Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SEJARAH AKUTANSI SYARIAH ERA ROSULULLAH S.D ERA MODERN

DOSEN PENGAMPU

Jati Imantoro, S.E., M.E.,Sy.

DISUSUN OLEH

Lutfiatul Azizah (22650008)

Dilla Oktaviyani (22650010)

Ika Nurmala Sari (22650013)

PROGRAM STUDI D3 PERBANKAN DAN KEUANGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

TP 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puju dan syukur atas kehadirat Allah SWT artas segala limpahan rahmat taufik dan hidayatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Sejarah Akutansi Syariah Era Rosulullah S.D Era Modern
dengan lancer . Sholawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah membimbing kita semua dari zama jahiliyah hingga zaman penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi
maupun cara penulisannya. Namu penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki serra dari buku-buku penunjang dan jurnal yang penulis pakai sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan hati yang terbuka penulis menerima saran dan kritikan
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Metro, 23 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………....1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….2

2.1 Perkembangan Awal Akutansi………………..……………..………..……………………2

2.2 Sejarah Akutansi……………………………………………………………………………3

2.3 Perkembangan Akutansi Syariah……………………………………………………………5

2.4 Sekilas Prosedur dan istilah dalam Akutansi………………………………………………..7

2.5 Hubungan Akutansi Modern dan Syariah……………………………………………………8

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………….9

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………9

3.2………………………………………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akutansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan mengiterprestasikan aktivitas keungan hal
ini dapat dilihat dari sistem pendidikan, standar, dan praktik akutansi dilingkungan bisnis. Dilihat dari
jauh, akutansi secara sosiologis saat ini telah mmengalami perbahan besar. Akutansi tidak hanya
dipandang sabagai bagian dari pencatatan dan pelaporan keuangan perusahaan. Akutansi telah
dipahami sebagai sesuatu yang tidak bebas nilai, tetapi dipengaruhi ilia-nilai yang
melingkupinya.bahkan akutansi tidak hanya dipengaruhi, tetapi juga mempengaruhi lingkungannya.

Setelah Indonesia merdeka, pernah dirasakan kekurangan akan tenaga akuntan. Pada tahun 1947,
hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu prof. Dr. Abutari . dalam masa perang
kemerdekaan (1945-1950), kursus-kursus untk mendidik tenaga di bidang akutansi di lanjutkan di
Indonesia sendiri, pendidikan akutan dimulai dengan dibukanya jurusan akutansi di universitas
Indonesia, Padjajaran, USU, UNAIR dan UGM.
Jiika dtarik kesimpulan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tujuan utama akutansi adalah
menyajikan informasi ekonomi atau informasi keuangan yang tentu saja banyak dibutuhkan oleh
orang-orang yang berkepentingan terhadapnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalah dalam
permasalahan ini adalah:
1. Bagian Perkembangan Awal Akutansi?
2. Bagaimana Sejarah Akutansi?
3. Bagaimana Perkembangan Akutansi Syariah?
4. Bagaimana Sekilas Prosedur dan Istilah dalam Akutansi?
5. Bagaimana Hubungan AKutansi Modern dan Syariah?

1.3 Tujuan Pemulisam


Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun tujuannya
yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui serta Memahami Perkembangan Awal Akutansi
2. Mengetahui serta Memahami Sejarah Akutansi
3. Mebgetahi serta Memahami Perkembangan Akutansi Syariah
4. Mengertahui serta Memahami Sekilas Prosedur dan Istilah dalam Akutansi
5. Mengetahui serta Memahami Hubungan Akutansi Modern dan Syariah
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Awal Akutansi

Pada awalnya akutansi merupakan bagian dari ilmu pasti, yaitu dari ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah hukum alam dan perhitungan yang bersifat memiliki kebenaran absolut.
Sebagai bagian dari ilmu pasti yang perlkembangannya bersifat akumulatif.

