Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

LEMBAGA PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN


SHADAQAH
D

OLEH:

Dinda Yolanda (4012020046)

Dosen Pembimbing: Alfian, M.E

FALKUTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul LEMBAGA PENGELOLA
ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas makalah kami pada mata kuliah LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON
BANK SYARIAH.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak ALFIAN, M.E.selaku dosen pembimbing


pada mata kuliah LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK SYARIAH yang telah
memberi tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberi sebahagian pengetahuan nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Langsa, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................i

Daftar Isi…..................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan......................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................1

Bab II Pembahasan.......................................................................................................5

A. Pengertian Zakat, Infaq, dan Shadaqah...........................................................5


B. Tujuan Zakat, Infaq, dan Shadaqah.................................................................6
C. Hikmah Zakat, Infaq, dan Shadaqah................................................................7
D. Manajemen Pengelolaan Zakat..........................................................................9
E. Strategi Pengembangan Pengelolaan Zakat....................................................13

Bab III Penutup............................................................................................................17

A. Kesimpulan......................................................................................................17

Daftar Pustaka..............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat, infaq dan shadaqah sudah dikenal dan dilaksanakan oleh umat muslim
sejak lama. Berbicara tentang zakat tidak luput dengan infaq dan shadaqah. Zakat, infaq
dan shadaqah merupakan suatu sistem ekonomi, sosial, moral dan agama. Zakat dapat
disebut juga sebagai suatu sistem politik karena pada dasarnya negaralah yang melakukan
pengelolaannya mulai dari mengumpulkan, mendayagunakan dan mendistribusikan
kepada yang berhak menerimanya berdasarkan syariat islam. Zakat, infaq dan shadaqah
juga merupakan ibadah kita kepada Allah dengan mengeluarkan sebagian harta yang
dimiliki kepada sesama muslim. Selain zakat merupakan perintah agama, zakat juga
sebagai salah satu media untuk mengurangi kemiskinan dan ketidak adilan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian zakat, infaq, dan shadaqah?
2. Sebutkan tujuan zakat, infaq, dan shadaqah?
3. Apa saja hikmah zakat, infaq, dan shadaqah?
4. Bagaimana dengan manajemen pengelolaan zakat?
5. Bagaimana strategi pengembangan pengelolaan zakat?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat, Infaq, Dan Shadaqah


a. Zakat
Secara bahasa, zakat berasal dari bahasa Arab zakā (‫ زكى‬yang memiliki arti suci,
baik, tumbuh atau berkembang. Hal tersebut karena zakat merupakan suatu proses dalam
hal memperbaiki dan membersihkan diri dari apa yang didapatkan atau yang diperoleh.
Sedangkan menurut istilah zakat adalah pengelolaan mengenai takaran atau menimbang
harta tertentu yang didapat dari seseorang yang wajib pajak membayarnya, yang
demikian disebut sebagai muzakki, yang selanjutnya diberikan kepada orang-orang yang
berhak menerimanya atau yang disebut mustahiq.1
b. Infaq
Secara bahasa Infaq berasal dari kata anfaqa yang memiliki arti mengeluarkan
sesuatu (harta) untuk kepentingan atau keperluan sesuatu. Sedangkan secara terminologi
syariat, infaq memiliki arti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau
penghasilan lainnya untuk suatu kepentingan atau keperluan yang diperintah ajaran
Islam. 2
Artinya, infaq salah satu aktivitas manusia dalam memberikan rezeki yang
dikaruniai Allah kepada orang lain dengan rasa ikhlas, bahkan infaq dapat dikeluarkan
dari sebagian hara kecil untuk masyarakat umum.
c. Shadaqah
Shadaqah berasal dari kata bahasa Arab yaitu ‫ صدقة‬yang berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi
oleh waktu dan jumlah tertentu. Hal itu berarti suatu pemberian yang diberikan seseorang
sebagai kebajikan atau perbuatan baik yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala
semata. Shadaqah secara bahasa berasal dari huruf ‫ق‬, ‫د‬, ‫ ص‬serta dari unsur al-Sidq
yang berarti
1
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
hlm. 7.
2
Didin hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, dan Sedekah, (Jakarta : Gema Insani,
1998), hal.14
benar atau jujur, artinya shadaqah adalah membenarkan sesuatu. Shadaqah menunjukkan
kebenaran penghambaan seseorang kepada Allah SWT. Dari pengertian diatas, dapat
dipahami bahwa shadaqah merupakan ibadah yang sifatnya lentur, artinya tidak dibatasi
oleh waktu ataupun batasan tertentu dan tidak terbatas baik berupa materi ataupun non
materi. Artinya segala bentuk perbuatanyang baik itu adalah shadaqah.3

