Anda di halaman 1dari 18

LEMBAGA PENGELOLA WAKAF

DOSEN PENGAMPU: Dr. ANDRI SOEMITRA, MA

Disusun Oleh:

TASSA AL-DAWIYAH 0501182187

TRINANINGSIH RAMBE 0501181015

VERA YUNITA HASIBUAN 0501182119

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat limpahan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Lembaga Pengelola Wakaf” dengan
tepat waktu, sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Lembaga Keuangan Bukan Bank. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada bapak Dr. Andri Soemitra, MA selaku dosen kami karena saran dan bimbingan dari beliau
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa bahwa makalah yang kami susun ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun terutama dari Dosen Pengampu kami agar selanjutnya kami dapat
menyusun Makalah yang lebih baik lagi. Selain itu, kami selaku pembuat makalah tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman – teman yang telah mendukung dan bekerja
sama dalam penyelesaian makalah ini, sehingga teman – teman sekalian dapat membaca makalah
ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta, mampu
memenuhi syarat untuk memenuhi tugas matakuliah Perbankan Syariah. Akhir kata, kami
memohon maaf apabila ada kesalahan yang terdapat didalam makalah ini. Atas perhatiannya,
kami ucapkan terima kasih dan selamat membaca.

Medan, 11 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf............................................................................................................3
B. Payung Hukum Wakaf Di Indonesia..............................................................................4
C. Fungsi-Fungsi Wakaf......................................................................................................5
D. Harta Benda yang Memenuhi Kriteria Sebagai Objek wakaf.........................................6
E. Peruntukan Harta Benda Wakaf.....................................................................................8
F. Badan Wakaf Indonesia..................................................................................................9

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan.....................................................................................................................14
B. Saran...............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Salah satu dari bentuk ibadah yang berkaitan dengan harta benda dengan tujuan untuk
mendekatkan diri masing-masing pada Sang Pencipta adalah amalan wakaf. Wakaf sangat
penting artinya bagi kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan keagamaan. Oleh karena itu,
Islam meletakkan amalan wakaf sebagai salah satu macam ibadah yang amat disenangi oleh
umat muslim.

Secara konsepsional wakaf diharapkan dapat memberi kontribusi pada kehidupan sosial
ekonomi umat, bukan semata berperan dalam aspek ibadah saja. Hal ini karena wakaf merupakan
amal ibadah sosial yang inklusif. Namun kenyataannya, angka kemiskinan di Indonesia masih
terhitung fantastis. Ini disebabkan manajemen wakaf yang kurang memadai. Karena itu agar
wakaf dapat diberdayakan secara maksimal, untuk itu muncul lah lembaga pengelola wakaf
sebagai solusi dari minimnya pemerataan wakaf tersebut.

Dengan wakaf yang dikelolah dengan baik akan menumbuhkan masyarakat yang sejahtera.
Oleh karena itu, strategi pengelolaan yang baik perlu diciptakan untuk mencapai tujuan
diadakannya wakaf. Tujuan dari penggalangan wakaf dari masyarakat diantaranya untuk
menciptakan kesadaran diantara orang-orang kaya atau berkecukupan untuk memikul beban
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat sekitar dengan harapan dapat terciptanya integrasi
antara keamanan sosial, kedamaian dan meningkatkan kesejahteraan yang memiliki nilai
keagamaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan wakaf dan bagaimana payung hukum wakaf di Indonesia?
2. Bagaimana fungsi wakaf?
3. Apa saja harta benda yang memenuhi kriteria sebagai objek wakaf?
4. Bagaimana peruntukan wakaf?
5. Apa yang dimaksud dengan Badan Wakaf Indonesia?

1|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
C. Tujuan
1. Memahami apa itu wakaf serta bagaimana payung hukumnya di Indonesia.
2. Memahami fungsi-fungsi dari wakaf.
3. Dapat menguraikan apa saja harta benda yang memenuhi kriteria wakaf.
4. Memahami apa saja peruntukan wakaf.
5. Dapat mengerti apa itu Badan Wakaf Indonesia.

