Disusun oleh:
Kelompok 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Ekonomi Islam Dalam Lintas Sejarah”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Dosen Mata Kuliah Ekonomi Islam Global yang telah memberikan tugas ini tehadap kami
yang semoga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, atas keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami
pada khususnya dan pihak lain atau pembaca yang memerlukan pemikiran atau materi ini.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................2
1.3. TUJUAN........................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
2.1. Overview Great Gap Sejarah Pemikiran Ekonomi Barat vs Islam.............................3
2.2. Lintas Sejarah Hasil Pemikiran Ekonomi Ilmuwan Muslim.......................................6
2.3. Fase pemikiran ekonomi Islam......................................................................................11
BAB III.......................................................................................................................................15
PENUTUP..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Ekonomi Islam merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari prinsip-
prinsip ekonomi yang berdasarkan pada ajaran Islam, atau dengan kata lain
ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang mengikuti aturan agama
Islam. Sama seperti sistem ekonomi lainya, ekonomi Islam juga mengejar
keuntungan dari berbagai aktivitas ekonomi misalnya perdagangan, industri
dan masih banyak lagi. Namun, berbeda dengan sistem ekonomi lainya
(misalnya dengan ekonomi kapitalis maupun sosialis). Sistem ekonomi Islam
tidak semata mata mengejar keuntungan. Namun juga benar-benar
memperhatikan berbagai aspek lainya, terutama tentang etika bisnis, kebaikan,
kejujuran. Di atas semua itu, ekonomi Islam menyeru bahwa semua aktivitas
ekonomi hanya semata mata mencari Ridho Allah SWT. menjauhi larangan-
Nya dan menjalankan perintah-Nya dalam urusan ekonomi.
Dalam sejarah, ekonomi Islam telah berkembang sejak masa Rasulullah
dan terus berkembang hingga saat ini. Beberapa poin penting tentang ekonomi
Islam dalam lintas sejarah. Ekonomi Islam mulai diterapkan sejak era Nabi
Muhammad SAW. Hingga kemudian dikembangkan oleh ulama-ulama dan
intelektual muslim dari waktu ke waktu hingga sempat mengalami kejayaan
dan kemundurannya.
Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi Islam, berarti juga menelusuri
kontribusi para cendekiawan muslim dalam perkembangan ilmu ekonomi
modern. Meskipun kerap disembunyikan, para ekonom Barat sebenarnya
banyak dipengaruhi oleh pemikiran para ilmuwan muslim. Salah satunya
adalah Thomas Aquinas, yang banyak dipengaruhi oleh al-Ghazâli dan Ibnu
Rusyd, begitu pula dengan Adam Smith dan para tokoh klasik lainnya. Studi
3
tentang kontribusi cendekiawan muslim hingga zaman Adam Smith dapat
memberikan kesempatan bagi para ilmuwan generasi kini untuk menyatukan
pemikiran Islam tentang ekonomi dengan pemikiran pra-Smith, dan dengan
demikian, mempercepat pemulihan dari berabad-abad yang ‘vakum’ dalam
pemikiran tentang ekonomi Islam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Salah satunya dapat kita lihat pada tesis Great Gap Analysis yang di
tulis oleh Joseph Schumpeter dimana dalam tesisnya dia menuliskan bahwa
seakan-akan dunia ini berada dalam kegelapan selama 5 abad lamanya dan
bahwa analisis eknomi dimulai dari Yunani mengalami stagnansi sampai
kemunculan ilmuan Skolastik Eropa pada masa St Thomas Aquinas. Dimana
faktanya pada masa yang mereka klaim sebagai masa “great gap” ialah
merupakan masa dimana banyak cendekiawan muslim yang lahir, seperti Abu
Yusuf, Al-Ghazali, Al Farabi, Ibnu Sina dan masih banyak lagi.
6
lengkapnya Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad al-Ghazali, dilahirkan di
kota Thus, salah satu kota di Khurasan masuk kawasan Persia pada
pertengahan abad V Hijriyah (450 H/1058 M). la adalah salah seorang
intelektual yang populer dengan gelar hujjah al-islam (bukti kebenaran agama
Islam) dan zain al-din (perhiasan agama). AlGhazali meninggal di kota
kelahirannya, Thus pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H, bertepatan dengan
19 Desember 1111 M. Al-Ghazali pada awalnya belajar agama di kota Thus,
selanjutnya meneruskan di kota Jurjan, dan akhirnya di Naisabur dengan
Imam Juwaini sampai wafatnya pada tahun 478 H/1085 M.(Fathurrahman,
2023, hlm. 490).