Penemuan metode baru dalam akutansi sanantiasa mengalami penyeseuaian dengan kondisi setempat,
sehingga dalam perkembangan selanjutnya, ilmu akutansi lenoh cenderung manjado bagian ilmu social
(sosial science), yaitu bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari fenomena keadaan masyarakat
dengan lingkungan yang bersifat leboh relative.

Perubahan ilmu akutansi bagian ilmu pasti menjadi ilmu social lebih desebabkan oleh faktoor-faktor
perubahan dalam masyarakatyang semula dianggap sebagai sesuatu yang konstan misalnya transaksi
usahan yang akan diprngaruhi oleh budaya dan tradisiserta kebiasaan dalam masyarakat. Oleh sebab itu,
akutansi masih berada ditengah-tengan pembagian ilmu pengetahuan tersebut hingga kini. Bahkan
mayoritas pemikiran akutansi saat ini masih menitikberatkan pada pemikiran positif melalui penggunaan
data empiris dengan pengolahan yang bersifat matematis.

2.2 Sejarah Akutansi

a. di Dunia

Akyutansi merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak zaman prasejarah, keluarga memiliki
perhitungan tersendiri untuk mencatat makanan dan pekaian yang harus mereka siapkan dan mereka
gunakn pada musim dingin. Ketika masyarakat mulai dengan mengenal adanya “perdagangan”, maka
pada saat yang sama mereka tengah mengenal konsep nilai (value) dan mulai mengenal sistem moneter
(mobetary system).

Periode perkembanganakutansi adalah sebagai berikut:

- Periode Mesir

Adanya gudang untuk menyimpan barang dan kisah penjualan nabi Yusuf oleh saudaranya.

- Periode Babilonia

Didapati hasil penelitian adalah tablet catatan pemasukan, pengeluaran, dan produksi
- Periode China

Pemerintah China menggunakan akutansi untuk mengevaluasi efisiensi program dan


pelaksanaanya. Pada masa Dinasti Chao (1122-256 SM) diketahui sebagai pencapaian akutansi
yang baik.

- Periode Yunani

Pemerintah membagi barang secara adil kepada rakyatnya, permulaan akutansi mengawasi
keseimbangan, uang masuk, pengeluaran dan berakhir pada keseimbangan.

- Periode Romawi

Catatan pembukuan menggunakan tablet lilin yang sangat mudah rusak Catatan berupa literature
dan susunan pembukuan.

Walaupun akutansi telah dimulai dari zaman prasejarah, saat ini kita hanya mengenal Luca
Paciolo sebagai Bapak Akutansi Modern. Pada tahun 1494 beliau menerbitkan buku ilmu yang
berjudul “ Suma de Arithmatica, Geometrica, proportioni et proportionalita”. Dalam bukunya ia
memberi penjelasan tentang pembukuan catatan berpasangan (double entry book keeping)
sebagai dasar perhitungan akutansi modern. Sebenarnya, ia bukan orang yang menemukan double
entry bookkeeping system,mengingat sistem tersebut telah dilakukan sejak adanya perdagangan
antara Venice dan Geona pada awal ke-13 M setelah terbukanya perdagangan Timur Tengan dan
Mediterania. Menurut Verneo kam (1990), Akutansi diperkenalkan pada zaman Feodalisme
Barat. Namum setelah dilakukan penelitian lebih lanjut di temukan bahwa akutansi telah
ditemukan sejak abad ke-9 M.

Pembukuan secara berpasangan atau sekarang dikanal dengan double entry bookkeeping system
yaitu debit kredit yang merupakan dasar ilmu akutansi Karangan buku dari Lucas Pacioli telah
banyak menginspirasi para ahli untuk mengembangkan akutansi dan merupakan cikal bakal
sejarah bidang akutansi.

