Disusun Oleh :
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Wakaf sebagai instrumen investasi publik ini tepat pada waktunya
Adapuntujuandaripenulisanmakalahiniadalahuntukmemenuhitugasdari
dosenpengampu Dr. Hj. Siti Amaroh, S.E., M.SI.pada mata kuliah Perencanaan
Pembangunan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang. Perencanaan pembangunan dalam perspektif lingkungan dan pendekatan
perencanaan pembangunan.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
ii
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................................3
A. Pengertian Wakaf.........................................................................................................3
B. Wakaf Dalam Perspektif Ekonomi Islam.....................................................................6
C. Wakaf Sebagai Instrumen Investasi.............................................................................7
D. Peran Bank Syariah Dalam Pengelolaan Wakaf...........................................................8
E. Pemberdayaan Wakaf.................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wakaf merupakan instrumen ekonomi syariah yang belum dimanfaatkan
secara optimal dalam investasi masyarakat. Wakaf secara umum dipahami sebagai
penyediaan prasarana untuk kegiatan keagamaan, seperti pembangunan masjid,
madrasah, dan kuburan. Namun wakaf juga dapat dikelola sebagai investasi
komersial. Wakaf mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sarana ibadah dan
mencapai kesejahteraan masyarakat. Wakaf dapat berperan penting dalam
pemberdayaan keuangan masyarakat dan mempunyai kontribusi yang signifikan
terhadap peningkatan kesejahteraan.
iii
dalam berbagai jenis investasi, misalnya investasi jangka pendek seperti kredit
mikro, dan investasi jangka panjang seperti industri manufaktur dan industri besar
lainnya. Wakaf juga dapat diinvestasikan pada program kebun produktif.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui wakaf?
2. Untuk mengetahui wakaf dalam perspektif ekonomi Islam?
3. Untuk mengetahui peran bank syariah dalam pengeloaan wakaf?
4. Untuk mengetahui Pemberdayaan wakaf?
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wakaf
Kata “Wakaf”atau “Waqf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa ((”وقف. Asal
kata “Waqafa((”وقفberarti “menahan” atau “berhenti”atau “diam di tempat” atau
tetap berdiri”. Kata “Waqafa-Yuqifu-Waqfan[وقفا-يوقف-”]وقفsama artinya dengan
“Habasa-Yahbisu-Tahbisan[اN]حبس –يحبس –حبس.1 Menurut arti bahasanya, waqafa
berarti menahan atau mencegah, misalnya “ وقفت عن اسيرsaya menahan diri dari
berjalan”2 Ini dihentikan oleh pemahaman. Dalam ilmu tajwid, waqaf berarti
berhenti membaca Al-Qur'an. Dalam hal ibadah haji, wuquf juga berarti berdiam
diri atau tetap di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah.Namun, dalam pandangan
hukum Islam, maksudnya adalah menghentikan, menahan, atau wakaf harta di
sini, seiring dengan ibadah wakaf atau habs, yang biasanya digunakan oleh
masyarakat Afrika Utara yang bermazhab Maliki.
1
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu Al-Islami Wa’Adillatuhu (Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu‟ashir, 2008),
151.
2
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab (Jakarta: Penerbit Lentera, 2007), 635.
v
Secara etimologi Waqaf berarti menahan, mencegah, tetap, paham,
menghubungkan, mencabut, meninggalkan, dan sebagainya dari etimologinya.
Wakaf adalah keputusan seseorang untuk menyisihkan sebagian asetnya untuk
digunakan untuk tujuan ibadah dan kebaikan umum.3
vi
waktu tertentu dan karenanya tidak boleh disyaratkan sebagai
wakaf kekal (selamanya).
c. Menurut Madzhab Syafi'i dan Ahmad bin Hambal
wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan
wakif setelah proses perwakafan selesai. Setiap tindakan yang dapat
dilakukan oleh wakil terhadap harta yang diwakafkan termasuk
menyerahkannya kepada orang lain, baik melalui pertukaran atau tidak.
Kekayaan yang diwakafkan oleh wakif tidak dapat diwarisi oleh ahli
warisnya setelah mereka meninggal dunia. Wakif memberikan
keuntungan dari harta wakafnya kepada mauquf "alaih (yang diberikan
wakaf) sebagai shadaqah yang mengikat, dan waqif tidak dapat
menghentikan penyaluran sumbangannya. Jika wakif melarang, Qadli
berhak memaksanya untuk memberikan larangan tersebut kepada mauquf
"alaih". Dengan demikian, definisi wakaf menurut Mazhab Syafi'i adalah
sebagai berikut: "Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang
berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya
kepada suatu kebajikan (sosial)."
