Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian Umat Islam hingga saat ini tampak masih ada perasaan belum menerima apa
yang dimaksud dengan pembaharuan Islam. Mereka memandang bahwa pembaruan Islam
adalah membuang ajaran Islam yang lama diganti dengan ajaran Islam baru, padahal
ajaran Islam yang lama itu berdasarkan pada hasil ijtihad para ulama besar yang dalam
ilmunya, taat beribadah dan unggul kepribadiannya, sedangkan ulama yang ada sekarang
dipandang kurang mendalam ilmu agamanya, kurang taat dalam ibadahnya dan kurang
baik budi pekertinya. Oleh karena itu, umat Islam tradisional beranggapan bahwa ulama
abad lampau sudah cukup baik dan tidak perlu diperbarui dengan ulama sekarang.
Adapula yang memahami pembaruan Islam dengan mengubah Al Quran dan Al
Hadist, memahami Al Quran dan Al Hadist menurut selera orang yang memahaminya,
atau mencocokan makna Al Quran dan Al Hadist sesuai penafsirnya. Dengan kata lain,
pembaruan Islam dipersepsikan dengan upaya mencocokan kehendak Al Quran dan Al
Hadist dengan kehendak orang yang menafsirkannya, bukan mengajak orang hidup sesuai
Al Quran dan Al Hadist.
Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam merupakan usaha para pemikir dan ulama
untuk memahami ajaran Islam dengan mempergunakan segenap kemampuan
kemanusiaannya sebagaimana dianugerahkan Allah.Hasil pemikiran yang dilakukan secara
mendalam dan sungguh-sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan
pembaharuan.
Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh
pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia,Mesir, dan India
yang bertujuan untuk menentang pengaruh-pengaruh kehidupan Barat yang telah masuk
dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Pemahaman dan pemikiran terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa
organisasi atau gerakan Islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30
tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan
Pendidikan.
Salah satu tujuan dari pembaharuan pemikiran Islam yang dilakukan oleh kalangan
modernis adalah melakukan perlawanan terhadap tradisionalisme Islam. Konsep
tradisional memberikan kesan bahwa segala yang berbau tradisi masih melekat dalam
sendi kehidupan masyarakat. Masalah-masalah yang sebelumnya tidak ada bermunculan

1
dengan pesat. Munculnya sufisme yang menyimpang, suasana politik Islam yang semakin
jauh dari prinsip egitarianisme Islam; aqidah yang menyimpang;bid’ah; khurafat; tarekat-
tarekat kebathinan; tertutupnya pintu ijtihad; dan taqlid adalah masalah-masalah yang
dihadapi oleh umat Islam terutama golongan Sunni.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa rumusan
yang menjadi pokok pembahasan , diantaranya :
1. Apakah pengertian gerakan pembaharuan islam ?
2. Bagaimana sejarah gerakan pembaharuan islam di Indonesia?
3. Seperti apa bentuk-bentuk gerakan pembaharuan islam di Indonesia?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Gerakan pembaharuan Islam.
2. Memahami sejarah Gerakan pembaharuan islam di Indonesia.
3. Mengenal bentuk-bentuk Gerakan pembaharuan islam di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gerakan Pembaharuan Islam


Gerakan pembaharuan islam secara sederhana adalah upaya baik secara individu
maupun kelompok pada kurun waktu atau situasi tertentu, untuk mengadakan perubahan
dalam praktek-praktek keagamaa islam dengan pemahaman dan pengalaman yang baru.
Pembaharuan Islam adalah upaya-upaya untuk menyesuaikan paham keagamaan
Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern1. Dalam bahasa arab Pembaharuan Islam disebut Tajdid secara
harfiah tajdid berarti pembaharuan dan pelakunya disebut Mujaddid. Dengan demikian
pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-
Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya.
Kata tajdid sendiri secara bahasa berarti “mengembalikan sesuatu kepada kondisinya
yang seharusnya”.Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan “jadid” (baru), jika bagian-
bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid seharusnya adalah
upaya untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian Islam kembali. Atau dengan
ungkapan yang lebih jelas, Thahir ibn ‘Ansyur mengatakan, Pembaharuan agama itu mulai
direalisasikan dengan mereformasi kehidupan manusia di dunia. Baik dari sisi pemikiran
agamisnya dengan upaya mengembalikan pemahaman yang benar terhadap agama
sebagaimana mestinya, dari sisi pengamalan agamisnya dengan mereformasi amalan-
amalannya, dan juga dari sisi upaya menguatkan kekuasaan agama.
Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa2

‫سنَ ٍة َمنْ يُ َج ِّد ُد لَ َها ِدينَ َها‬ ِ ‫ث لِ َه ِذ ِه األُ َّم ِة َعلَى َر ْأ‬
َ ‫س ُك ِّل ِمائَ ِة‬ ُ ‫إِنَّ هَّللا َ يَ ْب َع‬

Artinya:” Sesungguhnya Allah akan mengutus (menghadirkan) bagi umat ini (umat
Islam) orang yang akan memperbaharui (urusan) agama mereka pada setiap
akhir seratus tahun” (HR. Daud)
Tajdid yang dimaksud oleh Rasulullah saw di sini tentu bukanlah mengganti atau
mengubah agama, akan tetapi seperti dijelaskan oleh Abbas Husni Muhammad maksudnya
adalah mengembalikannya seperti sediakala dan memurnikannya dari berbagai kebatilan