2|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wakaf
Wakaf berasal dari bahasa Arab waqf, yaitu nama terbitan (masdar) dari kata kerja
waqafa, ia mempunyai berbagai-bagai makna mengikut tujuan dan penggunaan ayat itu sendiri.
Dari segi bahasa, waqf memberi makna berhenti (‫) )السكن‬, menegah ( ‫ ) المنع‬dan menahan (‫)الحبس‬.
Ulama fiqah sepakat mentakrifkan wakaf mengikut istilah bahasa dengan al-habs ertinya
menahan; kerana perkataan al-habs itu lebih hampir kepadapengertian syarak. Lebih-lebih lagi
perkataan al-habs itu banyak diucapkan oleh Rasulullah SAW dalam beberapa buah hadisnya,
antaranya:
‫حبس األصل وسبل الثمرة‬
“Wakafkanlah tanah itu dan berilah hasil buahnya sebagai sedekah”

Wakaf Menurut Istilah Syarak


Wakaf ialah suatu bentuk penyerahan harta sama ada secara (sorih) terang, atau (kinayah)
sindiran, dimana harta berkenaan ditahan dan hanya manfaatnya sahaja yang diaplikasikan untuk
tujuan-tujuan kebajikan sama ada berbentuk umum mahupun khusus. Dari segi istilah ia
bermaksud menahan sesuatu harta seseorang untuk dimanfaatkan oleh orang lain. Harta yang
diwakafkan hendaklah berada dalam keadaan yang baik, kekal dan tujuan ia melakukan wakaf
adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memberi kebajikan kepada orang lain.
Pewakaf juga tidak lagi mempunyai hak ke atas harta wakaf tersebut. Manakala Muhammad
‘Arfah al-Dusuqi pula menjelaskan bahawa wakaf adalah memberikan manfaat sesuatu harta
yang dimiliki kepada orang yang berhak dengan satu akad dalam jangka masa tertentu, sesuai
dengan kehendak pewakaf. Menurut Ibn Qudamah dari ulama Mazhab Hanbali menyatakan
bahawa wakaf adalah menahan yang asal dan memberikan hasilnya.1
Pengertian wakaf menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 adalah: “Perbuatan
hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk

1
Rahman Asmak Ab, “Peranan Wakaf Dalam Pembangunan Ekonomi Umat Islam dan Aplikasinya di Malaysia”,
Jurnal Syariah, Vol. 17, No. 1, 2009, Hal. 114-115.

3|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah”2

Dalil Disyariatkan Wakaf


Menurut Abu Yusuf , Muhammad bin Hasan, Ahmad bin Hanbal dan al-Syafi‘i, wakaf
ialah menahan ‘ayn mawquf (harta) sebagai milik Allah atau pada hukum milik Allah dan
menyedekahkan manfaatnya ke arah kebajikan dari mula hingga akhirnya. Firman Allah SWT:
“Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebajikan yang sebenarnya sehingga kamu
belanjakan sebahagian daripada harta yang paling kamu sayangi dan apa sahaja yang kamu
belanjakan dari sesuatu, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.”(Surah Ali ‘Imran, 3:
92)

B. Payung Hukum Wakaf Di Indonesia


Payung hukum wakaf di Indonesia terdapat pada Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
tentang Wakaf (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459).
 Bab 1 Pasal 1
1. Wakaf adalah perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut Syariah.
2. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
3. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak Wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau
tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
4. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola
dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
5. Mauquf alaih  adalah pihak yang ditunjuk untuk memperoleh manfaat dari
peruntukan harta benda wakaf sesuai pernyataan kehendak Wakif yang
dituangkan dalam Akta Ikrar Wakaf.
2
Yuliafitri Indri dan Rivaldi Arie Indra, “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dan Promosi
Terhadap Penerimaan Wakaf Tunai (Pada Lembaga Pengelola Wakaf Di Indonesia)”, Jurnal InFestasi, Vol. 13,
No. 1, Juni 2017, Hal. 217.