B. Tujuan Zakat, Infaq, Dan Shadaqah


a. Tujuan zakat
1. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup
serta penderitaan.
2. Membantu dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq.
3. Membentangkan serta membina tali persaudaraan sesama muslim dan manusia
secara keseluruhan.
4. Menghilangkan sifat kikir atau pelit dari pemilik harta kekayaan.
5. Membersihkan sifat dengki dan iri dari hati orang-orang miskin.
6. Menhubungkan antara jurang pemisah yang kaya dan yang miskin dalam satu
masyarakat.
7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri sendiri, terutama pada
mereka yang memiliki harta yang berlebih.
8. Mendidik manusia agar disiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak
orang lain yang ada pada harta yang dimilikinya.
9. Sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai suatu keadilan social.4

3
Ibid, hal 15
4
Umrotul Khasanah M.Si, manajemen pengelolaan zakat modern ( Uin-Maliki Press 2010), hal. 73
b. Tujuan infaq
1. Sarana Pembersih Jiwa dari upayanya untuk mensucikan diri;mensucikan diri dari
sifat kikir, tamak dan dari kecintaan yang sangat terhadap dunianya , juga
mensucikan hartanya dari hak-hak orang lain.
2. Realisasi Kepedulian Sosial untuk ditegakkan adalah hidupnya suasana takaful
dan tadhomun (rasa sepenanggungan) dan hal tersebut akan bisa direalisasian
dengan infaq.
3. Sarana Untuk Meraih Pertolongan Allah SWT hanya akan memberikan
pertolongan kepada hambaNya, manakala hambanya-Nya mematuhi ajarannya
dan diantara ajaran Allah yang harus ditaati adalah menunaikan infaq.

4. Ungkapan Rasa Syukur Kepada Allah Menunaikan infaq merupakan ungkapan


syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita.
5. Salah Satu Aksiomatika Dalam Islam Infaq adalah salah satu rukun Islam yang
diketahui oleh setiap muslim, sebagaimana mereka mengetahui shalat dan
rukunrukun Islam lainnya.5
c. Tujuan shadaqah
1. Memperkuat keimanan.
2. Meningkatkan rasa empati sosial.
3. Terhindar dari nilai materialisme.
4. Rasa syukur kepada Tuhan/ Allah SWT.
5. Melatih berpikir positif.
6. Mendapatkan pahala dari Tuhan/Allah SWT.6

5
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul Wahab Sayyid Hawwas, Fiqih Ibadah (Jakarta: Amzah, 2010),hal. 426
6
Wawan Shofwan S, Risalah Zakat, Infaq dan Sedekah Cet I (Bandung: Tafakur, 2011), hal. 18-19
C. Hikmah Zakat, Infaq, Dan Shadaqah

a. Hikmah zakat

1) Adapun hikmah zakat bagi si pemberi antar lain:

 Mensucikan jiwa dari sifat kikir. Sifat kikir merupakan tabiat manusia
yang tercela, sifat ini timbul karena rasa keinginan untukmemiliki sesuatu
sehingga manusia cenderung mementingkan diri sendiri terhadap hal-hal
yang baik dan bermanfaat dari pada orang lain.
 Merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah SWT. Karena
sesungguhnya Allah SWT senantiasa menambah nikmat kepada hambanya
yang bersyukur baik yang berhubungan dengan diri maupun hartanya.
 Mengembangkan kekayaan batin. Dengan mengeluarkan zakat berarti
telah berusaha menghilangkan kelemahan jiwanya, egoisme serta
menghilangkan bujukan setan dan hawa nafsu.
2) Hikmah bagi si penerima sebagai berikut:

 Membebaskan si penerima dari kebutuhan. Allah SWT telah mewajibkan


zakat dan menjadikannya sebagai salah satu tiang agama dalam Islam,
dimana zakat diambil dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-
orang yang berhak menerima zakat, dengan adanya zakat tersebut mereka
dapat memenuhi kebutuhan materinya.
 Menghilangkan sifat benci dan dengki. Dengan adanya kewajiban zakat
orang akan merasa baha muslim yang satu bersaudara dengan muslim
yang lain, sehingga tidak ada rasa dendam, dengki dan benci.7
b. Hikmah infaq dan shadaqah
1) Bagi yang menunaikan ( munfiq, musaddiq):

 Suci atau bersihnya jiwa dari sifat-sifat tercela seperti tamak, bahil, kikir,
sombong.
 Menumbuhkan rasa solidaritas tinggi seperti menyayangi kaum fakir miskin.

7
El-Madani, Fiqh Zakat Lengkap, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 13
 Menumbuhkan kembangkan sikap care sosial dan semangat persaudaraan.

 Menghilangkan kotor hartanya, di dalam titipan harta yang melimpah ruah


terdapat bagian harta orang lain sehinnga Allah SWT menganjurkan bahkan
mewajibkan untuk diberikan kepada orangorang berhak.
 Menyeburkan harta muzakki, munfiq, dan mushoddiq dengan syarat dibarengi
ketulusan karena Allah.
 Di jauhkan dari segala murka Allah SWT kelak di Yaumil Mahsar.
2) Bagi penerima (mustahiq):

 Mensucikan semua pradigma yang kotor seperti hasad, dan karakter yang
kurang baik terhadap firqoh al-ghoniyiin seperti dendam disebabkan hidupnya
mereka serba kecukupan.
 Menumbuhkan rasa syukur kapada Allah SWT, dan sikap kepedulian sosial
terhadap yang mampu disebabkan sudah membatu meringankan beban
hidupnya.
 Dijadikan metra kerja dalam berbisnis sehingga hidup layak.

3) Bagi umara (pemerintah):

 Mempermudah pemerintah dalam menjalankan program-programnya


termasuk yang kaitan dengan pembagunan SDM dan kemandirian umat.

 Mempermudah dan mengurangi pemerintah dalam meminimalisir


kesenjangan sosial sehingga berdampak terhadap tetidak amanan masyarakat.8

D. Manajemen Pengelolaan Zakat

Dalam bahasa Arab, manajemen diartikan dengan nazzama yang berarti mengatur,
menyusun, mengorganisir, menyesuaikan, mengontrol, menyiapkan, mempersiapkan, dan

8
Mardani, fiqh ekonomi syariah (jakarta: kencana, 2016),hlm.348-349.
merencanakan.9 Sedangkan dalam UU No. 23 Tahun 2011, Pengelolaan zakat adalah
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Pasca disahkannya UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, maka ada 2
(dua) bentuk lembaga pengelola zakat di Indonesia, yaitu Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZNAS dapat membentuk Unit
Pengumpul Zakat (UPZ).

a. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)


BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dibentuk o1eh pemerintah
untukme1aksanakan penge1o1aan zakat secara nasional.Baznas merupakan 1embaga
pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri.

Dalam melaksanakan tugas BAZNAS menyelenggarakan fungsi perencanaan,


pelaksanaan, pengenda1ian dan pe1aporan pengumpu1an, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.Baznas juga dapat bekerjasama dengan pihak terkait sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAZNAS terdiri atas 11 (sebelas) orang anggota, terdiri dari 8 orang dari unsur
masyarakat dan 3 (tiga) orang dari unsur pemerintah.Anggota BAZNAS diangkat dan
diberhentikan oleh presiden atas usul menteri.Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama,
tenaga profesional, dan tokoh masyarakat Islam.Anggota BAZNAS dari unsur
masyarakat diangkat oleh presiden atas usul menteri setelah mendapat pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang berkaitan dengan pengelolaan zakat.

Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk
I(satu) kali masa jabatan.Dalam melaksanakan tugasnya BAZNAS dibantu oleh
sekretariat.Anggota BAZNAS diberhentikan apabila: (a) meninggal dunia, (b) habis masa
jabatan, (c) mengundurkan diri, (d)tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan
secara terus menerus, (e) tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota.

9
Kamus al-Munawwir, Software Al-Munawwir Translator Program, v. 1. 0.0, 2010
b. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi dan Kabupaten/kota
Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan
kabupaten/kota dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota.BAZNAS
provinsi dibentuk oleh menteri atas usul gubemur setelah mendapat pertimbangan
BAZNAS.BAZNAS kabupaten/kota dibentuk oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk
atas usul bupati/walikota setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.

Dalam hal gubernur atau bupati/walikota tidak mengusulkan pembentukan


BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota, menteri atau pejabat yang ditunjuk
dapat membentuk BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota setelah mendapat
pertimbangan BAZNAS.BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaen/kota melaksanakan
tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau kabupaten/kota masing-masing.

c. Unit Pengumpul Zakat (UPZ)


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS
kabupaten/kota dapat membentuk UPZ di instansi pemerintah, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan
RepublikIndonesia diluar negeri serta dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan,
kelurahan atau nama lainnya, dan tempat lainnya.

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan
Hak Amil.

d. Lembaga Amil Zakat


Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah Lembaga yang dibentuk masyarakat yang
memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat.Pembentukan LAZ wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh
menteri.LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala.
LAZ skala nasional dapat membuka perwakilan disetiap provinsi 1 (satu) perwakilan,
setelah mendapat izin dari kepala kanwil kementerian agama provinsi. Untuk mendapat
izin pembukaan perwakilan LAZ dilakukan dengan mengajukan permohonan tertulis
kepada kepala kanwil kementerian agama provinsi dengan melampirkan :

a. Izin pembentukan LAZ dari Menteri Agama;


b. Rekomendasi dari BAZNAS Provinsi;
c. Data mudzakki dan mustahik;
d. Program penggunaan zakat bagi kesejahteraan umat.
Pasal 3 UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat menyebutkan tujuan dari
pengelolaan zakat, yaitu:

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan


b. Meningkatan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan pasal di atas, ada 2 (dua) tujuan dari pengelolaan zakat. Pertama,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan.Yang dimaksud dengan efektifitas dan
efisiensi adalah pendayagunaan sumber daya untuk mencapai taraf hasil yang ditetapkan.
Hubungan antara pendayagunaan sumber daya dengan pencapaian taraf hasil harus
diperantarai oleh dukungan perangkat yang memadai, yaitu: (1) Tersedianya teknologi
pelaksana pekerjaan, (2) Tersedianya struktur kelembagaan, (3) Tersedianya sumber daya
manusia yang mumpuni, (4) Terdapat dukungan dalam pengelolaan dari pemerintah dan
masyarakat, (5)Kepemimpinan yang mampu mengarahkan seluruh mekanisme
pengelolaan zakat.

Kedua, kemanfaatan zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan


penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan mendapat perhatian dalam agama Islam. Hal
tersebut disebabkan oleh dampak ikutan yang muncul akibat kemiskinan.Kemiskinan
dapat memunculkan multi dimensi keburukan.Kemiskinan menimbulkan kekafiran,
meningkatkan angka kriminalitas, menyebabkan keretakan rumah tangga, menyebabkan
munculnya generasi yang lemah secara fisik karena tidak mendapatkan asupan gizi yang
layak, dan lemah secara pendidikan karena ketiadaan biaya.10

