Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

BANK SYARIAH

Di susun oleh:

Dinda Yolanda (4012020046)

Dosen Pengampu:
Alfian, M.E.

Prodi perbankan syariah


Semester II

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
ZAWIYAH COT KALA LANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “bank syariah” ini tepat
pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas bapk Alfian. M.E. pada mata kuliah lembaga keuangan bank&non bank syariahSelain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bank syariah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Alfian. M.E. selaku dosenyang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Langsa, 9 april 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................4
A. LatarBelakang.................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................6
A. Pengertian Bank Syariah..................................................................6
B. Sejarah Perkembangan Bank Syariah...............................................12
C. Kelembagaan Dan Kegiatan Usaha Bank Syariah............................15
D. Prinsip Dasar Bank Syariah..............................................................16
E. Kebijakan Dan Pengembangan Perbankan Syariah Di Indonesia.....17
BAB III : PENUTUP...........................................................................20
A. Kesimpulan......................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbankan syariah dan lembaga keuangan syariah lain sebagai salah satu instrumen
penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua dekade terakhir ini,
terutama di Asia Tenggara. Namun dalam praktiknya, sistem perbankan yang dianut
berbeda. Pakistan dan Iran, misalnya, menggunakan Sistem Perbankan Islam. Di bawah
sistem ini, semua bank yang ada beroperasi secara syariah. Malaysia dan Indonesia
menganut berbeda.di dua negara serumpun ini, praktik perbankan menganut dual banking
system. Artinya, bank- bank syariah didirikan dan beroperasi berdampingan dengan
perbankan konvensional.1
Kehadiran perbankan syariah di Indonesia pada tahun 1990-an merupakan langkah
awal perkembangan perbankan syariah. Diawali dari pertemuan- pertemuan intensif antara
alim ulama dan cendekiawan Muslim yang membahas kedudukan bunga bank ditinjau dari
ajaran Islam. Terdapat banyak faktor yang berkontribusi mendorong bertumbuhnya
perbankan syariah nasional dalam tahun- tahun mendatang. Faktor pendorong terpenting
antara lain adalah kejelasan visi, misi, dan sasaran pengembangan yang diwujudkan dalam
cetak biru pengembangan perbankan syariah nasional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah


Bank syariah ialah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah yang terbagi 2 yaitu Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Upaya pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama
islam untuk mengambil maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba
serta adanya larangan investasi untuk usaha-usaha yang masuk dalam prinsip haram,
dimana hal tersebut tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan yang bersifat
konvensional. Persaingan usaha antar bank yang semakin ketat pada saat ini telah
mendorong munculnya berbagai jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai
keunggulan yang amat kompetitif. Dalam hal ini Bank Umum atau bank konvensional
akan mendapat pesaing baru dengan kehadiran berbagai lembaga- lembaga keuangan
ataupun yang di kenal bank non- konvensional. Fenomena ini ditandai dengan
pertumbuhan lembaga keuangan dan bank – bank dengan prinsip sistem syariah.

B. Sejarah Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia


Awal mula Sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia sebagai salah
satu negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia baru pada akhir - akhir
abad ke-20 ini memiliki bank-bank yang pengelolaannya pada prinsip - prinsip syariah.
Pada awal berdirinya Negara Indonesia perbankan di Indonesia masih berpegang pada
prinsip sistem konvesional atau lebih dikenal dengan sistem bunga bank. Hingga pada
tahun 1983 dikeluarkan paket kebijakan yang berkenaan dengan pemberian keleluasaan
tingkat suku bunga, termasuk salah satunya bunga nol persen. Hal ini berlanjut sampai
dikeluarkannya paket kebijakan Oktober 1988 sebagai kebijakan deregulasi di bidang
perbankan yang membolehkan berdirinya bank- bank baru.
Pada tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia membentuk panitia kerja untuk
mendirikan pertama kali Bank islam di Indonesia. Sebagai hasil kerja Tim Perbankan
MUI tersebut adalah berdirilah bank syariah pertama yaitu PT Bank Muamalat Indonesia
(BMI) yang sesuai akte berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991. Bank Muamalat Pada
awal masa operasinya belum mendapat perhatian optimal dalam tatanan perbankan
nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah saat itu hanya
diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan sistem bagi hasil" pada Undang –
undang Nomor. 7 Tahun 1992
Pada tahun 1998, pemerintah dan DPR melakukan penyempurnaan UU No. 7/1992
tersebut menjadi UU No. 10 Tahun 1998. Di mana secara tegas menjelaskan bahwa ada
dua sistem dalam perbankan di Tanah Air (dual banking system), yaitu sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.
Peluang ini disambut hangat masyarakat perbankan. Ditandai dengan berdirinya
berbagai Bank – bank yang berprinsip syariah, antara lain Bank IFI, Bank Syariah
Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD Jabar dan
BPD Aceh , dan lain - lain. 1

C. Kelembagaan Dan Kegiatan Usaha Bank Syariah


Terkait kegiatan yang dilakukan oleh bank syariah dapat dijumpai di dalam undang-
undang mengenai Perbankan Syariah tepatnya pada pasal 19. Beberapa kegiatan tersebut
hampir sama dengan apa saja kegiatan yang dilakukan bank umum namun semua akadnya
berlandaskan pada prinsip syariat islam dan tidak boleh bertentangan.
Berikut beberapa kegiatan usaha Bank Syariah, antara lain:
1. Menghimpun dana dari masyarakat baik itu yang bentuknya tabungan, giro,
deposito dan lainnya dengan akad yang sesuai syariah.
2. Menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat menggunakan akad yang sesuai
syariah seperti mudharabah atau musyarakah dan lain sebagainya.
3. Menyalurkan pembiayaan dalam konteks persewaan sesuai akad yang
diperkenankan syariah.
4. Mengambil alih utang dengan dasar akad hawalah atau bisa juga akad lain yang
sesuai syariah.
5. Menyediakan produk seperti kartu debit atau pun jenis kartu pembiayaan lainnya
sesuai syariah.
6. Membeli/menjual/menjamin resiko dari surat berharga yang diterbitkan berdasar
akad sesuai syariah.
7. Melakukan kegiatan lainnya sama seperti bank umum namun harus sesuai dengan
prinsip syariah.

1
Soemitra. 2009. Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana
Lembaga keuangan Syariah pada operasionalnya memiliki prinsip-prinsip yaitu:
1. Prinsip keadilan yaitu prinsip berbagi untung atas penjualan riil yang tentunya
disesuaikan dengan kontribusi dan risiko masing-masing pihak.
2. Prinsip kemitraan yaitu posisi nasabah penyimpan dana, pengguna dana, dan
lembaga keuangan sejajar dengan mitra usaha yang saling sinergi dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan.
3. Prinsip transparansi yaitu prinsip yang menekankan bahwa lembaga keuangan
Syariah selalu memberikan pelaporan keuangan terbuka dan secara
berkesinambungan tentunya agar nasabah penyimpan dana (investor) dapat
memantau dan mengetahui kondisi dananya.
4. Prinsip universal yaitu prinsip yang tidak membeda antara agama, ras, suku dan
golongan dalam masyarakat. Hal ini tentunya sesuai dengan prinsip dalam agama
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

D. Prinsip Dasar Bank Syariah


Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan menganut prinsip-prinsip syariah.
Dilansir dari laman resmi ojk.go.id, berikut prinsip dasar bank syariah yang mengacu pada
Al Quran dan Hadis antara lain adalah:2
1. Prinsip Mudharabah
Mudharabah ialah akad kerja sama yang terjalin antara pemilik modal dan
pengelola dana dimana sistem bagi hasil keuntungan dilakukan sesuai dengan
kesepakatan awal.
Apabila nantinya usaha yang dijalankan mengalami kerugian besar, maka sang
shahibul maal wajib menanggung seluruh kerugian usaha
2. Prinsip Wadi’ah
Wadi’ah adalah akad Tabarru (non-profit) yang berupa amanah dari satu nasabah
untuk diberikan kepada nasabah lain yang memerlukan pertolongan. Prinsip
wadi’ah dibagi menjadi dua jenis, yaitu Wadi’ah Yad Amanah dan Wadi’ah Yad
Dhamanah.
3. Prinsip Musyarakah
Musyarakah ialah kerja sama antara dua atau lebih shahibul maal (pemilik modal)
untuk mendirikan suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan
keputusan nisbah yang telah disepakati bersama sebelumnya.

2
Salman. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah. Jakarta : Indeks
4. Prinsip Qardh
Qardh merupakan perjanjian pinjam-meminjam harta kepada nasabah yang dapat
ditagih atau diminta kembali berdasarkan kesepakatan bersama.
5. Prinsip Istishna
Istishna bisa diartikan sebagai transaksi jual beli yang mana pembayarannya dapat
dilakukan dengan cara mencicil dalam beberapa kali (termin) pembayaran.
Dalam pelaksanaannya di bank syariah, Istishna diaplikasikan untuk berbagai
bentuk pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
6. Prinsip Salam
Hampir serupa dengan Istishna, Salam adalah transaksi jual beli suatu barang
dengan harga pokok ditambah keuntungan yang telah disepakati.
Dalam praktik perbankan, transaksi jual beli barang dengan prinsip Salam
dilakukan dengan cara pihak bank bertindak sebagai pembeli sementara nasabah
sebagai penjual.
7. Prinsip Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli yang melibatkan dua belah pihak yakni bank dan
nasabah. Disini pihak bank bertindak sebagai penjual barang yang diminta oleh
nasabah.
8. Prinsip Ijarah
Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna suatu barang tertentu dengan
pembayaran upah sewa yang telah disepakati dua belah pihak tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan barang yang disewakan
9. Prinsip Wakalah
Wakalah merupakan akad pemberi kuasa dari pihak lain berupa jasa untuk
mewakili dirinya melaksanakan segala urusan yang diminta oleh pihak terkait
dengan batasan kewenangan dan waktu tertentu.
10. Prinsip Hiwalah
Dalam praktik perbankan syariah, Hiwalah bisa diartikian sebagai transaksi
mengalihkan utang piutang guna membantu supplier untuk mendapatkan modal
tunai.
E. Kebijakan Dan Pengembangan Perbankan Syariah Di Indonesia
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka
dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan
Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap
kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan
perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara
lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional.
Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan
terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional.
Oleh karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu
kepada rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API),
Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN). Dengan demikian upaya pembangunan perbankan syariah merupakan bagian
dan kegiatan yang mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar
pada tingkat nasional.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian kita sepakati bersama bahwa perbankan islam adalah lembaga keuangan
yang menjalankan aktivitas perbankan konvensional murni yang tidak sama sekali ada
kaitannya dengan kegiatan keagamaan yang akan menimbulkan kontradiksi apabila terjadi
sebuah kesalahan, maka agama islam termasuk di dalamnya umat islam itu akan
tersalahkan.
Namun dalam kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari
landasan dan prinsip-prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam adalah
untuk menyempurnakan dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan saja
berorientasi pada profitabilitas tapi juga bagaimana perbankan islam itu sendiri
mengedepankan etika dan moral dalam berbisnis di dunia perbankan yang dapat
menciptakan sebuah kegiatan perbankan yang efisien dan efektip (bebas dari Riba, Gharar,
Maysir, dll) sehingga dapat berimplikasi pada pembangunan ekonomi, kesejahteraan
rakyat, menciptakan pasar ekonomi yang sehat dan menghilangkan paradigma dzalim.
DAFTAR PUSTAKA

Andri Soemitra. 2009. Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana. Kautsar Riza
Salman. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah. Jakarta : Indeks.
http://www. Makalahegi.blogspot.com Diakses pada tanggal 01 Mei 2014
http://www. Eramoeslem.com”ekonomi syariah

Anda mungkin juga menyukai