7
Abad Kegelapan adalah periode abad pertengahan awal dalam sejarah
Eropa Barat, periode dari sekitar 500 hingga 1000 M, ditandai dengan
runtuhnya Kekaisaran Romawi dan perang yang sering terjadi serta penurunan
pengetahuan dan budaya. Setelah runtuhnya pemerintahan Romawi yang
terpusat di Barat, perdagangan, infrastruktur, ilmu pengetahuan, dan keamanan
menurun drastis. Tatanan feodal atau manorial lahir atas dasar kewajiban
bersama antara tuan dan bawahan untuk saling melindungi dan melayani.
8
bila barang akan dikirimkan setelah dibayar secara tunai pada waktu
kontrak disepakati. Abu Ḥanifah juga memberikan perbaikan atas konsep
salam karena sering terjadi perselisihan antara penjual dan pembeli. Beliau
mencoba menghilangkan pertikaian dengan memberikan penjelasan
mengenai kontrak ini, seperti menjelaskan jenis komoditi, kualiti, kuantiti,
waktu dan tempat pengiriman, dan dia juga mewajibkan untuk memenuhi
persyaratan bahwa komoditi harus tersedia di pasar selama waktu kontrak
dan pengiriman.
Siddiqi menambahkan hasil pemikiran Abu Ḥanifah yaitu
muraballah (penjualan dengan margin dari harga beli yang disepakati
dengan beberapa tambahan demi menciptakan keadilan. Pemikiran Abu
Hanifah terhadap zakat membawa konsep yang masih digunakan
sehingga saat ini, yaitu mewajibkan zakat pada perhiasan emas dan perak.
Orang yang berhutang tidak diwajibkan membayar zakat jika hutangnya
lebih banyak daripada harta yang dimiliki. Dalam kerjasama hasil
pertanian (Muzaraʻah), kebijakan Abū Ḥanīfah meninggikan nilai
kemanusiaan dengan melindungi pekerja lemah, apabila tanah tidak dapat
menghasilkan apapun maka petani dibebaskan dari pembagian kerugian.
Dalam isu wakaf, Abu Hanifah berpendapat bahwa benda wakaf masih
tetap milik waqif. Wakaf dan pinjam meminjam memiliki kedudukan yang
sama, jadi benda wakaf dapat dijual, diwariskan dan di hadiahkan kepada
pihak lain, kecuali wakaf untuk masjid dan wakaf yang ditetapkan
berdasarkan keputusan hakim, wakaf wasiat dan wakaf yang di ikrarkan.
3. Abu Yusuf (113-182 H/ 802-881 M)
Pemikiran Abu Yusuf lebih menekankan tentang perpajakan dan
tanggung jawab negara. Pemikirannya tertulis dalam buku al-Kharaj yang
ditulis pada masa Khalifah Harun al-Rashīd dan kitab ini dijadikan rujukan
oleh para pakar ekonomi Islam Modern kemudian di apikasikan.
Pemikiran Abu Yusuf dalam al-Kharaj, antara lain:
9
1. Segala aktivitas ekonomi, sarana serta kemudahan yang dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat adalah tanggung jawab pemerintah,
namun jika manfaat dari segala sarana dan kemudahan itu hanya
dapat dirasakan oleh pihak tertentu, maka orang tersebut dapat
dikenakan biaya. Kemudian, demi terciptanya kesejahteraan
masyarakat, negara berhak untuk membebankan pajak fa‘i ushur,
jizyah dan lain-lain sebagai pendapatan negara.
2. Perpajakan, Abū Yūsuf mengganti praktik misallah (fixed tax)
dengan muqasamah (proportional tax), dikarenakan hal tersebut
akan menindas dan mendzalimi rakyat miskin, dan menentang
sistem qabalah,
3. Dalam mekanisme harga, ia melarang penguasa menentukan harga
suatu barang, karena menurutnya keadilan hanya terjadi jika harga
ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar saja. Penjelesan
Abu Yusuf dalam mekanisme pasar dan nasihat kepada pemerintah
tidak disertakan dengan pembahasan yang terperinci. Sejauh ini
pemikiran Abu Yusuf dijadikan rujukan dalam menerapkan konsep
perpajakan di beberapa negara dunia. Ia telah menawarkan konsep
maslahah yang shumul untuk menciptakan kesejahteraan dan
keadilan.
