UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Afeksi dalam Belajar” ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunakan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
Pendahuluan
Pembahasan
Penutup
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana pengelompokkan jenjang pada ranah afektif?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan afeksi dalam belajar?
6. Bagaimana contoh afeksi dalam belajar?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan afeksi dalam belajar.
2. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri afeksi dalam belajar.
3. Untuk mengetahui apa saja unsur yang termasuk dalam afeksi dalam
belajar.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengelompokkan jenjang pada ranah
afektif.
5. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan afeksi dalam
belajar.
6. Untuk mengetahui bagaimana contoh afeksi dalam belajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
masyarakat. Reigeluth & Martin (1999) menyimpulkan bahwa domain
afektif terdiri dari komponen perkembangan afektif yang berfokus pada
perubahan dan proses internal, atau kategori sikap dalam proses dan
pendidikan afektif.
4
Menurut Winkel (2004), mengungkapkan bahwa sikap merupakan suatu
kemampuan internal yang berperan penting dalam mengambil tindakan, yang
memungkinkan untuk bertindak atau menemukan berbagai alternatif.
5
5. Sikap dalam kamus bahasa Indonesia diartikan dengan pandangan
seseorang terhadap suatu objek tertentu, pembawaan dan tingkah
laku. Sikap dalam bahasa Inggrisnya disebut attitude adalah suatu
cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan untuk
bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi
yang dihadapi.
b. Minat
Kartono (1982) menyatakan bahwa minat merupakan salah satu
faktor yang ada pada individu yang menunjukkan perhatian merupakan
dorongan yang lebih kuat untuk keterlibatan yang lebih efektif dalam
suatu objek tertentu. Selain itu, Walgito (1981:38) menyatakan bahwa
minat disertai dengan keinginan seseorang untuk memperhatikan suatu
mata pelajaran tertentu, untuk mengetahui, mempelajarinya, dan untuk
dapat membuktikannya lebih lanjut.
Winkel (1999) menjelaskan bahwa minat adalah kecenderungan
mental yang permanen bagi seseorang untuk menikmati atau tertarik pada
suatu hal tertentu. Selain itu, Hurlok (1996) menyatakan bahwa minat
merupakan sumber motivasi untuk mendorong seseorang melakukan apa
yang ingin dilakukannya, dan mereka bebas memilih. Ketika mereka
melihat sesuatu yang bermanfaat, mereka merasa tertarik untuk
melakukannya, dan itu akan membawa kepuasan tersendiri bagi mereka.
Minat siswa juga berpengaruh signifikan terhadap metode pembelajaran.
Jika mereka tertarik pada topik tertentu, mereka cenderung lebih tertarik
untuk belajar, yang juga meningkatkan aktivitas belajar.
c. Konsep diri
Konsep diri merupakan penilaian seseorang terhadap kemampuan
dan kelemahannya. Tujuan konsep diri, arah, dan kekuatan pada dasarnya
sama dengan area emosional lainnya. Konsep diri ini penting dalam
menentukan jalur karir seorang siswa. Hal ini dikarenakan siswa dapat
memilih pilihan karir yang tepat dengan mengetahui kelebihan dan
6
kekurangannya. Evaluasi konsep diri dapat dilakukan melalui evaluasi
diri. Dengan kata lain, untuk menandai.
d. Nilai
Nilai adalah tujuan, aktivitas, atau gagasan yang diungkapkan
seseorang untuk memandu minat, sikap, dan kepuasan mereka (Tyler,
1973: 7). Tujuan merupakan ide, seperti sikap dan tindakan. Arah nilai
bisa positif atau negatif. Menurut Rokeach (1968), nilai adalah suatu
tindakan, atau kepercayaan terhadap apa yang dianggap baik dan jahat.
Sikap mengacu pada organisasi keyakinan di sekitar objek atau situasi
tertentu, lebih lanjut menjelaskan bahwa nilai terkait dengan keyakinan.
e. Moral
Moralitas berkaitan dengan perasaan yang salah atau benar tentang
kesejahteraan orang lain, atau perasaan tentang tindakan seseorang.