Ahmad bin Hambal menyatakan bahwa wakaf dapat dilakukan
karena dua alasan. Pertama, itu dapat dianggap sebagai wakaf karena
kebiasaan (perbuatan). Seperti mendirikan mesjid dan kemudian
mengizinkan orang untuk shalat di dalamnya secara spontan karena telah
mewakafkan hartanya menurut kebiasaan.Walaupun ia tidak
menyebutkannya secara lisan, hal itu dapat dianggap wakaf karena
kebiasaan. Kedua, melalui percakapan, baik dengan jelas atau tidak.
Selain itu, ia berfungsi untuk memaknai kata-kata seperti habastu,
wakaftu, sabaltu, tasadaqtu, abdadtu, dan harramtu. Jika ia menggunakan
kalimat seperti ini, ia harus membawa niat wakaf bersamanya. Menurut
Hambali, jika harta seseorang telah diwakafkan dengan jelas, si wakif
tidak memiliki otoritas untuk melakukan apa pun atas harta itu. Hambali
menyatakan bahwa barang yang diwakafkan harus dapat dijual.walaupun
vii
setelah jadi wakaf tidak boleh dijual dan benda yang kekal dzatnya karena
wakaf bukan untuk waktu tertentu, tapi buat selama-lamanya.4
viii
kekayaan yang menghasilkan dari kegiatan investasi saat ini. Aktivitas
pengembangan berfokus pada kebaikan untuk generasi-generasi mendatang dan
bergantung pada pengorbanan yang matang dengan kesempatan untuk
menghabiskan uang (penghabisan) dan menghormati kekayaan hasil
kemasyarakatan. Kebaikan ini dikembalikan ke masa depan masyarakat.7
7
Qahf, Al-Waqf Al-Islamiy: Tathawwuru, Idaratuhu, Tanmiyatuhu.
ix
terhadap risiko yang mungkin terjadi dan usaha-usaha lainnya. Wakaf juga
memiliki keistimewaan, dimana harta wakaf terbebas dari beban zakat dan pajak.
Menurut para ahli fikih, harta wakaf tidak dikenakan kewajiban zakat. Dalam
perundangundangan kontemporer yang berkembang di Barat, semua aset wakaf
dibebaskan dari pajak.
8
Mohammad Aniq Kamaluddin, “Peran Perbankan Syari’Ah Dalam Pengelolaan Wakaf Uang Di
Indonesia,” Al WASATH Jurnal Ilmu Hukum 1, no. 1 (2020): 37.
x
Menurut Pasal 4 Ayat 3 Undang-Undang Perbankan Syariah, Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah diizinkan untuk menghimpun dana sosial dari
wakaf dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
keinginan wakaf (wakif). Selain itu, Pasal 4 Ayat 4 Undang-Undang Perbankan
Syariah menetapkan bahwa pelaksanaan fungsi sosial perbankan syariah tersebut
harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undanganpelaksanaannya
sangat terkait dengan pelaksanaan fungsi social perbankan syariah dalam
pengelolaan wakaf uang ini.
xi
wakaf uang menjadi bagian dari wakaf produktif melalui mekanisme investasi
dana wakaf, dan hasil investasi disalurkan.10
Untuk membuka rekening dan mendapatkan dana wakaf uang dari LKS-
PWU, nazhir wakaf uang harus memenuhi beberapa syarat:
10
Siska Lis Sulistiani, “Penghimpunan Dan Pengelolaan Wakaf Uang Melalui Perbankan Syariah
Di Indonesia,” Jurnal Wawasan Yuridika 5, no. 2 (2021): 249,
https://doi.org/10.25072/jwy.v5i2.343.
11
PenjelasanPasal28Undang-UndangNomor41Tahun2004TentangWakaf. Lihat Peraturan
Pemerintah Rebublik Indonesia Nomor 42 tahun 2006 tentang PelaksanaanUndang-UndangNo.
41Tahun2004TentangWakafPasal22
xii
5. Memiliki kemampuan untuk menerima wadi'ah.12
xiii
tersebut. Pemunculan cintra positif dipandang penting utnuk
menyukseskan dan mengoptimalkan keberadaan wakaf tunai serta sebagai
upaya menghindari citra yang kurang baik dari pengelolaan dana sosial
umat terdahulu.
E. Pemberdayaan Wakaf
Menurut analisis ekonomi, UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf
bertujuan untuk mendorong pemberdayaan wakaf untuk keuntungan sosial.
Konsep dasar untuk meningkatkan pengelolaan wakaf adalah bahwa wakaf
memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia, terutama wakaf yang berupa
tanah yang tersebar di seluruh negeri. 320.000 lokasi tanah wakaf tersebar di
seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, hanya sedikit yang dikelola secara
produktif, sehingga manfaatnya terhadap kesejahteraan masyarakat belum
dirasakan secara signifikan. Banyak dari mereka terlantar, terkena gusur, dan
diambil oleh individu yang tidak bertanggung jawab.