Setelah itu akutansi berkembang dengan pesat didaerah Eropa disebut dengan sistem nuku
kontonental. Pada awalnya tata buku ini adalah tata buku tunggal. Namun krena kebutuhan yang
ada semakin kompleks dan seiring berjalannya waktu lahirlah buku berpasangan yang tidak hanya
berkembang di Eropa namun menyebar sampai ke Amerika. Sistem Amerika tersebut dikatakan
sebagai sistem Anglo Saxon yang pada zaman ini disebut accounting atau akutansi.

Akutansi kemudian berkembang lagi dengan munculnya akutansi biaya dan sistem penyusutan
(depresiasi) pada abad ke-19, ketika terjadi revolusi industry di Benua Eropa pada saat itu.
Akutansi pada akhirnya berkembang seiring dengan berkembangnya zaman dan peradaban
manusia, dan akutansi di zaman modern ini berkembangnya baik Eropa dan semakin pesat di
Negara Amerika Serikat (Kartikahadi,2016). Ketika mamasuki abad ke-20 kerumitan di dunia
akutansi mulai muncul bersamaan sehingga akutansi diakui menjadi ilmu akademik yang
tersendiri.

b. di Indonesia

Akuntansi di Indonesia sebenarnya sudah masuk ke Indonesia sajak zaman kerajaan di masa yang lalu,
seperti kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijya, dan kerajaan Mataram dapat disebut menjadi pintu masuk
bagi akutansi untuk berkembang di Indonesia. Sejak tahun 1642, Akutansi sudah mulai diterapkan di
Indonesia.

Di Indonesia, akutansi mulai diterapkan pada era penjajahan belanda sejak sekitar abad ke 17 atau
tahun 1642, tetapi jejak yang jelas baru ditemuai pada pembukuan yang dilaksanana Amphioen Socity
berdiri di Jakarta sejak tahun 1747. Tetapi perkembangan akutansi yang mencolok baru muncul setelah
undang-undang mengenai tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870. Dengan dihapuskannya tanam
paksa, kaum pengusaha swasta Belanda banyak bermunculan di Indonesia untuk menanam modalnya.
Dunia usaha berkembang, demikian pula kebutuhan akan akutansi.

Setelah Indonesia merdeka, pernah dirasakan kekurangan akan tenaga akuntan. Pada tahun 1947,
hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari. Dalam masa perang
kemerdekaan (1945-1950), kursus-kursus untuk mendidik tenaga di bidang akutansi dilanjutkan. Di
Indonesia sendiri, pendidikan akuntan dimulai dengan dibukanya jurusan akutansi di Universitas
Indonesia, Padjajaran, USU, UNAIR, dan UGM.

2.3 Perkembangan Akutansi Syariah

Perkembangan pesat terjadi dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan (bank,asuransi,pasar
modal,dana pension,dan lain sebagainya) yang berbasis syariah. Dalam tiga decade terakhir, lembaga
keuangan telah meningkatkan volume dan nilai transaksi berbasis syariah yang tentunya meningkatkan
kebutuhan terhadap akutansi syariah.

Berikut perkembangan akutansi syariah:

1. Periode sebelum tahun 2002

Walaupun Bank Muamalat sudah beroperasi sejak tahun 1992 namun sampai dengan tahun 2002
belum ada PSAK (Pernyataan Standar Akutansi Keuangan) yang mengatur, sehingga pada periode
ini masih mengacu pada PSAK 31 tentang Akutansi Perbankan walaupuntidak dapat dipergunakan
sepenuhnya, terutama paragraf-paragraf yang bertentangan dengan prinsip syariah seperti
perlakuan akutansi untuk kredi Selain itu juga mengacu pada Accounting Auditing Standar For
Islamic Financial Institution yang tersusun oleh Accounting and Auditing Standar Organization
For Islamic Finansial Institution suatu badan otonom yang di dirikan 27 maret 1991 di Bahrain.
2. Periode tahun 2002-2007

Pada periode ini, sudah ada PSAK 59 tentang Akutansi Perbankan Syariah yang dapat digunakan
sebagai acuan akutansi untuk Bank Umum Syariah, Bank PErkreditan Rakyat Syariah dan kantor
cabang syariah sebagaimana tercantum dalam ruang lingkup PSAK tersebut.