E. Strategi Pengembangan Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat sudah mengalami perkembangan yang pesat, dari yang semula
bersifat tradisional beralih ke pengelolaan zakat yang bersifat modern. Hal ini tergambar
melalui manajemen yang modern dengan dukungan berbagai teknologi, tertib hukum,
tertib administrasi, displin dalam pengumpulan serta pengelolaan zakat dan juda
pendistribusiannya, bersifat transparan, efektif, efisien dan yang paling penting adalah
pengelolaan yang bersifat profesional sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan
syariat yang berlaku.
Untuk itu organisasi zakat harus memperhatikan asas dan tujuan pengelolaan
zakat itu sendiri yaitu melaksanakan amanah para muzakki agar harta zakat mereka dapat
mencapai sasarannya sesuai dengan tuntunan agama.Hingga sekarang ini pengelolaan
zakat khususnya di Indonesia dapat dikatakan belum terlaksanakan dengan baik.
Dengan demikian, dapat dikatakan kegiatan pengelolaan zakat sampai sekarang
ini baru mampu menyentuh sisi pengumpulan dan pendistribusian, itupun pada umumnya
langsung didistribusikan oleh pengelolaan kepada para mustahik, atau justru langsung
dilakukan oleh muzakki kepada mustahik yang diinginkannya.Akibat kurangnya upaya
dan kegiatan pengelolaan harta zakat, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja zakat hari
ini belum mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan. Untuk meningkatkan kinerja
zakat dimasa yang akan datang diperlukan pemikiran kreatif dan tindakan nyata dari
semua pihak, terutama pada Badan amil zakat dan Lembaga amil zakat.
Adapun strategi dalam pengelolaan dana zakat dan pendistribusian dana zakat
diindonesia yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan yang pada awalnya dalam pendistribusian yang selalu menggunakan pola
konsumsi maka lebih baiknya pengelolaan dilakukan dengan pola produktif yang

10
H. Ahmad Furqon, Lc,Ma, Manajemen Zakat dan Sejarah Pengelolaannya, hal.30-32
mana tidak semua dana zakat yang terhimpun segera disalurkan kepada para mustahik
tetapi sebagian dari dana zakat tersebut dikelola menjadi modal usaha.
2. Menjaga agar tidak berkurang secara tidak wajar.

3. Mengamankan agar tidak hilang.

4. Mengembangkan dana zakat yang terkumpul sehingga berkembang dan tidak habis
sesaat.
5. Mendata dan meneliti mustahik yang ada, mulai dari jumlah rumah tangga dan
anggota keluarga masing-masing.
6. Mendata dan meneliti ragam kebutuhan mustahik yang terdaftar sekaligus menyusun
skala prioritasnya.
7. Membagi dana kepada masing-masing mustahik dengan asas keadilan dan
pemerataan dan senantiasa berpedoman kepada skala prioritas.
8. Mengupayakan agar pendistribusian tidak hanya terbatas pada pola konsumtif murni
tetapi sebagian dengan pola konsumtif kreatif.
9. Menyerahkan bagian masing-masing mustahik dengan cara mengantarkannya
ketempat mereka masing-masing, bukan justru memanggil para mustahik ke kantor
Badan amil zakat.

Strategi lain adalah dalam pengembangan teknis pembayaran zakat, yang mana di
dalam kajian fikih sering dijumpai perdebatan antara aliran satu dengan aliran lainnya,
mengenai teknis pembayaran zakat. Ada yang berpendapat zakat fitrah harus di bayar
menggunakan beras dan tidak boleh diuangkan dan ada juga yang berpikir sebaliknya.

Seiring berjalan nya waktu, ada beberapa strategi dalam teknis pembayaran zakat yaitu
sebagai berikut :
a. Tata Cara Pengumpulan Zakat

1. Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dengan cara menerima atau
mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.
2. Badan Amil Zakat dapat bekerja sama dengan bank dalam pengumpulan zakat
harta muzakki yang berada di bank atas permintaan muzakki.
3. Badan Amil Zakat dapat menerima harta selain zakat seperti infaq, sedekah,
hibah, wasiat, waris dan kafarat.
4. Muzakki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya
berdasarkan hukum agama.
5. Apabila muzakki tidak dapat mneghitung, maka dibantu oleh lembaga yang
bersangkutan.
b. Pendistribusian Zakat