1
Harun Nasution,  Pembaharuna dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan  (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), cet
1, hlm.10
2
https://muslim.or.id/3942-mengenal-para-ulama-pembaharu-dalam-islam.html diakses pada 20 April 2021
pukul 16.00

3
yang menempel padanya disebabkan hawa nafsu manusia sepanjang zaman. Tema
“mengembalikan agama seperti sediakala” tidaklah berarti bahwa seorang pelaku tajdid
(mujaddid) hidup menjauh dari zamannya sendiri, tetapi maknanya adalah memberikan
jawaban kepada era kontemporer sesuai dengan Syariat Allah Ta’ala setelah ia dimurnikan
dari kebatilan yang ditambahkan oleh tangan jahat manusia ke dalamnya. Itulah sebabnya,
di saat yang sama, upaya tajdid secara otomatis digencarkan untuk menjawab hal-hal yang
mustahdatsat (persoalan-persoalan baru) yang kontemporer.
Upaya tajdid sama sekali tidak membenarkan segala upaya mengoreksi nash-nash
syar’i yang shahih, atau menafsirkan teks-teks syar’i dengan metode yang menyelisihi
ijma’ ulama Islam3. Sama sekali bukan.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tajdid
dalam Islam mempunyai 2 bentuk.
1. Pertama, memurnikan agama setelah perjalanannya berabad-abad lamanya dari hal-
hal yang menyimpang dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Konsekuensinya tentu saja
adalah kembali kepada bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabatnya menjalankan
Islam dalam keseharian mereka.
2. Kedua, memberikan jawaban terhadap setiap persoalan baru yang muncul dan
berbeda dari satu zaman dengan zaman yang lain. Meski harus diingat, bahwa
“memberikan jawaban” sama sekali tidak identik dengan membolehkan atau
menghalalkannya. Intinya adalah bahwa Islam mempunyai jawaban terhadap hal itu.
Berdasarkan ini pula, maka kita dapat memahami bahwa bidang-bidang tajdid itu
mencakup seluruh bagian ajaran Islam. Tidak hanya fikih, namun juga aqidah, akhlaq
dan yang lainnya. Tajdid dapat saja dilakukan terhadap aqidah, jika aqidah umat telah
mengalami pergeseran dari yang seharusnya.

Pembaruan Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran
yang terdapat didalam Al Quran dan Al-Sunnah. Diperlukan karena terjadi kesenjangan
antara yang dikehendaki Al Quran dengan kenyataan di masyarakat. Al Quran misalnya
mendorong umatnya agar menguasai pengetahuan agama dan pengetahuan modern serta
teknologi secara seimbang: hidup bersatu, rukun dan damai yang bersifat dinamis, kreatif,
inovatif, demokratis, terbuka, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu dan
menyukai kebersihan4.
Pembaharuan dalam Islam telah banyak mengemukakan ide pembaruan dalam Islam
dengan maksud seperti diungkapkan diatas, Muhammad Abduh dengan cara

3
Harun Nasution, Pembaharun dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), cet
1, hlm.10
4
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), cet 20, hlm. 378

4
menghilangkan bid’ah yang terdapat dalam ajaran Islam kembali kepada ajaran Islam yang
sebenarnya dibuka kembali ke pintu ijtihad. Sementara itu, Sayyid Ahmad Khan bahwa
untuk mencapai kemajuan perlu meninggalkan paham qadariah , perlu percaya bahwa
hukum alam dengan wahyu yang ada dalam Al Quran tidak bertentangan.Maka dari itu,
Pembaruan dalam Islam bukan mengubah Al Quran dan Al Hadist, tetapi justru kembali
kepada Al Quran dan Al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam yang utama.Banyak sekali
peristilahan yang digunakan para penulis yang dalam bahasa Indonesia berkonotasi
pembaharuan, umpamanya tajdid, ishlah, reformasi, ‘ashriyah, modernisasi, revivalisasi,
resurgensi (resurgence), reassersi (reassertion), renaisans, dan fundamentalis. Peristilahan
seperti ini timbul, bukan sekedar perbedaan semantik belaka, akan tetapi dilihat dari isi
pembaharuan itu sendiri.

