Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG PIDANA MENURUT


TEMPAT
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hukum Pidana

DOSEN PENGAMPU:

Nety Hermawaty

DISUSUN OLEH:

Nama : Abrori Ahwan


NPM : 2202031014

PRODI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO

2022/2023

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu, saya
ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, saya dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Meski mendapatkan kendala, tapi saya bisa melaluinya sehingga laporan
penelitian berjudul "Berlakunya Undang-undang Pidana Menurut Tempat" ini dapat
terselesaikan tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Saya ucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan arahan dalam penulisan makalah
ini. Selain itu saya sangat berterima kasih kepada orang tua, sahabat, dan teman-teman.
Mereka telah memberikan dukungan serta doa sehingga saya memiliki kekuatan lebih
untuk mengumpulkan data dan menjabarkan pembahsan.

Saya menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis, saya
berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di
sisi lain, saya berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari laporan penelitian
ini. Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus, saya berharap ada manfaat yang bisa
diperoleh oleh pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari saya. Terima kasih.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2
Dunia sedang di goncang dengan isu-isu kekerasan yang di analisir timbulnya
dari gerakan gerakan radikal, Pemahaman yang terlalu ekstrim serta kelompok-
kelompok puritan dalan pemahaman tertentu atau kelompok tertentu.

Islam merupakan agama Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi


Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia, demi
tercapainya keharmonisan hubungan antara manusia dan Tuhannya juga
hubungan manusia dengan sesamanya. Nabi Muhammad SAW tidak hanya
diutus kepada umat tertentu saja, melainkan terhadap seluruh umat di muka
bumi. Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya surat Saba’ ayat 28 yang
berbunyi:
َ ‫س ْ ر َ ا أ َ م َ و َ ون ُ م َ ل ْ ع َ ي‬
َ ‫ل َ ا و ِذي ًر َ ن َ ا و ً ِشير َ ِس ب ا ا ِ لن ل ً ة ا اف َ ك ا ِ َّل إ َ اك َ ن ْ ل‬
٨٢َٰ:‫)سباء‬. ‫)َ ِس َّل ا ا الن َ ر َ ث ْ ك َ أ ا ِكن‬
Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada
seluruh ummat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Qs. Saba’: 28).

Ayat di atas sangat jelas, bahwasanya pengutusan Nabi Muhammad Saw, tidak
terbatas terhadap umat tertentu, melainkan terhadap seluruh umat meliputi jin
dan manusia bahkan alam semesta. Allah Swt menganjurkan manusia untuk
berbuat baik terhadapNya dan terhadap sesama manusia. Keharmonisan akan
tercipta manakala ada keselarasan antar dua pihak atau lebih. Terciptanya
keadaan yang sinergis diantara pihak satu dan pihak lainnya yang di dasarkan
pada cinta kasih, dan mampu mengelola kehidupan dengan penuh keseimbangan
(fisik, mental, emosional dan spiritual) baik dalam tubuh keluarga maupun
hubungannya dengan yang lain, sehingga terciptanya suasana aman, perasaan
tentram dan lain sebagainya juga dapat menjalankan peran-perannya dengan
penuh kematangan sikap, serta dapat melalui kehidupan dengan penuh
keefektifan dan kepuasan batin.

3
Sementara paham yang radikal, ekstrim, dan liberalisme akan melahirkan
acaman terhadap dirinya serta sekitarnya yang akan dirasakan dalam jangka
waktu yang perlahan sehingga menjadi isu teror dimana-mana sbagaimana yang
telah dan sedang terjadi saat ini. Sedangkan paham pluralisme itu merupakan
paham yang menghargai adanya perbedaan dalam suatu masyarakat dan
memperbolehkan kelompok yang berbeda tersebut untuk tetap menjaga
keunikan budayanya masing-masing.