4|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
6. Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat AIW adalah bukti pernyataan
kehendak Wakif untuk mewakafkan harta benda miliknya guna dikelola Nazhir
sesuai dengan peruntukan harta benda wakaf yang dituangkan dalam bentuk akta.
7. Sertifikat Wakaf Uang adalah surat bukti yang dikeluarkan oleh Lembaga
Keuangan Syariah kepada Wakif dan Nazhir tentang penyerahan wakaf uang.
8. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, yang selanjutnya disingkat PPAIW, adalah
pejabat berwenang yang ditetapkan oleh Menteri untuk membuat Akta Ikrar Wakaf .
9. Lembaga Keuangan Syariah, yang selanjutnya disingkat LKS adalah badan
hukum Indonesia yang bergerak di bidang keuangan Syariah.
10. Bank Syariah adalah Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dari Bank Umum
konvensional serta Bank Perkreditan Rakyat Syariah.
11. Badan Wakaf Indonesia, yang selanjutnya disingkat BWI, adalah lembaga
independen dalam pelaksanaan tugasnya untuk mengembangkan perwakafan di
Indonesia.
12. Kepala Kantor Urusan Agama yang selanjutnya disingkat dengan Kepala KUA
adalah pejabat Departemen Agama yang membidangi urusan agama Islam di
tingkat kecamatan.
13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan  pemerintahan di bidang
agama.3

C. Fungsi-Fungsi Wakaf

Dalam undang –undang Nomor 41 tahun 2004 pasal 5 dijelaskan bahwa fungsi wakaf
adalah mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah
dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

Fungsi wakaf terbagi menjadi empat fungsi yaitu:

1. Fungsi Ekonomi. Salah satu aspek yang terpenting dari wakaf adalah keadaan sebagai
suatu sistem transfer kekayaan yang efektif. 
2. Fungsi Sosial. Apabila wakaf diurus dan dilaksanakan dengan baik, berbagai kekurangan
akan fasilitas dalam masyarakat akan lebih mudah teratasi.
3
https://jdih.kemenkeu.go.id

5|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
3. Fungsi Ibadah. Wakaf merupakan satu bagian ibadah dalam pelaksanaan perintah Allah
SWT, serta dalam memperkokoh hubungan dengan-Nya. 
4. Fungsi Akhlaq. Wakaf akan menumbuhkan ahlak yang baik, dimana setiap orang rela
mengorbankan apa yang paling dicintainya untuk suatu tujuan yang lebih tinggi dari pada
kepentingan pribadinya.4

Fungsi wakaf dalam KHI Pasal 216 adalah fungsi wakaf adalah mengekalkan manfaat
benda wakaf sesuai dengan tujuannya. Menurut pasal 5 UU No. 41 tentang Wakaf bahwa wakaf
berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan
ibadah dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum.
Jadi fungsi wakaf menurut KHI Pasal 216 dan Pasal 5 UU No. 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf dimaksudkan dengan adanya wakaf terciptanya sarana dan prasarana bagi kepentingan
umum sehingga terwujudnya kesejahteraan bersama baik dalam hal ibadah ataupun dalam hal
muamalah. Dengan demikian orang yang kehidupannya di bawah garis kemiskinan dapat
tertolong kesejahteraannya dengan adanya wakaf. Kemudian umat Islam yang lainnya dapat
menggunakan benda wakaf sebagai fasilitas umum sekaligus dapat mengambil manfaatnya.5