B. Sejarah Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia


Islam telah mengalami sejumlah pergerakan kebangkitan kembali yang cukup besar
dalam dua abad terakhir, dimulai dengan gerakan wahabiah yang dipimpin oleh Ibn’Abd-
al-Wahhab pada abad ke-18 di Arab. Sementara suatu dorongan moral dan spiritual
umum seperti yang ada di balik Wahabisme masih tetap berpengaruh selama abad ke-19
di Afrika dan anak benua India, ketika itu pula pergerakan intelektual yang kuat lahir
selama pertengahan terakhir abad ke-195. Hal ini pula yang membawa pengaruh besar
dalam pergerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang ada di negara-negara muslim
khususnya Indonesia yang mengalami gerakan moderenisme dalam Islam.
Ide ide pembaharuan di Indonesia terjadi pada abad ke 20 yang dibawa oleh para
tokoh yang semula belajar di mekkah. Tokoh- tokoh tersebut antara lain ialah : Ahmad
Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy'ari (Nahdlatul Ulama) Ahmad Surkati (Al-
Irshad), Zamzam (Persis). Yang melatar belakangi ide pembaharuan di Indonesia adalah
adanya ide ide pembaharuan di luar Indonesia. Gerakan pembaharuan islam tidaklah
memiliki bentuk dan pola yang sama tetatpi memiliki karakter dan orientasi yang sangat
beragam.
Gerakan pembaharuan islam pada abad ke 20 tersebut bukan muncul secara
mendadak tetapi tidak terlepas dari pembaharuan-pembaharuan yang terdahulu. Seperti
pada abad ke 17 dan 18. Dikatakan pada abad 17 dan 18 adalah dasar dari pembaharuan
yang terjadi di abad ke 20. Menurut beberapa studi keislaman memandang bahwa gerakan
pembaharuan islam pada abad ke 17 cenderung menekankan pada pemikiran mistisisme
5
Azra, H. N. (1985). Perkembangan Modern Dalam Islam . In F. Rahman, Gerakan Pembaharuan Dalam Islam
Dewasa Ini (pp. 19-44). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.hlm.20.

5
yang dikembangkan oleh seorang sufi tertentu pada periode tertentu. Mistisisme sendiri
adalah suatu paham yang memberikan ajaran yang serba mistis atau ajaran yang
bersifatnya rahasia atau tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman.
Menurut Azyumari Azra, tahapan gerakan pembaharuan islam di Indonesia jika
dilihat dari lingkungan situasi perkembangannya dapat di bagi menjadi 2 periode besar
yaitu :
1. periode pertama perempatan kedua abad ke 17 sampai akhir abad ke 18. Pada periode
ini, islam sudah mempunyai landasan atau dasar yang kuat di seluruh nusantara.
Meskipun secara pemikiran dan pemahaman keislamanya berkembang bersama
dengan mistisme.
2. kedua, periode abad ke 19 samapai sekarang.

Adapun Ide- ide pembaharuan islam di Indonesia masuk melalui beberapa jalur yaitu:
1. yang pertama jalur haji dan mukim. Para tokoh- tokoh pada saat itu ketika
menunaikan haji mereka juga bermukim sementara untuk memperdalam pengetahuan
dan ilmu agama. Dan ketika kembali ke tanah air pengetahuan tentang ilmu
keagamaan atau ilmu lainnya meningkat. Ide- ide yang mereka dapatkan tak jarang
mempengaruhi orientasi dakwah di Indonesia.
2. Yang kedua adalah melalui jalur publikasi.Pada waktu itu para muslim di Indonesia
sangat tertarik untuk menerjemahkan majalah-majalah atau jurnal-jurnal terbitan
Mesir maupun Beirut kedalam bahasa Indonesia. Bukan tanpa alasan mereka
menerjemahkannya. Karena di jurnal-jurnal atau majalah-majalah tersebut berisikan
ide- ide pembaharuan islam.
3. Yang ketiga ialah peran para mahasiswa yang menimba ilmu di timur-tengah. Pada
awalnya para pemimpin gerakan pemabaharuan di Indonesia sebagian besar alumni
Mekkah.
Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidaklah dimulai pada tahun 1911 dengan
berdirinya Sarekat Dagang Islam atau juga tahun 1912 dengan berdirinya Muhammadiyah
bukan juga tahun 1906 dengan terbitnya majalah Al-Iman dan ada juga lembaga
pendidikan yang didirikan tahun 1905 di jakarta dengan nama Jami’at Khair6. Hal ini
memang benar karena tahun-tahun yang tercantum diatas merupakan tahun resmi
berdirinya organisasi, berdirinya sekolah maupun terbitnya majalah Islam. Namun, untuk
awal gerakan entah berupa ajakan maupun anjuran dalam pembaharuan Islam telah jauh
terjadi sebelum itu.
6
Noer, D. (1980). Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES.hlm.xi.

6
Perkembangan gerakan Islam di Indonesia berkembang dengan pesat tidak terlepas
dari keadaan situasi politik dunia yang memanas, pada awalnya gerakan pembaharuan
Islam ini timbul akibat pemikiran Jamaludin al-Afgani mengenai Pan-Islamisme atau
pembaharuan dalam Islam untuk menjadikan satu dalam kekuatan.Perkembangan Pan-
Islamisme itu sendiri mencuat ke permukaan sekitar awal abad ke-20 akibat kemunduran
dunia Islam,sementara dunia barat mengalami kemajuan yang sangat pesat.Tentu saja
perkembangan pergerakan yang terjadi di dunia Islam ini mendorong Indonesia juga untuk
ikut bagian dalam gerakan pebaharuan ini.
Selain di Indonesia pengaruh dari pemikiran pembaharuan Islam ini juga sampai ke
negara-negara Islam lainnya seperti Mesir, Libya, Irak, Iran dan Pakistan.Sementara itu,
banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan pemurnian Agama Islam di beberapa
tempat di Indonesia, yang satu sama lain mempunyai penonjolan perjuangan dan sifat yang
berbeda-beda. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka mempunyai cita-cita yang sama dan
tunggal yaitu “Izzul Islam wal Muslimin” atau kejayaan Agama Islam dan Kaum
Muslimin. Di antara gerakan-gerakan tersebut adalah Sarekat Islam yang nantinya
bertransformasi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia, Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama dan Persatuan Islam7.