Said dan Lim (2005: 6-7) menyelidiki metode untuk mendorong aset
wakaf menjadi produktif. Mereka menemukan 5 (lima) pendekatan untuk
mendorong wakaf menjadi produktif, yaitu: pertama, mengidentifikasi
kemungkinan perputaran harta wakaf dengan memeriksa sejarah atau model
wakaf yang sudah ada dan memperbarui sistem wakaf; kedua, membantu
mengembangkan model wakaf kontemporer dan lebih canggih.Keempat,
memodernisasi administrasi wakaf untuk membuatnya lebih efisien, transparan,
dan responsif, dan untuk membangun kerjasama teknis dan pengalaman dengan
13
Solikhul Hadi, “Pemberdayaan Ekonomi Melalui Wakaf,” ZISWAF : Jurnal Zakat Dan Wakaf 4,
no. 2 (2018): 229, https://doi.org/10.21043/ziswaf.v4i2.3043.
xiv
lembaga pendidikan, organisasi internasional, dan negara lain untuk
mengembangkan isvestasi wakaf. Kelima, mendorong wakif, nadzir, dan investasi
untuk menjadi lebih produktif daripada sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wakaf merupakan salah satu kegiatan yang mengandung unsur investasi
masa depan, dimana dengan mengembangkan atau mengelola harta wakaf
produktif akan dapat menghasilkan suatu barang atau pelayanan lainnya. Barang
atau pelayanan yang berasal dari pengelolaan harta wakaf tersebut dapat dijual
kepada para konsumen yang membutuhkan, sehingga hasilnya dapat disalurkan
untuk orang yang membutuhkan sesuai dengan tujuan wakaf. Oleh karena itu,
14
Abdurrohman Kasdi, “PERGESERAN MAKNA DAN PEMBERDAYAAN WAKAF (Dari Konsumtif Ke
Produktif),” Jurnal Zakat Dan Wakaf 19, no. 2 (2018): 1–10.
xv
kontribusi wakaf dalam bidang ekonomi sangat penting untuk memberdayakan
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
B. Saran
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan baik dari bentuk, bahasa maupun isinya. Maka dari itu,
penulis berharap kepada pembaca agar ikut peduli dalam pembuatan makalah ini,
yaitu dengan memberi saran dan kritik yang membangun demi perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hadi, Abu Azam. “The Empowerment Effort for the Welfare of the Ummat in
Productive Waqf Land.” Islamica 4, no. 1 (2009): 95–107.
xvi
Hadi, Solikhul. “Pemberdayaan Ekonomi Melalui Wakaf.” ZISWAF : Jurnal
Zakat Dan Wakaf 4, no. 2 (2018): 229.
https://doi.org/10.21043/ziswaf.v4i2.3043.
Harrieti, Nun, and Etty Mulyati. “Perspektif Hukum: Peranan Perbankan Syariah
Dalam Pengelolaan Wakaf Uang Di Indonesia.” Al-Risalah: Forum Kajian
Hukum Dan Sosial Kemasyarakatan 17, no. 02 (2018): 137–46.
https://doi.org/10.30631/alrisalah.v17i02.60.
Ilmiah, Dunyati. “Peran Perbankan Syariah Dalam Implementasi Wakaf Uang
Untuk Pengembangan Industri Halal Di Jawa Timur.” DINAMIKA : Jurnal
Kajian Pendidikan Dan Keislaman 5, no. 2 (2020): 1–20.
https://doi.org/10.32764/dinamika.v5i2.925.
Kamaluddin, Mohammad Aniq. “Peran Perbankan Syari’Ah Dalam Pengelolaan
Wakaf Uang Di Indonesia.” Al WASATH Jurnal Ilmu Hukum 1, no. 1 (2020):
37.
Kasdi, Abdurrohman. “PERGESERAN MAKNA DAN PEMBERDAYAAN
WAKAF (Dari Konsumtif Ke Produktif).” Jurnal Zakat Dan Wakaf 19, no. 2
(2018): 1–10.
Khoerudin, Abdul Nasir. “Tujuan Dan Fungsi Wakaf Menurut Para Ulama Dan
Dan Undang-Undang Di Indonesia.” Tazkiya: Jurnal Keislaman,
Kemasyarakatan & Kebudayaan 19, no. 2 (2018): 1–10.
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Penerbit Lentera,
2007.
Qahf, Mundzir. Al-Waqf Al-Islamiy: Tathawwuru, Idaratuhu, Tanmiyatuhu.
Lebanon: Dar al-Fikr, 1994.
Sjamsudin, Achmad. “Wakaf Dalam Perspektif Ekonomi.” EKOSIANA: Jurnal
Ekonomi Syariah 7, no. 2 (2020): 86–92.
Sulistiani, Siska Lis. “Penghimpunan Dan Pengelolaan Wakaf Uang Melalui
Perbankan Syariah Di Indonesia.” Jurnal Wawasan Yuridika 5, no. 2 (2021):
249. https://doi.org/10.25072/jwy.v5i2.343.
Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqhu Al-Islami Wa’Adillatuhu. Damaskus: Dar al-Fikr al-
Mu‟ashir, 2008.
xvii