D. Harta benda yang memenuhi kriteria sebagai objek wakaf


Benda wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau tidak bergerak yang memiliki
daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam.
Harta benda wakaf terdiri dari:
a) Benda tidak bergerak;
b) Benda bergerak selain uang; dan
c) Benda bergerak berupa uang.
Benda yang bisa diwakafkan tidak hanya berupa benda tidak bergerak seperti hak atas
tanah saja, tetapi bisa juga benda tidak bergerak lainnya seperti bangunan atau bagian bangunan
yang berdiri di atas tanah, hak milik atas satuan rumah susun, atau benda bergerak seperti uang,
logam mulia, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, dan sebagainya.
 Benda tidak bergerak meliputi:

4
https://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-rukun-dan-fungsi-wakaf.html
5
Jurnal.uinbanten.ac.id

6|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
b. Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud
pada huruf a;
c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
e. Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Hak atas tanah yang dapat diwakafkan terdiri dari:


a. Hak milik atas tanah baik yang sudah atau belum terdaftar;
b. Hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai di atas tanah negara;
c. Hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan atau hak milik wajib
mendapat izin tertulis pemegang hak pengelolaan atau hak milik;
d. Hak milik atas satuan rumah susun.

 Benda bergerak adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi:
a) Uang
b) Logam dan batu mulia;
c) Surat berharga;
d) Kendaraan (kapal, pesawat terbang, kendaraan bermotor);
e) Mesin atau alat industri yang tidak tertancap pada tanah
f) Hak atas kekayaan intelektual;
g) Sewa; dan/atau
h) Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan
yang
i) Berlaku karena sifatnya dan memiliki manfaat jangka panjang.

 Benda bergerak selain uang karena Peraturan Perundang-undangan yang dapat diwakafkan
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagai berikut:

7|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
a.    surat berharga yang berupa:
1)    Saham;
2)    Surat Utang Negara;
3)    Obligasi pada umumnya; dan/atau
4)    Surat berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang.
b.    Hak Atas Kekayaan intelektual yang berupa:
1)    Hak cipta;
2)    Hak merk;
3)    Hak paten;
4)    Hak desain industri;
5)    Hak rahasia dagang;
6)    Hak sirkuit terpadu;
7)    Hak perlindungan varietas tanaman; dan/atau
8)    Hak lainnya.
c.   Hak atas benda bergerak lainnya yang berupa:
1)    Hak sewa, hak pakai dan hak pakai hasil atas benda bergerak; atau
2)    Perikatan, tuntutan atas jumlah uang yang dapat ditagih atas benda bergerak.6

E. Peruntukan Harta Benda Wakaf


Wakaf menjadi sarana untuk membangun perekonomian umat. Hal ini dikarenakan harta
benda wakaf diperuntukan untuk kesejahteraan umum, tidak untuk kepentingan pribadi maupun
golongan. Karena setelah ikrar wakaf diperuntukan dan diberikan kepada nazhir, harta benda
tersebut dikelola dan dikembangkan oleh nazhir.

Peruntukan harta benda wakaf hanya dapat diperuntukan untuk sarana dan kegiatan
ibadah, sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan, kemajuan dan peningkatan ekonomi
umat. Selain itu juga bisa diperuntukan untuk bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim
piatu, dan beasiswa.

Penetapan harta benda dilakukan pada saat pelaksanaan ikrar wakaf, setelah ikrar wakaf,
proses wakaf tidak dapat dibatalkan setelah ikrar wakaf. Kemudian wakif tidak dapat
6
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58eb00aaae826/benda-benda-yang-dapat-diwakafkan-selain-
tanah/

8|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
menetapkan peruntukan harta benda wakaf. Namun nazhir dapat menetapkan peruntukan harta
tersebut yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf.7

F. Badan Wakaf Indonesia

Badan wakaf Indonesia (BWI) merupakan lembaga independent yang dibentuk oleh
pemerintah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional. Badan Wakaf
Indonesia (BWI) ini berkedudukan di ibu kota Negara dan dapat dibentuk perwakilan di provinsi
dan kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana dalam pasal 29 Undang-undang
nomor 41 tahun 2004 Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan amanat yang digariskan dalam
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 47, adalah untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk
kali pertama, Keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan
Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta, 13 Juli 2007.
Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan perwakafan di Indonesia yang
dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari pengaruh kekuasaan manapun, serta
bertanggung jawab kepada masyarakat.