Hal-hal tersebut melatarbelakangi dan memotivasi penulis untuk mengkaji dan


meneliti hal tersebut sehingga penulis mengambil judul “Pluralisme,
Radikalisme, Liberalisme Dan Ekstrimisme Dalam Beragama” dengan tujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap Islam pada Umumnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas, agar lebih praktis dan sistematis maka
permaslaahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Pluralisme dalam beragama?
2. Apa yang dimaksud dengan Liberalisme dalam beragama?
3. Apa yang dimaksud dengan Radikalisme dalam beragama?
4. Apa yang dimaksud dengan Ekstrimisme dalam beragama?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah diatas, agar lebih praktis dan sistematis maka
permaslaahan yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pluralisme dalam
beragama.
2. Untuk mengetahui apa yang yang dimaksud dengan Liberalisme dalam
beragama.
3. Untuk mengetahui apa yang yang dimaksud dengan Radikalisme dalam
beragama.

4
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ekstrimisme dalam
beragama.

BAB II

PEMBAHASAN

5
2.1 Pluralisme
Dalam kamus besar bahasa Indonesia atau KBBI, pluralisme memiliki arti
sebagai keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial
dan politiknya). Selain itu pluralisme juga berasal dari kata dasar plural yang
berarti jamak atau lebih dari satu. Sedangkan menurut Webster’s Revised
Unabridged Dictionary, pluralisme meliputi dua bentuk yaitu hasil atau keadaan
menjadi plural dan keadaan seorang pluralis, yang memiliki lebih dari satu
keyakinan. Secara umum pluralisme adalah sebuah pemahaman untuk
menghargai adanya perbedaan di tengah kehidupan masyarakat sekaligus
mengizinkan suatu kelompok berbeda untuk menjaga budaya sebagai bentuk ciri
khas mereka.
Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama
adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab
itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja
yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga
mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup
berdampingan di surga. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di
negara atau daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara
berdampingan.
Menurut pengamat liberlisme Adian Husaini, jika ada yang mengatakan
bahwa pluralisme itu bisa menerima kemajemukan perbedaan agama
masyarakat, pada dasarnya pernyataan itu bohong. Karena pluralisme justru
memaksa orang untuk ragu pada agamanya sendiri. Bahkan gara-gara
pluralisme-lah orang jadi tidak beragama dan mendekat pada konsep atheisme.
Jadi, pluralisme merupakan sebuah isme yang berbahaya dan bahkan dapat
memecah belah satu keluarga dengan berbagai macam pandangan terhadap
sebuah agama. Dalam satu keluarga bisa terdiri dari berbagai macam agama,
bisa disebut keluarga gado-gado.
Dalam membedakan suatu agama sebenarnya mudah saja, salah satunya bisa
dilihat dari iman (kepercayaan) dari agama yang dianut. Seperti dalam Islam

6
ulama sepakat bahwa keimanan seseorang bisa dilihat dari 6 unsur, yaitu
kepercayaannya terhadap; Allah, Malaikat, Kitab suci, Rasul, Hari Kiamat dan
takdir/nasib baik maupun buruk. Inilah hal prinsip yang tidak boleh dilepas umat
Islam sebagai sebuah pondasi dalam rangka menanamkan sebuah akidah
(keyakinan). Bagaimana mungkin dapat disamakan dengan agama lain yang
tidak memiliki prinsip keimanan seperti ini.
Dalam akhir fatwanya MUI tidak lupa mengingatkan bagi masyarakat muslim
yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah
sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap
inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama
lain sepanjang tidak saling merugikan.