4. Al-Ghazali (451-505 H/ 1055- 1111 M )
Wawasan dan pengetahuan Al-Ghazali sangatlah luas, terutama
tentang evolusi pasar, peranan uang dan penentuan kebijakan. Perhatian
Al-Ghazali tertumpu kepada perilaku individu yang dibahas secara rinci
berdasarkaan al-Qur’an, al-Ḥadith dan Ijma. Ia memiliki padangan bahwa
setiap manusia harus memenuhi keperluan hidupnya dan melaksanakan
kewajiban beribadah kepada Allah. Al-Ghazali memberikan peringatan
bahwa pemimpin harus menjamin kesejahteraan kehidupan rakyatnya.
Prinsip keadilan, apabila ada rakyat yang tidak mampu dalam membiayai
kehidupannya, maka seluruh rakyat berkecukupan harus membantu
10
meringankan bebannya. Pandangan Al-Ghazali terhadap pajak,
menginspirasi dalam penentuan monetary policy pada masa modern.
Al-Ghazali tentang pertukaran barang (barter), tidak efisien sistem
barter dan kepentingan dan fungsi uang. Rafiq al-Misri memberikan satu
tanggapan pada fungsi uang pada pemikiran Al-Ghazali ialah sebagai
dasar nilai, media pertukaran, dan nilai simpanan. Uang tidak boleh
menjadi bahan pertukaran dengan wang itu sendiri, kecuali dengan
membelanjakan dengan barang yang kemudian barang tersebut dijual
kembali dengan margin yang disepakati.
5. Ibn Taimiyah (661-728 H/1263-1328 M)
Ibn Taimiyah menjelaskan 3 teori keadilan dalam aktivitas
ekonomi, yaitu upah yang adil, keuntungan yang adil, dan harga yang adil.
Konsep harga yang adil (justice price) yaitu tarif dimana orang menjual
barangnya dengan secara umum dan diterima sebagai keseimbangan pada
masa dan tempat yang khusus. Ibn Taimiyah memberikan teori yang masih
digunakan dalam ekonomi modern yaitu konsep mekanisme pasar.
Perubahan tingkat harga tidak selalu disebabkan oleh pelaku pasar, namun
faktor kurangnya produksi atau turunnya jumlah impor barang. Ibn
Taimiyyah mennyatakan bahwa kenaikan permintaan barang yang tidak
diikuti dengan kenaikan penawaran atau produksi barang akan mendorong
kenaikan harga barang. Dalam menegakkan keadilan dan memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, penetapan harga harus menyertakan pemerintah
ketika terjadi kekurangan kebutuhan dasar diantara masyarakat sehingga
tidak terjadi monopoli harga dan barang. Kelangkaan barang juga
persoalan ekonomi di masyarakat dan memerlukan kepada kebijakan
ekonomi dari pemerintah. Islahi juga menyatakan konsep Ibn Taimiyah
tentang penetepan upah ini bertujuan untuk menghindari tindakan
eksploitasi dari pihak penguasa terhadap pihak pekerja. Pernyataan ini
menunjukkan teori penawaran dan permintaan tenaga kerja sehingga
11
mempengaruhi kadar upah. Teori upah yang adil ini kemudian diadopsi
oleh David Ricardo empat abad kemudian.
6. Ibn Khaldun (732-845 H/ 1332-1406 M)
Pemikiran ekonomi Ibn Khaldun telah mendahului pemikiran
ekonom barat. Ibn Taimiyah memiliki pengetahuan yang luas sehingga
mampu menulis pemikiran ekonomi dalam perspektif yang
komprehensif. Ibn Khaldun mempunyai pandangan yang jelas tentang
hubungan faktor-faktor dinamika sosial, moral, ekonomi dan politik yang
berbeda, namun saling berkaitan satu sama lain dan berperan terhadap
kemajuan masyarakat. Kitab Muqaddimah berisi pembahasan mengenai
prinsip ekonomi. Tidaklah diragukan bahwa Muqaddimah merupakan hasil
pemikiran Ibn Khaldun tentang pemikiran-pemikiran ekonomi.