BWI berkedudukan di ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat


membentuk perwakilan di Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan. Dalam
kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan, masing-masing
dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para
anggota. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan
adalah unsure pengawas pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan Wakaf Indonesia terdiri
dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang yang berasal
dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU No.41/2004).

Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.


Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat dan diberhentikan oleh

7
Muhammad abid abdullah al-kabisi, “wakaf”, (jakarta: dompet dhuafa press,2004), Hal.7.

9|L e mb a g a P e n g e lo l a W a k a f
Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat untuk masa jabatan
selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk
pertama kali, pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden
oleh Menteri. 8

Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada Presiden untuk


dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. (Pasal 55, 56, 57, UU No.41/2004).

2. Struktur kepengurusan Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Berikut susunan pengurus BWI masa jabatan tahun 2014 -2017 menurut surat Keputusan
Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia Nomor 018/BWI/XII/2014:

a) . Tugas dan fungsi kepengurusan menurut peraturan BWI

Sebagaimana dalam Peraturan Badan Wakaf Indonesia Nomor: 08 /BWI/XII/2007


Tentang tata kerja Badan wakaf indonesia menerangkan bahwa susunan kepengurusan badan
wakaf terdiri atas:

1. Dewan Pertimbangan

Dewan Pertimbangan memiliki tugas dan fungsi:

a). Memberi pendapat, pertimbangan dan nasihat, serta bimbingan kepada Badan Pelaksana
untuk melaksanakan tugas-tugas organisasi secara konsultatif baik lisan maupun tertulis;

b) Dewan Pertimbangan memiliki peran aktif dan fungsional dalam menyusun kebijakan
nasional dan kebijaksanaan umum pengembangan wakaf di Indonesia;

c) . Dewan Pertimbangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bersifat kolektif


kolegial;

2. Badan Pelaksana (Ketua, Wakil Ketua I, dan Wakil Ketua II)

Ketua Badan Pelaksana memiliki tugas dan fungsi;

a) Memimpin BWI sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

8
Said agil husain al-munawar,“Hukum Islam dan Pluralitas Sosia”, (jakarta : penamadani,2004), Hal. 161.

10 | L e m b a g a P e n g e l o l a W a k a f
b) Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum yang berhubungan dengan
pengembangan wakaf di Indonesia;

c) Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya;

d) Membina dan melaksanakan kerjasama dengan instansi dan organisasi lain;

e) Menandatangani setiap nota kesepakatan, surat keputusan dan surat-surat penting


lainnya bersama-sama sekretaris dan/atau bendahara;

f) Merealisasikan program-program organisasi untuk melaksanakan Undang-Undang


Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan peraturan perundangan lainnya , serta
program kerja BWI;

g) Menentukan dan memegang kebijakan umum keuangan organisasi bersama sekretaris


dan bendahara;

h) Mengangkat dan memberhentikan perangkat-perangkat organisasi yang dianggap perlu


melalui keputusan rapat lengkap

i) Ketua dapat mendelegasikan tugasnya kepada wakil ketua yang sesuai dengan
bidangnya, apabila berhalangan.

3. Divisi Pembinaan Nazhir

Divisi Pembinaan Nazhir memiliki tugas dan fungsi:

a) Membantu tugas-tugas Badan Pelaksana;

b) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Badan Pelaksana;

c) Melakukan pembinaan Nazhir dalam mengelola dan mengembangkan harta benda


wakaf sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

d) Menyusun Pedoman Pembinaan Nazhir;

11 | L e m b a g a P e n g e l o l a W a k a f
e) Memberi kajian untuk meberhentikan dan mengganti Nazhir setelah mendapat
persetujuan Badan Pelaksana.9

4. Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf

Divisi Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf memiliki tugas dan fungsi:

a) Membantu tugas-tugas Dewan Pelaksana

b) Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Badan Pelaksana;

c) Menyusun Pedoman Pengelolaan harta Benda Wakaf;

d) Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional dan
internasional sesuai peraturan perundangan yang berlaku;

5. Visi dan misi Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Visi Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Terwujudnya lembaga independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan


dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional.

Misi Badan Wakaf Indonesia (BWI)

Menjadikan Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu


mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan
pemberdayaan masyarakat.

Jadi tentu tak mudah diwujudkan dibutuhkan profesionalisme, perencanaan yang


matang, keseriusan, kerjasama, dan tentu saja amanah dalam mengemban tanggung jawab.
Untuk itu, BWI merancang visi dan misi, serta strategi implementasi. Visi BWI adalah
“Terwujudnya lembaga independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan dan
integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional”. Sedangkan misinya
yaitu “Menjadikan Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu

9
Suparman usman, “Perwakafan di Indonesia”, (Serang : darul ulum press, 1999), Hal.34.

12 | L e m b a g a P e n g e l o l a W a k a f
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan
pemberdayaan masyarakat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

13 | L e m b a g a P e n g e l o l a W a k a f
Wakaf berasal dari bahasa Arab waqf, yaitu nama terbitan dari kata kerja waqafa, ia
mempunyai berbagai-bagai makna mengikut tujuan dan penggunaan ayat itu sendiri. Dari segi
bahasa, waqf memberi makna berhenti , menegah dan menahan. Menurut Ibn Qudamah dari
ulama Mazhab Hanbali menyatakan bahawa wakaf adalah menahan yang asal dan memberikan
hasilnya. Payung hukum wakaf di Indonesia terdapat pada Undang-Undang No. 41 Tahun 2004
tentang Wakaf.
Badan wakaf Indonesia merupakan lembaga independent yang dibentuk oleh pemerintah
untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan nasional. Visi Badan Wakaf Indonesia
adalah terwujudnya lembaga independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai kemampuan
dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan internasional.
Misi Badan Wakaf Indonesia adalah menjadikan Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga
profesional yang mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf untuk
kepentingan ibadah dan pemberdayaan masyarakat.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, kami sebagai penulis memohon maaf
jikalau ada kesalahan didalam penulisan dan agar kiranya dapat memberikan kritik dan saran
yang mendukung kepada kami agar lebih baik untuk kedepannya.

14 | L e m b a g a P e n g e l o l a W a k a f
DAFTAR PUSTAKA
https://jdih.kemenkeu.go.id

https://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-rukun-dan-fungsi-wakaf.html

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58eb00aaae826/benda-benda-yang-dapat-
diwakafkan-selain-tanah/

Jurnal.uinbanten.ac.id

Muhammad abid abdullah al-kabisi, 2004, “wakaf” (jakarta: dompet dhuafa press)

Rahman Asmak Ab, 2009, “Peranan Wakaf Dalam Pembangunan Ekonomi Umat Islam dan
Aplikasinya di Malaysia”, Jurnal Syariah, Vol. 17, No. 1, 2009, 10 Januari 2021.

Said agil husain al-munawar,2004, “Hukum Islam dan Pluralitas Sosia”, (jakarta : penamadani)
Suparman usman, 1999,“Perwakafan di Indonesia”, (Serang : darul ulum press)

Yuliafitri Indri dan Rivaldi Arie Indra, “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Governance dan Promosi Terhadap Penerimaan Wakaf Tunai (Pada Lembaga Pengelola Wakaf
Di Indonesia)”, Jurnal InFestasi, Vol. 13, No. 1, Juni 2017, 2009, 10 Januari 2021.

Anda mungkin juga menyukai