2.2 Liberalisme
Liberalisme, adalah sebuah istilah asing yang diambil dari bahasa Inggris,
yang berarti kebebasan. Kata ini kembali kepada kata “liberty” dalam bahasa
Inggrisnya, atau “liberte” menurut bahasa Perancis, yang bermakna bebas.
Istilah ini datang dari Eropa. Para peneliti, baik dari mereka ataupun dari
selainnya berselisih dalam mendefinisikan pemikiran ini. Namun seluruh
definisi, kembali kepada pengertian kebebasan dalam pandangan Barat. The
World Book Encyclopedia menuliskan pembahasan Liberalism, bahwa istilah ini
dianggap masih samar, karena pengertian dan pendukung-pendukungnya
berubah dalam bentuk tertentu dengan berlalunya waktu.
Syaikh Sulaiman al-Khirasyi menyebutkan, liberalisme adalah madzhab
pemikiran yang memperhatikan kebebasan individu. Madzhab ini memandang,
wajibnya menghormati kemerdekaan individu, serta berkeyakinan bahwa tugas
pokok pemerintah ialah menjaga dan melindungi kebebasan rakyat, seperti
kebebasan berfikir, kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan kepemilikan
pribadi, kebebasan individu, dan sejenisnya.
Liberalisme adalah pemikiran asing yang masuk ke dalam Islam. Pemikiran
ini menafikan adanya hubungan kehidupan dengan agama sama sekali.

7
Pemikiran ini menganggap agama sebagai rantai pengikat kebebasan hingga
harus dibuang jauh-jauh. Para perintis dan pemikir liberal yang menyusun
pokok-pokok ajarannya membentuk liberal berada diluar garis seluruh agama
yang ada dan tidak seorangpun dari mereka yang mengklaim adanya hubungan
dengan satu agama tertentu walaupun yang menyimpang.
Sehingga Liberalisme sangat bertentangan dengan Islam. Tidak sedikit
pembatal-pembatal ke-Islaman yang terkandung dalam arus ideologi yang satu
ini. Diantaranya:
1. Kekufuran
2. Berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala.
3. Menghilangkan aqidah al-Wala dan bara’.
4. Menghapus banyak sekali ajaran dan hokum Islam.
Sehingga para ulama menghukuminya sebagai kekufuran sebagaimana
tertuang dalam fatwa Syaikh Sholeh al-Fauzan yang dimuat dalam Harian al-
Jazirah, edisi Selasa tanggal 11 Jumada Akhir tahun 1428 H.

2.3 Radikalisme
Radikalisme merupakan paham atau aliran yang mengingikan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Esensi
radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara
itu Radikalisme Menurut Wikipedia adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh
sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan
politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.
Apabila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham
keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan
fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari
paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda
paham/aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan
dipercayainya untuk diterima secara paksa. Adapun yang dimaksud dengan
radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan
kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan

8
agama kedamaian. Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan
kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik.
Dawinsha mengemukakan defenisi radikalisme menyamakannya dengan
teroris. Tapi ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antara
keduanya. Radikalisme adalah kebijakan dan terorisme bagian dari kebijakan
radikal tersebut. defenisi Dawinsha lebih nyata bahwa radiklisme itu
mengandung sikap jiwa yang membawa kepada tindakan yang bertujuan
melemahkan dan mengubah tatanan kemapanan dan menggantinya dengan
gagasan baru. Makna yang terakhir ini, radikalisme adalah sebagai pemahaman
negatif dan bahkan bisa menjadi berbahaya sebagai ekstrim kiri atau kanan.
Radikalisme agama merupakan paham atau aliran keras yang berasal dari
suatu ajaran agama yang menimbulkan sikap intoleransi. Radikalisme agama
dapat terjadi pada agama manapun, termasuk dalam memahami ajaran
Kekristenan. Salah satu penyebab pada ajaran Kekristenan yaitu, pemahaman
yang salah dalam menafsirkan ayat-ayat Alkitab dan para pendidik yang
memberikan pendidikan agama Kristen tidak sesuai dengan ajaran Alkitab, atau
juga dapat disebabkan oleh orang-orang Kristen yang memiliki kepentingan
dengan mengatasnamakan ajaran agama.

2.4 Ekstremisme
Ekstremisme, dalam politik berarti tergolong kepada kelompok-kelompok Kiri
radikal, Ekstrem kiri atau Ekstrem kanan. Ekstremisme juga adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan sebuah doktrin atau sikap baik politik maupun
agama dalam menyerukan aksi dengan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Ekstremisme adalah berlebih-lebihan dalam beragama, tepatnya menerapkan
agama secara kaku dan keras hingga melewati batas kewajaran. Ekstremisme
bukan monopoli satu agama semata.
Dalam sejarah Islam berderet nama gerakan ekstrem pernah timbul dan
tenggelam. Dikatakan pakar sejarah Islam dari Nottigham University, Inggris,
Prof. Hugh Goddard, Ph D, tidak hanya agama Islam dan kristen yang mengikuti

9
sikap liberal dan ekstrim, juga pengikut agama lainnya. Di Irlandia ada konflik
antara umat Katolik dan Kristen, di India ada ekstrimis Hindu, dan di Indonesia
ada ekstrimis muslim.
Ekstremisme beragama adalah sebagian orang yang terlalu keras dan kaku
pada agama. Banyak sekali kelompok – kelompok yang mendoktrin banyak
orang untuk sepemaham dengan mereka dan biasanya kelompok tersebut
melakukan perang dengan mengatasnamakan agama yang membuat orang
berpikir bahwa agama tersebut salah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

10
Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama
adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab
itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja
yang benar sedangkan agama yang lain salah.
Liberalisme adalah pemikiran asing yang masuk ke dalam Islam. Pemikiran
ini menafikan adanya hubungan kehidupan dengan agama sama sekali.
Pemikiran ini menganggap agama sebagai rantai pengikat kebebasan hingga
harus dibuang jauh-jauh.
Radikalisme agama tumbuh sebagai dampak dari politik global dunia Islam
yang terus 'menerus menjadi obyek adu domba, penindasan dan kesewenang-
wenangan.
Ekstremisme beragama adalah sebagian orang yang terlalu keras dan kaku
pada agama. Banyak sekali kelompok – kelompok yang mendoktrin banyak
orang untuk sepemaham dengan mereka dan biasanya kelompok tersebut
melakukan perang dengan mengatasnamakan agama yang membuat orang
berpikir bahwa agama tersebut salah.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ananda. (2022, July 10). Pluralisme: Pengertian, Macam dan Bentuk-Bentuknya.

Gramedia Literasi.

Dinukil dari Haqîqat Libraliyah, hlm. 16.

Hakam, A. (2013, April 27). Pluralisme Dalam Pandangan Agama - Kompasiana.com.

KOMPASIANA; Kompasiana.com.

H
‌ aqîqat Libraliyah Wa Mauqiful Muslim Minha, Sulaiman al-Khirasyi hal 12.

Haqîqat Libraliyah al-Khirasyi hlm. 17

Islam Dan Liberalisme | Almanhaj. (2011, July 21). Media Islam Salafiyyah,

Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Permata, Ahmad Norma Agama dan Terorisme, Muhammadiyah University Press: 2005

Putri Permata Biru. (2022, November 3). Ekstremisme Beragama - Arrahim.ID.

Arrahim.ID.

Qardhawi, Yusuf , Islam Radikal: Analisis terhadap Radikalisme dalam Berislam dan

Upaya Pemecahannya, (terj.) Hamin Murtadho, Solo: Era Intermedia, 2014

Zega, Y. K. (2020). RADIKALISME AGAMA DALAM PERSPEKTIF ALKITAB DAN


IMPLIKASINYA BAGI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN. Jurnal Shanan, 4(1),

1–20.

https://www.kompasiana.com/abdull/5529443ff17e6113568b456d/pluralisme-dalam-

pandangan-agama

https://www.gramedia.com/literasi/pluralisme/

https://almanhaj.or.id/3129-islam-dan-liberalisme.html

https://arrahim.id/permata/ekstremisme-beragama/

https://doi.org/10.33541/shanan.v4i1.1765

12

13

Anda mungkin juga menyukai