Moralitas mengacu pada prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Aspek
emosional kunci dalam mata pelajaran matematika, fisika, kimia, dan
biologi meliputi ketelitian, kesabaran, dan kemampuan memecahkan
masalah secara logis dan sistematis (Perintah No. 1 Sekjen Mandik
Dasmen).12/C/KEP/TU/2008 Tata Cara untuk pembuatan formulir dan
laporan hasil belajar) siswa SD dan SMP).
7
lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah kesadaran dan
keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-
gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
Receiving atau attenting juga sering diberi pengertian sebagai
kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu obyek. Pada
jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau
nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau
menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentikkan diri dengan
nilai itu.
b. Responding (Menanggapi)
Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi
kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Jenjang
ini setingkat lebih tinggi dibandingkan jenjang receiving. Contoh hasil
belajar ranah afektif jenjang responding adalah: peserta didik tumbuh
hasratnya untuk mempelajari lebih jauh atau mengenali lebih dalam lagi
tentang kedisiplinan.
8
maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik. Contoh hasil
belajar afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat
pada diri peserta didik untuk berlaku disiplin, baik di sekolah, di rumah
maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
d. Organization (Mengorganisasikan)
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada
perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan
pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di
dalamnya hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas
nilai yang telah dimilikinya. Contoh hasil belajar afektif jenjang
organization adalah peserta didik mendukung penegakan disiplin
nasional. Mengatur atau mengorganisasikan ini merupakan jenjang sikap
atau nilai yang lebih tinggi lagi dibandingkan receiving, responding dan
valuing.
9
sebagai pegangan hidupnya dalam hal yang menyangkut kedisiplinan,
baik kedisiplinan di sekolah, di rumah, maupun di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
10
karakter anak. Tidak bisa dipungkiri banyak program televisi yang
menayangkan karya-karya asing dengan latar belakang budaya dan
kebutuhan pendidikan yang berbeda dan banyak ditonton oleh anak-anak.
Hal ini berdampak besar pada sikap dan pembentukan mental anak.
Perlahan tapi pasti, budaya asing tidak selalu menyerbu setiap sudut
kehidupan dan sesuai dengan budaya lokal yang telah dibina dan
dikembangkan dengan mentransformasikan nilai-nilai lokal menjadi nilai
luhur. Akhirnya membuat kepribadian baru. Hal tersebut bertentangan
dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.
11
yang menentukan atau kriteria seseorang tentang baik dan tidak baik,
sehingga standar itu akan mewarnai prilaku seseorang.
Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman
nilai kepada peserta didik yang diharapkan dapat berprilaku sesuai dengan
pandangan yang dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-
norma yang berlaku.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan afeksi merupakan proses pengembangan pada sisi karakter
peserta didik. Pendidikan afeksi lebih menekankan pada pembentukan
kepribadian pada anak. Pendidikan afeksi memiliki ciri-ciri, yaitu: rasa ingin
tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, dan memiliki
sifat berani mengambil resiko dan sifat menghargai. Unsur-unsur afektif
dapat diidentifikasikan meliputi perhatian/ minat, sikap, nilai, apresiasi,
kepercayaan, perasaan, emosi perilaku, keinginan, dan penyesuaian. Ranah
afektif dikelompokkan ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding,
valuing, organization dan characterization by a value or value complex.
3.2 Saran
Untuk memahami sebuah materi tentu tidaklah mudah, pembaca
diharapkan untuk membaca dengan seksama. Jika dirasa masih kurang
memahami materi yang dipaparkan dalam makalah ini, pembaca bisa mencari
literatur tambahan baik melalui buku ataupun dalam jejaring lainnya.
13
Daftar Pustaka
Jurnal EduMatSains, 4 (1) Juli 2019, 89-98 89. Meningkatkan Kreatifitas Siswa
melalui STEM dalam Pembelajaran IPA Increasing Student Creativity
through STEM in Science Learning.
SMA Negeri 9 Bandar Lampung. 2020. Pendidikan Afeksi Dalam Masa Pandemi.
http://smalan.sch.id/blog/pendidikan-afeksi-dalam-masa-pandemi/. (Senin, 16
Mei 2022.
14