C. Bentuk-Bentuk Gerakan Pembaharuan Islam Di Indonesia


Ada banyak bentuk pembaharuan dalam dunia Islam yang terjadi setelah
perkembangan Islam yang mantap pula di Indonesia, hal ini di dorong oleh sudah
banyaknya golongan intelektual di kalangan rakyat Indonesia akibat diterapkannya politik
etis oleh pemerintah kolonial. Pembaharuan Islam yang ada di Indonesia cukup menarik
karena Ada yang bergerak dalam bidang politik dan ada juga yang bergerak dalam sosial
kemasyarakatan.
Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu Gerakan
Modernis dan Gerakan Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis ialah
gerakan yang menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi semua Gerakan
Islam tersebut dapat digolongkan sebagai gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan
Reformis, berarti di samping gerakan ini menggunakan organisasi sebagai alat
perjuangannya, juga berusaha memurnikan Islam dan membangun kembali Islam dengan
pikiran-pikiran baru, sehingga Islam dapat mengarahkan dan membimbing umat manusia
dalam kehidupan mereka.
7
UMY, I. F. (2011). Retrieved from [online] http://immfkikumy.wordpress.com/2011/11/10/gerakan-
pembaharuan-islam-di-indonesia/html. diakses tanggal 20 april 2021.

7
Gerakan pembaruan di Indonesia merupakan salah satu contoh berkembangnya Islam
di Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang statis, semua
pasti mengalami perubahan dan perkembangan.Secara garis besar ada tiga bentuk gerakan
pembaharuan Islam di Indonesia :
1. Gerakan pendidikan
Gerakan Pendidikan dan Sosial kaum pembaharu memandang, betapa pentingnya
pendidikan dalam membina dan membangun generasi muda. Mereka
memperkenalkan sistem pendidikan sekolah dengan kurikulum modern untuk
mengganti sistem pendidikan Islam tradisional seperti pesantren dan surau. Melalui
pendidikan pola pikir masyarakat dapat diubah secara bertahap. Oleh sebab itu,
mereka mendirikan lembaga pendidikan dan mengembangkan organisasi sosial
kemasyarakatan. Di antaranya sebagai berikut ;
a. Sekolah Thawalib
Sekolah ini berasal dari surau jembatan besi. Surau berarti langgar atau
masjid. Lembaga pendidikan Surau berarti pengajian di Masjid, mirip dengan
pesantren di Jawa. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Rasul pada tahun 1906 telah
merintis perubahan “sistem surau” menjadi sistem sekolah. Pada tahun 1919 Haji
Jalaludin Hayib menerapkan sistem kelas dengan lebih sempurna. Ia
mengharuskan pemakaian bangku dan meja, kurikulum yang lebih baik, dan
kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah. Selain itu kepada para pelajar
pun diperkenalkan koperasi pelajar guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Koperasi ini berkembang menjadi organisasi sosial yang menyantuni sekolah
Thawalib dengan nama Sumatera Thawalib. Sejak itu organisasi ini tidak lagi
dipimpin oleh murid, tetapi oleh para guru.
Pada tahun 1929 organisasi Thawalib memperluas keanggotaannya. Tidak
hanya guru dan murid di sekolah itu, melainkan juga para alumni.Selain itu,
keanggotaan pun terbuka bagi mereka yang bukan murid, guru, dan alumni atau
mereka yang tidak memiliki hubungan apapun dengan sekolah Thawalib.
Organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi sebuah organisasi
kemasyarakatan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial. Akhirnya
organisasi Sumatera Thawalib berkembang menjadi organisasi politik dengan
nama Persatuan Muslimin Indonesia, disingkat Permi.Permi merupakan partai
Islam politik pertama di Indonesia. Asas Permi tergolong modern. Bukan hanya
Islam, tetapi juga Islam dan Nasionalis.

