerah-daerah kemiskinan yang lebih membutuhkan, siapa-
siapa saja yang harus diprioritaskan dalam memperoleh dana
Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS). Suatu LAZ harus dapat dikelola
dengan amanah dan jujur, transparan dan professional.

Hanya Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan oleh


pemerintah saja yang diakui bukti setoran zakatnya sebagai
pengurang penghasilan kena pajak dari muzakki yang membayar
dananya. Persyaratan data muzakki dan mustahik serta program
kerja sebaiknya berdasarkan hasil survey agar mencerminkan
kondisi lapangan. Sedangkan neraca atau laporan posisi keuangan
diperlukan sebagai bukti bahwa Lembaga Amil Zakat telah
mempunyai system pembukuan yang baik. Surat pernyataan
bersedia untuk diaudit diperlukan agar prinsip transparansi dan
akuntabilitas tetap terjaga.

Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah memenuhi persyaratan,


dan kemudian dilakukan pengukuhan pemerintah, memiliki
kewajiban yang harus dilakukan oleh LAZ, diantaranya:
1. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang
telah dibuat.
2. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan.
3. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui
media massa.

14
4. Menyerahkan laporan kepada pemerintah. Lembaga Amil Zakat
yang telah dikukuhkan dapat ditinjau kembali apabila tidak lagi
memenuhi persyaratan dan tidak melaksanakan kewajiban.

Mekanisme peninjauan ulang terhadap pengukuhan LAZ


dilakukan melalui tahapan pemberian peringatan secara tertulis
sampai tiga kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan.
Pencabutan pengukuhan LAZ tersebut dapat menghilangkan hak
pembinaan, perlindungan dan pelayanan dari pemerintah, tidak
diakuinya bukti setoran zakat yang dikeluarkan sebagai pengurang
penghasilan kena pajak dan tidak dapat melakukan pengumpulan
dana zakat.

F. LAZIS DAN BWI


1. LAZIZ
LAZIS merupakan singkatan dari Lembaga Amil Zakat
Infaq Shodaqoh. Dalam perkembangannya Lembaga zakat
menjadi populer dikalangan masyarakat, dikarenakan dalam
pelayanan dan pentasyarufannya sangat dijaga dengan
amanah dan professional, maka ini semua menjadi
kebahagian untuk para donatur dan pihak-pihak Kerjasama
bersama Lembaga zakat.
Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS)
adalah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang
pengelolaan sumber daya zakat, infaq, dan shadaqah serta
wakaf yang bertujuan untuk mengangkat harkat dan
martabat kaum duafa melalui program pemberdayaan dan
pembinaan.
Lazis adalah lembaga zakat yang keberadaannya diatur
dalam UU nomor 23 tahun 2011 tentang Zakat. Lazis
adalah lembaga yang berfungsi untuk menghimpun,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat

15
Tugas LAZIS yakni mengumpulkan, mendistribusikan
dan mendayagunaan zakat. Selain menerima zakat
Lembaga Amil Zakat juga menerima infak, sedekah dan
dana sosial keagamaan lainnya sesuai dengan syariat islam
dan dilakukan sesuai dengan peruntukan yang di ikrarkan
oleh pemberi.
Selain itu tugas dan tujuan dari LAZIS adalah yang
Pertama, memberikan bimbingan dan dorongan kepada
umat islam untuk melaksakan kewajiban dalam
menunaikan zakat, infaq dan sadaqah. Kedua, Membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan terwujudnya
keadilan social. Ketiga, Membantu mengatasi kesenjangan
sosial ekonomi masyarakat sehingga terwujud hubungan
masyarakat serta sejahtera materiil dan spiritual. Keempat,
Menjaga harkat dan martabat mustahik. Kelima,
Mengentaskan kemiskinan. Keenam, Memberikan bantuan
pada anak Yatim Piatu.