3. Tahun 2007-sekarang

Pada periode ini DSAK ( DEwan Standar Akutansi Keuangan) mengeluarkan PSAK syariah yang
merupakan perubahan dari PSAKK 59. KDPPLKS ( Kerangka Dsara Penyusunan dan Penyajian
laporan Keuangan syariah) dan PSAK syariah, digunakan baik oleh etntitas syariah maupun
entitas konvensional yang melakukan transaksi syariak baik sector public maupun sector swasta.
Dengan demikian saat ini di Indonesia selain memiliki PSAK Syariah juga ada pernyataan standar
akutansi keuangan (PSAK) konvergensi IFRS, SAKETAP (Standar Akutansi Keuangan-Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik) yang diluncurkan secara resmi tanggal 17 juli 2009. Standar Akutansi
Pemerintah, dan Standar Akutansi Keuangan untuk Entitas Mikro,Kecil, dan Menengah (SAK-
EMKM).

2.4 Sekilas Prosedur dan Istilah Akutansi

a. Prosedur

Akutansi menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi dan
bisnis. Dalam menyediakan informasi tersebut dibutuhkan beberapa tahapan atau prosedur, berikut adalah
sekilas prosedur dalam akutansi.

1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti transaksi dan melakukan analisis transaksi
keuangan tersebut
2. Mencatat transaksi tersebut ke dalam buku jurnal
3. Meringkas dalam buku besar transaksi-transaksi yang sudah dijurnal (tahap pengakunan)
4. Menentukan saldo besar diakhir periode dan menuangkannya dalam neraca saldo
5. Menyesuaikan buku besar berdasarkan pada informasi yang paling mutakhir
6. Menentukan saldo buku besar betelah penyesuaian dn manuanggkannya pada neraca saldo setelah
penyesuaian
7. Menyusun laporan keuangan berdasarkan neraca saldo setelah penyesuaian
8. Menutup buku besar
9. Menutup buku besar (akun nominal) dan menuangkannya dalam neraca saldo setelah penutupan.

b.Istilah
Memahami istilah dalam akutansi sangat diperlukan agar tidak canggung ketika berhadapan langsung
dengan dunianya. Berikut adalah beberapa istilah yang familiar dalam akutansi.

- Transaksi
Kegiatan yang dilakukan oleh dua pelaku ekonomi atau lebih berdampak pada keuangan.

- Kejadian
Peristiwa yang menjadikan proses transaksi dapat berlangsung.

- Jurnal
Tempat segala aktivitas transaksi telah tercatat

- Entitas
Pelaporan yang menyusun laporan.

- Akun
Wadah yang di gunakan untuk mencatat transaksi apapun yang telah terjadi : ekuitas, asset,
beban, leabilitas, pendapatan.

- Buku Besar
Kumpulan data yang berisi mengenai akun-akun yang ada.

- Ayat Jurnal
Kegiatan pencatatan dalam buku yang merupakan langkah dasar.

- Ayat Jurnal Koreksi


Sebuah perbaikan buku besar yang sebelumnya telah dibuat

- Ayat Jurnal Penyesuaian


Melalui ini kesalahan dapat terlihat dengan jelas. Jurnal ini dilakukan pada akhir waktu atau
ketika tutup buku. Pengakurat catatan (hasilnya)

2. Hubungan Akutansi Modern dan Syariah

Perkembangan ilmu pengetahuan termasuk sistem pencatatan pada zaman dinasti Abbasiah (750-1258
M) sudah sedemikian maju, sementara pada kuruan waktu yang hamper bersamaan Eropa masih berada
dalam periode The Dark Age dari sini, kita dapat melihat hubungan antara Luca Pacioli dan akutansi
islam. Pada tahun 1429 M angka dilarang digunakan oleh pemerintah Italia. Luca pacioli selalu tertarik
untuk belajar tentang hal dari Alberti seorang ahli matematika yang belajar dari pemikir arab dan selalu
manjadikan karya pisah sebagai rujukan.
Alasan teknik yang mendukung hal tersebut adalah : Luca Pacioli mengatakan bahwa setiap transaksi
harus dicatat dua kali, diisi sebelah kredit dan diisi sebelah devit. Dengan kata lain bahwa pencatatan
harus diawali dengan menulis sebuat kredit dan sebelah debit. Penelitian tentang sejarah dan
perkembangan akutansi memang perlu dikaji lebih dalam lagi mengingat masih dipertanyakan bukti-
bukti/langsung tentang hal tersebut bagaimana diungkapkan oleh Napier.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan akutansi syariah di Indonesia pada dasarnya telah dimulai melalui kajian-kajian
akademis dan riset, baik yang terkait dengan teknis pencatatan transaksi, konsepsi, epistimologi
dan metodologi. Setelah Indonesia merdeka, pernah dirasakan kekurangan akan tenaga akuntan.
Pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan berbangsa Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari. Dalam
masa perang kemerdekaan (1945-1950), kursus-kursus untuk mendidik tenaga di bidang akutansi
dilanjutkan. Di Indonesia sendiri, pendidikan akuntan dimulai dengan dibukanya jurusan akutansi
di Universitas Indonesia, Padjajaran, USU, UNAIR, dan UGM.

Jika ditarik kesimpulan secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tujuan utama akutansi
adalah menyajikan informasi ekonomi atau informasi keuangan yang tentu saja banyak
dibutuhkan oleh orang-orang yang berkepentingan terhadapnya.

3.2 Saran
Dengan mengetahui lebih dalam tentang Akutansi secara umum, hingga Akutansi Syariah itu
sendiri dan dikaji lebih mendalam, Tujuannya diharapkan agar kita dapat menjadi pribadi yang
lebih tekun dalam mencari ilmu pengetahuan serta beriman dan bertaqwa terhadap tuhan Yang
maha Esa, Allah Subhanahuwata’ala. Serta siap menjadi pelopor dalam mamajukan nilai-nilai
Keislaman dalam perekonomian.

Menyadari bahwa saya masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih bayak yang
tentunya dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Taufik Harahap.Perkembangan akutansi syariah di Indonesia. Jurnal warta edisi :


53, ISSN: 1829-7463. Juli 2017
Hisar Pangaribuan. Sejarah akutansi. 2017. Universitas Advent Indonesia.
Kartikahadi, H., Sinaga, R.., dkk. 2016. Akutansi keuangan berdasarkan SAK
Berbasis IFRS. Jakarta: IAI
Pujiyanti, F. (2015). Rahasia cepat menguasai laporan keuangan khusus dengan akutansi dasar:
cara terbaik dan tercepat menguasai keuangan keuangan. Lembar pustaka Indonesia Purwanti, R,
E., & Nugraheni, I, (2001).Siklus akutansi. Yogyakarta: Kanisius Risna Susila Erawati. 2017.
Prosedur akutansi pembiayaan. UMP Saputro, Andik S. Dwi. 2009. Koreksi konsep nilai tambah
syariah: menimbang pemikiran kinsep dasar teoritis laporan keuangan akutansi syariah. Jakarta:
Universitas Brawijaya Shatu, Y . P . 2016. Kuasai detail akutansi perkantoran. Pustaka ilmu
semesta. Sri Nurhayati dan wasilah,2019,Akutansi Syariah di Indonesia , Jakarta: Salemba Empat
Waluyo. 2008. Akutansi pajak.Jakarta: salemba empat.

Anda mungkin juga menyukai