8
b. Jamiat Khair
Organisasi ini didirikan di Jakarta oleh masyarakat Arab Indonesia pada
tanggal 17 Juli 1905. Di antara pendirinya adalah Sayid Muhammad AlFachir bin
Syihab, Sayid Idrus bin Ahmad bin Syihab, dan Sayid Sjehan bin Syihab.
Semuanya termasuk golongan sayyid, yaitu kaum ningrat atau bangsawan
Arab.Ada dua program yang diperhatikan Jamiat Khair, mendirikan dan membina
sekolah dasar, serta menyeleksi dan mengirim para pelajar untuk mengikuti
pendidikan di Turki.
Jamiat Khair tidak hanya menerima murid keturunan Arab, tetapi juga untuk
umum.Bahasa Belanda tidak diajarkan karena bahasa penjajah, tetapi diganti
dengan bahasa Inggris. Dengan menguasai bahasa Inggris, para alumni lembaga
pendidikan Jamiat Khair diharapkan dapat mengikuti kemajuan zaman.
c. Al-Irsyad
Organisasi sosial ini didirikan oleh kaum pedagang Arab di Jakarta. Al-Irsyad
memusatkan perhatiannya pada bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah
dan perpustakaan. Sekolah Al-Irsyad banyak jenisnya. Ada sekolah tingkat dasar,
sekolah guru dan program takhassus memperdalam agama dan bahasa asing.
Cabang-cabang AlIrsyad segera dibuka di Cirebon, Pekalongan, Bumiayu, Tegal,
Surabaya, dan Lawang.Aktivitas organisasi ini lebih dinamis daripada Jamiat
Khair, walaupun keduanya sama-sama didirikan oleh masyarakat Arab.
Jika Jamiat Khair dikuasai oleh golongan sayyid atau ningrat. Al-Irsyad
sebaliknya, menolak adanya perbedaan atau diskriminasi antara kaum elite dengan
golongan alit (kecil).Al-Irsyad tidak dapat dipisahkan dengan Syaikh Ahmad
Syoorkatti. Ia seorang Arab keturunan Sudan yang menghembuskan semangat
pembaruan dan persamaan dalam tubuh Al-Irsyad.
d. Persyarikatan Ulama
Organisasi sosial kemasyarakatan ini semula bernama Hayatul Qulub,
didirikan di Majalengka, jawa Barat, oleh K.H. Abdul Halim pada tahun 1911.
Kiai Halim adalah alumni Timur Tengah. Ia menyerap ide-ide pembaruan yang
dihembuskan oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani, dua tokoh
pembaruan di Mesir.Hayatul Qulub memusatkan perhatiannya pada bidang
pendidikan, sosial dan ekonomi. Sejak 1917 namanya diubah menjadi
Persyarikatan Ulama. Perubahan nama ini memiliki dua tujuan, yaitu menyatukan
para ulama dan mengajak mereka untuk menerapkan cara-cara modern dalam

9
mengelola pendidikan.Ada dua sistem pendidikan yang diperkenalkan Kiai Halim:
“sistem madrasah” dengan “sistem asrama”.
Lembaga pendidikan dengan sistem madrasah dan sistem asrama diberi nama
“Santri Asromo”. Dibagi ke dalam tiga bagian: Tingkat permulaan, dasar, dan
lanjutan.Santri Asromo memiliki kelebihan, yaitu kurikulumnya memadukan
pengetahuan agama dan umum seperti pada sistem madrasah sekarang. Para
pelajar Santri Asromo juga dilatih dalam pertanian, keterampilan besi dan kayu,
menenun dan mengolah bahan seperti membuat sabun. Mereka tinggal di asrama
dengan disiplin yang ketat.
Persyarikatan Ulama memiliki ciri khas, mempertahankan tradisi bermazhab
dalam fiqih; tetapi menerapkan cara-cara modern dalam pendidikan. Pada tahun
1952 Persyarikatan Ulama diubah menjadi Persatuan Umat Islam (PUI) setelah
difusikan dengan Al-Ittihad alIslamiyah (AII) atau persatuan Islam. AII didirikan
dan dipimpin oleh K.H. Ahmad Sanusi yang berpusat di Sukabumi, Jawa Barat.

2. Gerakan Sosial Kemasyarakatan Islam


a. Nahdatul Ulama (NU)
Dikalangan pesantren dalam merespon kebangkitan nasional, membentuk
organisasi pergerakan, seperti Nahdatul Wa an (Kebangkitan Tanah Air) pada
1916. Kemudian pada tahun 1918 mendirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga
dengan Nahdatul Fikri (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan
sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari Nahdatul Fikri kemudian
mendirikan Nahdatul Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat ini dijadikan
basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdatut Tujjar,
maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga
pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Perkembangan selanjutnya, untuk membentuk organisasi yang lebih besar dan
lebih sistematis, serta mengantisipasi perkembangan zaman, maka setelah
berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdatul Ulama (Kebangkitan
Ulama).Nahdatul Ulama didirikan pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926).
Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar. Untuk
menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan
kitab Qānµn Asāsi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqād

10
Ahlussunnah Wal Jamā’ah. Kedua kitab tersebut kemudian diimplementasikan
dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam
berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Organisasi ini bertujuan untuk menegakkan ajaran Islam menurut paham kitab
I'tiqād Ahlussunnah Wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Untuk mencapai tujuannya
tersebut, NU menempuh berbagai jenis usaha di berbagai bidang, antara lain
sebagai berikut:
1) Di bidang keagamaan, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan
rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
2) Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan
nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas. Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga
Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah
khususnya di Pulau Jawa bahkan sudah memiliki cabang di luar negeri.
3) Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta
kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
4) Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati
hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang
telah terbukti membantu masyarakat.Mengembangkan usaha lain yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
b. Muhammadiyah
Sejak tahun 1905, Kyai Haji Ahmad Dahlan telah banyak melakukan dakwah
dan pengajian-pengajian yang berisi faham baru dalam islam dan menitik beratkan
pada segi alamiyah. Baginya, Islama adalah agama amal, suatau agama yang
mendorong umatnya untuk banyak melakukan kerja dan berbuat sesuatu yang
bermanfaat. Dengan bekal pendalaman beliau terhadap Al- Qura’an dan sunnah
Nabi, sampai pada pendirian dan tindakana yang banyak bersifat pengalaman
Islam dalam kehidupan nyata.Dari kajian-kajian Kyai Haji Ahmad Dahlan
,akhirnya timbul pertanyaan kenapa banyak gerakan-gerakan islamyang tidak
berhasil dalam usahanya? Hal ini tidak lain di sebabkan banyak orang yang
bergerak dan berjuang tetapi tidak berilmu luas serta sebaliknya banyak orang
yang berilmu akan tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.