Pengetahuan Ibn Khaldun tentang prinsip-prinsip ekonomi sangat
dalam, dan jauh ke depan. Bahkan banyak pemikirannya yang masih
relevan dan menjadi dasar bagi pakar ekonomi Islam modern. Dalam
analisisnya, Ibn Khaldun membagi fenomena harga berdasarkan jenis
barang,yaitu: (1) barang kebutuhan dasar dan (2) barang pelengkap.
Menurutnya, apabila suatu pasar berkembang dan selanjutnya populasi
bertambah (menjadi pasar besar), maka pengadaan barang-barang
kebutuhan dasar akan mendapatkan keutamaan. Konsep pemahaman
ekonomi Ibn Khaldun telah digunakan oleh ekonom barat, dan dijadikan
sebagai dasar atau konsep dalam ekonomi konvensional.
7. Ibn Qayyim (691-751 H/ 1291-1350 M)
Pemikiran Ibn Qayyim dipengaruh oleh Ibn Taimiyah yang
menjadi gurunya selama 16 tahun. Ibn Qayyim memberikan perhatian
kepada kajian zakat. Ibn Qayyim menekankan prinsip keadilan dalam
besaran zakat (nisab). Ibn Qayyim memperkenalkan konsep penetapan
besaran zakat disesuaikan dengan keterlibatan tenaga kerja dalam suatu
aktivitas produksi, dimana semakin banyak tenaga kerja yang terlibat
pada suatu proses produksi maka semakin kecil besaran zakatnya. Harta
12
temuan dikenakan zakat yang tinggi (20%) karena tidak banyak pekerja
yang dilibatkan, sedangkan hasil panen dikenakan zakat 10% bagi ladang
yang menampung air hujan, karena manusia tidak banyak melakukan
upaya untuk menggarapnya. Kadar zakat itu boleh turun menjadi 5% dan
2,5% jika tenaga kerja yang dilibatkan lebih banyak. Pemikiran ekonomi
Ibn Qayyim lainnya adalah mengenai mekanisme pasar, fungsi uang dan
konsep keadaan ekonomi. Dalam mekanisme pasar, Ibn Qayyim
berpendapat harga ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.
Namun ia juga tak menafikan peran pemerintah untuk ikut mengatur pasar
jika terjadi ketidak adilan dalam transaksi ekonomi dipasar. Pemikiran
Ibn Qayyim tentang fungsi uang, adalah fungsi utama uang sebagai alat
tukar dan alat ukur nilai. Ibn Qayyim juga memaparkan pendapat
mengenai ribā dan membaginya menjadi dua jenis yaitu riba al-jali dan
riba al-khafi, Riba al-jali terjadi jika pemberi pinjaman mengenakan
tambahan biaya atau bunga atas pinjamannya, sementara riba al-khafi
merupakan riba yang samar yang seterusnya dibahagi menjadi riba al-fadl
(mengenakan jumlah tambahan saat menukar barang yang sama) dan riba
al-nasi’ah (mengenakan jumlah tambahan ketika pembayaran dilakukan
dengan tempo.
13
resurgensi atau kebangkitan kembali yang dimulai dari tahun 1950 Masehi
hingga sekarang.
1. Fase pertama/fondasi
Fase peletakan dasar ekonomi Islam sudah dimulai sejak era Nabi
Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah pedagang yang jujur,
beliaulah yang mempraktikan sekaligus meletakkan dasar ekonomi Islam
pada awalnya berdasarkan tuntunan ALLAH SWT melalui kitab suci
Alquran. Kemudian, dasar dasar ekonomi Islam ini terus dikembangkan
setelah generasi Nabi oleh para pewarisnya, yakni ulama ulama dan
cendekiawan muslim.
Ekonomi Islam menemukan momentum kejayaanya bersamaan
dengan puncak kejayaan peradaban Islam pada abad 6 Masehi hingga abad
13 Masehi. Meski pada abad abad selanjutnya mengalami pasang surut,
namun kajian ilmu dan praktik ekonomi Islam terus dilakukan di berbagai
belahan dunia hingga sekarang.
Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Muhammad saw. dipilih
sebagai seorang Rasul (utusan Allah). Rasulullah saw mengeluarkan
sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan
masalah kemasyarakatan, selain masalah hukum (fiqh), politik (siyasah),
juga masalah perniagaan atau ekonomi (muamalah). Masalah-masalah
ekonomi umat menjadi perhatian Rasululah saw., karena masalah ekonomi
merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah saw bersabda,
"kemiskinan membawa orang kepada kekafiran". Maka upaya untuk
mengentas kemiskinan merupakan bagian dari kebijakan-kebijakan sosial
yang dikeluarkan Rasulullah saw.
Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rasulullah saw. menjadi
pedoman oleh para penggantinya Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib dalam memutuskan masalah-masalah
14
ekonomi. Al-Qur'an dan al-Hadis digunakan sebagai dasar teori ekonomi
oleh para khalifah juga digunakan oleh para pengikutnya dalam menata
kehidupan ekonomi negara. Rasulullah saw. diberi amanat untuk
mengemban dakwah Islam.
Pada masa Rasulullah, ekonomi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip
keadilan, persamaan, dan keseimbangan. Pada masa itu, perdagangan dan
pertanian merupakan sektor ekonomi yang berkembang pesat. Beberapa
prinsip ekonomi Islam pada masa Rasulullah antara lain:
Keadilan dalam perdagangan dan transaksi ekonomi.
Persamaan dalam hak kepemilikan dan distribusi kekayaan.
Keseimbangan antara kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat.
2. Fase kedua (fase kemajuan)
Fase ini dimulai pada abad ke-11 sampai ke-15 M. Fese kedua ini
disebut sebagai fase cemerlang dikarenakan peninggalan warisan
intelektual yang sangat kaya. Para cendekia di masa ini mampu menyusun
suatu konsep tentang bagaimana kegiatan ekonomi yang seharusnya
berdasarkan pada Al-Qur'an dan Hadits. beberapa pemikir ekonomi Islam
pada fase kedua:
Al-Ghozali
Ibnu Taimiyah
Ibnu Khaldun
3. Fase ketiga (fase stagnasi)
Fase ketiga dari sejarah pemikiran ekonomi Islam adalah fase
kemerosotan. Fase ketiga ini dimulai pada tahun 1446 M hingga 1932 M.
Salah satu penyebab kemerosotan pemikiran ekonomi Islam pada waktu
itu adalah asumsi yang mengatakan bahwa telah tertutupnya pintu Ijtihad.
Namun demikian masih terdapat gerakan pembaharu selama dua abad
terakhir yang menyeru untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits.
beberapa pemikir ekonomi Islam pada fase ketiga:
15
Muhammad Iqbal
Shah Waliyulloh
4. Fase Kontemporer
Fase ini dimulai pada tahun 1930-an (masa berakhirnya fase
ketiga) hingga saat ini. Sesungguhnya setelah tahun 1930-an kebangkitan
kembali melanda intelektualitas cendekiawan Muslim. Salah satu buktinya
adalah merdekanya negara- negara Muslim dari kolonialisme barat.
Beberapa prinsip ekonomi Islam pada masa modern antara lain:
Lembaga keuangan Islam sebagai bentuk pengembangan ekonomi
Islam.
Keadilan dalam perdagangan dan transaksi ekonomi.
Keseimbangan antara kebutuhan individu dan kebutuhan masyarakat.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam sejarah, ekonomi Islam telah memberikan kontribusi yang besar
dalam perkembangan ekonomi dunia. Prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan
keseimbangan yang menjadi dasar ekonomi Islam dapat menjadi solusi untuk
mengatasi masalah ekonomi yang terjadi saat ini. Dengan terus mengembangkan
ekonomi Islam, diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat dunia.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Rama, Ali. 2017. Schumpeterian ‘Great Gap’ Thesis And Medieval Islamic
Economic Thought: Interlink Between Greeks, Medieval Islamic Scholars
And European Scholastics, AlMaslahah – Volume 13. No. 1.
http://www.pancabudi.ac.id/news/news/2013-04-14~sejarah-pemikiran-ekonomi-
islam.
https://www.bi.go.id/id/edukasi/Documents/Buku-Sejarah-Pemikiran-Ekonomi-
Islam.pdf
https://www.researchgate.net/publication/352844489_MAKALAH_SEJARAH_
PEMIKIRAN_EKONOMI_ISLAM
19
https://id.scribd.com/document/464550727/MAKALAH-Sejarah-Pemikiran-
Ekonomi-Islam
https://www.academia.edu/36911043/
Makalah_Sejarah_Pemikiran_Ekonomi_Islam_Perekonomian_Pada_Masa
_Rasullullah
http://repository.uinsa.ac.id/1667/1/Sejarah%20Peradaban%20Islam.pdf
20