Zakat di distribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat islam, yang


dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan,
keadilan, dan kewilayahan.
c. Sistem Pemungutan Suara

1. Self Assesment, yaitu teknis pembayaran zakat yang dihitung dan dibayarkan
sendiri oleh muzakki atau disampaikan ke Lembaga Amil Zakat dan Badan Amil
Zakat untuk diberikan kepada yang berhak
2. Official Assesment yaitu teknis pembayaran zakat yang dihitung dan diberikan
oleh pihak yang berwenang, misalnya BAZ atau LAZ
d. Pendayagunaan Zakat

1. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahik dilakukan berdasarkan


persyaratan :
a.Hasil pendataan dan penelitian mustahik kebenaran delapan asnaf
b.Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi
ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan
bantuan .
c.Mendahulukan mustahik dalam wilayahnya masing-masing
2. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif dilakukan
berdasarkan persyaratan :
a.Apabila pendayagunaan zakat untuk mustahik delapan asnaf telah
terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan
b.Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan
c.Setelah melalui kajian dan pertimbangan pengurus
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita bisa melihat betapa seriusnya Islam memperhatikan masalah pembinaan


ukhuwah ini didalam ajarannya, diantaranya adalah zakat, infaq dan shadaqah
mengajarkan kepada kita satu hal yang sangat esensial, yaitu bahwa Islam mengakui
hak pribadi setiap anggota masyarakat, tetapi juga menetapkan bahwa didalam
kepemilikan pribadi itu terdapat tanggung jawab sosial atau kata lain bahwa Islam
dengan ajarannya sangat menjaga keseimbangannya antara maslahat pribadi dan
maslahat social. Zakat, sifatnya wajib dan adanya ketentuannya atau batasan jumlah
harta yang harus zakat dan siapa yang boleh menerima. Infaq, sumbangan sukarela
atau seikhlasnya (materi). Shadaqah atau sedekah, lebih luas dari infaq, karena yang
disedekahkan tidak terbatas pada materi saja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa zakat, infaq dan shadaqah memiliki persamaan dan
perbedaan masing-masing. Persamaan antara zakat, infaq dan shadaqah yaitu
merupakan sejumlah harta yang khusus diberikan kepada kelompok-kelompok
tertentu dan diberikan dengan syarat-syarat tertentu pula, dan ketiganya merupakan
pemberian seseorang kepada orang yang membutuhkan dengan tujuan untuk
meringankan beban kehidupan mereka. Adapun perbedaan zakat, infaq dan shadaqah
yaitu harta yang dibayarkan untuk zakat memiliki syarat dan ketentuan yang harus
terpenuhi dengan batasan tahun (haul) dan ukuran (nishab), sedangkan harta yang
digunakan untuk infaq dan shadaqah tidak memiliki haul dan nishab. Ada dua bentuk
lembaga pengelolaan Zakat yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dapat
membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ), dan Lembaga Amil Zakat(LAZ).
DAFTAR PUSTAKA
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema
Insani Press.

Hafidhuddin, Didin. 1998. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, dan Shadaqah.
Jakarta : Gema Insani.

Khasanah M.Si, Umrotul. 2010. Manajemen Pengelolaan Zakat Modern. Uin-


Maliki Press.

Aziz Muhammad Azzam, Abdul, dkk. 2010. Fiqih Ibadah. Jakarta : Amzah.

Shofwan S, Wawan. 2011. Risalah Zakat, Infaq, dan Shadaqah Cet I. Bandung :
Tafakur.

El-Madani. 2013. Fiqh Zakat Lengkap. Yogyakarta : Diva Press.

Mardani. 2016. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta : Kencana.

Kamus al-Munawwir. 2010. Software Al-Munawwir Translator Program, v.1.0.0

H. Ahmad Furqon, Lc,Ma. Manajemen Zakat dan Sejarah Pengelolaannya.

Tauran Sidik, Nana, dkk. 2014. Pengelolaan dan Pengembangan Zakat. STIAIN
Palangkaraya.

Anda mungkin juga menyukai