11
Atas dasar keyakinannya itulah, Kyai Haji Ahmad Dahlan ,pada tahun 1991
mendirikan “sekolah Muhammadiyah” yang menempati sebuah ruangan dengan
meja dan papan tulis. Dalam sekolah tersebut, di masukkan pula beberapa
pelajaran yang lazim di ajarkan di sekolah-sekolah model Barat, seperti Ilmu
Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat dan sebagainya. Begitu pula di perkenalkan cara-
cara baru dalam pengajaran ilmu-ilmu keagamaan sehingga lebih menarik dan
lebih menyerap. Dengan murid yang tidak begitu banyak,jadilah sekolah
Muhammadiyah tersebut sebagai tempat persemaian bibit-bibit pembaruan dalam
Islam Indonesia.Dan sebagai puncaknya berdirilah gerakan Muhammadiyah pada
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 yang bertepatana dengan tanggal 18 November 1992,
yang di dalam Anggaran Dasarnya yang pertama kali bertujuan: “ Menyebarkan
Pengajarn Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera,di
dalam residensi yogyakarta” serta “ Memajukan hal agama Islam kepada sekutu-
sekutunya.
Kegiatan Muhammadiyah dipusatkan dalam bidang pendidikan, dakwah dan
amal sosial. Muhammadiyah mendirikan berbagai sekolah Islam ala Belanda, baik
dalam satuan pendidikan, jenjang maupun kurikulumnya. Muhammadiyah pun
menerima subsidi dari pemerintah Belanda.Organisasi ini sangat menekankan
keseimbangan antara pendidikan agama dan pendidikan umum, serta pendidikan
keterampilan.
Para alumni lembaga pendidikan Muhammadiyah diharapkan memiliki aqidah
Islam yang kuat, sekaligus memiliki keahlian untuk hidup di zaman
modern.Dengan bekal aqidah, pendidikan dan keterampilan yang baik, kaum
muslimin dapat mengembangkan kualitas hidup mereka sesuai dengan tuntutan
ajaran al-Qur'an. Bahkan sampai sekarang, Muhammadiyah merupakan ormas
Islam besar yang memiliki satuan-satuan pendidikan sejak dari Taman Kanak-
kanak hingga Program Pasca sarjana.Dalam bidang amal sosial, ormas Islam ini
memiliki antara lain beberapa puluh rumah sakit, Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA) dan Panti Asuhan.
Gerakan dakwah Muhammadiyah sangat menekankan kemurnian aqidah;
memerangi berbagai perbuatan syirik, menyekutukan Allah Swt. dalam segala
bentuknya; menentang takhayul; khurafat; dan perbuatan bid’ah serta mengikis
habis kebiasaan taqlid buta dalam beragama. Muhammadiyah, menekankan
pentingnya membuka pintu ijtihad dalam bidang hukum Islam agar umat Islam

12
terbebas dari taqlid buta serta menolak tradisi bermazhab dalam fiqih.
Muhammadiyah menolak kehidupan tasawuf yang hanya mementingkan akhirat.
Muhammadiyah sebagaimana umumnya kaum pembaharu, menentang tarekat,
karena penuh dengan perbuatan bid’ah.Lahirnya Jami’at Khair, al-Irsyad,
Persyarikatan Ulama, Muhammadiyah yang bergerak di bidang pembaharuan
pendidikan dan dakwah tersebut dipicu oleh perkembangan baru di bidang
keagamaan. Agama harus fungsional dalam kehidupan, bukan hanya sekedar
tuntunan untuk kebahagiaan akhirat saja. Karena itu, agama harus didukung oleh
ilmu pengetahuan modern.
c. Persatuan Islam
Persatuan Islam (Persis) didirikan di Bandung pada 17 September 1923 oleh
K.H. Zamzam, seorang ulama berasal dari Palembang. Persis bertujuan
mengembalikan kaum muslimin kepada pimpinan AL-Qur’an dan sunnah Nabi
dengan jalan mendirikan madrasah-madrasah, pesantren dan tabliqh pidato
ataupun tulisan. Selain itu, menerbitkan pula majalah yang cukup menonjol pada
zamannya, yaitu “Pembela Islam” dan majalah Al Muslimin. Selain itu juga Persis
memiliki tujuan lain yakni untuk memberikan pemahaman Islam yang sesuai
dengan aslinya yang dibawa oleh Rasulullah Saw dan memberikan pandangan
berbeda dari pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinil
karena bercampur dengan budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan
tidak mau menggali Islam lebih dalam dengan membuka Kitab-kitab Hadits yang
shahih.
Lewat para ulamanya seperti Ahmad Hassan yang juga dikenal dengan Hassan
Bandung atau Hassan Bangil, Persis mengenalkan Islam yang hanya bersumber
dari Al-Quran dan Hadits (sabda Nabi).Persis sangat menonjol dalam usahanya
memberantas segala macam bid’ah dan khufarat , dengan cara-cara radikal dan
tidak tanggung- tanggung. Lebih-lebih setelah Persis berada dalam kepemimpinan
ustadz A. Hasan, yang terkenal tajam pena dan lidahnya menegakkan kemurnian
agama, maka Persis semakin hari semakin bertambah luas dan berkembang.
Diantara alumni pendidikan Persis yang terkemuka adalah M.Natsir, seorang
tokoh cendikiawan dan pemimpin Islam Indonesia yang juga pernah menjadi
Perdana Menteri RI dan menduduki jabatan-jabatan penting dalam Lembaga Islam
International.