2. BWI
Badan Wakaf Indonesia atau disingkat BWI adalah
lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan
di Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Berkedudukan di ibu
kota Indonesia, Jakarta dan mempunyai cabang di provinsi
dan kabupaten/ kota. Dengan jumlah pengurus paling
sedikit 20 orang dan paling banyak 30 orang dan di pusat
diangkat oleh presiden, sedangkan keanggotaan BWI di
daerah diangkat oleh BWI.
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan
perwujudan amanat yang digariskan dalam Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran
BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk

16
memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia.
Untuk kali pertama, Keanggotaan BWI diangkat oleh
Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan Keputusan
Presiden (Kepres) No.75/M tahun 2007, yang ditetapkan di
Jakarta, 13 Juli 2007. Jadi, BWI adalah lembaga
independen untuk mengembangkan perwakafan di
Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat
bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung
jawab kepada masyarakat. Badan Wakaf Indonesia
mempunyai tugas dan wewenang :
 melakukan pembinaan terhadap Nazhir dalam
mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf;
 melakukan pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf berskala nasional dan internasional;
 memberikan persetujuan dan/atau izin atas
perubahan peruntukan dan status harta benda wakaf;
 memberhentikan dan mengganti Nazhir;
 memberikan persetujuan atas penukaran harta benda
wakaf;
 memberikan saran dan pertimbangan kepada
Pemerintah dalam penyusunan kebijakan di bidang
perwakafan.

BAB III

PENUTUP

17
A. KESIMPULAN
Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS) adalah
lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya
zakat, infaq, dan shadaqah serta wakaf yang bertujuan untuk
mengangkat harkat dan martabat kaum duafa melalui program
pemberdayaan dan pembinaan.
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. Zakat sendiri artinya adalah harta yang
wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
Islam. Zakat berbeda dengan infak dan sedekah. Infak adalah harta
yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat
untuk kemaslahatan umum. Sedekah adalah harta atau nonharta
yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat
untuk kemaslahatan umum.
BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya
bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta
bertanggung jawab kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1.
Ahmad. Pengertian Zakat: Hukum, Jenis, Syarat, Rukun dan Hikmah Berzakat.
Gramedia Literasi. Published May 7, 2021. Accessed December 1, 2022.
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-zakat/

18
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, pada pukul 18.20 WIB

2.
Harian K. Pengertian Infaq, Jenis-Jenis, dan Contohnya. kumparan. Published
April 5, 2022. Accessed December 1, 2022.
https://kumparan.com/kabar-harian/pengertian-infaq-jenis-jenis-dan-contohnya-
1xp48cRJUCF
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, pada pukul 18.29 WIB

3.
kitabisa.com and kitabisa.com. 2019. Pengertian Shadaqah, Keutamaan, dan
Macam-macam Shadaqah. Kitabisa.com. Retrieved December 1, 2022 from
https://blog.kitabisa.com/pengertian-shadaqah-keutamaan-dan-macam-macam-
shadaqah/
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, pada pukul 18.50 WIB

4.
root. 2016. BAZNAS - BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL. Sedekah Tanda
Syukur. Retrieved December 1, 2022 from https://baznas.go.id/sedekah
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, pada pukul 19.20 WIB

5.
Nur Rohman. 2022. Pengertian, Sejarah, dan Organisasi Lembaga Zakat | IAI An
Nur Lampung. An-nur.ac.id. Retrieved December 1, 2022 from https://an-
nur.ac.id/pengertian-sejarah-dan-organisasi-lembaga-zakat/
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, pada pukul 22.20 WIB

6
Kontributor dari. 2019. Badan Wakaf Indonesia. Wikipedia.org. Retrieved
December 2, 2022 from https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Wakaf_Indonesia
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, pada pukul 22.40 WIB

7
tabungamal.id. 2019. Apa itu LAZIS? Tabungamal.id. Retrieved December 2,
2022 from https://tabungamal.id/berita/apa-itu-lazis
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, pada pukul 22.53 WIB

19

20

Anda mungkin juga menyukai