13
3. Gerakan Politik Islam
Islam tidak dapat menerima penjajahan dalam segala bentuk. Perjuangan umat
Islam dalam mengusir penjajah sebelum abad dua puluh dilakukan dengan kekuatan
senjata dan bersifat kedaerahan.Pada awal abad dua puluh perjuangan itu dilakukan
dengan mendirikan organisasi modern yang bersifat nasional, baik ormas (organisasi
sosial kemasyarakatan), maupun orsospol (organisasi sosial politik). Melalui
pendidikan, ormas memperjuangkan kecerdasan bangsa agar sadar tentang hak dan
kewajiban dalam memperjuangkan kemerdekaan. Dengan orsospol, kaum muslimin
memperjuangkan kepentingan golongan Islam melalui saluran politik yang diakui
pemerintah penjajah. Mereka misalnya berjuang melalui parlemen Belanda yang
disebut Volksraad.Di antara partai politik Islam yang tumbuh sebelum zaman
kemerdekaan adalah :
a. Sarekat Islam
Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal organisasi dagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam. Didirikan pada 1911 oleh seorang pengusaha
batik terkenal di Sala, yaitu Haji Samanhudi. Anggota-anggotanya terbatas pada
para pengusaha dan pedagang batik, sebagai usaha untuk membela kepentingan
mereka dari tekanan politik Belanda dan monopoli bahan-bahan batik oleh para
pedagang Cina. Kemudian akibat pelarangan terhadap Sarekat Dagang Islam oleh
Residen Surakarta, maka pada 1912 kedudukannya dipindah ke Surabaya dan
namanya pun berganti menjadi Sarekat Islam.
Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah
kepemimpinannya Sarekat Islam berkembang mewnjadi sebagai organisasi besar
dan berpengaruh, anggota-anggotanya semakin Banyak dan meliputi seluruh
lapisan masyarakat dan cabang-cabangnya berdiri dimana-mana. Tujuannya
diperluas, tidak saja urusan dagang dan perekonomiannya, melainkan lebih luas
dan besar yaitu: menentang politik kolonial Belanda dalam segala seginya
dengan menggunakan dasar perjuangan islam. Dengan tujuan tersebut akhirnya
Sarekat Islam memasuki bidang politik dan menginginkan suatu pemerintahan
yang bebas dari penjajahan Belanda.
Karena Sarekat Islam diselundupi oleh orang-orang komunis yang tergabung
dalam organisasi Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) pimpinan

14
Sneevliet, seorang kader komunis yg berasal dari negeri Belanda, akhirnya tak
dapat mengelakkan diri dari perpecacahan, dan menjadilah SI Putih SI Merah
yang beraliran komunis . Sarekat Islam Putih kemudian meningkatkan diri
menjadi satu organisasi politik Partai Sarekat Islam Indonesia yang diresmikan
pada tahun 1929.
b. Partai Islam Masyumi
Partai Islam Masyumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 sebagai hasil
keputusan Muktamar Umat Islam Indonesia I yang berlangsung di Yogyakarta
(Gedung Madrasah Mualimin Muhammadiyah) pada tanggal 7-8 November
1945. Kongres ini dihadiri oleh hampir semua tokoh dari berbagai organisasi
Islam dari masa sebelum perang serta pada masa pendudukan Jepang, seperti
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam, al-Wasliyah, Persis, al-
Irsyad, serta tokoh intelektual muslim yang pada zaman Belanda aktif dalam
Jong Islamiten Bond dan Islam Study Club dan sebagainya.
Dalam kongres tersebut disepakati dan diputuskan untuk mendirikan Majlis
Syura Pusat bagi umat Islam Indonesia.Sesungguhnya Partai Masyumi ini
merupakan kelanjutan dari kegiatan politik organisasi Islam pada akhir zaman
penjajah Belanda yang dikenal dengan nama MIAI (Majlis Islam A’la
Indonesia). MIAI adalah suatu wadah federasi dari semua organisasi Islam, baik
yang bergerak dalam bidang politik praktis maupun yang bergerak dalam bidang
sosial kemasyarakatan yang didirikan pada tanggal 21 September 1937 di
Surabaya atas inisiatif KH Mas Masyur (Muhammadiyah), KH Wahab
Hasbullah (NU), dan Wondo Amiseno (Sarekat Islam). Kemudian pada masa
pendudukan Jepang gabungan gerakan Islam yang juga bersifat federasi
semacam MIAI ini dinamakan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
Partai Masjumi yang mencanangkan tujuannya dengan rumusan
“Terlaksananya syari’at Islam dalam kehidupan orang-seorang, masyarakat, dan
Negara Republik Indonesia” dalam kiprah politiknya sepanjang masa hidupnya,
baik dalam bentuk program maupun kebijakan-kebijakan partai menampakan
sikap yang tegar, istiqomah, konsisten terhadap prinsip-prinsip Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an maupun Al-Hadits.Politik yang dianut oleh Partai
Masyumi adalah politik yang menggunakan parameter Islam, artinya bahwa
semua program atau kebijakan partai harus terukur secara pasti dengan nilai-
nilai Islam. Ungkapan bahwa politik itu kotor, menurut keyakinan Partai

15
Masyumi tidak mungki terjadi manakala sikap, langkah, dan pola perjuangannya
selalu berada di atas prinsip-prinsip ajaran Islam.
Masyumi mengakui terhadap realitas yang terjadi di tengah-tengah arena
politik bahwa politik itu memang kotor, kalau politik itu didasarkan pada
“politik bebas nilai” atau politik yang diajarkan oleh Nicollo Machiavelli bahwa
“tujuan menghalalkan semua cara”. Politik Islam sebagaimana yang dianut oleh
Partai masyumi adalah politik yang mengharamkan tujuan yang ditempuh
dengan semua cara. Islam mengajarkan bahwa “Tujuan yang baik harus dicapai
dengan cara-cara yang baik pula”.Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan
Pemilu, Partai Masjumi mendapatka 57 kursi di pemerintahan. Akan tetapi
karena Bung Karno termakan oleh bujukan dari Komunis sehingga pada tanggal
17 Agustus 1960 mengeluarka Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor 200 tahun
1960 untuk membubarkan Partai Islam Masyumi dari pusat sampai ranting di
seluruh wilayah NKRI. Pada tanggal 13 September 1960 DPP Masyumi
membubarkan Masyumi dari pusat sampai ke ranting-rantingnya.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gerakan pembaharuan islam secara sederhana adalah upaya baik secara individu
maupun kelompok pada kurun waktu atau situasi tertentu, untuk mengadakan perubahan
dalam praktek-praktek keagamaa islam dengan pemahaman dan pengalaman yang baru.
Pembaruan Islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar mengikuti ajaran
yang terdapat didalam Al Quran dan Al-Sunnah. Diperlukan karena terjadi kesenjangan
antara yang dikehendaki Al Quran dengan kenyataan di masyarakat. Al Quran misalnya
mendorong umatnya agar menguasai pengetahuan agama dan pengetahuan modern serta
teknologi secara seimbang: hidup bersatu, rukun dan damai yang bersifat dinamis, kreatif,
inovatif, demokratis, terbuka, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu dan
menyukai kebersihan
Ide ide pembaharuan di Indonesia terjadi pada abad ke 20 yang dibawa oleh para
tokoh yang semula belajar di mekkah. Tokoh- tokoh tersebut antara lain ialah : Ahmad
Dahlan (Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy'ari (Nahdlatul Ulama) Ahmad Surkati (Al-
Irshad), Zamzam (Persis). Yang melatar belakangi ide pembaharuan di Indonesia adalah
adanya ide ide pembaharuan di luar Indonesia. Gerakan pembaharuan islam tidaklah
memiliki bentuk dan pola yang sama tetatpi memiliki karakter dan orientasi yang sangat
beragam.Gerakan pembaharuan islam pada abad ke 20 tersebut bukan muncul secara
mendadak tetapi tidak terlepas dari pembaharuan-pembaharuan yang terdahulu. Seperti
pada abad ke 17 dan 18. Dikatakan pada abad 17 dan 18 adalah dasar dari pembaharuan
yang terjadi di abad ke 20.
Gerakan pembaruan di Indonesia merupakan salah satu contoh berkembangnya Islam
di Indonesia. Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada masyarakat yang statis, semua
pasti mengalami perubahan dan perkembangan.Secara garis besar ada tiga bentuk gerakan
pembaharuan Islam di Indonesia yaitu Gerakan dibidang Pendidikan,Gerakan dibidang
kemasyarakatan social islam,dan Gerakan dibidang politik.
B. Saran
Dari materi tentang Gerakan pembaharuan islam diatas maka sebagai pelajar tentunya
kita dapat mengambil pelajaran tentang semangat perjuangan untuk menerapkan islam
dalam kehidupan sehari-hari dan mengaplikasikannya dalam berbagai bidang

17
kehidupan.selain itu kita juga berharap untuk setiap Gerakan islam yang ada di Indonesia
dapat Bersatu dan bersinergi,tidak menjadikan perbedaan organisasi atau Gerakan sebagai
perpecahan melainkan menyatukan kekuatan demi kejayaan islam dan bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Azra, H. N.,Perkembangan Modern Dalam Islam . In F. Rahman, Gerakan Pembaharuan

Dalam Islam Dewasa Ini,Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985.

Nasution, Harun.Pembaharuna dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan,Jakarta: Bulan

Bintang,1975.

Nata, Abuddin .Metodologi Studi Islam,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, cet 20.

Noer, D,Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES, 1980.

http://immfkikumy.wordpress.com/2011/11/10/gerakan-pembaharuan-islam-di-

indonesia/html.

https://ex-school.com/artikel/gerakan-pembaruan-islam-di-indonesia

https://muslim.or.id/3942-mengenal-para-ulama-pembaharu-dalam-islam.html diakses pada 7

April 2016 pukul 16.00

https://studis2farmasi2a2016kel5.wordpress.com/2016/05/21/44/

https://www.kompasiana.com/rizka45/5c0090046ddcae088e170e37/pembaharuan-islam-di-

indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai